RAFIDA SUCIATI
RAFIDA SUCIATI
051211133093
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam-dalamnya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Oleh
karena rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas skripsi yang
berjudul “Uji Aktivitas Antidiabetes Campuran Ekstrak kering Herba
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dann Biji Mahoni (Swietenia
mahagoni Jacq) Terhadap Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Aloksan”.
Penyusunan skripsi ini terselesaikan tentunya atas bantuan dan dorongan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin memberikan ucapan
terima kasih yang begitu besar kepada :
1. Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., Mt., Ak., CMA. selaku rektor
Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan kepada saya
untuk belajar di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
2. Prof. Dr. Sukardiman, MS. selaku ketua proyek, pembimbing utama
serta dosen wali saya yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran,
membimbing dan memberi dorongan baik moril maupun materiil
kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dan menyediakan
fasilitas penelitian dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya Dr. Umi
Athiyah, M.S., Apt. atas kesempatan yang sudah diberikan kepada saya
untuk mengikuti pendidikan program sarjana dan selama melakukan
penelitian ini.
4. Suciati, S.Si, M.Phil, Ph.D. selaku pembimbing serta yang dengan tulus
ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan memberi dorongan
dengan tulus baik moril maupun materiil kepada saya sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
vi
5. Dr. Idha Kusumawati, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen penguji proposal
skripsi yang telah meluangkan waktu memberikan masukan dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Bambang Prajogo, MS. Dan Lusiana Arifianti, S.Farm,
M.Farm selaku dosen penguji skripsi yang telah meluangkan waktu
memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini.
7. Staf karyawan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia, atas bantuan
yang telah diberikan kepada saya selama pengerjaan penelitian ini.
8. Yang paling saya cintai dan sayangi papa, mama dan adik terimakasih
atas segala doa, pendidikan, kasih sayang, pengorbanan, semangat serta
kesabaran yang tak terhingga
9. Kepada sahabat baik saya, Ririn Permatasari yang telah memberikan
semangat dan waktunya untuk penulis dalam pengerjaan skripsi ini
10. Sahabat-sahabat yang membuat penulis tetap semangat menjalani
perkuliahan, Yuni Indrawati, Madina Salma Karima, GDA Novia Pegin,
dan Karina Dwi Saraswati.
11. Kepada Riandi Ramadhan yang telah memberikan semangat dan
inspirasi dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan satu tim “Sambiloto Mahoni” Novi, Yoga,
Aris, Widya, Indra, Mas Ruli, Mas Ode, Irul, Ricko, Rani, Eva. Sahabat
baik saya teman-teman kelas D “AMIDA” yang selalu kompak dalam
mendukung dan memberikan semangat Semoga persahabatan dan
kebersamaan kita bisa terjalin selamanya.
13. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi saya dan
tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan membalas
kebaikan bapak dan ibu sekalian.
vii
RINGKASAN
Rafida Suciati
viii
Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol
negatif, kelompok kontrol positif dan kelompok kombinasi ekstrak kering
herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1. Hewan
coba diabetes yang digunakan adalah mencit diabetes hasil induksi aloksan dan
dibagi menjadi 5 kelompok tersebut. Dosis aloksan monohidrat yang
digunakan adalah 189,6mg/kg BB (Karau, 2012) dilarutkan dalam buffer sitrat
0,1M pH4,5 diinjeksikan secara intraperitonial pada seluruh mencit. Sebelum
diinjeksi, mencit terlebih dahulu dipuasakan selama 18 jam dan tetap diberi
minum, setelah 72 jam, kadar glukosa darah mencit dicek dengan mengambil
sampel darah mencit, kadar glukosa darah acak diatas 175mg/dL (Malole &
Pramono, 1989) adalah yang digunakan dalam penelitian. Penurunan kadar
glukosa darah dievaluasi selama tujuh hari berturut-turut.
Kelompok kontrol terdiri dari kelompok kontrol negatif dan positif.
Kelompok kontrol negatif adalah mencit diabetes yang hanya diberikan larutan
suspensi CMC-Na 0,5% dan kelompok kontrol positif adalah mencit diabetes
yang diberi obat terstandar yakni glibenklamid dengan dosis 0,013mg/20g BB
mencit dalam larutan suspensi CMC-Na 0,5%. Kelompok uji, yakni kelompok
I,II,III masing-masing diberi perlakuan kombinasi ekstrak kering daun kumis
kucing dan umbi bawang putih dengan perbandingan masing-masing 1:1, 1:2,
2:1. Besarnya dosis yang diberikan untuk kelompok I, II, III sama besar, yaitu
28 mg/20g BB mencit. Suspensi larutan suspensi kontrol dan larutan suspensi
ekstrak diberikan satu kali selama perlakuan 24 jam secara oral menggunakan
alat sonde.
Dari hasil analisis statistik, kelompok kontrol positif dan semua
kelompok uji memberikan perbedaan bermakna pada kontrol negatif.
Sedangkan secara deskriptif, dari hasil pengamatan kadar glukosa darah mencit
selama 24 jam, didapatkan kelompok perlakuan yang memiliki rata-rata
ix
penurunan paling besar adalah kelompok II, yakni kombinasi ekstrak kering
herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan (1:2) dengan penurunan
kadar glukosa darah rata-rata sebanyak 439,17 mg/dL (82,55%). Kelompok I,
yaitu ekstrak kering herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan
(1:1) memberikan efek penurunan kadar glukosa darah lebih rendah dengan
rata-rata 302,83 mg/dL (54,19%). Sedangkan kelompok III, yakni kombinasi
ekstrak kering herba sambiloto dan biji mahoni dengan perbandingan (2:1)
memberikan efek penurunan paling rendah, yaitu 337,33 mg/dL (72,18%).
x
ABSTRACT
Rafida Suciati
xi
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR............................................................ iv
RINGKASAN ......................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN
xii
2.1.4. Kandungan Kimia .......................................................... 7
2.1.5.Manfaat Tanaman ........................................................... 9
2.2 Tinjauan Tentang Mahoni ( Swietenia mahagoni Jacq ). . 10
2.2.1. Klasifikasi ...................................................................... 10
2.2.2. Nama Daerah ................................................................. 11
2.2.3. Morfologi Tanaman ....................................................... 11
2.2.4. Habitat ........................................................................... 12
2.2.5. Kandungan Kimia .......................................................... 13
2.2.6. Manfaat Tanaman .......................................................... 13
2.3 Tinjauan Tentang Diabetes Melitus .................................. 14
2.3.1. Pengertian Diabetes Melitus .......................................... 14
2.3.2. Epidemiologi .................................................................. 14
2.3.3. Batasan Diabetes Melitus ............................................... 16
2.3.4. Klasifikasi ...................................................................... 17
2.3.4.1. Diabetes Melitus Tipe1 ............................................... 17
2.3.4.2. Diabetes Melitus Tipe 2 .............................................. 17
2.3.4.3. Diabetes Gestasional (GDM) ...................................... 18
2.3.4.4. Diabetes Tipe Spesifik Lain……………… ................ 18
2.3.5. Terapi Obat Antidiabetes………………… .................. 18
2.4. Tinjauan Glibenklamid………………… ......................... 21
2.5. Tinjauan Ekstrak………………………………. .............. 22
2.5.1. Definisi Ekstrak…………………… ............... 22
2.5.2. Ekstraksi…………………… .......................... 23
2.5.3. Metode Ekstraksi………………… ................. 24
2.6. Tinjauan Aloksan………………....... ............................... 25
2.7. Tinjauan Hewan Coba…………………… ....................... 27
2.8. Tinjauan Mencit………………… .................................... 28
xiii
2.8.1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)………… ................ .29
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Uraian Kerangka Konseptual………………… ................ 30
3.2. Hipotesis Penelitian…………………............................... 32
3.3. Skema Kerangka Konseptual………………… ................ 33
BAB IV. METODE PENELITIAN
xiv
mahoni ............................................................ 40
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
Tabel V.1 Profil kadar gula darah mencit (mg/dL) pada kelompok
Kontrol Negatif……………………………………………………….....41
Tabel V.2 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
Tabel V.3 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
Tabel V.4 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
Tabel V.5 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
kontrol Perbandingan III (sambiloto:mahoni 2:1)………………………44
Tabel V.6 Penurunan kadar glukosa darah mencit dari jam ke-0
Tabel V.7 Hasil pengolahan data analisis statistic Anova One Way……45
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar hal
Gambar 2.1.struktur kandungan Sambiloto…………………………… 9
Gambar 2.2 buah dan biji Swietenia mahagoni Jacq……… ................ 12
Gambar 2.3 Struktur kimia Swietenin ........................................ …… 16
Gambar 2.4 Struktur Glibenklamid ............................................ …… 18
Gambar 2.5 Struktur kimia aloksan ............................................ …… 34
Gambar 2.6 Mus musculus ( Mencit ) ........................................ …… 36
Gambar 3.1Kerangka konseptual ................................................ …… 41
Gambar 4.1Skema prosedur kerja ............................................... …… 56
Gambar 5.1 Grafik kadar glukosa darah mencit……………61
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
2
(Andrographis paniculata Nees.) merupakan tanaman obat unggulan yang
sedang dikembangkan sebagai obat tradisional, salah satunya sebagai obat
antidiabetes. Sambiloto telah dilaporkan dapat digunakan sebagai
antioksidan, antidiabetes, antifertilitas, anti HIV, antiinfluenza,
antiintraperitoneal adhesion, antimalaria, antidiare, hepatoprotektif,
kholeretik dan kholekinetik. Kandungan zat aktif utama dalam herba
sambiloto yaitu Andrografolid yang diduga berkhasiat sebagai antidiabetes
(Subramanian et al., 2008). Ekstrak sambiloto dapat merangsang pelepasan
insulin dan menghambat absorbsi glukosa melalui penghambatan enzim
alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk, 2008). Dosis 2,0 g/ kg
BB ekstrak etanol herba sambiloto merupakan kadar optimal yang dapat
menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah dkk, 2001).
3
darah tikus Rattus norvegicus strain wistar yang diinduksi streptozotocin
(STZ) dosis tunggal 4 mg/grBB (Linghuat R, 2008).
Biji mahoni memiliki efek farmakologis antipiretik, antijamur,
menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kurang nafsu makan,
rematik, demam, masuk angin, dan eksim (Hariana, 2007). Kandungan
bahan kimia dari biji mahoni adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid,
antraquinon, glikosida jantung, saponin dan minyak atsiri (Sahgal G, dkk,
2009).
Kedua tanaman sudah banyak digunakan secara empiris untuk
pengobatan tradisional diabetes di beberapa negara seperti China, India, dan
Indonesia. Kedua tanaman telah terbukti secara ilmiah untuk mampu
menurunkan kadar gula darah secara signifikan pada hewan diabetes
streptozotocin -induced ( Debasis et al, 20 11 ; . . Hossain et al, 200 7 ).
Pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas antidiabetes dari
beberapa kombinasi campuran sambiloto dan biji mahoni terhadap mencit
yang diinduksi aloksan. Berdasar pada penelitian yang sudah pernah
dilakukan oleh Sukardiman, dkk (2013) jika kedua tanaman digabungkan,
maka akan menghasilkan efek sinergis dalam menurunkan kadar glukosa
darah. Penelitian ini diharapkan akan diperoleh kombinasi campuran
ekstrak kering yang paling efektif sebagai antidiabetes.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui aktivitas antidiabetes yang dihasilkan oleh campuran
ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) dan biji
mahoni (Swieteneia mahagoni Jacq.) dari profil kadar glukosa darah mencit
yang telah diinduksi aloksan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
percabangan monopodial, berwarna hijau. Daun tunggal, barhadapan,
bentuk lanset, tepi rata (integer), ujung dan pangkal tajam atau runcing,
daun bagian atas dari batang berbentuk seperti braktea, permukaan halus,
berwarna hijau, tidak ada stipula (daun penumpu), berukuran 3-12 cm.
Bunga kecil, biseksual, zigimorf, sepal (daun kelopak) 5 buah, petal
(tajuk) 5 buah, mempunyai bibir yang terbelah dua, berwarna putih
dengan strip ungu, stamen (benang sari) 2 buah dengan antenna yang
konatus (digabungkan), filamen (tangkai sari) digabungkan dengan
tabung korola (corola tube), ovarium superior (menumpang) dengan 2
karpela (daun buah) dan 2 ruang, plasenta akselir, bakal biji 2 atau lebih
(dalam tiap ruang), infloresensi (perbungaan) rasemosa yang bercabang
membentuk panikula (malai).Buah kapsula berbentuk jorong
(memanjang) dengan 2 ruang.Biji berbentuk gepeng (Backer and
Bachuizen, 1965:574-575).
7
Gambar 2.1.struktur kandungan Sambiloto
8
flavonoid glikodisida yang baru ditemukan, yaitu 5-hidroksi-7, 8-
dimetoksi (2R)-flavon-5-O- β -D-glukopiranosid dan 5-hidroksi-7, 8, 2’,
5’- tetrametoksi-flavon-5-O- β -D-glukopiranosid. Dua diterpenoid baru,
adalah asam andrografik dan andrografidin yang diisolasi dari sambiloto
dan strukturnya ditentukan berdasarkan analisis fisikokimia dan
spektroskopik (Li et al., 2007).
9
2.2 Tinjauan Tentang Tanaman Mahoni ( Swietenia mahagoni Jacq )
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
10
Cameroon, Chad, Cote d'Ivoire, Fiji, Gambia,
Ghana, Guinea, Guinea-Bissau, India,
Indonesia, Liberia, Malaysia, Mali, Mauritania,
Niger, Nigeria, Philippines, Puerto Rico,
Senegal, Sierra Leone, Sri Lanka, Togo
(Rahman et al, 2010).
11
2.2.4 Habitat
12
2.2.6 Manfaat Tanaman
Biji mahoni memiliki efek farmakologi anti-inflamasi, anti-
mikroba hepatoprotektif, laksativa, anti-oksidan, gastroprotektif, anti-
depresan, anti-konvulsan and neuropharmakologi, antidiabetes, anti HIV,
Immunomodulator, anti-insektisida, dan sitotoksik dan toksisitas akut
(Yelaware et al, 2014).
Ekstrak air-methanol biji mahoni dilaporkan memiliki efek
hipoglikemik dan antihiperglikemik pada tikus diabetes yang diinduksi
streptozotocin. Swietenin yang terdapat pada biji mahoni berperan sebagai
agen hipoglikemik. Biji mahoni merupakan agonist alami dari Peroxisome-
proliferator yang diaktifkan oleh reseptor PPAR γ (Peroxisome Proliferator
Activated Reseptor). Fungsi (PPAR γ) adalah sebagai reseptor setelah
diaktivasi oleh obat sehingga meningkatkan sensitivitas insulin,
metabolisme kolesterol, peningkatan lipid dan deferensiasi adiposit.
Pemberian treatment biji mahoni akan menormalkan kondisi dari serum
urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, trigliserida dan lipoprotein (Yelaware
et al, 2014 ; Hasan et al, 2013).
13
2.3.2. Epidemiologi
DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang dapat berkembang pada
masa anak-anak maupun tahap dewasa awal, walaupun beberapa dalam
bentuk laten dapat terjadi. DM tipe 1 terjadi 5%-10% dari semua kasus DM
yang terjadi dan kemungkinan disebabkan secara genetik ataupun faktor
lingkungan. Perkembangan dari autoimun sel β-pankreas terjadi kurang dari
10% populasi dengan kelainan genetik dan kurang dari 1% karena faktor
lingkungan (Triplitt, et al., 2008).
Prevalensi dari DM tipe 2 sebesar 90% dari semua kasus DM yang
terjadi. Bebarapa faktor resiko yang dapat membawa sesorang pada DM
tipe 2 yaitu riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik, ras atau etnis. Secara
keseluruhan prevalensi DM tipe 2 di Inggris ±9,6% pada 20 tahun keatas.
Di Indonesia sendiri, prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin
meningkat, berdasar Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 terdapat
±133 juta jiwa penduduk diatas 20 tahun terjangkit DM, dengan prevalensi
sebesar 14,7% pada aderah urban dan 7,2% pada daerah rural, maka
diperkirakan terdapat 194 juta penduduk berusia 20 tahun keatas di tahun
2030 (Riskesdas, 2013).
Prevalensi DM tipe 2 bervariasi pada perempuan dibanding pria,
dan sangat bervariasi pula di antara berbagai populasi ras dan etnis.
Terutama meningkat pada beberapa penduduk asli Amerika, Hispanik
Amerika, Asia Amerika, Afrika Amerika dan kepulauan Pasifik. Adapun
jenis lain DM, yaitu DM gestasional adalah diabetes yang diderita ibu pada
masa kehamilan, terjadi sekitar 7% di seluruh kehamilan di Amerika.
Wanita Amerika kebanyakan akan kembali normal setelah melahirkan,
tetapi 30-50% akan berkembang menjadi DM tipe 2 atau intoleransi glukosa
dikemudian hari (Triplitt, et al., 2008)
14
2.3.3. Batasan Diabetes Melitus
Seseorang akan didiagnosis menderita Diabetes melitus apabila
masuk dalam kriteria berikut :
2 . Glukosa darah puasa lebih dari 126mg / dL. Puasa diartikan sebagai
tidak adanya asupan kalori selama minimal 8 jam.
2.3.4. Klasifikasi
2.3.4.1. Diabetes Melitus tipe 1
Biasa disebut juga Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)
adalah penyakit kelainan autoimun yang menyebabkan kerusakan pada sel
β-pankreas, selain itu kerusakan sel β-pankreas disebabkan karena proses
15
idiopatik, namun hal ini jarang terjadi. Proses autoimum diperantarai oleh
makrofag dan sel limfosit T dengan autoantibodi yang bersirkulasi terhadap
antigen sel β. Pengukuran autoantibodi yang lain adalah insulin
autoantibodi, autoantibodi terhadap glutamic acid decarboxylase, insulin
antibodi terhadap islet tyrosin phosphate dan lain sebagainya. Lebih dari
90% pasien yang terdiagnosis, mempunyai satu dari beberapa antibodi
tersebut (Triplitt, et al., 2008).
16
2.3.4.4. Diabetes tipe spesifik lain
DM tipe lain yang terjadi yaitu DM yang disebabkan penyakit lain,
seperti kelainan endokrin atau pankreas akibat penggunaan obat lain
(Suherman dan Nafrialdi, 2011).
17
hipoglikemi, tetapi pada tingkat yang lebih rendah. Contoh obat ini
yaitu repaglinid dan nateglinid.
3) Golongan Biguanid
Contoh obat ini, yaitu metformin, bekerja dengan cara
meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin yang diproduksi
oleh pankreas, tidak merangsang peningkatan produksi insulin
sehingga pemakaian tunggal tidak berakibat hipoglikemia (Kroon
dan Williams, 2013). Metformin tidak mempunyai efek langsung
pada sel β-pankreas, meskipun kadar insulin menurun. Diketahui
bahwa efek utama obat ini adalah menurunkan produksi glukosa
hepatik melalui aktivasi enzim AMP-activated protein kinase dan
meningkatkan stimulasi ambilan glukosa oleh otot skelet dan
jaringan lemak (Katzung, 2011). Efek samping dari obat ini adalah
rasa tidak nyaman pada perut atau diare pada 30% pasien.
Anoreksia, mual, rasa logam dan rasa penuh pada perut juga
dilaporkan terjadi. Obat diberikan pada saat atau sesudah makan
(Triplitt, et al., 2008).
4) Golongan Thiazolidinedion
Golongan ini bekerja dengan cara berikatan pada peroxisome
proliferator activated receptor gamma (PPAR Gamma), yaitu
suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat ini juga
mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Contohnya antara lain
pioglitazon (actos), rosiglitazon (avandia). Obat ini mempunyai
efek samping retensi cairan (Triplitt et al., 2008 ; Kroon dan
williams , 2013).
18
5) Golongan α-glukosidase inhibitor
Akarbose dan miglitol secara kompetitif menghambat kerja
enzim (maltase, isomaltase, sukrosa dan glukoamilase) pada usus
kecil sehingga menunda pemecahan sukrosa dan karbohidrat. Efek
dari obat ini adalah menurunkan kadar glukosa postpandrial
(Triplitt et al., 2008 ; Kroon dan williams , 2013). Efek samping
yang sering terjadi yaitu flatulen, kembung, ketidaknyamanan pada
perut dan diare.
19
Glibenklamid merupakan golongan sulfonilurea yang potensial
sebagai terapi oral antidiabetik. Glibenklamid banyak digunakan pada
penderita DM tipe 2. Glibenklamid menghambat ATP sensitif K + channel
dalam sel β-pankreas, kemudian menyebabkan depolarisasi sel membran
dan keadaan ini akan membuka kanal Ca, sehingga dengan terbukanya
kanal Ca maka masuklah ion Ca++ yang akan masuk ke dalam sel β
pankreas, kemudian akan merangsang granula yang berisi insulin dan akan
terjadi sekresi insulin (Triplitt et al., 2008 ; Kroon dan williams , 2013).
Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira
100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana obat-
obat lain tidak efektif lagi, risiko hipoglikemia juga lebih besar dan sering
terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang lain yaitu dengan
single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap
pemasukan glukosa (selama makan) (Triplitt, et al., 2008). Obat ini
dimetabolisme di hepar dengan waktu paruh sekitar 4 jam. Pada
penggunaan dosis tunggal hanya 25% metabolitnya diekskresi melalu urin
dan sisanya melalui empedu. Glibenklamid sebaiknya diberikan bersamaan
dengan makanan, efek samping paling fatal yaitu hipoglikemik
berkepanjangan terlihat pada pasien lanjut usia dengan hati lemah atau
penyakit ginjal (Suherman dan Nafrialdi, 2011).
20
Cara pembuatan ekstrak diawali dengan proses penyarian. Penyarian
simplisia dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau penyeduhan
dengan air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dapat
dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi (Farmakope Herbal
Indonesia, 2008).
2.5.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupan hewan. Cairan
penyari dapat berupa air, etanol dan campuran air etanol (Farmakope Herbal
Indonesia, 2008). Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia
yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelarut cair (Raja, 2008). Proses pembuatan ekstrak yang baik harus
melewati beberapa tahapan proses, yaitu :
1. Pembuatan serbuk simplisia
2. Pemilihan cairan pelarut
3. Separasi dan pemurnian
4. Pemekatan/penguapan
5. Pengeringan ekstrak
6. Rendemen
(Depkes RI, 2000)
21
1. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan dengan
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-
menerus). Remaserasi adalah dilakukan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berulang-
ulang sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan
Cara panas :
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
2. Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang berulang-ulang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
3. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur 40-50˚C.
4. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98˚C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekoktasi adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
22
2.6. Tinjauan Aloksan
Aloksan adalah suatu substrat yang secara struktural adalah derivat
pirimidin teroksigenasi yang mana hadir sebagai aloksan hidrat pada
larutan. Nama lain dari aloksan adalah 2,4,5,6 - tetraoxypirimidin; 2,4,5,6-
primidinetetron; 1,3-Diazinan-2,4,5,6-tetron (IUPAC) dan asam
Mesoxalylurea 5-oxobarbiturat. Rumus kimia aloksan adalah C4H2N2O4.
Selain itu, senyawa ini ditemukan oleh von Liebig dan Wohler ditahun 1828
dan telah dianggap sebagai salah satu senyawa kimia tertua yang ada.
Aloksan murni diperoleh dari oksidasi asam urat oleh asam nitrat. Aloksan
adalah senyawa kimia tidak stabil dan senyawa hidrofilik (Rohilla dan Ali,
2012). Aloksan stabil pada suhu 2-100C, penyimpanan pada suhu rendah
dalam wadah tidak tembus cahaya dan tertutup rapat (Windolz, 1983).
Bentuk yang biasa digunakan adalah monohidratnya, meskipun dalam
bentuk monohidrat, senyawa ini juga sangat tidak stabil, pada pH 7,4 atau
dalam suhu 370C hanya mempunyai waktu paruh 1,5 menit setelah itu akan
mengalami degradasi menjadi alloxanic acid. Aloksan monohidrat akan
stabil dalam larutan dengan pH asam (Lenzen, 2007).
Sebagai tambahan, model aloksan sebagai induksi diabetes
pertama kali digambarkan pada kelinci oleh Dunn, Sheehan dan McLetchie
di tahun 1943. Semula aloksan disiapkan dengan mengoksidasi asam urat
dan asam nitrit. Bentuk monohidrat sekaligus disiapkan dengan
mengoksidasi asam barbiturat dankromium trioksida. Selain itu, aloksan
telah dianggap sebagai agen pengoksidasi kuat, sehingga menimbulkan stres
oksidatif pada sel β, yang diakibatkan oleh perpindahan keseimbangan
reaksi redoks karena perubahan metabolisme karbohidrat dan lipid yang
akan meningkatkan pembentukan radikal bebas superoksida (ROS) dari
reaksi glikasi dan oksidasi lipid sehingga menurunkan sistem pertahanan
23
antioksidan, diantaranya adalah glutathion (GSH) (Lenzen, 2007). ROS
yang semakin meningkat dan GSH yang menurun akan menyebabkan
resistensi insulin melalui penurunan autofosforilasi dari reseptor insulin dan
akan menurunkan GLUT-4, meningkatkan sirkulasi asam lemak, penyebab
hiperglikemia, merubah fungsi sel β, meningkatkan kadar trigliserida,
menurunkan kadar HDL (Lenzen, 2007) Aloksan merupakan diabetogen
yang digunakan untuk penghancuran sel - β dan mengakibatkan efek yang
selektif sitotoksik pada sel β – pankreas (Rohilla dan Ali, 2012). Diabetes
yang diinduksi menggunakan aloksan berguna untuk memeriksa efek
antidiabetes dari senyawa yang meningkatkan sekresi insulin (Zhang, et al.,
2009). Aloksan telah didemonstrasikan sebagai non-toksik pada sel beta
manusia, pada dosis tinggi, alasannya yang mana ditujukan pada perbedaan
mekanisme ambilan glukosa di manusia dan hewan pengerat (Rohilla dan
Ali, 2012)
24
meliputi perawatan dan pemeliharaan hewan selama penelitian berlangsung,
pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan percobaan
dalam penelitian ( Depkes RI, 2006 ).
Penggunaan pada hewan coba didalam penelitian harus benar-
benar memperhatikan kesehatan dan kecocokan hewan coba yang akan
digunakan pada penelitian. Hewan tersebut harus berada dalam lingkungan
yang sesuai serta dalam pengawasan dan kontrol yang ketat. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan defined laboratory animals sehingga sifat
genotipe, fenotipe (efek maternal), dan sifat dramatipe (efek lingkungan
terhadap fenotipe) menjadi konstan.
Kingdom :Animalia
25
Filum :Chordata
Kelas :Mamalia
Ordo :Rodentia
Familia :Muridae
Subfamilia :Murinae
Genus :Mus
Spesies :Mus musculus (LAC NUS, 2007).
26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
27
tidak mempunyai efek samping yang berarti, sehingga obat tradisional
banyak dipilih masyarakat sebagai alternatif pilihan selain obat. Adapun
tanaman obat di Indonesia yang dikenal memiliki khasiat antidiabetes, yaitu
herba sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. f) Nees.) dan biji mahoni
((Swietenia mahagoni Jacq.). Kandungan zat aktif utama dalam herba
sambiloto yaitu Andrografolid yang diduga bertanggung jawab terhadap
aktivitas farmakologi (Widyawati, 2007; Niranjan et al., 2010) dan
berkhasiat sebagai antidiabetes (Subramanian et al., 2008). Sedangkan pada
biji mahaoni yang berpotensi sebagai antidiabetes adalah senyawa
swietenin. Penelitian yang menyatakan bahwa tanaman A. paniculata
sebagai antidiabetes mellitus sebagai berikut: Zhang dan Tan (2000)
melaporkan bahwa ekstrak etanolik secara poten menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus DM tipe 1 yang diinduksi Streptozotocin (STZ) dimana
aktivitas enzim hepatik glukosa-6-fosfatase menurun secara nyata, ini
membuktikan bahwa efek penurunan glukosa berhubungan dengan
peningkatan metabolisme glukosa pada kelompok tikus yang diberikan
ekstrak sambiloto 400 mg/ kgBB selama 14 hari. Dandu dan Inamdar
(2009) menyatakan bahwa ekstrak larut air herba sambiloto menunjukkan
aktivitas antioksidan dengan menaikkan aktivitas Superoksida Dismutase
(SOD) dan Katalase pada tikus DM tipe 1. Dilaporkan juga rebusan herba
sambiloto menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 1 yang
diinduksi aloksan (Reyes dkk, 2006). Ekstrak sambiloto juga dapat
merangsang pelepasan insulin dan menghambat absorbsi glukosa melalui
penghambatan enzim alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk,
2008). Dosis 2,0 g/ kg BB ekstrak etanol herba sambiloto merupakan kadar
optimal yang dapat menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah dkk, 2011).
28
Sehingga, dilakukan penelitian ini yang bertujuan ingin melihat
aktivitas dari campuran ekstrak kering herba sambiloto dan ekstrak kering
biji mahoni dalam menghasilkan efek antidiabetes yang lebih potensial
29
3.3. Skema Kerangka Konseptual
Diperoleh ekstrak kering campuran herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees.) dan biji
mahoni (Swieteneia mahagoni Jacq.) dalam berbagai perbandinga yang memiliki aktivitas
antidiabetes pada mencit yang diinduksi aloksan.
30
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.3. Alat
31
b. Variabel tergantung : Kadar glukosa darah
n : besar sampel
t : jumlah kelompok
Menurut rumus Federer, banyaknya sampel yang diperlukan:
(n-1) (t-1) > 15 ;t=6
(n-1) (6-1) > 15
5n-5 > 15
5n > 20
n >4
(Astuti, 2006)
32
Diperoleh sample size (n) sebesar 4 ekor, setelah itu dihitung faktor koreksi
(f) yang digunakan pada penelitian,
33
4.4.2. Uji Aktivitas Antidiabetes
Pada uji aktivitas ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis
paniculata Ness.) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni, Jacq.) yang
diawali dengan menginduksi mencit dengan aloksan, kemudian diberikan
kombinasi ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis paniculata
Ness.) dan biji mahoni (Swietenia mahagoni, Jacq.) dengan memberikan
dosis peroral berulang satu kali sehari selama 24 jam. Dimana akan
terdapat 5 kelompok dalam perlakuan, yaitu, kelompok kontrol negatif
(CMC-Na 0,5%), kelompok kontrol positif (pemberian obat glibenklamid),
dosis 1 (perbandingan 1:1), dosis 2 (perbandingan 1:2), dan dosis 3
(perbandingan 2:1).
34
Tabel IV.1. Rancangan percobaan
Kelompok Perlakuan
35
4.5. Prosedur Kerja
4.5.1. Penyiapan Hewan Coba
Pertama-tama hewan coba diadaptasikan dengan lingkungan selama
1 minggu. Semua mencit putih dipelihara dengan cara yang sama dan dapat
mendapat diet yang sama pula. Sebelum dan setelah dilakukan perlakuan,
semua mencit putih ditimbang untuk menghitung pengaturan dosis.
36
glibenklamid untuk mencit adalah sebesar 0,0026 x 5mg = 0,013mg/20g BB
mencit
4.5.3.2 Dosis uji campuran ekstrak kering herba sambiloto dan biji
mahoni
Dosis yang digunakan berdasar penilitian yang ada yaitu kombinasi
ekstrak kental herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees.), dan biji
mahoni (Swieteneia mahagoni Jacq.) dengan rasio1:1, 1:2, 2:1 (28 mg/ 20g
BB Mencit), yang akan diberikan secara oral kepada hewan coba mencit
yang dibagi menjadi kelompok I, II dan III, selama 24 jam (Karau, 2012).
37
c. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Dosis glibenklamid pada tiap hewan coba mencit (20g) adalah
0,013mg/20g BB mencit. Maka untuk membuat 25ml sediaan suspensi
glibenklamid 0,013mg/ml dalam CMC-Na 0,5% dibutuhkan glibenklamid
sebanyak 0,013mg x 25 = 0,325mg dalam 25 ml larutan CMC-Na 0,5%.
38
Sebanyak 31.1 mg ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis
paniculata Nees.) dan 15,6 mg biji mahoni (Swieteneia mahagoni Jacq.)
ditambahkan 0,2 ml larutan CMC-Na 0,5% sedikit demi sedikit sambil
digerus. Untuk 25ml larutan yaitu, 31.1 mg/0,2ml x 25ml = 3887,5
mg/25ml ekstrak kering herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees.)
dan 15,6 mg/0,2ml x 25ml = 1950 mg/25ml ektrak kering biji mahoni
(Swieteneia mahagoni Jacq.).
39
31,1 mg/20g BB mencit yang disuspensikan dengan larutan CMC-Na
sebanyak 0,2ml/20g bb mencit 1(satu) kali sehari.
5. Kelompok III, diberi campuran ekstrak ekstrak kering herba sambiloto
dan biji mahoni dengan perbandingan (2:1). Dosis ekstrak kering kumis
kucing 31,1 mg/20g BB mencit dan dosis ekstrak kering bawang putih
15,6 mg/20g BB mencit yang disuspensikan dengan larutan CMC-Na
0,5% sebanyak 0,2ml/20g bb mencit 1(satu) kali sehari.
40
4.5.7. Skema Prosedur Kerja
Dipuasakan 18 jam
sebelum diinduksi
aloksan
Kadar glukosa dalam darah mencit diamati pada hari ke 3-4, bila tidak meningkat tunggu
samapai 7 hari. Jika tidak ada peningkatan dilakukan induksi ulang dengan dosis yang lebih
rendah
Kadar glukosa dalam darah mencit diatas 175 mg/dL atau yang meningkat secara
signifikan adalah yang digunakan dalam penelitian (sebanyak 30 ekor)
Analisis Data
Kesimpulan
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
43
5.1.1 Kelompok Kontrol Negatif
44
2, 4, 6, dan 24. Berikut hasil pengamatan kadar glukosa darah mencit pada
kelompok kontrol positif.
Tabel V.2 profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
kontrol positif glibenklamid 3 mg/kgbb
45
Tabel V.3 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada
kelompok kontrol Perbandingan I (sambiloto:mahoni 1:1)
46
Tabel V.4 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada kelompok
kontrol Perbandingan II (sambiloto:mahoni 1:2)
47
Tabel V.5 Profil kadar glukosa darah mencit (mg/dl) pada
kelompok kontrol Perbandingan III (sambiloto:mahoni 2:1)
Tabel V.6 Penurunan kadar glukosa darah mencit dari jam ke-0 hingga jam
ke-24
48
Grafik Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit
700
kadar gula darah (mg/dl)
600
500
400 kontrol -
300 Kontrol +
200 Perbandingan 1:2
100 Perbandingan 1:1
0 perbandingan 2:1
GDA 0 2 4 6 24
awal
Jam ke
Tabel V.7 Hasil pengolahan data analisis statistic Anova One Way
Total 771349.367 29
49
Tabel V.8 Perbedaan harga rata-rata penurunan kadar glukosa darah dengan
metode LSD
50
BAB VI
PEMBAHASAN
51
dengan enzim-enzim serta diaminasi dan dekarboksilasi asam amino,
perusakan sel pankreas terjadi secara selektif oleh aloksan. Aloksan
menginduksi pengeluaran kalsium dari mitokondria yang mengakibatkan
proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari mitokondria ini
mengakibatkan gangguan homeostasis yang merupakan awal dari kematian
sel (Halliwel, 1994). Kadar glukosa darah pada mencit diperiksa tiga hari
setelah induksi. Kadar glukosa darah mencit diatas 175mg/dL (Malole &
Pramono, 1989) adalah yang digunakan pada penelitian ini. Dalam
penelitian ini, ditemukan bahwa dosis aloksan 186,9 mg/kgBB dapat
menimbulkan kondisi diabetes pada mencit (Karau, 2012). Dosis tersebut
didapatkan melalui optimasi. Sedangkan untuk pelarut dari aloksan
monohidrat, dari hasil optimasi apabila menggunakan normal saline dan
WFI (Water for Injection) kemampuan aloksan untuk menimbulkan
keadaan diabetes berkurang, sehingga dalam penelitian ini, memakai buffer
asam sitrat 0,1M pH 4,5 dikarenakan aloksan dapat menimbulkan keadaan
diabetes dan juga lebih stabil pada pH asam (Lenzen, 2007).
52
perlakuan dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa darah pada
hewan coba.
53
perlakuan diberi larutan suspensi glibenklamid dengan dosis sama seperti
yang digunakan pada manusia setelah dikonversi ke mencit 0,013 mg/20 g
BB mencit. Glibenklamid sendiri adalah obat standar untuk diabetes
golongan sulfonilurea dimana aksi kerjanya adalah merangsang pengeluaran
insulin pada sel-β pankreas sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
mengakibatkan kadar glukosa dalam darah menurun. Dalam penelitian ini,
didapatkan penurunan kadar glukosa darah yang signifikan dengan waktu
24 jam dengan rata-rata penurunan sebesar 236,17 mg/dL (39,58%) mulai
dari jam ke-0 (596,67 ± 3,333 mg/dL) menurun hingga (335,50± 15,466
mg/dL) pada jam ke-24. Namun dalam penelitian selama 24 jam terdapat
kenaikan glukosa darah mencit dari jam ke-6 ke jam ke-24 dimana
seharusnya tidak ada kenaikan yang bermakna. Hal tersebut dimungkinkan
karena faktor biologis, seperti mencit mengkonsumsi makanan yang
seharusnya mencit dalam kondisi puasa.
54
Pada kelompok II, yakni kelompok mencit diabetes yang diberikan
larutan uji suspensi dari campuran ekstrak kering sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) dan biji mahoni (Swieteneia mahagoni Jacq.) dengan dosis
28 mg/20 g BB mencit dalam perbandingan 1:2 mengalami penurunan
kadar glukosa darah yang signifikan sebesar 439,17 mg/dL (82,55%) dalam
kurun waktu 24 jam, yaitu jam ke-0 (532,00± 12,100 mg/dL) hingga jam ke
-24 (92,83± 17,252mg/dL). Hasil penurunan kadar glukosa darah pada
mencit pada kelompok II lebih besar dibandingkan dengan kontrol positif
dan kelompok I. Hal ini menunjukkan bahwa dosis perbandingan 1:2
memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah mencit lebih
baik dibandingkan keduanya.
55
pelepasan insulin dan menghambat absorbsi glukosa melalui penghambatan
enzim alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk, 2008).
Sedangkan biji mahoni memiliki kandungan senyawa yaitu swietenin yang
berperan sebagai agen hipoglikemik. Biji mahoni merupakan agonist alami
dari Peroxisome-proliferator yang diaktifkan oleh reseptor PPAR γ
(Peroxisome Proliferator Activated Reseptor). Fungsi (PPAR γ) adalah
sebagai reseptor setelah diaktivasi oleh obat sehingga meningkatkan
sensitivitas insulin, metabolisme kolesterol, peningkatan lipid dan
deferensiasi adiposit. Pemberian treatment biji mahoni akan menormalkan
kondisi dari serum urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, trigliserida dan
lipoprotein (Yelaware et al, 2014 ; Hasan et al, 2013).
Penurunan kadar glukosa darah mencit yang paling besar
ditunjukkan pada kelompok II yaitu dengan penurunan sebesar 439,17
mg/dL. Hal ini diduga akibat kandungan senyawa yang dimiliki oleh
sambiloto yaitu golongan andrografolida. Mekanisme kerja dari senyawa ini
dapat merangsang pelepasan insulin dan menghambat absorbsi glukosa
melalui penghambatan enzim alfaglukosidase dan alfa-amilase
(Subramanian dkk, 2008). Ekstrak herba sambiloto secara bermakna
menurunkan glukosa darah mencit yang diinduksi dengan aloksan, artinya
merangsang pelepasan insulin pada sel yang tidak rusak sempurna.
Sedangkan pada biji mahoni dari data ilmiah yang mengtakan bahwa biji
mahoni merupakan agonis alami reseptor aktif Peroksisom - proliferator
(PPAR ). Fungsi reseptor PPAR yang telah diaktivasi oleh obat adalah
meningkatan lipid dan metabolisme kolesterol, diferensiasi adiposit, dan
meningkatan sensitivitas insulin dengan mekanisme aksi mengaktifkan
insulin gen - responsif yang dapat merangsang insulin untuk membentuk
dan mentranslokasi GLUT ( glukosa transporter ) ke membran sel di organ
56
perifer sehingga penyerapan dan penggunaan glukosa perifer meningkat ( Li
et al , 2005; Hasan et al . , 2011) .
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mekanisme
kerja dari masing-masing tanaman berbeda namun mampu bekerja lebih
potensial untuk menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan
ekstrak kering tunggalnya. Persentase penurunan dari masing-masing dosis
membuktikan tidak jauh berbeda dengan kontrol positif. Terlihat pada
penelitian ini bahwa aktivitas penurunan kadar glukosa darah yang paling
besar dialami pada kelompok II dengan penurunan sebesar 439,17 mg/dL.
Hal ini dapat dilihat dari hasil statistic dimana ditunjukkn dengan persen
penurunan paling besar
57
Ha = Minimal ada sepasang kelompok yang berbeda secara
signifikan.
Hasil perhitungan statistik dengan program SPSS Statistic 16.0
diperoleh nilai p hitung antar kelompok = 0,000 (p < 0,05). Maka H a
diterima dimana terdapat minimal satu pasang kelompok berbeda secara
signifikan, setelah itu dilanjutkan dengan Post Hoc Test dengan metode
LSD. Hasil analisis Post Hoc Test dengan metode LSD yaitu, kelompok
yang memiliki perbedaan secara bermakna jika dibandingkan dengan
kontrol negatif adalah sebanyak 4 kelompok, yakni kelompok kontrol
positif (larutan suspensi glibenklamid dengan dosis 0,013 mg/20 g BB
mencit), kelompok I yakni larutan suspensi campuran ekstrak kering
sambiloto dan mahoni dengan perbandingan 1:1, kelompok II yakni larutan
suspensi campuran ekstrak sambiloto dan mahoni dengan perbandingan 1:2
dan kelompok III, yakni larutan suspensi campuran ekstrak kering
sambiloto dan mahoni dengan perbandingan 2:1.
58
BAB VII
KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
Ghosh S, Besra SE, Roy K, Gupta JK, and Vedasiromoni 154 – 160. JR.
Pharmacological Effects of Methanolic Extract of Mahagoni Jacq
(meliaceae) Seeds. International Journal of Green Pharmacy. 2009; 3:
206-210.
60
Hajli Z. Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid Biji Mahoni (Swetenia
mahagoni Jacq) yang Berpotensi sebagai Antioksidan. [Repository].
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2011.
Karau, G.M., E.N.M. Njagi, A.K. Machocho, L.N. Wangai and P.N.
Kamau. Hypoglycemic Activity of Aqueous and Ethylacetate Leaf and
Stem Bark Extracts of Pappea capensis in Alloxan-induced Diabetic
BALB/c Mice. Kenya Bureau of Standards, Kenya. 2012
Li, D., Chen, J., Chen, Q., Li, G., Chen, J., Yue, J.,Chen, M., Wang, X.,
Shen, J.,Shen, X., and Jiang, H., 2005. Swietenia mahagony Extract
Shows Agonistic Activity to PPARγ and Gives Ameliorative Effects
on Diabetic Mice. Acta Pharmacologia Sinica Vol.(2) p. 220–222
61
Suherman, K. H. dan Nafrialdi, 2011. Insulin dan Antidiabetik Oral. Di
dalam buku Farmakologi dan Terapi Ed.5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Triplitt, A.K., Curtis L., Reasner, C.A. and Isley, W.L., 2008. Diabetes
Melitus In: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R.,
Wells, B.G. and Posey, L.M., 2008. Pharmacotherapy: A
Patophysiologic Approach, 7thEdition, New York: McGraw Hill.
62
Hajli Z. Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid Biji Mahoni (Swetenia
mahagoni Jacq) yang Berpotensi sebagai Antioksidan. [Repository].
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 2011.
63
LAMPIRAN
Kontrol Negatif
Valid N (listwise) 6
64
Kontrol Positif
Valid N (listwise) 6
Perbandingan Dosis I
65
gda24 6 147 303 256.00 25.129 61.553
Valid N (listwise) 6
Perbandingan Dosis II
Valid N (listwise) 6
66
Perbandingan Dosis III
Valid N (listwise) 6
67
Analisis dengan One Way Anova
Deskriptif
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
kontrol
6 -18.67 33.476 13.667 -53.80 16.46 -68 15
negatif
kontrol
6 263.17 35.125 14.340 226.31 300.03 209 310
positif
perbandinga
6 302.83 68.051 27.782 231.42 374.25 212 391
n 1:1
perbandinga
6 439.17 46.322 18.911 390.55 487.78 375 485
n 1:2
perbandinga
6 337.33 64.636 26.388 269.50 405.17 231 420
n 2:1
Penurunan
1.018 4 25 .417
68
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
LSD
69
kontrol positif 74.167* 29.787 .020 12.82 135.51
70
Dokumentasi Penelitian
71