Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FARMASETIKA

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

LAPORAN PRAKTIKUM
FORMULASI &TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI PADAT DAN CAIR
FORMULASI PIMPELLA BALM DENGAN OLEUM ANISI

Dosen Pengampu :

1. Apt. St.Rahmatullah,S.Farm., M.Si


2. Apt. Dwi Bagus Pambudi, S.Farm., M.H (kes)

OLEH:

1. Nur Atta Mufidah (201902060049)


2. Shalsyah Noviyani (2019020600)
3. AndiniSafitri (201902060065)
4. Inas Iffat Rizqi (2019020600)
5. Aldila Putri Virgasari (201907060076)
6. Edellia Eka Mawarni (201902060083)

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2020/2021
I. RANCANGAN FORMULA

 Nama Produk : Pimpella Balm


 Nama Pabrik : PT. Treasure Pharma
 Tanggal Formula : 03 Mei 2021
 TanggalProduksi : 24 Mei 2021
 NomorRegistrasi : DBL2111122240AI
 Nomor Batch : 21057
 Komposisi : Tiap 100 ml mengandung :
Oleum anisi 6%
Menthol 5%
Champor 1,5%
Paraffin 35%
Vaselin album add 20gr

II. Master Formula

Diproduksi
TanggalFormula TanggalProduksi Dibuat oleh Disetujui oleh
oleh
PT. Treasure 03Mei 2021 24 Mei 2021 1. Nur Atta
Pharma Mufidah
2. Shalsyah apt. St.
Noviyani Rahmatullah,
3. Andini Safitri S.Farm., Msi
4. Inas Iffat
Rizqi apt.
5. Aldila Putri DwiBagusPambudi,
Virgasari S.Farm, M.H (kes)
6. Edellia Eka
Mawarni
Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per. Dosis Per. Batch
OEA 01 Oleum Anisi Bahanaktif 1,2gr 3,6gr
MNT 002 Menthol Bahan aktif 1gr 3gr
CMP 003 Champor Bahan aktif 0,3gr 0,6gr
PRF 004 Paraffin Zat tambahan 7gr 314gr
VSA 005 Vas album Zat tambahan 10,5gr 31,5gr

III. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN


1. Oleum Anisi (minyak adas)
Fungsi : zat aktif
Alasan : minyak adas merupakan minyak yang dihasilkan dari tanaman adas,melalui
proses penyulingan. Komponen utama minyak adas adalah senyawa kimia
sebesar 5060%. Anetol memiliki khasiat sebagai karminatif (kardinan,2010)
2. Menthol
Fungsi : zat aktif
Alasan : menthol telah diteliti sebagai penambahan netrasi kulit dan juga digunakan
dalam wewangian, produk tembahak,permen karet dan sebagai anti terapeutik.
Saat dioleskan kekulit menthol melebarkan pembuluh darah membrerikan
sensasi dingin yang diikuti efek analgetik,mengurangi gatal.
3. Champora
Fungsi : zat aktif
Alasan : digunakan sebagai obat luar untuk mengobati analgetik ringan
(sweetman,s.s.2009)
4. Paraffin
Fungsi : zat tambahan
Alasan : merupakan bahan yang digunakan secara topical formulasi farmasi dan
kosmetik sebagai bahan dasar salep dengan sifat emollen(hand book of
pharmaceutical explent)
5. Vaselin Album
Fungsi : zat tambahan
Alasan : merupakan metanal inert dengan sedikit intanpatibilitas. Fungsinya adalah
sebagai emollen dan basis salep.

IV. URAIAN BAHAN


1. Oleum Anisi ( Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 )

Nama lain : minyak adas manis


Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, membias cahaya dengan
kuat,bau khas,aromatic,rasa khas agak manis,jika sejuk menghablur
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Cara memperoleh : diperoleh dengan penyulingan uap buah yang masak

2. Menthol

Pemerian : hablur berbentuk jarum/prisma , tidak berwarna, bau tajam seperti minyak
permen rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin
Kelarutan : sukar larut dalam air , mudah larut dalam paraffin cair p dan dalam minyak atsiri
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

3. Champor

Pemerian : hablur butir tidak berwarna , bau khas tajam, rasa pedas
Kelarutan : sangat mudah Larut dalam minyak lemak
Penyimpanan : Dalamwadahtertutup rapat
.

4. Vaselin Album

Pemerian : putih kekuningan pucat, massa berminyak, transparan dalam lapisan tipis setelah
di dinginkan pada suhu 0 derajat celcius
Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam methanol dingin atau panas dan dalam
etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene dalam
kloroform,heksana,minyak lemak

V. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Balsem

Disiapkan alat dan bahan

Dibersihkan alat yang digunakan

Ditimbang seluruh bahan yang digunakan

Dileburkan vaselin album dan paraffin diatas penangas air

Digerus menthol dan champor hingga homogeny

Tambahkan vaselin dan paraffin yang sudah melebur kedalam mortar

Tambahkan oleum aniisi dan diaduk hingga homogeny

Dimasukkan kedalam wadah

Dilakukan pengujian sediaan

2. Pengujian Sediaan
a. Uji Organoleptis

Dilakukan pengamatan secara visual terhadap warna, rasa, bau, dan bentuk sediaan.

Catat hasil pengamatan

b. Uji Homogenitas

Doleskan sedikit salep diatas objek glass


Amati diatas mikroskop apakah ada partikel/tidak,catat hasil pengamatan

c. Uji Viskositas

Rotor ditempatkan ditengahtengah wadah yang berisi balsam

Hidupkan alat agar rotor mulai berputar,jarum yang menunjukkan viskositas scr otomatis

Setelah stabil baca viskositas pada viskosteter, catat hasil nya

d. Uji pH

Oleskan balsam pada kertas pH

Bandingkan dengan standar warna yang ada dikemasan

Catat hasil pengamatan

e. Uji Daya Sebar

Ambil salep dan letakkan ditengah petri yg berada dlm posisi terbalik

Diletakkan cawan petri lain diatas salep sbg beban awal dan tambahkan beban,diamkan 1 mnit

Ukur diameter yang menyebar

Lakukan penambahan beban dan catat penyebaran diameter setelah 1 menit


Ulangi dan catat hasilnya

f. Uji Daya Lekat

Letakkan salpe pada objek glass, dan tambahkan beban 1kg diamkan 5 menit

Turunkan beban dan tarik beban, catat waktunya

Ulangi percobaan 3 kali

VI. PENIMBANGAN BAHAN

1. Oleum anisi
6/100 x 20gr
= 1,2gr + 10%
= 1,32gr

2. Menthol
5/100 x 20gr
= 1gr + 10%
= 1,1 gr

3. Champor
1,5/100 x 20gr
= 0,3gr + 10%
= 0,33gr
4. Paraffin
= 35/100 x 20 gr
= 7 gr – 25%
= 6,25gr

5. Vaselin album
= 20 – ( 7+0,3 + 1 + 1,2 )
= 20 – 9,5
= 10,5gr

VII. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Penentuan organoleptis sediaan


Bentuk : Semi padat
Warna : Putih susu
Bau : Menthol
Rasa : Dingin

2. Penentuan PH
Wadah 1 :5
Wadah 2 :5
Wadah 3 :5
Syarat : 4,5 - 6,5
Hasil : memenuhi syarat

3. Uji Homogenitas
Pengamatan : tidak terdapat
Syarat : tercampur merata tidak terdapat partikel kasar
Hasil : memenuhi syarat

4. Uji Daya Lekat


Berat sediaan Berat beban Waktu (s) Rata-rata (x)
0,5 gr 1 kg 4,17
0,5 gr 1 kg 5,98 5,05
0,5 gr 1 kg 5

5. Uji Daya Sebar

Lebar(cm)
I II III X
Wadah 1 5,2 5 5,4 5,2
Wadah 2 6 5,9 5,7 5,86
Wadah 3 5,5 5,7 5,3 5,5

6. Uji Proteksi
Pengamatan : warna tetap bening pada tiap wadah
Syarat : tidak terbentuk warna merah muda
Hasil : memenuhi syarat

7. Penentuan viskositas

Data Skala awal Skala akhir Viskositas


1 100.000 98.051 1.949
2 100.000 98.312 1.688
3 100.000 98.265 1.735

8. Uji Keseragaman Bobot

penimbangan Bobot wadah Bobot balsem Rata-rata


Wadah 1 56,50 gr 36,88 gr 19,62 gr
Wadah 2 56,53 gr 36,88 gr 19,65 gr 19,63 gr
Wadah 3 56,51 gr 36,88 gr 19,63 gr

9. Uji Kestabilan
1. Penentuan organoleptis
Bentuk : Semi Padat
Warna : Putih susu
Bau : Menthol
Rasa : Dingin

2. Penentuan PH
Wadah 1 :
Wadah 2 :
Wadah 3 :

3. Uji Daya Lekat

Berat sediaan Berat beban waktu Rata-rata


0,5 gr 1 kg 4,21
0,5 gr 1 kg 6,03 5,4
0,5 gr 1 kg 5,96

4. Uji Daya Sebar

Lebar(cm)
I II III X
Wadah 1 5,3 4,9 5,5, 5,2
Wadah 2 5,7 6,1 5,8 5,8
Wadah 3 5,7 5,8 5,2 5,5

5. Penentuan Viskositas

Data Skala awal Skala akhir Viskositas


1 100.000 98.175 1.825
2 100.000 98.273 1.727
3 100.000 98.097 1.903

VIII. PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini dibuat sediaan semi padat berupa balsem. Balesem
merupakan produk yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Balsem biasanya
digunakan dengaan cara menggosokan pada bagian kulit. Balsem umumnya digunakan untuk
meringankan sakit kepala,sakit perut,sakit gigi,menghilangkan gatal-gatal akibat gigitan
serangga,pegal-pegal,pilek dan juga biasa digunakan untuk pijat.(zulkarnain dan amirullah,2012)

Pada pembuatan balsem digunakan tiga bahan aktif yakni oleum anisi,menthol dan
champor. Penggunaan ketiga zat aktif ini dilakukan untuk memaksimalkan efek yang dihasilkan
dari sediaan. Minyak adas(oleum anisi) merupakan minyak yang dihasilkan dari Foeniculum
Vulgare melalui proses penyulingan. Komponen utama minyak adas adalah senyawa kimia
anetol yang memiliki khasiat sebagai karminatif. Menthol akan memberikan sensasi dingin jika
dioleskan pada kulit yang diikuti dengan efek analgesik dan mengurangi gatal. Champora
digunakan sebagai obat luar untuk mengobati analgesik ringan.

Sedangkan untuk basis balsem digunakan d=kombinasi dari dua bahan yaitu vaselin
album dan paraffin padat. Vaselin putih(vaselin album) adalah campuran yang dimurnikan dari
hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi yang hampir keseluruhan
dihilangkan warnanya. Paraffin padat merupakan campuran bahan hidrokarbon solid yang
diperoleh dari minyak bumi. Paraffin padat biasanya ditambahkan untuk memadatkan basis
balsem.

Untuk membuat sediaan balsem, pertama-tama disiapkan bahan yang akan digunakan,
yaitu oleum anisi 1,2 gr ; manthol 1 gr ; champor 0,3 gr ; paraffin padat 5gr ; dan vaselin album
12,5 gr. Semua bahan kemudian dimasukkan kedalam wadah balsem yang terbuat dari kaca.
Kemudian dipanaskan diatas penangas air hingga melarut sambil sesekali dilakukan pengadukan.
Setelah melebur kemudian balsam dibiarkan mendingin untuk selanjutnya dilakukan pengujian.

Pengujian sediaan dilakukan untuk mengetahui mutu dan kualitas dari sediaaan uji. Uji
pertama yang dilakukan adalah uji organoleptis. Uji organoleptis merupakan uji dengan
menggunakan panca indra terhadap bentuk,warna,bau dan raasa. Berdasarkan formula yang
dibuat balsem yang dihasilkan memiliki bentuk semi padat dengan warna putih susu. Balsem
yang dibuat memberikan aroma berupa bau khas menthol dan apabila diaplikasikan pada kulit
memberikan sensasi dingin diikuti rasa hangat. Rasa ini didapatkan dari menthol.

Selanjutnya dilakukan uji pH terhadap sediaan , pengujian pH sediaaan dilakukan untuk


mengetahui apakah salep yang dibuat teelah aman dan tidak mengiritasi kulit saat digunakan.
Iritasi kulit dapat terjadi apabila pH sediaan terlalu asam maupun terlalu basa, sayart sediaan
balsem berada pada pH 4,5-6,5 yang merupakan pH kulit manusia. (Tranggono,20007).
Berdasarkan pengujian didapat pH sediaan pada ketiga wadah yang dibuat adalah 5. Nilai ini
memenuhi syarat sehingga dapat dikatakan balsem yang dibuat tidak menimbulkan iritasi.

Pengujian selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah
sediaan yang dibuat telah tercampur merata antara zat aktif dengan basis balsem. Uji ini
menggunakan mikroskop untuk melihat partikel dalam sediaan. Berdasarkan uji homogenitas
sediaan balsem yang dibuat telah homogen. Balsem yang homogen ditandai dengan tidak
terdapatnya gumpalan pada hasil pengolesan,struktur yang rata dan meimiliki warna yang
seragam dari titik awal pengolesan sampai titik akhir.

Selanjutnya dilakukan uji daya lekat sediaan. Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu
yang dibutuhkan balsem untuk melekat pada kulit. Daya lekat yang baik memungkinkan obat
tidak mudah lepas dan semakin lama melekat pada kulit sehingga dapat menghasilkan efek yang
maksimal. Persyaratan daya lekat yang baik lebih dari 4 detik (Rahmalia,2016). Hasil pengujiaan
pada sediaan balsem yang dibuat memerlukan waktu 5,05 detik. Nilai ini memnuhi persyaratan
yang ditetapkan.

Selain uji daya lekat selanjutnya dilakukan uji daya sebar. Uji daya sebar ini bertujuan
untuk mengetahui kelunakan massa balsem sehingga dapat dilihat kemudaha pengolesan sediaan
ke kulit. Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi lebih luas
sehingga absorbsi obat ke kulit berlangsung cepat. Persyaratan uji ini untuk sediaan topikal
adalah 5-7cm (Rahmalia,2016). Pada pengujian yang dilakukan penyebaran balsem pada wadah
1 2 dan 3 secara berturut-turut adalah 5,2 ; 5,06 dan 5,5 cm. Nilai ini masih masuk dalam
persyaratan , sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat.

Selanjutnya dilakukan uji daya proteksi, uji ini dilakukan untuk mengetahui kulit dari
pengaruh luar seperti debu polusi dan sinar matahari. Uji ini menggunakan larutan KOH sebagai
intervensi dan phenolptalein sebagai indikator. Semakin lama yang dibutuhkan indikator pp
bereaksi dengan KOH , maka semakin baik daya proteksi yang dihasilkan. Berdasarkan hasil uji
ini pada ketiga wadah tidak memberikan noda merah keunguan pada kertas saring. Hal ini berarti
bahwa sediaaan yang dibuat dapat memproteksi kulit dari pengaruh luar.
Kemudian dilakukan uji viskositas terhadap sediaan yang telah dibuat. Viskositas
digunakan untuk mengetahui tingkat kekentalan sediaan. Uji ini dilakukan dengan viskometer
dengan spindel nomor 4. Viskometer diputar dengan kecepatan 6 rpm. Berdasarkan pengujian
didapatkan hasil viskositas sediaan 1790 m Pa.s.

Selanjutnya dilakukan uji keseragaman bobot. Uji keseragaman bobot dilakukan untuk
mengetahui apakah bobot balsem yang dibuat memiliki bobot yang seragam. Uji ini
menggunakan alat yang sederhana yaitu neraca analitik. Berdasarkan penimbangan sediaan yang
dibuat memiiki bobot 19,62gr pada wadah 1 ; 19,65gr pada wadah 2 dan 19,63 pada wadah 3 .
sedangkan untuk rata-rata dari ketiga wadah adalah 19,63 gr . dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa balsem yang dibuat memiliki berat yang seragam.

Pengujian selanjutnya dilakukan uji stabilitas sediaan balsem. Stabilitas didefinisikan


sebagai kemampuan suatu produk obat untuk bertahan dalam tahap spesifikassi yang ditetapkan
sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,kekuatan dan
kemurnian suatu produk. Sediaan obat yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam
batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan
karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya saat dibuat.

Uji stabilitas dilakukan terhadap organoleptis,pH,uji daya lekat,uji daya sebar dan
penentuan viskositas. Uji stabilitas dilakukan setelah balsem disimpan pada suhu ruang selama 3
hari. Berdasarkan uji organoleptis secara fisik sediaaan yang telah disimpan tidak mengalami
perubahan. Benruk sediaann tetap dalam bentuk semi padat yang berwarna putih abu. Balsem
tetap memiliki bau khas menthol dan memberikan sensasi dingin ketika dioleskan pada kulit.
Nilai pH sediaan juga tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada nilai 5 yang berarti memenuhi
syarat pH sediaan balsem.

Selain pada sifat fisik sediaan, uji stabilitas juga dilakukan pada uji daya lekat,daya sebar
dan viskositas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan mengalamai perubahan
secara kemampuan sediaan ketika digunakan. Untuk daya lekat balsem setelah disimpan selaama
4 hari mengalami peningkatan yakni 5,4 detik. Sedangkan daya sebar pada wadah 1 2 dan 3
adalah 5,2 ; 5,8 dan 5,5. Nilai ini berubah dari uji pada saat sediaan baru dibuat. Namun
perubahan yang terjadi tidaklah besar. Sedangkan untuk nilai viskositass sediaan tidak
mengalami perubahan yakni 1.790 mPa.s. hal ini beraarti bahwa sediaan yang dibuat tetap stabil
dalam penyimpanan.

IX. KESIMPULAN

1. Pembuatan sediaan balsem digunakan dengan formulasi oleum anisi,menthol dan


champor sebagai bahan aktif. Dan vaselin album dan paraffin padat sebagai basis
balsem.
2. Balsem yang dibuat memiliki bentuk semi padat yang berwarna putih susu dengan
bau khas menthol dan terasa dingin ketika dioleskan kekulit. Uji sediaan yang terdiri
atas uji homogenitas,uji pH,uji daya lekat,uji daya sebar,keseragam bobot,dan
viskositas secara keseluruhan memenuhi syarat.
3. Setelahh dilakukan penyimpanan selama 7hari balsem yang dibuat dapat dikatakan
stabil karena tidak ada perubahan organoleptis dan pH. Pada uji sediaan yang lain
juga tidak mengalami perubahan yang drastis.

X. DAFTAR PUSTAKA

Rahmalio, N.,Mukhlishah I., Sugihartini N., Yuwono T. Daya iritasi dan sifat fisik
sediaan salep minyak atsiri bunga cengkih(syzigiun aromaticum) pada basis
hidrokarbon . farmakokinetik 12(01)

Tranggono, H., Latifah F. 2007. Buku pegangan ilmu kosmetika. Jakarta : Gramedia

Zulkarnain , L ., Aminullah . 2012 . formulasi minyak-minyak menguap menjadi


sediaaan balsem counterirritan. Jurnal penelitian.4(01)

Anda mungkin juga menyukai