Anda di halaman 1dari 86

PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK

(Melastoma malabathricum L.) SEBAGAI PEWARNA


DALAM SEDIAAN LIPSTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SEPTIA NARTI
NIM 081501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK
(Melastoma malabathricum L.) SEBAGAI PEWARNA
DALAM SEDIAAN LIPSTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SEPTIA NARTI
NIM 081501002

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK
(Melastoma malabathricum L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM
SEDIAAN LIPSTIK

OLEH:
SEPTIA NARTI
081501002

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Juni 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195404121987012001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.


NIP 195404121987012001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.


NIP 196106191991031001 NIP 195306251986012001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.


NIP 196005111989022001

Medan, Juni 2012


Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.


NIP 195311281983031002

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Penggunaan Ekstrak Buah

Senduduk (Melastoma malabathricum L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan

Lipstik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ayahanda

Almarhum Darman, ibunda tercinta Yasni yang menjadi satu-satunya

penyemangat bagi penulis, adik tersayang Muhammad Ilham dan kakak tercinta

Rahmiati, Risnawati dan Junhendri, terima kasih atas semua doa, kasih sayang,

keikhlasan, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan

nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Bapak/Ibu Pembantu Dekan, Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi

USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan dan Ibu Dra.

Universitas Sumatera Utara


Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini.

4. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.,

dan Ibu Dra. Anayanti Arianto M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis, khususnya teman-teman Farmasi Klinis Komunitas

stambuk 2008 yang selalu mendoakan, menyayangi, memberi nasehat dan

memotivasi penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan pahala

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Juli 2012

Penulis,

(Septia Narti)

Universitas Sumatera Utara


PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK
(Melastoma malabathricum L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM
SEDIAAN LIPSTIK
ABSTRAK

Buah senduduk (Melastoma melabathricum L.) memiliki potensi untuk


dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang
menarik. Warna ungu gelap dari buah senduduk disebabkan adanya pigmen
antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki
berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan
bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.
Pada kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi
di kulit, sehingga peneliti berkeinginan memformulasi sediaan lipstik dengan
menggunakan pewarna dari ekstrak buah senduduk.
Pembuatan ekstrak dari buah senduduk dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat. Formulasi sediaan
lipstik terdiri dari komponen-komponen seperti cera alba, vaselin alba, setil
alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida,
butil hidroksitoluen, tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna
ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan 22,5%.
Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan
mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji
stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari
pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic
Test).
Formulasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, menunjukkan
bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 52oC, memiliki kekuatan lipstik
yang baik yaitu 80-86 g, cukup stabil, mudah dioleskan dengan warna yang
merata, pH berkisar antara 3,7-3,9, tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup
aman untuk digunakan dan sediaan yang disukai adalah sediaan dengan
konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5%.

Kata kunci: Buah senduduk (Melastoma malabathricum L.), Lipstik, Komponen


Lipstik.

Universitas Sumatera Utara


USING OF FRUIT EXTRACT MELASTOMA
MALABATHRICUM L. AS DYES IN LIPSTICK
PREPARATIONS

ABSTRACK

Melastoma malabathricum L. has the potential to be used as an alternative


to natural dyes because it has an attractive colour. The dark purple colour of the
Melastoma malabathricum L. is caused by anthocyanin pigments which are
flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of the
benefit as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in
lipstick preparations.
In cosmetic, dye is one cause of skin irritation and allergies, so the
researches want to formulate lipstick by using natural dye from of fruit ekstract .
Preparation of extracts from fruit senduduk performed by the method of
maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid. Lipstick
formulation consisting of components as cera alba, petroleum jelly alba, cetyl
alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide,
butylated hydroxytoluen, tween 80, parrfum and nipagin also added with
concentration 12.5%, 15%, 17.5%, 20%, and 22.5% Melastoma malabathricum L.
fruit extract. Test of product include physical quality inspection such as
homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration,
colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH
test, irritation and hedonic test.
The formulation of fruit extract singapore rhododendron in lipstick,
showed that the product is homogeneous, melting point is 52oC, the power of
lipstick is 80-86 g, the stability of product easily applied with a uniform colour,
pH ranging between 3.7-3.9, does not cause irritation so it is safe enaugh to use
and the preferred product is fruit extract Melastoma malabathricum L. which
concentration are 17.5%, 20% and 22.5%.

Keyword: Melastoma malabathricum L, Lipstick, Lipstick Components.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ....................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar belakang ..................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Hipotesis .............................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6

2.1 Uraian Tumbuhan ................................................................ 6

2.1.1 Habitat tumbuhan ...................................................... 6

2.1.2 Morfologi tumbuhan .................................................. 6

2.1.3 Sistematika tumbuhan ............................................... 7

2.1.4 Kandungan kimia ....................................................... 7

2.1.5 Antosianin .................................................................. 8

Universitas Sumatera Utara


2.1.6 Ekstraksi ................................................................ 8

2.2 Kulit ..................................................................................... 10

2.3 Bibir ..................................................................................... 11

2.4 Kosmetika ............................................................................ 11

2.4.1 Penggolongan kosmetik .......................................... 12

2.5 lipstik ................................................................................... 14

2.5.1 Komposisi lipstik .................................................... 17

2.5.2 Evaluasi lipstik ........................................................ 20

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26

3.1 Alat dan Bahan .................................................................... 26

3.1.1 Alat .......................................................................... 26

3.1.2 Bahan ...................................................................... 26

3.2 Penyiapan Sampel ................................................................ 27

3.2.1 Pengumpulan sampel .............................................. 27

3.2.2 Determinasi tumbuhan ............................................ 27

3.2.3. Pengolahan sampel ................................................. 27

3.3 Pembuatan Ekstrak Buah Senduduk .................................... 27

3.4 Pembuatan Lipstik Menggunakan Ekstrak Buah Sendu-

duk Sebagai Pewarna Dalam Berbagai Konsentrasi ........... 28

3.4.1 Formula .................................................................. 28

3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik ................................... 33

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ........................................ 34

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ...................................... 34

3.5.2 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik ............................. 35

Universitas Sumatera Utara


3.5.3 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik ............................... 35

3.5.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ............................... 35

3.5.5 Uji Oles ................................................................... 36

3.5.6 Penentuan pH .......................................................... 36

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ....................... 37

3.6.1 Uji Iritasi ................................................................. 37

3.6.2 Uji Kesukaan (Hedonic Test) .................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 40

4.1 Hasil Ekstraksi ..................................................................... 40

4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ............................... 40

4.2.1 Homogenitas Sediaan .............................................. 40

4.2.2 Titik Lebur Lipstik .................................................. 40

4.2.3 Kekuatan Lipstik ..................................................... 41

4.2.4 Stabilitas Sediaan .................................................... 43

4.2.5 Uji Oles ................................................................... 44

4.2.6 Pemeriksaan pH ...................................................... 44

4.3 Hasil Uji Iritasi .................................................................... 45

4.4 Hasil Uji Ksukaan (Hedonic Test) ....................................... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 49

4.1 Kesimpulan .......................................................................... 49

4.2 Saran .................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50

LAMPIRAN ............................................................................................... 52

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil detrminasi tumbuhan ..................................................................... 52

2. Gambar tumbuhan senduduk .................................................................. 53

3. Gambar buah senduduk ........................................................................... 54

4. Gambar wadah sediaan lipstick ............................................................... 55

5. Gambar sediaan lipstick tanpa ekstrak buah senduduk ........................... 56

6. Gambar sediaan lipstick dari ekstrak buah senduduk ............................. 57

7. Gambar hasil uji homogenitas ................................................................. 58

8. Hasil pengukuran pH sediaan lipstick ..................................................... 59

9. Hasil pengukuran titik lebur sediaan lipstick .......................................... 60

10. Perhitungan bahan sediaan lipstick ........................................................ 61

11. Format surat pernyataan uji iritasi .......................................................... 66

12. Format formulir uji kesukaan lipstick .................................................... 67

13. Gambar alat uji kesukaan lipstick .......................................................... 68

14. Perhitungan hasil uji kesukaan (Hedonic test) ...................................... 69

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Modifikasi formula sediaan lipstick dari ekstrak buah


denduduk dalam berbagai konsentrasi .................................................. 33

4.1 Data pemeriksaan titik lebur lipstick .................................................... 41

4.2 Data pemeriksaan kekuatan lipstick ...................................................... 42

4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan .............. 43

4.4 Data pengukuran pH sediaan ................................................................ 45

4.5 Data uji iritasi ........................................................................................ 45

4.6 Data uji kesukaan (Hedonic test) .......................................................... 47

Universitas Sumatera Utara


PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH SENDUDUK
(Melastoma malabathricum L.) SEBAGAI PEWARNA DALAM
SEDIAAN LIPSTIK
ABSTRAK

Buah senduduk (Melastoma melabathricum L.) memiliki potensi untuk


dimanfaatkan sebagai alternatif pewarna alami karena memiliki warna yang
menarik. Warna ungu gelap dari buah senduduk disebabkan adanya pigmen
antosianin yang merupakan turunan senyawa flavonoid. Antosianin ini memiliki
berbagai manfaat, salah satunya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan
bahan pewarna sintetik terutama untuk pewarna dalam sediaan lipstik.
Pada kosmetik, pewarna merupakan salah satu penyebab iritasi dan alergi
di kulit, sehingga peneliti berkeinginan memformulasi sediaan lipstik dengan
menggunakan pewarna dari ekstrak buah senduduk.
Pembuatan ekstrak dari buah senduduk dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan etanol 96% dengan penambahan 2% asam sitrat. Formulasi sediaan
lipstik terdiri dari komponen-komponen seperti cera alba, vaselin alba, setil
alkohol, carnauba wax, oleum ricini, lanolin, propilen glikol, titanium dioksida,
butil hidroksitoluen, tween 80, parfum dan nipagin serta penambahan pewarna
ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan 22,5%.
Pengujian terhadap sediaan yang dibuat meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan
mencakup pemeriksaan homogenitas, titik lebur lipstik, kekuatan lipstik, uji
stabilitas terhadap perubahan bentuk, warna, dan bau selama penyimpanan 30 hari
pada suhu kamar, uji oles, pemeriksaan pH, uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic
Test).
Formulasi ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, menunjukkan
bahwa sediaan yang dibuat homogen, titik lebur 52oC, memiliki kekuatan lipstik
yang baik yaitu 80-86 g, cukup stabil, mudah dioleskan dengan warna yang
merata, pH berkisar antara 3,7-3,9, tidak menyebabkan iritasi sehingga cukup
aman untuk digunakan dan sediaan yang disukai adalah sediaan dengan
konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5%.

Kata kunci: Buah senduduk (Melastoma malabathricum L.), Lipstik, Komponen


Lipstik.

Universitas Sumatera Utara


USING OF FRUIT EXTRACT MELASTOMA
MALABATHRICUM L. AS DYES IN LIPSTICK
PREPARATIONS

ABSTRACK

Melastoma malabathricum L. has the potential to be used as an alternative


to natural dyes because it has an attractive colour. The dark purple colour of the
Melastoma malabathricum L. is caused by anthocyanin pigments which are
flavonoid compounds. Anthocyanins have with various benefits, one of the
benefit as a natural dye that can replace synthetic dyes, especially for dyes in
lipstick preparations.
In cosmetic, dye is one cause of skin irritation and allergies, so the
researches want to formulate lipstick by using natural dye from of fruit ekstract .
Preparation of extracts from fruit senduduk performed by the method of
maceration using ethanol 96% with the addition of 2% citric acid. Lipstick
formulation consisting of components as cera alba, petroleum jelly alba, cetyl
alcohol, carnauba wax, castor oil, lanolin, propylene glycol, titanium dioxide,
butylated hydroxytoluen, tween 80, parrfum and nipagin also added with
concentration 12.5%, 15%, 17.5%, 20%, and 22.5% Melastoma malabathricum L.
fruit extract. Test of product include physical quality inspection such as
homogenity test, melting point, breaking point, stability test of shape alteration,
colour and odor during storage in 30 days at room temperature, smear test, pH
test, irritation and hedonic test.
The formulation of fruit extract singapore rhododendron in lipstick,
showed that the product is homogeneous, melting point is 52oC, the power of
lipstick is 80-86 g, the stability of product easily applied with a uniform colour,
pH ranging between 3.7-3.9, does not cause irritation so it is safe enaugh to use
and the preferred product is fruit extract Melastoma malabathricum L. which
concentration are 17.5%, 20% and 22.5%.

Keyword: Melastoma malabathricum L, Lipstick, Lipstick Components.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang selalu ingin tampil menarik, oleh karena itu bermacam-

macam cara dilakukan agar dapat tampil menarik di hadapan orang lain. Hal ini

biasanya dilakukan dengan menggunakan produk-produk kosmetik. Kosmetik

telah digunakan dari dahulu hingga sekarang, karena kosmetik telah dipercaya

sebagai alat mempercantik, baik kaum laki-laki maupun perempuan di seluruh

dunia. Kosmetik yang digunakan mulai dari kosmetik tradisional hingga kosmetik

modern. Jenis-jenis kosmetik modern terus mengalami perkembangan, mulai dari

kosmetik untuk badan seperti sabun, parfum dan sebagainya hingga kosmetik

untuk wajah seperti bedak, lipstik, eye shadow dan lainnya (Khasanah dan

Azhara, 2011).

Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun

perempuan, sejak lahir sampai meninggal dunia. Produk-produk itu dipakai secara

berulang setiap hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki,

sehingga diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono dan Latifah,

2007).

Mulai awal abad ke-19, saat terjadi revolusi industri di Eropa atau

Amerika, ditemukan berbagai bahan baru yang dibuat secara sintetis untuk

membuat kosmetik. Setelah diperkenalkan mesin-mesin produksi baru yang

bertenaga listrik yang menghemat waktu dan tenaga, produksi kosmetik secara

tradisional mulai ditinggalkan. Kosmetik modern mulai mendominasi pasar pada

Universitas Sumatera Utara


awal abad ke-20, kemudian kosmetik mulai diusahakan kembali ke alam pada

akhir abad ke-20 (Wasitaatmadja, 1997).

Usaha kembali ke alam (back to nature) mempengaruhi pula dunia

kosmetik dengan adanya usaha untuk mempopulerkan kembali serta menggali

kembali kosmetik tradisional yang telah lama terlupakan. Namun berdasarkan

pertimbangan teknis ekonomis, sebagian produsen hanya menggunakan sebagian

unsur tradisional saja pada kosmetik produksinya (Wasitaatmadja, 1997).

Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat

(stick) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Fungsinya adalah untuk

memberikan warna bibir menjadi merah semerah delima, yang dianggap akan

memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik. Tetapi kenyataannya warna lain

pun mulai digemari orang, sehingga corak warnanya sekarang sangat bervariasi

mulai dari warna kemudaan hingga warna sangat tua dengan corak warna dari

merah jambu, merah jingga, hingga merah biru, bahkan ungu (Ditjen POM, 1985).

Lipstik termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas

sebagian wanita pada zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir ini banyak

diantaranya wanita merasa kurang tampil percaya diri di depan umum. Kebutuhan

terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik baru

baik dalam negeri maupun maupun dari luar negri yang terus mengikuti

kebutuhan konsumennya (Anonima, 2012).

Saat ini lipstik banyak dikemas dengan pilihan warnanya yang semakin

banyak dan menarik. Namun, banyak diantaranya yang menggunakan zat warna

sintetis seperti bahan pewarna merah K.10 (Rhodamin B) yang umumnya

digunakan sebagai zat warna kertas atau tekstil. Zat warna ini dapat menyebabkan

Universitas Sumatera Utara


iritasi pada saluran pernapasan dan dapat menyebabkan kanker bila dipakai dalam

jangka waktu yang lama (Anonima, 2012).

Antosianin adalah salah satu pigmen yang terdapat dalam tanaman yang

berpotensi dijadikan sebagai pewarna makanan dan dapat menggantikan pewarna

sintetis. Tanaman yang mengandung antosianin dapat digunakan sebagai bahan

pewarna alami, salah satunya adalah buah senduduk (Melastoma malabathricum

L.) Melastoma berasal dari bahasa Yunani yang artinya mulut hitam. Buah

senduduk diklasifikasikan sebagai beri, ketika masak buah akan merekah dalam

beberapa bagian, berwarna ungu tua, berasa manis dan memiliki biji berwarna

jingga. Buahnya dapat dimakan dan apabila dimakan akan meninggalkan warna

hitam pada lidah (Violalita, 2010).

Pada penelitian sebelumnya telah dimanfaatkan ekstrak buah senduduk

sebagai pewarna pada es krim, jelly dan sirup. Kandungan antosianin buah

senduduk stabil dan aman digunakan dalam produk makanan (Violalita, 2010).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk

memanfaatkan pewarna alami yang berasal dari buah senduduk untuk digunakan

sebagai pewarna pada sediaan lipstik. Dilakukan ekstraksi zat warna buah

senduduk yang kemudian dilanjutkan pada formulasi sediaan lipstik dengan

menggunakan zat warna alami dari ekstrak buah senduduk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah ekstrak buah senduduk dapat diformulasi sebagai pewarna

dalam sediaan lipstik.

Universitas Sumatera Utara


b. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang

dibuat, stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar.

c. Apakah formulasi sediaan lipstik dengan buah senduduk tidak

menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini

adalah:

a. Ekstrak buah senduduk dapat diformulasi sebagai pewarna dalam

sediaan lipstik.

b. Fomulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang dibuat

stabil dalam penyimpananan pada suhu kamar.

c. Formulasi sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk yang dibuat

tidak menyebabkan iritasi saat digunakan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk membuat formula lipstik dengan memakai zat warna yang

diekstraksi dari buah senduduk.

b. Untuk mengetahui kestabilan sediaan lipstik dengan ekstrak buah

senduduk pada suhu kamar.

c. Untuk mengetahui sediaan lipstik dengan ekstrak buah senduduk tidak

menyebabkan iritasi saat digunakan.

Universitas Sumatera Utara


1.5 Manfaat Penelitian

Untuk meningkatkan daya guna dari buah senduduk sebagai pewarna

alami, seperti penggunaan pewarna dalam sediaan lipstik yang aman digunakan

oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi habitat tumbuhan, morfologi tumbuhan,

sistematika tumbuhan dan kandungan kimianya.

2.1.1 Habitat Tumbuhan

Senduduk dengan nama latin Melastoma malabathricum L. termasuk suku

melastomataceae. Senduduk merupakan buah tropis Indonesia yang dapat tumbuh

di dataran rendah pada ketinggian 10 m 1850 m dari permukaan laut. Biasanya

tumbuh liar di ladang atau di rawa (Arisandi dan Andriani, 2000).

Senduduk dapat hidup pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar

matahari, seperti di lereng gunung, halaman rumah dan semak-semak (Arisandi

dan Andriani, 2000).

2.1.2 Morfologi Tumbuhan

Senduduk memiliki tinggi 5 m, batang mempunyai banyak percabangan

dan berbulu halus (Anonimb, 2011).

Daun majemuk, menyirip, berbentuk bulat telur terbalik (tepi rata) dan

memiliki pangkal daun terbalik. Bunga majemuk, berbentuk tandan, bercabang

dengan tangkai yang pendek (0,2 cm), berukuran besar, lebarnya 4-6 cm, terdapat

pada ujung ranting pohon (3-12 bunga), memiliki lima kelopak bunga dan

berwarna ungu muda hingga ungu cerah. Tumbuhan senduduk ini memiliki

Universitas Sumatera Utara


Batang dan ranting bersegi, berwarna merah tua dan diselaputi oleh sisik serta

bulu bulu halus. Buah senduduk berbentuk oval, kecil kecil dan mempunyai

ukuran kira kira 6 mm (Arisandi dan Andriani, 2000).

Buah senduduk mula-mula tertutup oleh kulit buah, tetapi ketika buah

sudah masak penutupnya akan terbuka dan menampakkan isi yang berwarna ungu

gelap. Di dalam isi terdapat biji yang banyak berbentuk butir butir halus

(Anonimc, 2007).

2.1.3 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi di Herbarium Medanense Universitas

Sumatera Utara, buah senduduk diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae

Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma malabathricum L.

Nama Lokal : Senduduk

2.1.4 Kandungan Kimia

Buah senduduk mengandung antosianin yang tinggi dan merupakan bahan

yang banyak menghasilkan antioksidan, jenis antosianin yang terdapat pada buah

Universitas Sumatera Utara


senduduk adalah delfinidin (Wibiani, 2010). Sedangkan daun senduduk

mengandung tanin dan saponin (Anonimb, 2011).

2.1.5 Antosianin

Pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan; senyawa ini

berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah, biru, dan violet banyak

terdapat pada buah dan sayuran. Antosianin adalah senyawa yang bersifat

amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun

dalam basa. Dalam media asam, antosianin berwarna merah seperti halnya saat

dalam vakuola sel dan berubah menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa.

Jika bagian gula dihilangkan dengan cara hidrolisis, tersisa aglukon dan disebut

antosianidin. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila

antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum dikenal

adalah sianidin yang berwarna merah lembayung (Deman, 1997).

Antosianin yang terdapat dalam beberapa buah dan sayur adalah (Deman, 1997):

a. Apel : Sianidin

b. Kol merah : Sianidin

c. Ceri : Sianidin dan peonidin

2.1.6 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut

cair. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan

Universitas Sumatera Utara


mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,

2000).

Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen

terhadap komponen lain dalam campuran dimana pelarut polar akan melarutkan

solute yang polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan solute yang non polar

atau disebut dengan like dissolve like (Ketaren, 1986). Ada beberapa metode

ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, soxhlet,

digesti, infus, dan dekok (Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi antosianin umumnya menggunakan metode maserasi yaitu

proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada temperatur ruangan. Sedangkan remaserasi adalah pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama, dan seterusnya

(Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Etanol merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada

suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o dan mudah terbakar (Ditjen POM,

1979).

Asam sitrat (citroen zuur). Dipasaran, asam sitrat sering disebut garam

asam. Senyawa ini berbentuk kristal putih seperti gula pasir. Fungsi utama asam

Universitas Sumatera Utara


sitrat adalah sebagai bahan pengasam. Namun, sebenarnya bahan ini memiliki

fungsi sampingan, yaitu sebagai antioksidan yang mencegah terjdinya reaksi

browning (pencokelatan produk) akibat proses pemanasan. Asam sitrat juga dapat

merangsang bahan pengawet agar bekerja lebih aktif (Suprapti, 2005).

2.2 Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan ransangan

luar.

Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).

Dari sudut kosmetika, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik

karena kosmetika dipakai pada epidermis. Lapisan epidermis terdiri atas stratum

korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum

basalis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh

suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai

mantel asam kulit. Tingkat keasamannya (pH) umumnya berkisar antara 4,5

6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007).

Fungsi pokok mantel asam kulit yaitu:

1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang

terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.

Universitas Sumatera Utara


2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang

membahayakan kulit.

3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Bibir

Bibir memiliki ciri tersendiri, karena lapisan jangatnya sangat tipis.

Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan

aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak

terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam

terdapat kelenjar liur, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarang

terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak,

sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat akan cenderung

mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah

berpenetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjol stratum germinativum,

dan aliran darah lebih banyak mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, maka

bibir menunjukkan sifat lebih peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu

hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan

pewarna bibir (Ditjen POM, 1985).

2.4 Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

Universitas Sumatera Utara


bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetik tidak

hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan

kecantikan. Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosok,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian

badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menembah

daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Defenisi

tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk

diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Wasitaatmadja,1997).

Ilmu yang mempelajari kosmetika disebut kosmetologi, yaitu ilmu yang

berhubungan dengan pembuatan, penyimpanan, aplikasi penggunaan, efek dan

efek samping kosmetika. Dalam kosmetologi berperan berbagai disiplin ilmu

terkait yaitu: teknik kimia, farmakologi, farmasi, biokimia, mikrobiologi, ahli

kecantikan dan dermatologi (Wasitaatmadja, 1997).

2.4.1 penggolongan kosmetik

Menurut Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI membagi kosmetik

menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

1. Preparat untuk bayi

2. Preparat untuk mandi

3. Preparat untuk mata

4. Preparat wangi-wangian

5. Preparat untuk rambut

6. Preparat untuk rias (make up)

7. Preparat untuk pewarna rambut

8. Preparat untuk kebersihan mulut

Universitas Sumatera Utara


9. Preparat untuk kebersihan badan

10. Preparat untuk kuku

11. Preparat untuk cukur

12. Preparat untuk perawatan kulit

13. Preparat untuk proteksi sinar matahari

Penggolongan kosmetik menurut cara pembuatan sebagai berikut

(Tranggono dan Latifah, 2007):

1. Kosmetik modern, diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern

(termasuk di antaranya adalah cosmedic).

2. Kosmetik tradisional:

a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan

alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar

tahan lama.

c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar

tradisional dan diberi warna yang menyerupai bahan tradisional.

Kosmetik Dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha

untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat

dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terlihat sehingga tampak

lebih menarik (Wasitaatmadja, 1997).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi

menjadi (Wasitaatmadja, 1997):

1. Kosmetika rias kulit (wajah)

2. Kosmetika rias bibir

Universitas Sumatera Utara


3. Kosmetika rias rambut

4. Kosmetika rias mata

5. Kosmetika rias kuku

Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif.

Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan

kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain (Wasitaatmadja, 1997):

a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan

c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.

Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi,

eye shadow, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.

2.5 Lipstik

Lipstik adalah cat bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (stick),

dimana zat warna terdispersi di dalam campuran minyak, lemak dan lilin

(Wasitaatmadja, 1997). Fungsinya adalah untuk memberikan warna bibir menjadi

Universitas Sumatera Utara


merah, semerah delima merekah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah

sehat dan menarik. Tetapi kenyataannya warna lainpun mulai digemari orang,

sehingga corak warnanya sekarang sangat bervariasi mulai dari warna kemudaan

hingga warna sangat tua dengan corak warna dari merah jambu, merah jingga,

hingga merah biru, bahkan ungu (Ditjen POM, 1985).

Persyaratan lipstik yang dituntut oleh masyarakat sebagai berikut

(Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Melapisi bibir secara mencukupi

b. Dapat bertahan (tidak mudah luntur)

c. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket

d. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir

e. Melembabkan bibir

f. Memberikan warna yang merata pada bibir

g. Penampilan menarik, baik warna, bau, maupun bentuknya

h. Tidak meneteskan minyak dan permukaannya mulus.

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat

dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga

dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik

yang ideal adalah mendekati suhu bibir yaitu antara 36-38oC. Tetapi karena harus

memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama

suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih

sesuai diatur pada suhu 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM,

1985).

Universitas Sumatera Utara


Kerusakan-Kerusakan Lipstik (Anonimd, 2010).

a. Sweating

Sweating adal kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

keluarnya cairan dari permukaan lipstik yang disebabkan oleh kadar

minyak yang tinggi.

b. bleeding

Bleeding adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

berpisahnya zat warna dari bahan dasar lipstik, sehingga distribusi zat

warna tidak merata.

c. Blooming

Blooming adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

permukaan lipstik terlihat tumpul.

d. Streaking

Streaking adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

terbentuknya garis tipis atau pita pada permukaan lipstik dengan warna

yang berbeda.

e. Seams

Seams adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

terjadinya keretakan lipstik saat digunakan.

f. Laddering

Ladering adalah kerusakan pada lipstik yang ditandai dengan

terbentuknya lapisan ganda pada permukaan lipstik.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1 Komposisi Lipstik

Bahan-bahan utama pada lipstik adalah sebagai berikut (Tranggono dan

Latifah, 2007):

a. Lilin

Misalnya carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beeswax, candellila

wax, spermaceti, ceresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.

b. Minyak

Fase minyak dalam lipstik dipilih terutama berdasarkan kemampuannya

melarutkan zat-zat warna eosin misalnya minyak castor.

c. Lemak

Misalnya: lanolin, lemak coklat, dan lesitin.

e. Zat-zat pewarna (Coloring agent)

Zat pewarna yang dipakai secara universal di dalam lipstik adalah zat

warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik,

yaitu kelekatan pada kulit dan kelarutan dalam minyak. Pelarut terbaik di dalam

eosin adalah castor oil.

f. Surfaktan

Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk

memudahkan pembasahan dan dispersi partikel-partikel pigmen warna yang

padat.

g. Bahan pewangi

Bahan pewangi (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar

(flavoring), harus mampu menutupi bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak

dalam lipstik dan menggantinya dengan bau dan rasa yang menyenangkan.

Universitas Sumatera Utara


h. Antioksidan

i. Bahan pengawet

Komponen Lipstik yang Digunakan:

1. Oleum ricini (Minyak jarak)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin

biji Ricinus communis L. yang telah dikupas (Ditjen POM, 1979).

2. Cera alba (Malam putih)

Cera alba dibuat dengan memutihkan malam yang diperoleh dari sarang

lebah Apis mellifera L. Suhu leburnya yaitu antara 62oC hingga 64oC (Ditjen

POM, 1979).

3. Lanolin

Lanolin merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu

domba Bovis aries L. yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya.

Mengandung air tidak lebih dari 0,25%. Suhu leburnya yaitu antara 38oC hingga

44oC (Ditjen POM, 1995).

4. Vaselin alba

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah

diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Suhu leburnya antara 38oC hingga

56oC (Ditjen POM, 1979)

5. Setil alkohol

Setil alkohol digunakan dalam formula lipstik karena punya sifat emolien

yang baik dan memiliki suhu leburnya yaitu antara 45oC hingga 50oC (Poucher,

1993).

Universitas Sumatera Utara


6. Carnauba wax

Carnauba wax merupakan salah satu lilin alami yang sangat keras karena

memiliki suhu lebur yang tinggi yaitu 85C. Biasa digunakan dalam jumlah yang

kecil untuk meningkatkan suhu lebur dan kekerasan lipstik. Carnauba wax tidak

digunakan sebagai lilin tunggal dalam lipstik karena dapat menyebabkan

kekerasan sehingga lipstik menjadi sukar dioleskan pada bibir (Lauffer, 1985).

7. Metil paraben

Metil paraben merupakan pengawet yang larut baik dalam minyak,

propilen glikol, dan dalam gliserol (Ditjen POM, 1995).

8. Parfum

9. Propilen glikol

Propilen glikol sangat luas digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut.

Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan dapat

melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol, barbiturat,

Vitamin A dan D, alkaloid (Rowe, et al., 2009).

10. Butil Hidroksitoluen

Pemeriannya hablur padat, putih, bau khas, lemah. Tidak larut dalam air dan

propilen glikol, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter

(Ditjen POM, 1995).

Butil hidroksitoluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik,

dan makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak

dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas

vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075-0,1% (Rowe, et al.,

2009).

11. Titanium dioksida

Pigmen titanium dioksida (TiO2) merupakan serbuk putih dengan daya

pengopak yang tinggi. Dapat digunakan pada kosmetika, dan pelindung kulit

dari sinar UV (Rowe, et al., 2009). Titanium dioksida sangat aman digunakan.

Penambahan titanium dioksida ini untuk memperbaiki corak warna yang

dikehendaki pada lipstik (Wasitaatmadja, 1997).

12. Tween 80 / polisorbat 80

Tween 80 atau polisorbat 80 adalah zat berupa cairan kental seperti

minyak jernih, kuning, bau asam lemak dan khas. Mudah larut dalam air, etanol,

metanol dan sukar larut dalam parafin cair (Ditjen POM, 1979).

Tween 80 digunakan sebagai pembasah yang dapat menurunkan tegangan

permukaan (anonime, 2010).

2.5.2 Evaluasi Lipstik

Jenis-jenis evaluasi lipstik adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Suhu Lebur Lipstik

Penetapan suhu lebur lipstik dapat dilakukan dengan berbagai metode.

Ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode

drop point. Metode melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan drop

point menggunakan pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode pipa kapiler

adalah 60C atau lebih, sedangkan untuk metode drop point adalah di atas 50C

(Lauffer, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Penetapan suhu lebur lipstik dilakukan untuk mengetahui pada suhu

berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya sehingga minyak akan ke luar. Suhu

tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan lipstik yang selanjutnya berguna

dalam proses pembentukan, pengemasan, dan pengangkutan lisptik (Lauffer,

1985).

b. Breaking point atau kekuatan lipstik

Evaluasi kekuatan lipstik menunjukkan kualitas patahan lipstik dan juga

kekuatan lipstik dalam proses pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan.

Secara otomatis evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui kekuatan lilin

dalam lipstik atau sediaan lain (Lauffer, 1985).

Pengamatan terhadap kekuatan lipstik dilakukan dengan cara lipstik

diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi, digantungkan beban

yang berfungsi sebagai pemberat. Berat beban ditambah secara berangsur-angsur

dengan nilai yang spesifik pada interval waktu 30 detik dan berat dimana lipstik

patah merupakan nilai breaking point (Vishwakarma, et al., 2011).

c. Stabilitas Sediaan

Pengamatan yang dilakukan meliputi adanya perubahan bentuk, warna dan

bau dari sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama

penyimpanan pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari

hingga hari ke-30 (Vishwakarma, et al., 2011).

d. Uji Oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada

kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel

dengan perlakuan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu seperti biasanya kita

Universitas Sumatera Utara


menggunakan lipstik. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik

jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan merata

dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan sediaan

dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang menempel

sedikit dan tidak merata (Keithler, 1956).

e. Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan

cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud

untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit

atau tidak (Ditjen POM, 1985).

Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika

toksikan dilekatkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit

adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan,

sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan

toksikan golongan alergen (Ditjen POM, 1985).

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah

pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi

tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut

iritasi sekunder (Ditjen POM, 1985).

Alergen biasanya adalah zat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit

setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada kulit yang mengikuti pelekatan

pertama pada kulit yang sama (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara


Tanda-tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang

sama, yaitu akan tampak hiperemia, eritema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi

kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM, 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan

panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat

jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan

menyatakan kesediaannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM, 1985).

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi

untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel

adalah bagian punggung, lengan tangan, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang

telinga (Ditjen POM, 1985).

Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel

tertutup, dan atau uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjadi uji

tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum

penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap

sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel

terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi

kulit positif atau negatif (Ditjen POM, 1985).

Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud

pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi

penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik

dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji

tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.

Universitas Sumatera Utara


Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah

sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak.

Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor:

- Kadar dan jenis sediaan uji

- Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji

- Lamanya waktu pelekatan sediaan uji

- Lokasi lekatan

- Umur panel

f. Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji kesukaan (hedonic test) merupakan metode uji yang digunakan untuk

mengukur tingkat kesukaan terhadap produk dengan menggunakan lembar

penilaian. Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan

nilai mutunya dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat

kepercayaan 95%. Untuk menghitung interval nilai mutu rerata dari setiap panelis

digunakan suatu rumus (BSN, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Rumus menghitung interval nilai mutu rata-rata dari setiap panelis sebagai

berikut:

Keterangan: n = banyaknya panelis


2
S = keseragaman nilai
1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95%
x = nilai rata-rata
xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n;
s = simpangan baku
P = tingkat kepercayaan
= rentang nilai

Kriteria panelis (BSN, 2006).

1. Berbadan sehat

2. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap

pengujian

3. Konsisten dalam mengambil keputusan

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan

sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan,

uji iritasi terhadap sediaan, dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap variasi

konsentrasi sediaan yang dibuat.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, blender

(Miyako), neraca analitis (Mettler Toledo), rotary evaporator (Buchi), freeze

dryer, oven, penangas air, pH meter, spatula, kain kasa, sudip, cawan penguap,

pencetak suppositoria, pipet tetes, dan wadah lipstick (roll up).

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

senduduk (Melastoma malabathricum L). Bahan kimia yang digunakan antara

lain: akuades, etanol 96%, asam sitrat, olium ricini, cera alba, vaselin alba, setil

alkohol, lanolin, carnauba wax, butil hidroksitoluen (BHT), titanium dioksida

(TiO2), tween 80, parfum stroberi dan propilen glikol.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, determinasi tumbuhan

dan pengolahan sampel.

3.2.1 Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah

senduduk yang masih segar yang terdapat di Desa Duku, Kecamatan Koto XI

Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

3.2.2 Determinasi Tumbuhan

Determinasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)

Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Jalan Bioteknologi No.

1 Kampus USU, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Buah senduduk yang masih segar sebanyak 1 kg dikumpulkan kemudian

dicuci hingga bersih dan ditiriskan.

2.3 Pembuatan Ekstrak Buah Senduduk

Sebanyak 1 kg buah senduduk dimaserasi dengan 1 liter etanol 96% yang

telah dicampurkan dengan 20 gram asam sitrat, ditutup dan dibiarkan selama 1

malam terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, saring dengan kain kasa,

filtrat ditampung (filtrat pertama). Kemudian ampas dimaserasi kembali dengan

Universitas Sumatera Utara


etanol 96% sebanyak 1 liter (dicampur dengan asam sitrat 20 gram), saring

dengan kain kasa. Hasil yang diperoleh dicampur dengan filtrat pertama lalu

diuapkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperatur 50oC sampai

tidak meninggalkan pelarut, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer sehingga

didapatkan ekstrak buah senduduk (Hidayat, 2006).

2.4 Pembuatan Lipstik Dengan Ekstrak Buah Senduduk Sebagai Pewarna


Dalam Berbagai Konsentrasi

2.4.1 Formula

Formula dasar lipstik yang dipilih dalam penelitian ini dengan komposisi

sebagai berikut (Young, 1974):

R/ Cera alba 36,0

Lanolin 8,0

Vaselin alba 36,0

Setil alkohol 6,0

Oleum ricini 8,0

Carnauba wax 5,0

Pewarna secukupnya

Parfum secukupnya

Pengawet secukupnya

Ekstrak buah senduduk tidak dapat larut dalam oleum ricini sehingga perlu

ditambahkan propilen glikol untuk melarutkan zat warna tersebut. Konsentrasi

propilen glikol yang biasa digunakan dalam formula lipstik adalah 5-15%.

Berdasarkan orientasi propilen glikol yang digunakan adalah 5%. Selain itu,

ekstrak buah senduduk kurang bersatu dengan dasar lipstik. Oleh karena itu

Universitas Sumatera Utara


diperlukan emulgator untuk menyatukan dasar lemak dari lipstik dengan ekstrak

buah senduduk. Emulgator yang digunakan adalah tween 80. Berdasarkan

orientasi konsentrasi tween 80 yang digunakan adalah 1%.

Berdasarkan hasil orientasi terhadap konsentrasi ekstrak buah senduduk

dalam sediaan lipstik diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%,

dan 10% warna tidak ke luar sehingga warna sediaan tidak dapat menempel saat

dioleskan pada kulit punggung tangan. Pada konsentrasi 12,5%, warna sediaan

sudah dapat menempel dengan baik saat dioleskan pada kulit punggung tangan

pada pengolesan dengan warna yang sangat muda.

Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan ekstrak buah senduduk

konsentrasi 15%, 17,5%, 20%, dan 22,5% Pada konsentrasi 25% konsentrasi zat

warna sudah terlalu banyak sehingga konsistensi lipstik menjadi kurang bagus.

Selain itu warna yang dihasilkan pada sediaan lipstik terlalu tua sehingga dari segi

penampilan sediaan menjadi kurang menarik. Maka konsentrasi ekstrak buah

senduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12,5%, 15%, 17,5%, 20%,

dan 22,5% karena warna dan konsistensi sediaan yang dihasilkan cukup baik.

Butil hidroksitoluen (BHT) digunakan sebagai antioksidan, karena

banyaknya lemak dan minyak yang digunakan dalam formula lipstik membuat

mudah terjadinya oksidasi. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang digunakan

adalah 0,1%.

Titanium dioksida digunakan sebagai pemburam, sehingga warna lipstik

tampak lebih bagus. Berdasarkan orientasi konsentrasi titanium dioksida yang

digunakan adalah 0,5%. Jadi, dilakukan modifikasi formula dengan perbandingan

yang sama sesuai dengan formula dasar.

Universitas Sumatera Utara


Formula modifikasi sebagai berikut:

1. Sediaan dengan tanpa ekstrak buah senduduk

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 0

Basis lipstik ad 20

2. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 12,5%

Basis lipstik ad 20

Universitas Sumatera Utara


3. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 15%

Basis lipstik ad 20

4. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 17,5%

Basis lipstik ad 20

Universitas Sumatera Utara


5. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 20%

Basis lipstik ad 20

6. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

R/ TiO2 0,5%

Propilen glikol 5%

Tween 80 1%

Minyak stroberi 0,5%

BHT 0,1%

Nipagin 0,1%

Ekstrak buah senduduk 22,5%

Basis lipstik ad 20

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Modifikasi Formula Sediaan Lipstik dari Ekstrak Buah Senduduk

Modifikasi formula sediaan lipstik dari ekstrak buah senduduk dapat


dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.

Komposisi Sediaan (gram)


1 2 3 4 5 6
Cera alba 6,75 5,84 5,66 5,47 5,29 5,11
Lanolin 1,50 1,30 1,26 1,22 1,18 1,14
Vaselin 6,75 5,84 5,66 5,47 5,29 5,11
Setil alkohol 1,12 0.97 0,94 0,91 0,88 0,85
Oleum ricini 1,50 1,30 1,26 1,22 1,18 1,14
Carnauba wax 0,94 0,81 0,78 0,76 0,73 0,71
Ekstrak buah senduduk 0 2,5 3 3,5 4 4,5
TiO2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,5 0,1
Propilen glikol 1 1 1 1 1 1
Tween 80 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Parfum stroberi 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
BHT 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Nipagin 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

3.4.2 Prosedur Pembuatan Lipstik

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:

Nipagin dilarutkan dalam propilen glikol, setelah nipagin larut, ekstrak

buah senduduk kemudian dilarutkan dalam campuran propilen glikol dan nipagin

tersebut, Butil hidroksitoluen yang telah digerus dilarutkan dalam oleum ricini.

Kemudian ditambahkan ke dalam campuran pewarna, nipagin, dan propilen

glikol, lalu ditambahkan titanium dioksida yang telah digerus dan kemudian

diaduk hingga homogen (campuran A). Ditimbang cera alba, carnauba wax,

lanolin, vaselin alba dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap,

Universitas Sumatera Utara


kemudian dileburkan di atas penangas air (campuran B). Kemudian campuran A

dan campuran B dicampurkan perlahan-lahan di dalam cawan sambil dipanaskan.

Lalu ditambahkan tween 80 dan parfum, aduk hingga homogen. Selagi cair,

dimasukkan ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku. Setelah membeku

massa dikeluarkan dari cetakan dan dimasukkan dalam wadah (roll up lipstick).

3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lipstik.

Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan homogenitas, titik lebur,

kekuatan lipstik dan stabilitas sediaan yang mencakup pengamatan terhadap

perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, uji oles, pemeriksaan pH, uji

iritasi, dan uji kesukaan (Hedonic Test).

3.5.1 Pemeriksaan Titik Lebur Lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan cara melebur

lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan lipstik dengan titik lebur dengan

suhu di atas 50C (Vishwakarma, dkk., 2011).

Lipstik dimasukkan dalam oven dengan suhu awal 50oC selama 15 menit,

diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 1oC setiap

15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik mulai meleleh.

3.5.2 Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan cara lipstik

diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira inci dari tepi lipstik, digantungkan

Universitas Sumatera Utara


beban yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10

gram). Penambahan berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai

lipstik patah, pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya

(Vishwakarma, dkk., 2011).

3.5.3 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Caranya:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam cawan dengan 100 ml air suling di atas

penangas air. Setelah dingin kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan

Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari

sediaan lipstik dilakukan terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan

pada suhu kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga hari

ke-30 (Vishwakarma, dkk., 2011).

Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan

bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak, pada perubahan warna

Universitas Sumatera Utara


diperhatikan apakah lipstik terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan

lipstik atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik masih berbau

khas dari parfum yang digunakan atau tidak.

3.5.5 Uji Oles

Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan lipstik pada

kulit punggung tangan kemudian mengamati banyaknya warna yang menempel

dengan perlakuan 5 kali pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya

oles yang baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan banyak dan

merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan tertentu. Sedangkan

sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang tidak baik jika warna yang

menempel sedikit dan tidak merata. Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-

masing sediaan yang dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5

kali pengolesan (Keithler, 1956).

3.5.6 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Caranya:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam cawan dengan 100 ml air suling di atas

penangas air. Setelah dingin kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan

Universitas Sumatera Utara


tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003)

3.5.7 Pemeriksaan Homogenitas

Masing-masing sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah senduduk

diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan

pada kulit punggung tangan. Sediaan dikatakan homogen jika warna menempel

secara merata pada kulit punggung tangan.

3.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Setelah dilakukan pengujian kestabilan fisik terhadap sediaan, kemudian

dilanjutkan dengan uji iritasi dan uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap sediaan

yang dibuat.

3.6.1 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lipstik yang dibuat dari ekstrak buah

senduduk dengan maksud untuk mengetahui bahwa lipstik yang dibuat dapat

menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori,

yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau

penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa

jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).

Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (Patch

Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10 orang panelis. Uji tempel

terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan

Universitas Sumatera Utara


dengan luas tertentu (2,5 x 2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang

terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut

untuk sediaan yang paling tinggi konsentrasi ekstrak buah senduduknya, yaitu

konsentrasi 22,5%, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif ditandai oleh

adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan bawah bagian

dalam yang diberi perlakuan. Adanya kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal

(++), bengkak (+++), dan yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (0).

Kriteria panelis uji iritasi (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani

4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi

5. Menyatakan kesediaannya dijadikan panelis uji iritasi

3.6.2 Uji Kesukaan

Uji kesukaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis

terhadap sediaan lipstik yang dibuat. Uji kesukaan ini dilakukan secara visual

terhadap 30 orang panelis.

Kriteria panelis (BSN, 2006).

4. Tertarik terhadap uji yang dilakukan dan mau berpartisipasi terhadap

pengujian

5. Konsisten dalam mengambil keputusan

6. Berbadan sehat

Universitas Sumatera Utara


Setiap panelis diminta untuk mengoleskan lipstik yang dibuat dengan

berbagai konsentrasi ekstrak buah senduduk pada kulit punggung tangannya.

Kemudian panelis menuliskan angka 9 bila amat sangat suka, 8 bila sangat suka, 7

bila suka, 6 bila agak suka, 5 bila netral, 4 bila agak tidak suka, 3 bila tidak suka,

2 bila sangat tidak suka, dan 1 bila amat sangat tidak suka (BSN, 2006).

Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan sediaan

lipstik, homogenitas dan intensitas warna sediaan lipstik saat dioleskan pada kulit

punggung tangan. Kemudian dihitung nilai kesukaan terhadap masing-masing

sediaan. Perhitungan hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Lampiran 14.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi

Hasil ekstraksi dari buah senduduk diperoleh ekstrak kental sebanyak 390

gram.

4.2 Hasil Formulasi Sediaan Lipstik

Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk yang digunakan

menghasilkan perbedaan warna lipstik. Lipstik dengan konsentrasi pewarna

ekstrak buah senduduk dengan konsentrasi 12,5% dan 15% berwarna merah

muda, konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk 17,5% dan 20% berwarna

merah, dan ekstrak buah senduduk 25% berwarna merah maron. Aroma lipstik

adalah aroma khas parfum stroberi.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

4.3.1 Homogenitas Sediaan

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan

lipstik memiliki pengolesan yang merata pada kulit punggung tangan. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.3.2 Titik lebur lipstik

Hasil pemeriksaan titik lebur lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan

lipstik melebur pada suhu 52C. Lipstik yang baik memiliki titik lebur sebaiknya

Universitas Sumatera Utara


di atas 50oC, hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki titik lebur

yang baik (Vishwakarma, dkk., 2011).

Data pemeriksaan titik lebur dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Data pemeriksaan titik lebur

Sediaan Suhu (C)


1 52
2 52
3 52
4 52
5 52
6 52

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

4.3.3 Kekuatan lipstik

Uji kepatahan dengan menggunakan alat seberat 4 gram. Hasil

pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan adanya perbedaan kemampuan

sediaan lipstik menahan beban. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi ekstrak buah senduduk yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi

ekstrak buah senduduk dalam sediaan lipstik, maka semakin sedikit dasar lipstik

yang digunakan. Hal ini menyebabkan lipstik dengan ekstrak senduduk 22,5%

lebih mudah patah dibandingkan sediaan lipstik lain yang menggunakan ekstrak

buah senduduk dengan konsentrasi yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara


Data pemeriksaan kekuatan lipstik dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Data Pemeriksaan Kekuatan Lipstik

Sediaan Penambahan Berat/gram


1 104
2 93
3 60
4 86
5 86
6 86
7 86
8 80

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Lipstik pembanding
Sediaan 3 : Lipstik pembanding
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 12,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 15%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 17,5%
Sediaan 7 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 20%
Sediaan 8 : Formula dengan konsentrasi ekstrak senduduk 22,5%

Hasil pemeriksaan kekuatan lipstik menunjukkan bahwa sediaan lipstik

patah pada penekanan dengan penambahan berat 80-86 gram. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki kekuatan yang baik.

Kesimpulan ini diambil dengan membandingkan berat beban yang digunakan

pada pengujian lipstik menggunakan ekstrak buah senduduk dengan dua sediaan

lipstik yang beredar di pasaran, dimana lipstik yang beredar dipasaran patah pada

penekanan dengan penambahan berat 60 gram dan 93 gram.

Universitas Sumatera Utara


4.3.4 Stabilitas Sediaan

Data pengamatan dari sediaan selama 30 hari dapat dilihat pada Tabel 4.3 di

bawah ini:

Tabel 4.3 Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan

Lama pengamatan (hari)


Pengamatan Sediaan
1 5 10 15 20 25 30
1 b b b b b b b
2 b b b b b b b
Bentuk 3 b b b b b b b
4 b b b b b b b
5 b b b b b b b
6 b b b b b b b
1 p p p p p p p
2 md md md md md md md
Warna 3 md md md md md md md
4 m m m m m m m
5 m m m m m m m
6 mm mm mm mm mm mm mm
1 bk bk bk bk bk bk bk
2 bk bk bk bk bk bk bk
Bau 3 bk bk bk bk bk bk bk
4 bk bk bk bk bk bk bk
5 bk bk bk bk bk bk bk
6 bk bk bk bk bk bk bk

Keterangan: b : baik m : merah


p : putih mm : merah maron
md : merah muda bk : bau khas

Hasil uji stabilitas sediaan lipstik menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari

pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi

perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Dari hasil pengamatan bentuk,

didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan lipstik yang dibuat tidak terjadi perubahan

bentuk dari bentuk awal pencetakan sampai 30 hari pada penyimpanan suhu

Universitas Sumatera Utara


kamar. Bertambahnya konsentrasi ekstrak buah senduduk yang digunakan maka

bertambah pekat warna lipstik yang dihasilkan. Lipstik dengan konsentrasi ekstrak

buah sendududk 12,5% dan 15% memberikan warna merah muda, konsentrasi

17,5% dan 20% memberikan warna merah, sedangkan konsentrasi 22,5%

memberikan warna merah maron. Bau yang dihasilkan dari seluruh sediaan lipstik

adalah bau khas dari parfum yang digunakan yaitu parfum stroberi. Bau sediaan

tetap stabil dalam penyimpanan selama 30 hari pengamatan pada suhu kamar.

4.3.5 Uji Oles

Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang baik jika sediaan

memberikan warna yang intensif, merata dan homogen saat dioleskan pada kulit

punggung tangan. Berdasarkan uji oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang

memiliki daya oles yang sangat baik adalah sediaan 3, 4 dan 5 yaitu lipstik dengan

konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%, 20%, 22,5%, hal ini ditandai dengan

empat kali pengolesan sediaan telah memberikan warna yang intensif, merata dan

homogen saat dioleskan pada kulit punggung tangan. Sedangkan, sediaan 1 dan 2

dengan konsentrasi 12,5% dan 15% memberikan warna yang intensif dan merata

setelah 6 kali pengolesan, karena warna sediaan terlalu muda sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan 1 dan 2 memiliki daya oles yang kurang baik

dibandingkan sediaan 3, 4 dan 5.

4.3.6 Pemeriksaan pH

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan 1 tanpa ekstrak buah

senduduk adalah 6,5 sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan ekstrak

buah senduduk memiliki pH berkisar antara 3,7 3,9. pH ini mendekati pH

Universitas Sumatera Utara


fisiologis kulit bibir yaitu 4. Dengan demikian formula tersebut dapat digunakan

untuk sediaan lipstik (Balsam, 1972).

Diperoleh pH sediaan lipstik masing-masing konsentrasi dengan tiga kali

perlakuan, hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan

Sediaan pH
1 6,5
2 3,9
3 3,8
4 3,8
5 3,8
6 3,7

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

4.4 Hasil Uji Iritasi

Data hasil uji iritasi pada sediaan terhadap 10 orang panelis dapat dilihat pada
Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Data uji iritasi

Pengamatan Panelis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kulit kemerahan (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0)
Kulit gatal-gatal (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0)
Kulit bengkak (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0)

Keterangan: (0) : tidak terjadi iritasi


(+) : kulit kemerahan
(++) : kulit gatal-gatal
(+++) : kulit bengkak

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 panelis yang

dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lipstik yang dibuat pada kulit lengan

bawah bagian dalam selama tiga hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua

panelis memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati

yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil

uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lipstik yang dibuat aman

untuk digunakan (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara


4.5 Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Data uji kesukaan terhadap 30 orang panelis dapat dilihat pada Tabel 4.6 di
bawah ini:

Tabel 4.6 Data Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Panelis Sediaan
1 2 3 4 5
1 5 7 9 6 8
2 6 7 9 8 7
3 3 5 6 7 8
4 7 5 8 7 8
5 7 5 8 6 8
6 3 5 9 9 7
7 6 9 9 9 8
8 7 8 8 8 7
9 4 4 8 5 4
10 2 5 8 5 4
11 9 8 7 8 9
12 6 9 7 8 7
13 5 8 9 9 9
14 9 7 8 9 8
15 9 8 9 9 8
16 9 7 8 3 9
17 9 8 6 9 9
18 5 9 9 9 7
19 7 7 7 8 8
20 7 9 8 8 7
21 5 9 7 8 9
22 7 8 9 8 9
23 8 5 9 9 9
24 3 6 6 8 9
25 8 7 9 8 9
26 7 8 9 9 6
27 7 8 8 9 8
28 6 5 9 9 7
29 5 5 4 9 8
30 8 7 3 9 9
Total 189 208 233 234 233

Keterangan: Amat sangat suka =9 Tidak suka =3


Sangat suka =8 Sangat tidak suka =2
Suka =7 Amat sangat tidak suka =1
Agak suka =6
Netral =5
Agak tidak suka =4

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis

diperoleh bahwa:

- Sediaan 1 memiliki total nilai 189

- Sediaan 2 memiliki total nilai 208

- Sediaan 3 memiliki total nilai 233

- Sediaan 4 memiliki total nilai 234

- Sediaan 5 memiliki total nilai 233

Berdasarkan data uji kesukaan (Hedonic Test) terhadap 30 orang panelis,

diketahui bahwa sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%

dan 20% dan 22,5% termasuk kategosri suka. Hal ini karena warna mudah ke luar

pada saat dioles dan memberikan warna yang merata. Konsentrasi ekstrak buah

senduduk 12,5% dan 15% termasuk kategori agak suka. Hal ini karena warna

yang dihasilkan terlalu muda dan sukar memberikan warna pada saat dioleskan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak buah senduduk dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi

sediaan lipstik. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah senduduk yang

digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan kepekatan warna sediaan

lipstik.

Hasil penentuan mutu fisik sediaan menunjukkan bahwa seluruh sediaan

yang dibuat stabil dalam penyimpanan selama 30 hari, tidak menunjukkan adanya

perubahan bentuk, warna dan bau, homogenitasnya baik, titik lebur 52C,

kekuatan lipstik baik dan pH berkisar antara 3,7-3,9.

Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa sediaan lipstik dengan konsentrasi

ekstrak buah senduduk 17,5%, 20% dan 22,5% termasuk kategori suka, dan

sediaan lipstik dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%, 15% dan

termasuk kategori agak suka.

4.2 Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan

pewarna alami ekstrak buah senduduk untuk formulasi sediaan kosmetik lainnya,

seperti eye shadow.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2012). Lipstik Bukan Sekedar Warna. Diakses Tanggal 2 Maret 2012.
http: // www.chem-is-try.org/ lipstik-bukan-sekedar-warna.

Anonimb. (2011). Morfologi Tumbuhan Senduduk. Diakses tanggal 13 Juni 2012.


http: // www.prosenet org. Florakita.

Anonimc.. (2007). Buah keduduk. Diakses Tanggal 12 Juni 2012.


http:// www.rawatantradisional.blogspot.com/2007_05_01_archive.html

Anonimd. (2010). Makalah lipstik. Diakses Tanggal 12 Juni 2012.


http://www.scribd.com/doc/-makalah-lipstik

Anonime. (2010). Tween 80 sebagai humektan. Diakses tanggal 5 juli 2012.


http://www.skribd.com/doc/krim.

Arisandi, Y., dan Andriani, Y, (2000). Tanaman Obat Plus Pengobatan


Alternatif. Jakarta: Setia Kawan. Halaman 76.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition. London:
Jhon Willy and Son Inc. Halaman 64, 367.

BSN. (2006). Petunjuk Pengujian Organoleptik dan atau Sensori. Diakses tanggal
11 Februari 2012. http://www.scribd.com/doc/65447618/SNI-01-2346-
2006.

Deman, J.M. (1997). Kimia Makanan. Bandung: ITB. Halaman 253-254.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 140, 459, 509, 633, 652.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 7, 48, 57, 157, 1177.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI. Halaman 83, 85, 195-197.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 5, 10-11.

Hidayat, N. (2006). Membuat Pewarna Alami. Surabaya: Penerbit Trubus


Agrisarana. Halaman 6, 35

Keithler. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York:


Drug and Cosmetic Industry. Halaman 153-155.

Universitas Sumatera Utara


Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta:UI-Press. Halaman 5.

Khasanah, N dan Azhara. (2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Jogjakarta: Flash


Books. Halaman 5-6.

Lauffer, G.I.P. (1985). Lipstick. In: Balsam M.S. Saragin E, Editor. Cosemetic
Science and Technology. Vol. I. Edisi Kedua. New-York: Wiley-
Interscience. Halaman 209.

Poucher W.A. (1993). Perfumes, Cosmetics and Soaps. Edisi Kesembilan. Vol 3.
London: Chapman and Hall. Halaman: 203.

Rawlins, E.A. (2003). Bentleys Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan


belas. London:Bailierre Tindall. Halaman 355.

Suprapti,M.L.(2005),Teknologi Pengolahan Pangan, Yogyakarta. Kanisius.


Halaman 8.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan


Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.
Halaman 3. 6-8, 11, 19-20.

Vishwakarma, B., Dwivedi, S., Dubey, K., dan Joshi, H. (2011). Formulation
and Evaluation of Herbal Lipstick. International Journal of Drug
Discovery & Herbal Research. 1(1): 18-19.

Violalita, F. (2010). Ekstraksi Pigmen Antosianin Buah Senduduk (Melastoma


malabathricum L.) dan Aplikasinya Pada Pangan. Tesis. Padang:
Universitas Andalas.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:UI-Press.


Halaman 26-30, 122.

Wibiani, S. (2010). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Antosianin Kulit Buah


Anggur ( Vitis vinifera var. Prabu Bestari). Skripsi. Malang:Universitas
Islam Negri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.

Young, A. (1974). Pratical Cosmetic Science. London: Mills & Boon Limited.
Halaman 86.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuh

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Senduduk

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Gambar Buah Senduduk

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Gambar Wadah Sediaan Lipstik

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Gambar Sediaan Lipstik Tanpa Ekstrak Buah Senduduk

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Gambar Sediaan Menggunakan Ekstrak Buah Senduduk

1 2 3 4 5

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Hasil Gambar Uji Homogenitas

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5% dengan 5
kali pengolesan
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15% dengan 5
kali pengolesan
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5% dengan 5
kali pengolesan
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20% dengan 5
kali pengolesan
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5% dengan 5
kali pengolesan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 8. Hasil Pengukuran pH Sediaan dengan 3 kali perlakuan

perlakuan perlakuan perlakuan pH rata-


1 2 3 rata
(pH) (pH) (pH)
Sediaan 1 6,5 6,4 6,6 6,5

Sediaan 2 3,7 4,1 3,9 3,9

Sediaan 3 3,8 3,9 3,7 3,8

Sediaan 4 4,0 3,7 3,7 3,8

Sediaan 5 3,7 3,9 3,8 3,8

Sediaan 6 3.5 3,7 3,9 3,7

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 9. Hasil pengukuran titik lebur dengan 3 kali perlakuan

perlakuan perlakuan perlakuan rata-rata


1 2 3
Suhu (C) Suhu (C) Suhu (C) Suhu (C)
Sediaan 1 5,3 5,1 5,2 5,2

Sediaan 2 5,2 5,2 5,2 5,2

Sediaan 3 5,1 5,2 5,3 5,2

Sediaan 4 5,2 5,2 5,2 5,2

Sediaan 5 5,2 5,2 5,2 5,2

Sediaan 6 5,0 5,3 5,3 5,2

Keterangan:
Sediaan 1 : Formula tanpa ekstrak buah senduduk
Sediaan 2 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%
Sediaan 3 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%
Sediaan 4 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%
Sediaan 5 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%
Sediaan 6 : Formula dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Perhitungan Bahan untuk Formulasi Sediaan Lipstik

Jumlah keseluruhan komponen lipstik = Bahan tambahan + Zat warna +

Basis lipstik

Basis lipstik = Jumlah keseluruhan komponen lipstik ( Bahan tambahan

+ Zat pewarna)

Jumlah masing- masing komponen basis lipstik

= Basis dalam resep Basis yang dibutuhkan

Jumlah seluruh basis dalam resep

Jumlah keseluruhan Komponen lipstik yang dibuat = 20 g

Bahan Tambahan

TiO2 0,5% = 0,5/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 0,5/100 20 g

= 0,1 g

Propilen glikol 5% = 5/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 5/100 20 g

=1g

Tween 80 1% = 1/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 1/100 20 g

= 0,2 g

Parfum stroberi 0,5% = 0,5/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 0,5/100 20 g

= 0,1 g

Universitas Sumatera Utara


BHT 0,1% = 0,1/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 0,1/100 20 g

= 0,02 g

Nipagin 0,1% = 0,1/100 Jumlah keseluruhan komponen lipstik

= 0,1/100 20 g

= 0,02 g

Jumlah total bahan tambahan = (0,1+1+0,2+0,1+0,02+0,02) g

= 1,44 g

1. Formula lipstik tanpa pewarna dari ekstrak buah senduduk

Jumlah Basis lipstik = 20 g (1,44 g + 0 g)

= 18,56 g

Cera alba = 36/99 18,56 g = 6,75 g

Vaselin = 36/99 18,56 g = 6,75 g

Setil alkohol = 6/99 18,56 g = 1,12 g

Carnauba wax = 5/99 18,56 g = 0,93 g

Oleum ricini = 8/99 18,56 g = 1,50 g

Lanolin anhidrat = 8/99 18,56 g = 1,50g

Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,50 = 1,12 g

Aqua 25% = 25/100 1,50 = 0,37g

2. Formula dengan konsentrasi ekstak buah senduduk 12,5% = 12,5/100 20 g

= 2,5 g

Universitas Sumatera Utara


Jumlah basis lipstik = 20 g (1,44 g + 2,5 g)

= 16,06 g

Cera alba = 36/99 16,06 g = 5,84 g

Vaselin = 36/99 16,06 g = 5,84 g

Setil alkohol = 6/99 16,06 g = 0,97g

Carnauba wax = 5/99 16,06 g = 0,81 g

Oleum ricini = 8/99 16,06 g = 1,30 g

Lanolin anhidrat = 8/99 16,06 g = 1,30 g

Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,30 g = 0,97 g

Aqua 25% = 25/100 1,30 g = 0,32 g

3. Formula dengan konsentrasi ekstak buah senduduk 15% = 15/100 20 g

=3g

Jumlah basis lipstik = 20 g (1,44 g + 3 g)

= 15,56 g

Cera alba = 36/99 15,56 g = 5,66 g

Vaselin = 36/99 15,56 g = 5,66 g

Setil alkohol = 6/99 15,56 g = 0,943 g

Carnauba wax = 5/99 15,56 g = 0,785 g

Oleum ricini = 8/99 15,56 g = 1,26 g

Lanolin anhidrat = 8/99 15,56 g = 1,26 gg

Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,26 g = 0,94 g

Universitas Sumatera Utara


Aqua 25% = 25/100 1,26 g = 0,31 g

4. Formula dengan konsentrasi ekstak kulit buah duwet 17,5% = 17,5/100 20 g

= 3,5g

Jumlah basis lipstik = 20 g (1,44 g + 3,5 g)

= 15,06 g

Cera alba = 36/99 15,06 g = 5,47 g

Vaselin = 36/99 15,06 g = 5,47 g

Setil alkohol = 6/99 15,06 g = 0,91 g

Carnauba wax = 5/99 15,06 g = 0,76 g

Oleum ricini = 8/99 15,06 g = 1,22 g

Lanolin anhidrat = 8/99 15,06 g = 1,22 g

Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,22 g = 0,91 g

Aqua 25% = 25/100 1,22 g = 0,305g

5. Formula dengan konsentrasi ekstak buah senduduk 20% = 20/100 20 g

=4g

Jumlah basis lipstik = 20 g (1,44 g + 4 g)

= 14,56g

Cera alba = 36/99 14,56 g = 5,294g

Vaselin = 36/99 14,56 g = 5,29 g

Setil alkohol = 6/99 14,56 g = 0,88 g

Carnauba wax = 5/99 14,56 g = 0,73 g

Oleum ricini = 8/99 14,56 g = 1,18 g

Lanolin anhidrat = 8/99 14,56 g = 1,18 g

Universitas Sumatera Utara


Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,18 g = 0,885 g

Aqua 25% = 25/100 1,18 g = 0,295 g

6. Formula dengan konsentrasi ekstak buah senduduk 22,5% = 22,5/100 20 g

= 4,5 g

Jumlah basis lipstik = 20 g (1,44 g + 4,5 g)

= 14,06 g

Cera alba = 36/99 14,06 g = 5,11 g

Vaselin = 36/99 14,06 g = 5,11 g

Setil alkohol = 6/99 14,06 g = 0,85 g

Carnauba wax = 5/99 14,06 g = 0,71 g

Oleum ricini = 8/99 14,06 g = 1,14 g

Lanolin anhidrat = 8/99 14,06 g = 1,14 g

Lanolin adalah adeps lanae cum aqua

Adeps lanae 75% = 75/100 1,14 g = 0,85 g

Aqua 25% = 25/100 1,14 g = 0,28 g

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 11. Format Surat Pernyataan untuk Uji Iritasi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi panelis untuk uji iritasi dalam penelitian


dari Septia Narti dengan Judul penelitian Penggunaan Ekstrak Buah Senduduk
Sebagai Pewarna Dalam Sediaan Lipstik, yang memenuhi kriteria sebagai panelis
uji iritasi sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Berbadan sehat jasmani dan rohani
4. Tidak memiliki riwayat penyakit alergi
5. Menyatakan kesediannya dijadikan panelis uji iritasi

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, panelis tidak akan
menuntut kapada peneliti.

Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas partisipasinya peneliti


mengucapakan terimakasih.

Medan, Mei 2012

(.................................)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 12. Format Formulir Uji Kesukaan

Hedonic Test
Pilihlah lipstik mana yang saudara amat sangat suka sampai yang amat sangat
tidak suka berdasarkan homogenitas warna, kemudahan pengolesan dan
intensitas warnanya.

Sediaan
Nama Umur 12,5% 15% 17,5% 20% 22,5%

Kategori: Amat sangat suka : 9 Agak tidak suka :4


Sangat suka :8 Tidak suka :3
Suka :7 Sangat tidak suka :2
Agak suka :6 Amat sangat tidak suka : 1
Netral :5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 13. Gambar Alat Uji Kekuatan Lipstik

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 14. Perhitungan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Rumus yang digunakan untuk menghitung uji kesukaan (Hedonic Test) adalah:

Keterangan: n = banyaknya panelis


S2 = keseragaman nilai
1,96 = koefisien standar deviasi pada taraf 95%
x = nilai rata-rata
xi = nilai dari panelis ke i, dimana i = 1, 2, 3, ...n;
s = simpangan baku
P = tingkat kepercayaan
= rentang nilai

1. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 12,5%

x = 189/30 = 6,3

(3 - 6,3) 2 (6 6,3) 2 (3 6,3) 2 ... (8 6,3) 2 114,2


S2 = 3,80
30 30

s=

Universitas Sumatera Utara


= 1,94

P(6,3-(1,96.1,94/ ) (6,3+(1,96.1,94/ )

P(6,3-0,69) (6,3+0,69)

P(5,61 6,99)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 5,61 dan dibulatkan menjadi 6 (agak

suka).

2. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 15%

x = 208/30 = 6,93

(7 - 6,93) 2 (7 6,93) 2 (5 6,93) 2 ... (7 6,93) 2 69,86


S2 = 2,33
30 30

s= =1,52

P(6,9-(1,96.1,52/ ) (6,9+(1,96.1,52/ )

P(6,9-0,54) (6,9+0,54)

P(6,38 7,47)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,38 dan dibulatkan menjadi 6 (agak

suka).

Universitas Sumatera Utara


3. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 17,5%

x = 233/30 = 7,76

(7 - 7,76) 2 (7 7,76) 2 (9 7,76) 2 ... (8 7,76) 2 27,25


S2 = 0,90
30 30

s= =0,94

P(7,76-(1,96.0,94/ ) (7,76+(1,96.0,94/ )

P(7,76-0,33) (7,76+0,33)

P(7,43 8,09)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,43 dan dibulatkan menjadi 7

(suka).

4. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 20%

x = 234/30 = 7,8

(8 - 7,8) 2 (8 7,8) 2 (9 7,8) 2 ... (3 7,8) 2 80,8


S2 = 2,69
30 30

s= =1,64

Universitas Sumatera Utara


P(7,8-(1,96.1,64/ ) (7,8+(1,96.1,64/ )

P(7,8-0,86) (7,8+0,86)

P(6,94 8,66)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 6,94 dan dibulatkan menjadi 7

(suka).q

5. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak buah senduduk 22,5%

x = 233/30 = 6,76

(8 - 6,76) 2 (7 6,76) 2 (8 6,76) 2 ... (9 7,76) 2 44,89


2
S = 1,49
30 30

s= =1,22

P(7,76-(1,96.1,22/ ) (7,76+(1,96.1,22/ )

P(7,76-0,43) (7,76+0,43)

P(7,33 8,19)

Nilai yang diambil adalah nilai terkecil yaitu 7,33 dan dibulatkan menjadi 7

(suka).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai