Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2, November 2020, Hal 123 – 130 p-ISSN 2252-9721

Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130


LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8126
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN BIDARA SEBAGAI ANTIPIRETIK


MELALUI VARIASI BAHAN PENGISI

Nita Fajaryanti*, Melani Dewi


Program Studi D3 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln Laut 31A Kendal, Jawa Tengah
Indonesia 51311
*nitafajaryanti@gmail.com

ABSTRAK
Tanaman bidara atau Ziziphus mauritiana L. atau dikenal dengan apel putsa secara tradisional
digunakan sebagai penurun panas atau antipiretik. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak
daun bidara efektif sebagai antipiretik pada mencit putih dengan dosis 250 mg/kgBB. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memformulasi tablet ekstrak daun bidara sebagai antipiretik melalui variasi
bahan pengisi yaitu amilum, laktosa dan mikrokristalin selulosa PH 101. Penelitian dilakukan melalui
pengujian eksperimental. Desain penelitian yang digunakan adalah rancangan pra eksperimen. Tablet
ekstrak daun bidara diformulasi berdasarkan perbedaan bahan pengisi. Kemudian dilakukan uji mutu
sifat fisik tablet dan uji aktivitas antipiretik pada hewan coba mencit. Hewan coba dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, 3 kelompok uji, yaitu F1: bahan pengisi amilum, F2: bahan
pengisi laktosa dan F3: bahan pengisi mikrokristalin selulosa PH 101 serta kelompok kontrol positif
suspensi parasetamol. Sebelum perlakuan semua hewan coba dicek suhu awal secara per rectal,
kemudian diinduksi dengan pepton konsentrasi 10%, dosis 1 ml/Kg BB untuk menghasilkan demam.
Didiamkan selama 60 menit, kemudian ukur kembali suhu rectal dan diberikan perlakuan sesuai uji
serta diukur kembali setelah 120 menit. Analisis Anova one way dilakukan terhadap penurunan suhu
mencit saat induksi pepton dan suhu 120 menit setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukan tablet
F3 memiliki uji keseragaman bobot dan uji kekerasan yang baik serta terdapat perbedaan yang
signifikan antar kelompok terhadap aktivitas antipiretik pada hewan uji mencit. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah formulasi tablet ekstrak daun bidara dengan bahan pengisi mikrokristalin selulosa
PH 101 memiliki aktivitas antipiretik terhadap mencit jantan yang diinduksi pepton.

Kata kunci: antipiretik; bahan pengisi; ziziphus mauritiana L

FORMULATE THE LEAF EXTRACT TABLET OF BIDARA AS AN ANTIPYRETIC


THROUGH A VARIETY OF FILLERS

ABSTRACT
Bidara plants or Ziziphus mauritiana L. or known as putsa apples are traditionally used as a fever or
antipyretic. Previous research states that bidara leaf extract is effective as an antipyretic in white mice
with a dose of 250 mg / kgBW. The purpose of this study was to formulate the leaf extract tablet of
bidara as an antipyretic through a variety of fillers, namely starch, lactose and microcrystalline
cellulose PH 101. The study was conducted through experimental testing. The research design used
was a pre-experimental design. Bidara leaf extract tablets are formulated based on different fillers.
Then tested the physical quality of the tablets and antipyretic activity tests on mice. The experimental
animals were divided into 5 groups, namely a negative control group, 3 test groups: F1: starch filler,
F2: lactose filler and F3: microcrystalline cellulose PH 101 and a positive control group for
paracetamol suspension. Before the treatment, all experimental animals were checked for the initial
temperature rectally, then induced with a 10% concentration of peptone, a dose of 1 ml / Kg BW to
produce fever. Let stand for 60 minutes, then measure the rectal temperature again and given the
treatment according to the test and measured again after 120 minutes. One way ANOVA analysis was
carried out on the decrease in temperature of mice during peptone induction and temperature of 120
minutes after treatment. The results showed that the F3 tablet had a good weight uniformity test and a
good hardness test and there were significant differences between groups on the antipyretic activity in
mice. The conclusion of this study is the formulation of bidara leaf extract tablets with
microcrystalline cellulose PH 101 has antipyretic activity against male mice induced by peptone.

123
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Keywords: antipyretic; tablet filling; ziziphus mauritiana L.

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki beragam jenis dan macam tumbuhan yang tersebar di berbagai daerah.
Keanekaragaman tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat modern dan
tradisional. Masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan memakai obat tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit (Nugrahwati, 2016). Tanaman bidara (Ziziphus
mauritiana L.) atau biasa dikenal dengan apel putsa adalah sejenis pohon yang tumbuh
membesar dengan daun berwarna hijau, penghasil buah dan banyak ditemui di daerah
Sumbawa (Bintoro, dkk., 2017). Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman bidara
sebagai peningkat stamina tubuh, penghasil busa jika daun diremas sehingga digunakan untuk
memandikan orang yang sakit demam, serta digunakan sebagai penurun panas atau antipiretik
(Taufik, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2019) menyebutkan bahwa dosis
ekstrak daun bidara yang efektif sebagai antipiretik pada mencit putih yang diinduksi pepton
secara subkutan adalah 250 mg/KgBB (Noviyanti, 2019).

Bidara mengandung berbagai senyawa seperti alkaloid, fenol, flavonoid, kuercetin, terpenoid,
pektin A, glikosida saponin, alkaloid, asam triterpenoat, flavonoid, lipid, asam triterpenoat
seperti asam kolubrinat, asam alpitolat, 3-O-trans-p-kumaroilmaslinat, asam oleanolat, asam
betulonat, asam oleanonat, asam zizyberenalat dan asam betulinat (Bintoro,dkk., 2017).
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Suhu tubuh normal adalah
36-37ºC. Mekanisme antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim siklooksigenase (Katzung, 2002). Hal ini mengakibatkan set point
hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal sehingga perintah memproduksi panas di
atas normal dan pengurangan pengeluaran panas tidak ada lagi (Hastuti dan Endrawati, 2016).

Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dicetak dengan mesin bertekanan
tinggi dengan bahan serbuk kering, kristal atau granulat dan umumnya dengan penambahan
bahan pembantu. Bentuk sediaan tablet terbukti sangat menguntungkan karena harganya
murah. Bentuk tablet takarannya tepat, pengemasannya mudah, tranportasi dan
penyimpanannya praktis (stabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya) (Voight, 1994). Untuk
menghasilkan tablet yang berkhasiat dan bermutu, pemilihan zat tambahan (eksipien) seperti
pengikat, penghancur, pengisi, glidan dan lubrikan haruslah tepat. Salah satu bahan tambahan
yang harus diperhatikan untuk mencapai persyaratan tablet yang bermutu adalah konsistensi
pengisi. Bahan pengisi mempengaruhi sifat fisik dari tablet yaitu pada kompaktibilitas dan
kompresibilitas (Suwertayasa, 2013). Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah amilum, laktosa dan mikrokristalin selulosa PH 101. Banyaknya efek samping akibat
penggunaan obat-obat kimia modern merupakan salah satu alasan untuk menggali kembali
penggunaan obat tradisional atau kembali kealam. Dari alasan tersebut mendasari penelitian
dengan judul formulasi tablet ekstrak daun bidara (Ziziphus mauritiana L.) sebagai
antipiretik melalui variasi bahan pengisi.

METODE
Penelitian dilakukan melalui pengujian eksperimental. Desain penelitian yang digunakan
adalah rancangan pra eksperimen (pra eksperimental design) berupa static group comparison.
Variabel bebas adalah bahan pengisi dalam formulasi tablet yaitu amilum, laktosa dan
mikrokristalin selulosa PH 101. Variabel terikat yaitu aktivitas antipiretik terhadap mencit
jantan yaitu suhu tubuh mencit dan sifat mutu tablet ekstrak daun bidara. Alat yang digunakan
adalah alat cetak tablet, ayakan granul, hardnes tester, friabilator, corong kaca, alat gelas,
neraca analitik, spuit, waterbath, kain flanel dan thermometer digital. Bahan yang di gunakan

124
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

adalah simplisia daun bidara, amilum, laktosa, mikrokristalin selulosa PH 101, PVP, talkum,
starch 1500, Mg stearat, pepton 10%, CMC Na 0,5%, etanol 70% , paracetamol dan mencit
jantan.

Tablet ekstrak daun bidara diformulasi berdasarkan perbedaan bahan pengisi. Kemudian
dilakukan uji mutu sifat fisik tablet dan diujikan pada hewan coba. 25 ekor hewan uji mencit
diadaptasikan dan dibagi mencjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, 3 kelompok
uji (F1: Bahan pengisi amilum, F2: bahan pengisi laktosa dan F3: bahan pengisi
mikrokristalin selulosa PH 101) serta kelompok kontrol positif suspense parasetamol.
Sebelum perlakuan semua hewan coba dicek suhu awal secara per rectal, kemudian diinduksi
dengan pepton konsentrasi 10%, dosis 1 ml/Kg BB untuk menghasilkan demam. Diamkan
selama 60 menit, kemudian ukur kembali suhu rectal hewan coba. Setelah itu hewan coba
diberikan perlakuan dan diukur suhu rectal kembali setelah 120 menit. Pengukuran suhu
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu suhu awal, suhu induksi pepton dan suhu setelah 120 menit.
Hasil analisis dilakukan terhadap penurunan suhu mencit pada saat induksi pepton dan suhu
120 menit setelah perlakuan. Penurunan suhu dianalisis dengan anova one way dilanjutkan
dengan uji LSD pos hoc untuk mengetahui adanya perbedaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Formulasi tablet ekstrak bidara yang digunakan menggunakan variasi bahan pengisi yaitu
amilum, laktosa dan mikrokristalin selulosa PH 101. Hasil organoleptis ketiga formula
menunjukkan hasil yang sama, yaitu tablet berwarna putih kecoklatan, berbau khas dan berasa
pahit. Tabel penimbangan bahan hasil formulasi ekstrak daun bidara dapat dilihat pada tabel 1
dan hasil uji mutu sifat fisik tablet dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Formulasi tablet ekstrak daun bidara


Bahan F 1 (mg) F 2 (mg) F 3 (mg)
Ekstrak daun bidara 300 300 300
PVP 2 2 2
Starch 1500 7,5 7,5 7,5
Talkum 1 1 1
Mg Stearat 0,25 1,25 0,25
Nipagin 0,5 0,5 0,5
Amilum 188,75
Lactosa 188,75
Mikrokristalin selulosa pH 101 188,75

Tabel 2.
Rerata uji mutu dan sifat fisik tablet
I II III IV
F1 500,8 mg 2 kg Pecah/ capping 56,1
detik
F2 501,3 mg 2,1 kg Pecah/ capping 1 menit 42 detik
F3 501,9 mg 6,2 kg Pecah/ capping 42 menit 38 detik
Keterangan :
I : Rerata uji keseragaman bobot
II : Rerata uji kekerasan
III : Rerata uji kerapuhan
IV : Rerata uji waktu hancur

125
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Hasil uji aktivitas antipiretik dilakukan setelah formulasi dan uji mutu sifat fisik tablet selesai
dilakukan. Larutan pepton steril dibuat dengan konsentrasi 10%, dengan dosis 1 ml/KgBB
dan diinjeksikan secara subkutan. Suspensi parasetamol sebagai kontrol positif dibuat dengan
dosis 1,82 mg/20 g BB mencit. Sediaan uji suspensi tablet ekstrak daun bidara dibuat dengan
dosis 250 mg /Kg BB mencit. Suspensi menggunakan CMC Na sebagai suspending agent
dengan konsentrasi 0,5% dan diberikan secara peroral.

Data rerata suhu (T) mencit pada waktu awal, waktu induksi pepton dan waktu 120 menit
setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 3. Data penurunan suhu mencit pada saat induksi
pepton dan suhu 120 menit setelah perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 3.
Data rerata suhu mencit
Klp T awal T pepton T 120 menit
K- 34,5 34,8 34,7
F1 33,8 35,1 34,6
F2 33,7 35,3 34,6
F3 34,6 35,3 34,6
K+ 34,2 35,2 34,4

Tabel 4.
Data penurunan suhu mencit
Mencit ke- K- F1 F2 F3 K+
1 0,1 0,6 1,4 1,1 1,1
2 0 0,4 0,8 0,1 1,2
3 -0,6 0,5 0,3 0,8 0,8
4 -0,4 0,3 0,4 0,8 0,4
5 0,3 0,4 0,7 0,7 0,3

Uji mutu dan sifat fisik tablet berupa uji organoleptis, uji keseragaman bobot, uji kekerasan,
uji kerapuhan dan uji waktu hancur. Masing-masing formula memiliki hasil yang berbeda-
beda. Tablet ekstrak daun bidara, mengandung ekstrak kering dengan jumlah 300 mg disetiap
tabletnya. Ekstrak dibuat dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 70% selama 5 hari
sambil diaduk setiap harinya. Etanol 70% merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga
dapat melarutkan zat aktif yang bersifat polar atau nonpolar. Hasil organoleptis ketiga formula
(F1, F2, F3) menunjukkan hasil yang sama, yaitu tablet berwarna putih kecoklatan, berbau
khas dan berasa pahit. Warna cokelat dan rasa yang pahit dikarenakan adanya zat aktif yang
berupa ekstrak daun bidara.

Rerata uji keseragaman bobot pada tablet dengan bahan pengisi amilum memiliki bobot rata-
rata 500,8 mg, tablet dengan bahan pengisi laktosa memiliki bobot rata-rata 501,3 mg
sedangkan tablet dengan pengisi mikrokristalin selulosa PH 101 memiliki botot rata-rata
501,9 mg. Menurut Farmakope Indonesia ed IV, keseragaman dosis akan terpenuhi apabila
keseragaman bobot dalam 10 sediaan tablet terletak pada rentang 85%-115% (Anonim,1995).
Dari hasil bobot rata-rata tablet ekstrak daun bidara menunjukkan bahwa tablet memiliki
keseragaman bobot yang baik, dikarenakan masuk dalam rentang 85%-115%. Selain itu dari
hasil uji keseragaman bobot kita dapat mengetahui keseragaman kandungan, ketepatan
kandungan zat aktif dan ketepatan takaran (Voight, 1994).

126
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Rerata dari uji kekerasan pada tiga formula memiliki hasil yang berbeda. Tablet pada F1
dengan pengisi amilum dan F2 dengan pengisi laktosa memiliki kekerasan yang kurang baik.
Sedangkan tablet pada F3 dengan zat pengisi mikrokristalin selulosa PH 101 memiliki
kekerasan yang lebih baik. Persyaratan rentang kekerasan tablet yang memenuhi persyaratan
adalah 4-8 kg/cm2. Sehingga dari syarat tersebut dapat diketahui bahwa tablet F3 memenuhi
persyaratan uji kekerasan (Anonim,1995).

Hasil uji kerapuhan tablet ekstrak daun bidara memiliki hasil yang tidak memenuhi
persyaratan, yaitu pecah atau capping. Hal ini disebabkan karena jumlah bahan pengikat yang
digunakan terlalu sedikit. PVP dalam formulasi tablet ekstrak daun bidara digunakan sebagai
bahan pengikat. Uji kerapuhan menunjukkan kekompakan tablet. Tablet yang kompak akan
tahan terhadap gesekan dan goncangan selama masa produksi hingga sampai ditangan
konsumen.

Uji waktu hancur tablet memiliki hasil yang berbeda pada ketiga formula. F1 dengan bahan
pengisi amilum memiliki waktu hancur 56,1 detik. F2 dengan bahan pengisi laktosa memiliki
waktu hancur 1 menit, 42 detik. F3 dengan bahan pengisi mikrokristalin selulosa PH 101
memiliki waktu hancur yang lebih lama yaitu 42 menit 38 detik. Sedangkan persyaratan
waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah tidak boleh lebih dari 15 menit (Anonim,
1995). Sehingga dari ketiga formula tersebut dapat disimpulkan formula tablet ekstrak daun
bidara tidak memenuhi persyaratan waktu hancur yang baik.

Tablet yang telah diuji mutu dan sifat fisiknya, dilakukan uji aktivitas antipiretik ke hewan
coba mencit. Berdasar pada penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti (2019) menyebutkan
ekstrak daun bidara efektif sebagai antipiretik pada mencit pada dosis 250 mg/KgBB[4].
Kandungan zat aktif ekstrak bidara dalam tiap tablet adalah 300mg sehingga diformulasi
dalam sediaan suspensi dengan basis CMC Na dengan volume pemberian sesuai dosis yaitu
250 mg/Kg BB mencit. Kontrol positif digunakan suspense parasetamol dengan basis CMC
Na. Kontrol negatif berupa CMC Na 0,5%. Parasetamol atau asetaminofen biasa digunakan
secara luas sebagai analgetik atau antipiretik, walaupun efek analgetik dan antipiretiknya
setara dengan aspirin, parasetamol berbeda karena tidak adanya efek anti-inflamasi (Katzung,
2002). Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan
telah digunakan sejak tahun 1983. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen
(Freddy, 2007). Sebelum perlakuan, seluruh hewan coba dicek suhu tubuhnya melalui rectal,
kemudian diinjeksi pepton secara subkutan. Pepton merupakan protein yang digunakan
sebagai penginduksi demam. Senyawa pepton bersifat pirogen sehingga dapat meningkatkan
suhu tubuh hewan coba misalnya pada mencit. Pepton merupakan protein yang terhidrolisa,
poten sebagai penyebab demam dan tidak mempunyai sifat toksik (Budiman, 2010). Setelah
itu hewan coba didiamkan selama 60 menit dan diukur suhu rectal untuk mengetahui
peningkatan suhunya. Sediaan uji diberikan dalam bentuk suspense secara per oral dan diukur
suhu rectal kembali setelah 120 menit

Hasil analisis dilakukan perhitungan terhadap penurunan suhu rectal pada saat induksi dan
120 menit setelah perlakuan. Hasil penurunan suhu dilakukan uji normalitas data
menggunakan uji Kolmogorof smirnov dan diketahui data berdistribusi normal ditandai
dengan nilai sig. > 0,05. Selanjutnya dilakukan analisis dengan uji Anova one way dan
dilanjutkan dengan uji Pos hoc yaitu uji LSD. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa kelompok
kontrol negatif tidak berbeda signifikan (sig. > 0,05) dengan kelompok F1 (bahan pengisi
amilum), berbeda signifikan dengan kelompok F2 (bahan pengisi laktosa), F3 (bahan pengisi
mikrokristalin selulosa) dan kelompok kontrol positif. Selanjutnya antara kelompok F2, F3

127
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dan kontrol positif memiliki nilai sig. < 0,05 artinya dari ketiga kelompok diatas tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Formulasi tablet ekstrak daun bidara dengan pengisi
laktosa dan mikrokristalin selulosa PH 101 memiliki aktivitas yang sebanding dengan
parasetamol sebagai antipiretik.

Hasil uji mutu dan sifat fisik tablet yang telah dilakukan, F3 dengan bahan pengisi
mikrokristalin selulosa PH 101 cenderung memiliki sifat fisik yang lebih baik dibanding
dengan F1 dan F2. Mikrokristalin selulosa PH 101 atau dikenal dengan nama dagang Avicel®
PH 101 merupakan produk hidrolisis terkontrol dari α-selulosa dengan larutan asam mineral
encer. Dalam formulasi sediaan farmasi, mikrokristalin selulosa PH 101 digunakan sebagai
bahan pengisi tablet yang dibuat dengan cara granulasi ataupun cetak langsung, juga
digunakan sebagai bahan penghancur, adsorben dan bahan antilekat. Mikrokristalin selulosa
PH 101 dikenal memiliki sifat alir, kompaktibilitas dan kompresibilitas yang baik sehingga
sering digunakan sebagai exipient dalam sediaan farmasi (Nawangsari, 2019).

SIMPULAN
formulasi tablet ekstrak daun bidara ((Ziziphus mauritiana L.) dengan bahan pengisi
mikrokristalin selulosa PH 101 memiliki aktivitas antipiretik terhadap mencit jantan yang
diinduksi pepton. Hasil uji bioaktivitas menunjukkan hidrolisat kolagen memiliki aktivitas
yang lebih baik dibanding dengan kolagen: Aktivitas sitotoksik hidrolisat kolagen pada sel
kanker HepG2 memiliki nilai IC50 sebesar 347 μg/mL sedangkan kolagen memiliki nilai IC 50
sebesar 1410 μg/mL. Aktivitas sitotoksik hidrolisat kolagen pada sel kanker MCF7 memiliki
nilai IC50 sebesar 958 μg/mL sedangkan kolagen memiliki nilai IC 50 sebesar 1626 μg/mL.
Aktivitas antioksidan menunjukkan persen inhibisi hidrolisat kolagen sebesar 7,1% sedangkan
kolagen sebesar 2,3%. Uji adipogenesis menunjukkan persen akumulasi lipid hidrolisat
kolagen sebesar 299,3% sedangkan kolagen sebesar 229.8%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Kementrian Riset dan Teknologi
(Kemenristek)/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah memberikan dana
penelitian hibah PDP (Penelitian Dosen Pemula) tahun anggaran 2020.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta

Bintoro, A., Ibrahim, A., & Situmeang, B, 2017. Analisis dan Identifikasi Senyawa Saponin
dari Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.). Jurnal ITEKIMIA, Sekolah Tinggi Analis
Kimia Cilegon, Banten

Budiman, H., 2010, Buku Ajar Penelitian Kesehatan, Jilid I, Stikes Ahmad Yani, Cimahi

Freddy I.W. 2007. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid Dan Obat Pirai.
Farmakologi Dan Terapi, Edisi V. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta

Hastuti, S & Endrawati, S, 2016, Aktivitas Antipiretik Ekstrak Etil Asetat Daun Seligi
(Phyllantus buxifolius Muell.Arg) pada mencit jantan galur swis. Jurnal Biologi Papua

128
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Katzung, B. G, 2002 Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah, Dripa Sjabana Dkk. Edisi
Kedua. Salemba Medika. Jakarta

Nawangsari, Desy, 2019, Pengaruh Bahan Pengisi terhadap Massa Cetak Tablet Vitamin C.
Jurnal Kesehatan Kebidanan dan keperawatan Viva Medika, Vol 11 No 2

Noviyanti, Wiwid Dwi, Fajaryanti, Nita dan Mediastini, Esti. 2019. Aktivitas Antipiretik
Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus)
yang Diinduksi Pepton. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Nugrahwati, Fauziah. 2016. UJI Aktivitas antipiretik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
spinachristi L) Terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus) Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Suwertayasa, P, M, I., 2013. Uji Efek Ektrak Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.)
Pada Tikus Jantan Galur Wistar, Jurnal Ilmiah Farmasi. Fakultas Matematika Dan IPA,
UNSRAT, Manado

Taufik. 2018, Aktivitas Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Biara Laut (Ziziphus
mauritiana Lam.) terhadap pertumbuhan Candida Albicans dan Escherichia Coli.
Jurnal Kesehatan 2. Akademi Farmasi Yanasi Farmasi Makasar, Makasar

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan oleh Soedani,
N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press

129
Jurnal Farmasetis Volume 9 No 2,November 2020, Hal 123- 130
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

130

Anda mungkin juga menyukai