Anda di halaman 1dari 14

DATA MAHASISWA

Nama Praktikan :Haris Yoga P


Ika Meyliawati
Jihan Aulia Kusumasari
NIM : P27235019073
P27235019074
P27235019075
Kelas/Group :5B/ Kelompok 8
Hari/Tgl. Percobaan :Minggu, 22 Agustus 2021

JUDUL PERCOBAAN: Sediaan Tablet Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Eugenia


polyantha) dan Herba Seledri (Apium graveolens) dengan Variasi Jenis Pengikat
REFERENSI ARTIKEL/JURNAL: Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi/2019/ Erni
Rustiani, Mira Miranti, Alciee Santika Susanti / Sediaan Tablet Kombinasi Ekstrak Daun
Salam (Eugenia polyantha) dan Herba Seledri (Apium graveolens) dengan Variasi Jenis
Pengikat.
DESKRIPSI ARTIKEL/JURNAL:
Daun salam (Eugenia polyantha) dan herba seledri (Apium graveolens) memiliki
kandungan senyawa flavonoid yang diduga mempunyai efek menurunkan kadar gula di
dalam darah. Senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada daun salam diantaranya adalah
yaitu eugenol, tanin dan flavonoid. Senyawa aktif ini digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah atau sebagai antidiabetes. Daun salam mengandung beberapa vitamin seperti
vitamin C, vitamin A, thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12 dan folat.
Dosis 1,36 mg/kg BB pada ekstrak air daun salam mempunyai efek menurunkan kadar
gula darah pada tikus. Kandungan senyawa aktif herba seledri yaitu minyak atsiri,
flavonoid, saponin, tanin, apigenin, kolin, lipase, dan asparagin. Dosis 50 mg/kg BB pada
ekstrak herba seledri efektif dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus putih jantan.
Tablet memiliki beberapa keuntungan yaitu praktis atau mudah dibawa dan
digunakan serta stabil di dalam penyimpanannya. Kombinasi antara daun salam dan
herba seledri di dalam sediaan tablet ini diharapkan dapat memberikan efek farmakologis
yang lebih optimal di dalam penurunan kadar gula darah.
a. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menentukan formula tablet ekstrak daun salam dan herba
seledri dengan pengikat tertentu yang memiliki mutu terbaik. Ditentukan juga kadar
flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun salam, ekstrak herba seledri, dan sediaan
tablet. Uji stabilita dilakukan terhadap tablet yang disimpan pada suhu kamar 25-30C.
b. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui evaluasi dan uji fisik sediaan tablet pada obat tradisional.
c. Data hasil Penelitian
1. Jenis Uji fisik
a) Formula tablet
b) Uji Organoleptik
c) Uji keseragaman berat
d) Uji keseragaman ukuran
e) Uji kekerasan
f) Freabilitas
g) Waktu hancur
2. Cara kerja uji
a) Formula tablet: Pembuatan tablet dilakukan dengan metode granulasi basah.
Pembuatan tablet kombinasi ekstrak daun salam dan herba seledri menggunakan
pengikat PVP 4%, Na-CMC 4%, dan Gelatin 4%.
b) Uji organoleptik: Organoleptik pada masing-masing formula dilakukan
pegujianyang berupa bentuknya, bau, warna, sampai dengan rasanya. Tablet yang
dihasilkan dengan permukaan atas dan bawah rata, berbau khas aromatik ekstrak,
berwarna krem dan memiliki rasa yang pahit pada lidah serta tenggorokan.
c) Uji keseragaman berat: Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut:
Ditimbang 20 tablet dan hitung bobot rata-ratanya.Jika ditimbang satu per satu,
tidak boleh lebih dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata, lebih dari
harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun tablet yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata yang ditetapkan dari kolom A dan B.
Diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobot rata-rata
yang ditetapkan di kolom A dan B (Depkes RI, 2014).
d) Uji keseragaman ukuran: Diameter masing-masing tablet diukur menggunakan
jangka sorong, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu
sepertiga kali ketebalan tablet.
e) Uji kekerasan: Sebuah tablet diletakkan pada ujung alat dengan posisi vertikal.
Pemutaran dihentikan sampai tablet pecah atau hancur. Skala yang terbaca pada
saat tablet pecah atau hancur menunjukkan kekerasan tablet dalam satuan kg.
Kekuatan minimum dalam bidang farmasi yang sesuai untuk tablet adalah 4 kg.
f) Freabilitas: Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan dengan aspirator, lalu ditimbang
seksama pada neraca analitik, kemudian dimasukkan dalam friability tester tester.
Pengujian dilakukan selama empat menit atau sebanyak 100 putaran. Tablet
dikeluarkan dari alat, lalu dibebasdebukan lagi, kemudian ditimbang. Kerapuhan
tablet dinyatakan dalam selisih berat tablet sebelum dan sesudah pengujian dibagi
berat mula-mula dikalikan 100%.
g) Waktu hancur: Aquadest dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer, lalu dipanaskan
hingga suhu 370C ± 2 0C sambil diukur dengan menggunakan thermometer.
Diambil 18 tablet lalu masing- masing tablet dimasukkan ke dalam tabung
kemudian cakram dimasukkan kedalam masing- masing tabung. Tabung
dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi aquadest yang telah
dipanaskan, kemudian alat dinyalakan. Data hasil pengujian waktu hancur tablet
dicatat.
3. Alasan dilakukan uji:
- Uji organoleptis: dilakukan uji organolepris pada masing-masing formula adalah
untuk dilakukan pegujian berupa bentuknya, bau, warna, sampai dengan rasanya
(Rustiani, 2019).
- Uji keseragaman berat: Uji keseragaman berat dilakukan untuk mengetahui
keragaman sediaan dan memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah
obat atau bahan aktif dengan takaran yang tepat dan merata (Syamsia, 2017).
- Uji keseragaman ukuran: Pengujian keseragaman ukuran ini penting
untuk dilakukan, karena keseragaman ukuran merupakan tahap
awal pengujian tablet, jika suatu tablet memiliki tebal dan diameter yang
seragam, maka diharapkan tablet tersebut juga memiliki bobot dan kadar zat aktif
yang seragam (Syukri, 2018).
- Uji kekerasan: Kekerasan tablet mencermikan kekuatan tablet secara
keseluruhan. Tablet yang terlalu keras memiliki waktu hancur yang lama. Tablet
harus menunjukkan kekuatan mekanik yang cukup untuk menghadapi syok atau
penanganan secara manufaktur, pengemasan, transportasi dan peracikan. Pada
umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar
hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada
umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg
(Syamsia, 2017).
- Freabilitas: dilakukan untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap tekanan
mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kerapuhan tablet yang baik yaitu
lebih kecil dari 0,8 % (Syamsia,2017).
- Waktu hancur: Evaluasi ini bertujuan untuk menjamin bahwa tablet
akan hancur pada cairan tubuh, sehingga akan tersedia dalam bentuk
molekulernya. Obat yang tersedia dalam bentuk molekuler yang akan diabsorbsi
oleh tubuh.
4. Referensi
Rustiani, E., Miranti, M., Susanti, A.S., 2019. Sediaan Tablet Kombinasi Ekstrak
Daun Salam (Eugenia Polyantha) dan Herba Seledri (Apium Graveolens)
dengan Variasi Jenis Pengikat. Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmas. Vol.9,
No.2. Halaman: 86-95.
Syukri, Yandi. 2018. Teknologi Sediaan Obat dalam Bentuk Solid. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia edisi V,
Jakarta.
Syamsia, Pratiwi, R.W., Susana., 2017. Sifat Fisik Tablet Dihydroartemisinin-
Piperaquin (DHP) Sediaan Generik dan Sediaan dengan Nama Dagang
yang Beredar di Kotamadya Jayapura. Pharmacon. Vol. 6 No. 3. Hal:
310-314.
JUDUL PERCOBAAN : FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN KAPSUL
EKSTRAK DAUN CINCAU HIJAU (Cyclea barbata Miers ) SEBAGAI ANTI
INFLAMASI
REFERENSI ARTIKEL/JURNAL : Formulasi Dan Evaluasi Fisik Sediaan Kapsul
Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) Sebagai Anti Inflamasi
DESKRIPSI ARTIKEL/JURNAL : Cincau hijau (Cyclea barbata Miers) yang berasal
dari Famili Menispermaceae memiliki kandungan kimia aktif yaitu klorofil, karbohidrat,
alkaloid siklein, tetrandin, dimetil tetrandin, polifenol, saponin, dan flavonoid.2 Daun cincau
hijau diketahui mengandung klorofil, serta senyawa bioaktif polifenol, saponin, flavonoid
dan lemak. Keempat komponen tersebut secara umum dikenal sebagai antioksidan,
antikanker, dan antiinflamasi.
Flavanoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi
dengan menurunkan jumlah leukosit dan mengurangi aktivitas komplemen sehingga
menurunkan adhesi leukosit ke endotel dan mengakibatkan penurunan respon inflamasi.
Hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak etanol daun cincau hijau (Cyclea
barbata Miers) memiliki efek sebagai anti inflamasi. Ekstrak etanol daun cincau hijau
(Cyclea barbata Miers) yang paling efektif ialah pada konsentrasi 7,5 mg/kgBB dengan
persen penurunan 36,75 %. Daun cincau hijau telah lama dijadikan bahan baku minuman
cincau yang dipercaya berkhasiat untuk mengobati demam, sakit perut atau lambung,
radang, serta dapat menurunkan tekanan darah dan mengatasi panas dalam.
Fenomena penggunaan daun cincau hijau dimasyarakat sebagai anti inflamasi masih
menggunakan cara tradisional yaitu dengan cara mengambil beberapa helai daun cincau
hijau lalu diremas-remas kemudian direbus hingga air rebusan berwarna hijau, lalu air
rebusan tersebut diminum secara rutin, namun dengan cara tersebut memiliki keterbatasan
yaitu rasa yang tidak enak danbau yang khas dari bahan alam, air rebusan dalam jangka
waktu yang lama dapat rusak karena mikroorganisme, dan preparasi membutuhkan waktu
yang lama, sehingga untuk meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan efek terapi daun
cincau hijau sebagai anti inflamasi maka perlu dibuat inovasi pengembangan produk
farmasi.Salah satu sediaan farmasi yang dipilih adalah kapsul karena dapat menutupi rasa
dan bau yang tidak enak, mudah untuk dikonsumsi, mudah dalam penyiapan dan bahan obat
terlindung dari pengaruh luar (cahaya, kelembapan).3Formulasi serbuk sering membutuhkan
penambahan zat pengisi, lubrikan, dan glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses
pengisian kapsul.

1. Tujuan : Agar mahasiswa mengetahui formulasi granul, evaluasi granul, kandungan


granul, sifat alir granul, sudut diam, indeks pengetapan / indeks Carr’s, uji kerapatan
mampat dan kerapatan sejati, evaluasi kapsul ekstrak daun cincau hijau, uji
keseragaman, uji waktu hancur.
Manfaat : Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai evaluasi sediaan padat
pada obat tradisional

2. Data hasil Penelitian


1 Jenis Uji fisik 1. Formulasi granul
2. Evaluasi granul
3. Kandungan lembab granul
4. Sifat alirgranul
5. Sudut diam
6. Indeks Pengetapan/Indeks Carr’s
7. Uji Kerapatan Mampat dan Kerapatan Sejati
8. Evaluasi Kapsul Ekstrak Daun Cincau Hijau
9. Uji Keseragaman Bobot
10. Uji Waktu Hancur

2 Cara Kerja uji 1. Formulasi Granul : Metode pembuatan


granul terdiri dari granulasi basah dan
granulasi kering. Penelitian ini
menggunakan metodegranulasi kering
karena dosis dari zat aktif yang terlau kecil
sehingga sulit untuk dikempa langsung dan
juga zat aktif yang sensitif terhadap lembab
jadi tidak mungkin menggunakan metode
granulasi basah.
2. Evaluasi granul: perlu dilakukan untuk
menilai kualitas dari granul dan dapat
dijadikan tolak ukur kelayakan suatu granul
untuk dimasukan kedalam cangkang
kapsul. Evaluasi granul yang dilakukan
meliputi uji kadar lembab, kerapatan
mampat, kerapatan sejati, uji sifat alir
meliputi uji waktu alir, uji sudut diam,
indeks pengetapan dan Housner Ratio.
3. Kandungan lembab dari suatu granul : perlu
dievaluasi untuk memastikan bahwa granul
yang dihasilkan memiliki kandungan
lembab yang memenuhi persyaratan.
Kandungan air sisa dalam granul berguna
untuk mengaktifkan kembali sifat atau
fungsi bahan pengikat di samping untuk
mencegah timbulnya muatan elektrostatik
Penerimaan rasa tablet Cara uji yaitu :
dilakukan dengan cara penambahan jumlah
amilum manihot pada tablet hisap.
4. Sifat alir granul : Parameter lain untuk
menilai kualitas granul yang dihasilkan
ialah sifat alir granul. Waktu alir yaitu
waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
sejumlah granul pada suatu alat. Kecepatan
alir dipengaruhi oleh bentuk, ukuran,
kondisi permukaan, kelembaban granul dan
penambahan bahan pelicin.
5. Sudut diam : yaitu sudut tetap yang terjadi
antara timbunan partikel bentuk kerucut
dengan bidang horizontal. Besar kecilnya
sudut diam dipengaruhi oleh bentuk, ukuran
dan kelembaban granul. Bila sudut diam
lebih kecil dari 25° biasanya menunjukan
bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila
sudutnya lebih besar atau sama dengan 40°
biasanya daya mengalirnya kurang baik.
6. Indeks Pengetapan/Indeks Carr’s :
Pengetapan merupakan penurunan volume
sejumlah granul atau serbuk akibat
hentakan (tapped) dan getaran (vibrating).
Granul dengan indeks pengetapan kurang
dari 20% menunjukan sifat alir yang baik.
Indeks pengetapan dilakukan dengan
mengamati perubahan volume sebelum dan
sesudah pengetapan. Indeks pengetapan
dilakukan dengan cara sebanyak 25 gram
granul dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian dicatat volume awal gelas ukur
kemudian diketuk-ketuk sebanyak 100 kali
hingga volume granul konstan.
7. Uji Kerapatan Mampat dan Kerapatan Sejati
Kerapatan adalah massa per unit volume
suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini
merupakan salah satu sifat fisika yang
paling sederhana dan sekaligus merupakan
salah satu sifat fisika yang paling definitive,
dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat. BJ nyata
dapat dilakukan dengan menggunakan alat
yaitu gelas ukur, dengan cara ditimbang
bobot granul, misalnya 50 gram
dimasukkan kedalam gelas ukur.
8. Evaluasi Kapsul Ekstrak Daun Cincau Hijau
: Kapsul yang telah siap selanjutnya
dilakukan uji evaluasi untuk memastikan
seberapa efektif kapsul tersebut. Uji
evaluasi yang dilakukan ialah uji
organoleptis, uji keseragaman bobot, dan
uji waktu hancur.
9. Uji Keseragaman Bobot : Berdasarkan
persyaratan Farmakope Indonesia edisi III
bahwa kapsul dengan bobot rata-rata lebih
dari 120 mg tidak boleh memiliki perbedaan
dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata isi kapsul lebih dari 7,5%
dan 15%.
10. Uji Waktu Hancur : Menurut Farmakope
Indonesia edisi III syarat uji waktu hancur
yaitu di bawah 15 menit. Hasil uji evaluasi
diketahui bahwa formula 1 sebesar 1 menit
36 detik lalu untuk formula 2 1 menit 50
detik dan untuk formula 3 2 menit 20 detik
artinya bahwa semua formula memenuhi
syarat uji waktu hancur kapsul.

3 Alasan dilakukan uji Uji keseragaman bobot dilakukan untuk


terserbut mengetahui keragaman sediaaan dan
memastikan bahwa setiap tablet
mengandung sejumlah obat atau bahan aktif
dengan takaran yang tepat dan merata.
Evaluasi waktu hancur merupakan salah
satu uji fisik sediaan tablet. Evaluasi ini
bertujuan untuk menjamin bahwa tablet
akan hancur pada cairan tubuh, sehingga
akan tersedia dalam bentuk molekulernya.
Obat yang tersedia dalam bentuk molekuler
yang akan diabsorbsi oleh tubuh.
4 Referensi 1. Santi I, Putra B, Wahyuni S. Uji Efek
ekstrak etanol daun cincau hijau (Cyclea
barbata Miers) sebagai anti inflamasi pada
tikus putih yang diinduksi karagen. As-
Syifaa. 2017;09(01):58-66.
2. Angelina M, Hartati S, Dewijanti L,
Banjarnahor S, & Meilawati L. Penentuan
LD 50 Daun Cinco (Cyclea barbata MIERS)
Pada Mencit. Makro sains. 2008; 23-26.
3. Roselyndiar. Formulasi Kapsul Kombinasi
ekstrak herba seledri (Apium graveolens L)
dan daun tempuyung (Sonchus arvensis
L). Depok : Universitas Indonesia,2012.
4. Depkes RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 1995.
5. Departemen Kesehatan RI. Farmakope
Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI,
1979.
6. Misna, Khusnul D. Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Kulit Bawang Merah (Allium cepa
L) Terhadap Bakteri Staphylococus aureus.
Galenika J Pharmacy. 2016; 2(2):138-144.
7. Nurmalasari DP, Antara NS, Suhendra L.
Kemampuan Bubuk Ekstrak Daun Cincau
Hijau (Premna oblongifolia Merr) Dalam
Menstimulasi Pertumbuhan Lactobacillus
casei subs p. J Rekayasa dan
Management Agroindustri. 2017; 5(4):11-20.
8. Siregar CJ. Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2010.
9. Lannie H, Achmad F. Sediaan Solida.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013.
10. Devi IA, Shodiquna QA, Eni NW. Optimasi
Konsentrasi Polivinil Pirolidon (PVP)
Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat
Fisik Tablet Ekstrak Etanol Rimpang
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb). J
Farmasi Udayana. 2018;7(2) : 45-52.
11. Supomo, Bella D, Sa’adah H. Formulasi
granul ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana. l) menggunakan aerosil dan
avicel ph 101. J Trop Pharm
Chem.2015;3(2).
12. Sa’adah , H., Supomo., & Halono,M.
(2016). Formulasi granul ekstrak daun
kersen (Muntingia calara l.) menggunakan
aerosil dan avicel ph 101. Media Sains Vol
9.
13. Reiza Z. Perbandingan Penggunaan
Metode Granulasi Basah dan Granulasi
Kering terhadap Stabilitas Zat Aktif Tablet
Parasetamol (Skripsi).
Surakarta:Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2010.
14. Kibbe AH. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. 3rd. ed. London: The
Pharmaceutical Press, 2000.
15. Voight R. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi. Edisi V. Soendani Noerno
Soewandi , translator. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press, 1994.
16. Nurani L, Kumalasari E, Rohman A,
Widyarini S. Formulasi Kapsul Ekstrak
Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma
longifolia Jack) dan Pengaruhnya terhadap
Vital Sign Manusia Sehat. J Tradisional
Medicine. 2017 Agu;22(2):91-96.
JUDUL PERCOBAAN: Formulasi Sediaan Granul dngan Bahan Pengikat Pati Kulit
Pisang Goroho (Musa Acuminafe L.) dan Pengaruhnya Pada Sifar Fisik Granul
REFERENSI ARTIKEL/JURNAL: Pharmacon/ 2018/ Victoria Elisabeth, Paulina V.
Y. Yamlean, Hamidah Sri Supriati/ Formulasi Sediaan Granul dengan Bahan Pengikat
Pati Kulit Pisang Goroho (Musa Acuminafe L.) dan Pengaruhnya Pada Sifar Fisik
Granul
DESKRIPSI ARTIKEL/JURNAL:
Granul merupakan gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil
dengan bentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebih besar
(Elisabeth, 2018). Granulasi serbuk ialah proses membesarkan ukuran partikel kecil
yang dikumpulkan bersama-sama menjadi agregat (gumpalan) yang lebih besar, secara
fisik lebih kuat dan partikel orisinil masih teridentifikasi dan membuat agregat mengalir
bebas. Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik, dapat digolongkan ke dalam
tiga kategori utama, yakni proses basah, proses kering (disebut juga slugging) dan
proses lain (humidification, priling, melt peletization). Granulasi basah ialah proses
menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang
dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul,
sedangkan granulasi kering adalah proses granulasi serbuk tanpa menggunakan cairan
granulasi (Siregar, 2010).
Tanaman yang menghasilkan pati sebagai bahan pengikat granul ialah Pisang
Goroho (Musa acuminafe L.). Pisang Goroho merupakan buah dengan karbohidrat
relatif tinggi dan hal ini menjadi titik tolak dilakukannya penelitian dalam pembuatan
granul untuk tablet dengan metode granulasi basah menggunakan bahan pengikat pati
kulit Pisang Goroho dan pengaruhnya pada sifat fisik granul (Elisabeth, 2018).
a. Tujuan
Pembuatan granul dengan menggunakan bahan pengikat dari pati kulit Pisang Goroho
(Musa acuminafe L.) bertujuan untuk menghasilkan suatu bahan pengikat sediaan granul
dan tablet yang bersumber dari alam dan mudah didapatkan serta ekonomis, karena
merupakan pemanfaatan sampah organik sebagai suatu bahan yang berguna untuk
industri farmasi.
b. Manfaat
Untuk mengetahui cara memformulasikan sediaan granul dan pengaruhnya terhadap sifat
fisik granul.
c. Data hasil penlitian
1. Jenis uji fisik
a) Uji organoleptik
b) Uji waktu alir
c) Uji kandungan lembab
d) Bulk Density
e) Uji sudut diam
2. Cara kerja uji
a) Uji organoleptik: Pengujian ini dilakukan dengan cara mengamati bentuk, warna,
bau dan rasa dari granul yang dihasilkan. Bentuk dan warna granul yang
dihasilkan sedapat mungkin teratur.
b) Uji waktu alir: Prosedur kerja untuk memperoleh granul dengan kualitas yang
baik yaitu sebanyak 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang tertutup
bagian bawahnya. Penutup dibuka dan alat pencatat waktu dihidupkan hingga
semua granul keluar dari corong dan membentuk timbunan di atas kertas grafik,
kemudian alat pencatat waktu dimatikan. Aliran granul yang baik adalah jika
waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 gram tidak lebih dari 10 detik.
c) Uji kandungan lembab: Kandungan lembab atau Moisture Content adalah
pernyataan kandungan air berdasarkan bobot kering, yang menunjukkan kadar air
yang terkandung dalam suatu granulat. Granul yang memiliki kandungan lembab
Granul yang memiliki kandungan lembab <5% akan stabil dan baik pada saat
penyimpanan. Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung bobot granul
basah dan bobot pada setiap jam pengeringan hingga didapatkan bobot konstan.
Suhu pengeringan yang digunakan ialah 400C – 600C selama 8 jam.
d) Bulk Density: Pengujian ini dilakukan dengan cara menghitung massa sejumLah
granul per volume granul pada gelas ukur.
e) Uji sudut diam: Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur jari-jari dan tinggi
dari tumpukan granul yang terbentuk ketika dialirkan melalui corong dengan
ketinggian 10 cm dari atas kertas grafik.
3. Alasan dilakukan uji tersebut
- Alasan dilakukan uji organoleptik adalah untuk melakukan Pengawasan mutu ter
hadap bahan mentah, produk, dan komoditas, Pengembangan produk dan perluas
an pasar, Perbaikan produk, Membandingkan produk sendiri dengan produk pesa
ing dan untuk mengevaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru.
- Uji waktu alir dilakukan untuk mengetahui apakah granul instan tersebut
memenuhi persyaratan sehingga diharapkan akan menghasilkan granul yang baik
(Mulyadi, 2011).
- Uji kandungan lembab dilakukan untuk mengetahui kandungan air berdasarkan
bobot kering, yang menunjukkan kadar air yang terkandung dalam suatu
granulat.
- Bulk Density/ Kerapatan (densitas) terbagi menjadi kerapatan curah (bulk
density) dan kerapatan mampat (tapped density). Bulk density merupakan sebuah
pengukuran kerapatan yang dapat berubah-ubah tergantung dari cara menangani
materi. Sebagai contoh, sejumLah granul yang dituangkan ke dalam sebuah gelas
wadah akan memiliki kerapatan curah tertentu.
- Uji sudut diam adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan granul pada
permukaan horizontal. Sudut diam merupakan uji granul yang penting untuk
mengetahui sifat alir dari granul. Serbuk akan membentuk kerucut, semakin datar
kerucut yang dihasilkan maka sudut diamnya makin kecil.
4. Referensi
Siregar, C. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar Praktis. Jakarta:
EGC
Elisabeth, V., Paulina V. Y. YamLean, Ha., Supriati. H, S., 2018. Formulasi Sediaan
Granul dengan Bahan Pengikat Pati Kulit Pisang Goroho (Musa
Acuminafe L.) dan Pengaruhnya Pada Sifar Fisik Granul. PHARMACON.
Vol. 7 No. 4. halaman:1-11.
M. Dafit Mulyadi, Ika Yuni Astuti, Binar Asrining Dhiani. 2011, Formulasi Granul
Instan Jus Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L) dengan Variasi
Konsentrasi Povidon Sebagai Bahan Pengikat Serta Kontrol Kualitasnya.
PHARMACY. Vol.08 No. 03.halaman:29-41.
Mengetahui Klaten, 23 Agustus 2021
Dosen Mahasiswa

(………………………………) (……………………………….)

Anda mungkin juga menyukai