Anda di halaman 1dari 102

UMC/FAR/MODUL/FA315/001

Modul Praktikum
TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
CAIR DAN SEMIPADAT

Penyusun:
Eva Monica, M.Sc., Apt.
Kenup Agus Novianto, M.Farm., Apt.

Program Studi Farmasi


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Ma Chung
2018
Halaman Pengesahan

No Dokumen : 001
Revisi : -
Mata Kuliah Praktikum : Teknologi Sediaan Farmasi Cair dan Semipadat
Kode Mata Kuliah Praktikum : FA 315
SKS :2
Program Studi : Farmasi
Semester : V (Lima)

MENGHITUNG DERAJAT FLOKULASI


PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI
PENGARUH HLB TERHADAP STABILITAS EMULSI
PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI
EVALUASI UNGUENTUM DAN CREAM
PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN UNGUENTUM DAN CREAM
EVALUASI SUPPOSITORIA BASIS LEMAK DAN BASIS LARUT AIR
PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN SUPPOSITORIA

Penyusun:
Eva Monica, M.Sc., Apt.
Kenup Agus Novianto, M.Farm., Apt.

Malang, April 2018


Menyetujui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi Farmasi Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Rehmadanta Sitepu, M.Si., Apt. Rudi Setiawan, S.Si., M.T.


NIP: 20150002 NIP: 20080042
1
Kata Pengantar

Modul praktikum Teknologi Sediaan Farmasi Cair dan Semipadat ini ditujukan bagi
mahasiswa program studi Farmasi Universitas Ma Chung sesuai dengan kurikulum mata kuliah
Teknologi Sediaan Farmasi Cair dan Semipadat dengan bobot 2 SKS pada semester 5. Penyusunan
modul praktikum disesuaikan dengan silabus perkuliahan Teknologi Sediaan Farmasi Cair dan
Semipadat. Kompetensi mahasiswa yang diasah dalam modul praktikum Teknologi Sediaan
Farmasi Cair dan Semipadat ini adalah mahasiswa mampu merancang formula, memahami cara
pembuatan, dan evaluasi dari sediaan farmasi cair dan semipadat.

Diharapkan modul yang disusun ini memberikan manfaat bagi mahasiswa prodi farmasi
dalam mengaplikasikan konsep dengan aplikasi melalui percobaan di laboratorium dan dapat
mengaitkannya dengan dunia kerja kefarmasian khususnya dalam sediaan farmasi cair dan
semipadat.

Malang, April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

TATA TERTIB DAN PENILAIAN……………...…………………………………….………………………………..………….4


1. DASAR TEORI SUSPENSI………………………………...........................................................................6
2. MENGHITUNG DERAJAT FLOKULASI………...……………………………………………………..……….7
3. PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI….…………………………...10
4. DASAR TEORI EMULSI……………………………..…….........................................................................29
5. PENGARUH HLB TERHADAP STABILITAS EMULSI ………………………….………………………….31
6. PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI…..…………………...…………32
7. DASAR TEORI UNGUENTUM DAN CREAM…………………………….………..………………………...51
8. EVALUASI UNGUENTUM DAN CREAM.....………….…………………………………………………..….54
9. PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN UNGUENTUM DAN CREAM..……..….56
10. DASAR TEORI SUPPOSITORIA………………………………………………………………………………75
11. EVALUASI SUPPOSITORIA BASIS LEMAK DAN BASIS LARUT AIR…………...………………………80
12. PREFORMULASI, PEMBUATAN, DAN EVALUASI SEDIAAN SUPPOSITORIA……………..…………82
DAFTAR PUSTAKA…..………….…………………………………………………...……………………….……………….101

3
TATA TERTIB DAN PENILAIAN

A. Tempat dan Waktu Praktikum


1. Praktikum Teknologi Sediaan Farmasi Cair dan Semipadat dilaksanakan di Laboratorium Kimia-Farmasi
Universitas Ma Chung
2. Waktu praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal praktikum yang telah ditentukan.
3. Praktikan harus berada di ruangan praktikum selambat-lambatnya 10 menit sebelum praktikum dimulai.
4. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 15 menit dari waktu yang telah ditentukan bersedia menerima sangsi
yang telah disepakati bersama pada saat pengantar praktikum.
5. Sebelum melakukan percobaan akan dilakukan pre test terlebih dahulu untuk mengukur kesiapan praktikan.

B. Alat-alat dan Senyawa


1. Sebelum dan sesudah praktikum, semua praktikan harus mengecek dan mengembalikan alat-alat inventaris yang
digunakan.
2. Alat-alat yang hilang, pecah atau cacat harus diganti dengan alat-alat yang sama atau diganti dengan alat dengan
merek dan jenis yang sama atau uang yang besarnya ditentukan oleh laboratorium.

C. Perlengkapan Praktikum
1. Semua praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium, masker dan glove karet (standar laboratorium) untuk
melindungi keselamatan diri sendiri.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau bahan pada bak pencuci, buanglah sampah tersebut pada tempat
yang telah disediakan.
3. Jika ada bahan yang tumpah, segera dibersihkan dengan air. Jika terjadi kecelakaan segera melaporkan kepada
dosen atau asisten yang bertugas.
4. Ruangan laboratorium dalam keadaan bersih setelah selesai digunakan dan menjadi tanggung jawab praktikan
yang menggunakan sebelumnya.
5. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan makan atau minum dalam ruangan laboratorium dan
tidak diperkenankan menggunakan sandal.
6. Berbicara seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu ketenangan pekerjaan orang lain.

D. Laporan, Laporan akhir, dan Penilaian Praktikum


1. Laporan Sementara dibuat dalam modul praktikum.
2. Laporan lengkap dibuat dengan menambahkan bagian data, pembahasan dan kesimpulan
3. Laporan lengkap harus diserahkan kepada dosen jaga tiap kelompok pada praktikum minggu selanjutnya, dan
harus meminta paraf dari dosen yang menerima laporan tersebut. Jika dalam minggu selanjutnya belum
memberikan laporan percobaan, maka praktikan yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum
selanjutnya sampai laporan diserahkan.
4. Laporan akhir resmi dibuat dengan format terlampir.
5. Penilaian praktikum ditentukan oleh hasil-hasil berikut:
a. Pretest 10%
b. Laporan praktikum 10%
c. Laporan akhir 10%
d. Presentasi dan diskusi 20%
e. Ujian Akhir Semester 50%

4
E. Lain-lain
1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada musibah/halangan harus memberi surat keterangan dari orang
tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk praktikum, kegiatannya dihentikan dan harus mengulang
lagi bersama-sama kelompok baru.
4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.

F. Peringatan Keselamatan Laboratorium


1. Senyawa kimia bersifat toksik sampai dengan memengaruhi keselamatan bila lalai dalam bekerja. Ikuti petunjuk
berikut untuk menjaga keselamatan :
a. Perlakukan semua zat sebagai racun. Jika tanpa sengaja tertelan senyawa kima lainnya harus segera
dimuntahkan.
b. Apabila mengalami kecelakaan segera laporkan kepada pengawas praktikum
c. Semua sampah yang berhubungan dengan darah atau jarum suntik termasuk sampah infeksius. Sampah
infeksius tidak dapat dibuang pada tempat sampah umum yang tersedia di laboratorium dan perlu mendapat
penganganan khusus oleh petugas laboratorium.

Malang, April 2018

Koordinator Praktikum

5
SUSPENSI

Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdipersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
Jika digojog perlahan endapan harus sedera terdispersi kembali. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
suspensi antara lain :
1. Ukuran partikel
2. Banyak sedikitnya partikel bergerak
3. Tolak-menolak partikel karena adanya muatan listrik pada partikel
4. Konsentrasi suspensoid.

Pada pembuatan suspensi dikenal 2 macam sistem :


1. Flokulasi
2. Deflokulasi

Sistem Flokulasi

Dalam sistem flokulasi partikel terikat lemah, cepat mengendap. Pada penyimpanan tidak terjadi
cake dan mudah tersuspensi kembali. Sifat relatif partikel flokulasi adalah

1. Partikel merupakan agregat yang bebas


2. Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel
3. Sedimen terbentuk cepat
4. Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang keras dan padat, serta
mudah terdispersi kembali seperti semula.
5. Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi cepat terjadi sehingga bagian atasnya
tampak cairan yang jernih dan nyata.

Sistem Deflokulasi

Dalam sistem ini partikel mengendap perlahan dan akhirnya membentuk cake yang keras dan sukar
terdispersi kembali. Sifat relatif partikel deflokulasi adalah

1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lainnya


2. Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap secara terpisah dan ukuran partikel
adalah minimal
3. Sedimen terbentuk lambat
4. Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi stabil dalam waktu yang relatif lama
5. Tampak ada endapan dan cairan bagian atas berkabut.

6
PRAKTIKUM I

MENGHITUNG DERAJAT FLOKULASI

Tujuan : 1. Menghitung derajat flokulasi (β).


2. Mengenal cara pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan suspensi.

Alat : Alat volumetri.


Alat-alat pembuatan suspensi (mixer).
Tabung reaksi 20 ml (minimal 20 buah)

Bahan :

Cara percobaan :

A. Menghitung derajat flokulasi

1. Buatlah dispersi cotrimoxazole dengan formula sebagai berikut :

Formulasi A B C D E

2. Cara pembuatan :

a) Larutkan ………………. ke dalam sebagian aquadest.

b) Serbuk …………………… didispersikan dalam larutan yang mengandung ………….., aduk sampai
semua serbuk terbasahi, jika perlu tambahkan sedikit aquadest.

c) Tambahkan larutan …………………secara seksama pada formula-formula B, C, D, dan E, aduk


sampai homogen dan terjadi suatu dispersi terflokulasi.

d) Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala, ditambah aquadest sampai 20 ml,
digojok homogen.

e) Tempatkan tabung dalam rak. Catat tinggi pengenapan pada waktu tertentu : 0, 5, 15, 20, 25, 30
dan 60 menit. Amati pula supernatannya.

f) Tentukan suspensi yang deflokulasi dan suspensi yang flokulasi serta buat grafik waktu vs harga F
untuk kelima formula tersebut.

7
g) Hitunglah derajat flokulasi suspensi dengan rumus :
𝐹
β = 𝐹−

β = derajat flokulasi
F = Vol. pengendapan suspensi flokulasi
F- = Vol. pengendapan suspensi deflokulasi

B. Mengenal cara pembuatan suspensi

Formula : Tiap 5 ml mengandung :

R/ Cotrimoxazole 500 mg
Asam sitrat 200 mg
CMC-Na 50 mg
Metil paraben 5 mg
NaOH 100 mg
Sirup simpleks 1.5 mg
Etanol 50 μl
Aqua ad 5 ml

Tiap formula dibuat sebanyak : 300 ml

a. Cara presipitasi
1) CMC-Na disuspensikan dalam air panas, distirer dengan kecepatan 120 rpm. Tambahkan
air dingin (air es) dan didinginkan sampai temperatur kamar (25o C). Stirrer selama 60 menit
atau hingga terbentuk larutan yang jernih.
2) Metil paraben dilarutkan dalam etanol.
3) Larutkan NaOH dalam sebagian air, kemudian campurkan pada cotrimoxazole.
4) Tambahkan (1) sambil diaduk, kemudian (2) dan dihomogenkan. Lalu tambahkan sirup
simpleks (dibuat dahulu gula dan air dengan perbandingan 65: 35, pemanasan jangan
terlalu tinggi)
5) Sambil diaduk, tambahkan larutan asam sitrat ke dalam campuran.
6) Tempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk pengamatan.

b. Cara dispersi
1) CMC-Na disuspensikan dalam air panas, distirer dengan kecepatan 120 rpm. Tambahkan
air dingin (air es) dan dinginkan sampai temperatur kamar (25o C). Stirrer selama 60 menit
atau hingga terbentuk larutan yang jernih.
2) Larutkan metil paraben dalam etanol.
3) Ke dalam cotrimoxazole, tambahkan larutan CMC-Na sedikit demi sedikit sambil diaduk
hingga homogen. Tambahkan juga larutan metil paraben, sirup simpleks, larutan asam sitrat
dan larutan NaOH sambil dihomogenkan.

8
4) Tempatkan suspensi dalam tabung reaksi yang telah diberi skala untuk pengamatan.

Lakukan evaluasi suspensi yang meliputi :

Volume sedimentasi

Diameter rata-rata partikel (minimal 20 partikel) dengan mikroskope.

Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 1, 2, dan 3 dan dibandingkan hasil yang diperoleh
dengan cara a dan b.

9
PRAKTIKUM II

PREFORMULASI, PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI

Tujuan : 1. Merancang formula sediaan suspensi


2. Merancang cara pembuatan dan evaluasi sediaan suspensi.

10
I. Pemilihan Bahan Aktif yang Sesuai (cantumkan pustaka)
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
1

11
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
3

12
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
5

Bahan aktif yang dipilih adalah:


_________________________________________________
13
II. Pemilihan Bentuk Sediaan
Karakteristik Fisika dan Kimia

No Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia

1 Bahan Aktif:………………………………………….

2 Bahan Aktif:………………………………………….

3 Bahan Aktif:………………………………………….

Kesimpulan:
Berdasarkan karakteristik fisikokimia bahan obat, maka bentuk sediaan yang dipilih adalah …………..
Karena:
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

14
III. Persyaratan Mutu
a. Memenuhi spesifikasi
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari USP
dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi DepKes RI
b. Aman
Bermanfaat secara fisiologis, tanpa efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang
telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi,
apabila kadar bahan aktif memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
c. Efektif
Sediaan dinyatakan efektif bila digunakan sesuai dosis yang diberikan dapat menghasilkan efek
terapi yang diinginkan, yaitu efek farmakologi optimal dan efek samping paling kecil
d. Stabilitas Fisika
Fisik sediaan tidak berubah selama masa pemakaian dan penyimpanan
Beberapa parameternya adalah:
- Berat Jenis
- Viskositas
- Homogenitas
e. Stabilitas Kimia
Setiap bahan aktif dalam sediaan tetap memiliki sifat-sifat kimia dan potensi atau kadar yang
sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dalam batas aman yang ditentukan
f. Stabilitas Mikrobiologi
Sediaan tahan terhadap pertumbuhan mikroba seperti Salmonella sp., Escherichia coli,
Enterobacter sp., Pseudomonas sp., Clostridium sp., Candida albicans. Jika mengandung bahan
aktimikroba, maka harus tetap aktif selama waktu yang ditentukan
g. Stabilitas Toksikologi
Bahan aktif tidak boleh menjadi bahan yang mungkin dapat meracuni jaringan lokal dan tidak boleh
menunjukkan adanya gejala peningkatan toksisitas yang mencolok
h. Stabilitas Farmakologi
Selama masa pemakaian dan penyimpanan tidak terjadi perubaahan efek terapeutik yang
menyimpang dari tujuan pengobatan yang direncanakan
i. Appearance
Sediaan dinyatakan mempunyai appearance yang baik bila secara organoleptis dapat menarik
konsumen dan adanya kemudahan pemakaian, serta kesesuaian dengan faktor ekonomis

15
IV. Perhitungan Dosis Takaran Terkecil
1. Bahan aktif: ……………………………………….
Dosis berdasarkan pustaka: ……………………………………………………………..
Umur (th) Dosis anak terhadap Dewasa Dosis (mg) Takaran (ml)

Aturan Pakai:
Rentang Umur Frekuensi Pemakaian dan Takaran

Perhitungan Volume sediaan:

Alasan:

V. Perhitungan Dapar

16
VI. Penyusunan Formula Sediaan dan Alasan Pemilihan Bahan Tambahan
1. Bahan Aktif
- …………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………
- ………………………………………………………………………………...
2. Bahan Tambahan
No. Fungsi Nama Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sifat Fisikokimia Bahan Tambahan dan Alasan Pemilihannya:
1. Pembawa:
Kelarutan Bahan Aktif dan Bahan Tambahan pada pembawa:

Sisa Air:
2. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :

17
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

3. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

4. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

5. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :

18
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

6. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

7. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

8. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:

19
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

9. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

VII. Formula yang Dipilih


R/

20
VIII. Jumlah Bahan dari Tiap Satuan Terkecil hingga Skala Besar
Jumlah Tiap Takaran
No. Nama Bahan Kadar Jumlah Tiap Kemasan Jumlah dalam Skala Lab Jumlah dalam Skala Besar
Terkecil

21
IX. Spesifikasi Sediaan
No. Jenis Evaluasi Spesifikasi

22
X. Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

23
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

24
XI. Rancangan Evaluasi Akhir untuk Mengetahui Bahwa Sediaan Layak Produksi atau Tidak
No Jenis Evaluasi Alat yang Digunakan Prinsip Kerja Alat

25
XII. Kerangka Konseptual Pemilihan Bahan Aktif

26
XIII. Kerangka Konseptual Penyusunan Formula

27
XIV. Kemasan (Etiket, Brosur, Kemasan Sekunder)

28
EMULSI

Emulsi adalah suatu sistem heterogen terdiri dari 2 cairan yang tidak bercampur, cairan yang satu
terdispersi di dalam cairan yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil yang pada umumnya mempunyai
diameter > 0,1 µm. Dalam bidang farmasi emulsi secara sederhana diartikan sebagai campuran homogen
dari 2 cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat bercampur (fase air dan fase minyak), dengan
pertolongan suatu bahan yang disebut emulgator. Dalam sistem dispersi cairan yang terdispersi disebut fase
dispers atau fase intern, sedangkan cairan tempat terdapatnya fase dispers disebut medium dispers atau
fase ekstern. Fase air terdiri dari air atau campuran substansi hidrofil seperti alkohol, glikol, gula, garam
mineral, dll. Sedangkan fase organik pada umumnya berminyak terdiri dari substansi lipofil seperti asam
lemak, lilin, dll.

Emulgator

Dalam bidang farmasi emulgator yang sering digunakan dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu
surfaktan, hidrokoloid dan zat padat halus yang terdispersi.
Surfaktan adalah zat yang mempunyai gugus hidrofil dan lipofil sekaligus dalam molekulnya. Zat ini
akan berada di permukaan cairan atau antar muka 2 cairan dengan cara teradsorpsi. Berdasar pada muatan
yang dihasilkan kalau zat ini terhidrolisis dalam air, maka surfaktan dibagi menjadi
1. surfaktan anionik seperti sodium lauryl sulphate, sodium dioctyl sulphosuccinate.
2. surfaktan kationik seperti cetrimide
3. surfaktan amfoter seperti lecithin
4. surfaktan non ionik seperti tween 80, span 80.

Emulgator hidrokoloid dapat menstabilkan emulsi dengan cara membentuk lapisan yang kaku,
bersifat viskoelastik pada permukaan minyak. Zat ini bersifat larut dalam air (menjadi koloid dengan adanya
air) dan membentuk emulsi tipe o/w. Termasuk emulgator hidrokoloid adalah gom arab, tragacant, gelatin,
polimer sintetik, CMC, MC, dll.

Pembuatan emulsi

1. Bila menggunakan surfaktan


a. Surfaktan yang larut dalam minyak dilarutkan dalam minyak, surfaktan yang larut dalam air
dilarutkan dalam air. Fase minyak ditambahkan ke dalam fase air. Cara ini digunakan bila
diinginkan terbentuknya sabun (hasil reaksi, sebagai emulgator).
b. Fase minyak ditambah surfaktan, dipanaskan ±60-70°C. Fase air ditambahkan porsi per porsi
sambil diaduk hingga terbentuk emulsi, kemudian didinginkan sambil diaduk pada temperature
kamar.

2. Bila menggunakan hidrokoloid atau padatan yang terdispersi


a. Metode Anglosaxon
Dibuat musilago antara emulgator dengan sebagian air, kemudian minyak dan air ditambahkan
sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk.

29
b. Metode Continental (4-2-1)
Minyak 4 bagian ditambah gom 1 bagian dihomogenkan dalam mortar kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, diaduk hingga terjadi korpus emulsi, kemudian ditambah sisa air
sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk.

30
PERCOBAAN III

PENGARUH HLB TERHADAP STABILITAS EMULSI

Tujuan : Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi.

Alat : Blender, Alat gelas.

Bahan : Oleum arachidis


Tween 80
Span 80
Aquadest

Cara percobaan :

a. Formula R/ Oleum arachidis 10 g


Tween 80 2.5 g
Span 80
Aquadest ad 50 ml

b. Buatlah 3 formula seperti di atas dengan mempergunakan tween dan span dengan perbandingan
sebagai berikut:

I II III
Tween 80 75 50 25 bagian
Span 80 25 50 75 bagian

c. Pembuatan

1) Oleum arachidis ditambahkan tween dan span, panaskan dalam bekerglass sampai 70 oC.
2) Sementara itu siapkan air yang telah dipanasi 70oC.
3) Tuangkan bagian air ke dalam bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk.
4) Masukkan cairan ke dalam blender, putarkan selama 1 menit. Kemudian masukkan ke dalam
bekerglass besar sambil diaduk sampai dingin (dengan meletakkan bekerglass di dalam wadah
yang berisi air).
5) Masukkan emulsi ke dalam tabung reaksi yang berskala dan amati pemisahan yang terjadi. (Bila
perlu dilakukan sentrifugasi).
6) Tentukan pula viskositas emulsi dengan viskometer stormer. (Tentukan dulu 2 cairan yang
telah diketahui viskositasnya pada suhu tertentu).
7) Hitung masing-masing harga HLB campuran tween-span yang dipakai.
8) Bandingkan nilai HLB dengan stabilitas emulsi, pertimbangkan pula viskositasnya.

31
PRAKTIKUM IV

PREFORMULASI, PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN EMULSI

Tujuan : 1. Merancang formula sediaan emulsi


2. Merancang cara pembuatan dan evaluasi sediaan emulsi

32
I. Pemilihan Bahan Aktif yang Sesuai (cantumkan pustaka)
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
1

33
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
3

34
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
5

Bahan aktif yang dipilih adalah:


_________________________________________________
35
II. Pemilihan Bentuk Sediaan
Karakteristik Fisika dan Kimia

No Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia

1 Bahan Aktif:………………………………………….

2 Bahan Aktif:………………………………………….

3 Bahan Aktif:………………………………………….

Kesimpulan:
Berdasarkan karakteristik fisikokimia bahan obat, maka bentuk sediaan yang dipilih adalah …………..
Karena:
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

36
III. Persyaratan Mutu
j. Memenuhi spesifikasi
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari USP
dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi DepKes RI
k. Aman
Bermanfaat secara fisiologis, tanpa efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang
telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi,
apabila kadar bahan aktif memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
l. Efektif
Sediaan dinyatakan efektif bila digunakan sesuai dosis yang diberikan dapat menghasilkan efek
terapi yang diinginkan, yaitu efek farmakologi optimal dan efek samping paling kecil
m. Stabilitas Fisika
Fisik sediaan tidak berubah selama masa pemakaian dan penyimpanan
Beberapa parameternya adalah:
- Berat Jenis
- Viskositas
- Homogenitas
n. Stabilitas Kimia
Setiap bahan aktif dalam sediaan tetap memiliki sifat-sifat kimia dan potensi atau kadar yang
sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dalam batas aman yang ditentukan
o. Stabilitas Mikrobiologi
Sediaan tahan terhadap pertumbuhan mikroba seperti Salmonella sp., Escherichia coli,
Enterobacter sp., Pseudomonas sp., Clostridium sp., Candida albicans. Jika mengandung bahan
aktimikroba, maka harus tetap aktif selama waktu yang ditentukan
p. Stabilitas Toksikologi
Bahan aktif tidak boleh menjadi bahan yang mungkin dapat meracuni jaringan lokal dan tidak boleh
menunjukkan adanya gejala peningkatan toksisitas yang mencolok
q. Stabilitas Farmakologi
Selama masa pemakaian dan penyimpanan tidak terjadi perubaahan efek terapeutik yang
menyimpang dari tujuan pengobatan yang direncanakan
r. Appearance
Sediaan dinyatakan mempunyai appearance yang baik bila secara organoleptis dapat menarik
konsumen dan adanya kemudahan pemakaian, serta kesesuaian dengan faktor ekonomis

37
IV. Perhitungan Dosis Takaran Terkecil
2. Bahan aktif: ……………………………………….
Dosis berdasarkan pustaka: ……………………………………………………………..
Umur (th) Dosis anak terhadap Dewasa Dosis (mg) Takaran (ml)

Aturan Pakai:
Rentang Umur Frekuensi Pemakaian dan Takaran

Perhitungan Volume sediaan:

Alasan:

V. Perhitungan Dapar

38
VI. Penyusunan Formula Sediaan dan Alasan Pemilihan Bahan Tambahan
3. Bahan Aktif
- …………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………
- ………………………………………………………………………………...
4. Bahan Tambahan
No. Fungsi Nama Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sifat Fisikokimia Bahan Tambahan dan Alasan Pemilihannya:
10. Pembawa:
Kelarutan Bahan Aktif dan Bahan Tambahan pada pembawa:

Sisa Air:
11. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :

39
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

12. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

13. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

14. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :

40
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

15. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

16. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

17. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:

41
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

18. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

VII. Formula yang Dipilih


R/

42
VIII. Jumlah Bahan dari Tiap Satuan Terkecil hingga Skala Besar
Jumlah Tiap Takaran
No. Nama Bahan Kadar Jumlah Tiap Kemasan Jumlah dalam Skala Lab Jumlah dalam Skala Besar
Terkecil

43
IX. Spesifikasi Sediaan
No. Jenis Evaluasi Spesifikasi

44
X. Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

45
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

46
XI. Rancangan Evaluasi Akhir untuk Mengetahui Bahwa Sediaan Layak Produksi atau Tidak
No Jenis Evaluasi Alat yang Digunakan Prinsip Kerja Alat

47
XII. Kerangka Konseptual Pemilihan Bahan Aktif

48
XIII. Kerangka Konseptual Penyusunan Formula

49
XIV. Kemasan (Etiket, Brosur, Kemasan Sekunder)

50
UNGUENTUM DAN CREAM

Unguenta atau salep merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep
biasanya digunakan sebagai pengobatan lokal (kulit).

Penggunaan Deskripsi Kandungan


Antipruritik Menghilangkan gatal-gatal Menthol 0.25%, fenol 0.5%,
chamfora 2%
Keratoplastik Menebalkan lapisan tanduk Asam salisilat 1-2%
Keratolitik Melunakan lapisan tanduk Asam salisilat 4-10%, Resorsinol 2-
4%, sulfur 4-10%
Emollient Melukan permukaan kulit Minyak-minyak mineral, cold cream
Protektif Melindungi kulit dari Zinc oxide ointment, silicone
kelembaban udara dan zat-zat ointment
kimia
Anti Parasitik Salep sulfur, benzyl benzoate 10-
30%
Anti Eksim Salep vioform 3%, salep Undecilenic
acid

Menurut daya penetrasinya, salep dapat dibedakan menjadi :

1. Salep Epidermik, daya penetrasina sedikit sekali, sebagai dasar salep yang digunakan biasanya
basis-basis berminyak, basis hidrokarbon.
2. Salep Diadermik, daya penetrasinya dapat menembus kulit dan memberikan absorbs sistemik,
dimana daya penetrasinya besar sekali. Basis yang digunakan biasanya basis larut air atau emulsi.
3. Salep Endodermik, memiliki daya penetrasi terhadap kulit, basisnya biasanya lanolin, campuran
adeps lanae dan aqua, minyak tumbuh-tumbuhan.

Basis atau Dasar Salep

Kecuali sebagai dasar digunakan vaselin album. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan
pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar.

Dasar Salep Sifat Contoh


Berlemak/hidrokarbon - Tidak berair Vaselin album, vaselin flavum
- Tidak suka air
- Tidak larut air
- Tidak bisa dicuci dengan air
Salep Serap - Suka air Laonolin, cold cream (berair)
- Tidka larut air Adeps lanae (tidak berair)
- Tidak bisa dicuci dengan air

51
Salep emulsi (O/W) - Berair Hydrophilic ointment
- Suka air Vanishing cream
- Tidak larut air
- Mudah dicuci dengan air
- Merupakan emulsi
Larut Air - Tidak berair Polyethylene Glycol Ointment
- Suak air
- Dapat dicuci dengan air
- Dapat larut air
- Tidak berlemak

Cara Pembuatan Salep

Pembuatan salep ada dua garis besar yaitu secara pencampuran atau secara peleburan/ pelelehan.

Cara Pencampuran.

 Komponen berupa serbuk digelus halus

 Dicampur homogen lalu ditambahkan dengan basis sama banyak dan diaduk sampai
homogen.

 Komponen berupa zat cair berair atau larutan obat, Ditambahkan terakhir sedikit demi sedikit
kedalam baisinya

 Komponen-komponen berupa zat cair yang bersifat alkoholis Bagian-bagiannya yang bekerja
tidak mudah menguap tahan dan pemanasan. Diuapkan diatas penangas air, zat yang mudah
menguap diganti basisnya, contohnya Tinctura ratanhiae.

Cara Peleburan Peleiehan

Campuran dari basis salepnya dilelehkan bersama-sama, lalu diinginkan sambil diadukaduk terus
sampai membeku, contoh, Cera, Parafin, Solidum, Stearyl alcohol, PEG dengan BM tinggi. Bila
perbedaan basis cukup besar, titik iebur yang tinggi/ tertinggi dileiehkan dulu dan basis Iainnya
ditambah dalam Ielehan tersebut. Jika bersama-sama akan teriaiu lama.

Untuk emulsi salep yang basisnya bertype emuisi, misainya Cold cream umumnya dikerjakan dengan
cara pelelehan, lalu diikuti proses emulsifikasi.

Komponen yang tak dapat bercampur dengan air, seperti minyak-minyak, lilin-Iilin, dilelehkan bersama-
sama diatas penangas air dengan suhu sekitar 70-75°C. Zat-zat yang laru: dalam air, dilarutkan dahulu
dalam air yang terdapat pada resepnya, campur dengan bahan cair-berair lainya. Panaskan 70-75°C.
Masukkan perlahan-lahan pada ielehan tersebut. Suhu dipertahankan 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi. Dinginkan sambil diaduk terus.

Salep Mata Ointment Optalmic, Oculenta)

52
Salep mata adalah salep steril untuK pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok.

Pembuatan

Bahan obat ditambahkan sebagai larutan nonsteril atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada dasar
salep steril, hasil akhir masukkan secara aseptik dalam tube sterii. Basis salep mata tidak boleh
menimbulkan iritasi terhadap mata dan memberikan penyebaran (diffusi) zat aktifnya.

Cera dengan bahan-bahan terialu tinggi tidak dapat digunakan sebagai basis salep mata, sebab tidak
meleleh pada suhu tubuh sehingga tetap tinggal pada permukaan mata dan ini menyebabkan iritasi.

Cream

Cream merupakan semisolid emulsion, baik emulsi tersebut bertipe o/w atau w/o. Cream bidang
kosmetik emollient dan pengobatan terhadap kulit. Cream untuk pengobatan, obatnya larut tersuspensi
dalam emulsinya. Banyak preparat walaupun basisnya tak merupakan emulsi, karena kosistensinya
seperti cream, maka dimasukkan dalam cream.

Penyimganan dan Wadah Salep

Penyimpanan salep dapat menggunakan wadah berbentuk tube atau pot salep dari plastik/ gelas.
Penyimpanan di tempat sejuk kira-kira dibawah suhu 30°C. iika tidak, basis akan meleleh, jika obat
serbuk maka akan mengendap. Basis tipe emulsi akan memisah dua fase. Bila salepnya mengandung
air, air akan menguap.

Problema Pada Salep

Secara umum problema yang timbul dari pembuatan salep adalah :

1. Keluarnya air. Keluarnya air akan menyebabkan slstem cmulsl rusak dan ada alr/ larutan
obat yang tidak terserap basis. Hal ini dapat diatasi dengan menambah emulgator (tween)
sehingga sistem emulsi tidak sampai rusak dan dengan mengganti sebagian basis dengan
basis yang dapac menyerap air lebih besar lagi. Misalnya adeps Ianae dengan air akan
menjadi lanolin.

2. Terjadi reaksi dari obat membentuk senyawa lain yang bersifat inaktif atau toksis. Hal
ini dapat diatasi dengan memisahkan obat yang beraeaksi menjadi salep yang
berbeda, kemudian baru dicampur.

3. Obat yang sulit campur dengan basis, dapat diatasi dengan menambah suatu
senyawa lain yang dapat membantu campurnya obat dengan basis.

53
PERCOBAAN V

EVALUASI UNGUENTUM DAN CREAM

Tujuan : Pengujian salep tentang :


a. Daya menyebar, c. Daya proteksi dan
b. Daya melekat, d. Kecepatan.

Bahan : 1. Salep asam salisilat basis lemak


2. Salep asam salisilat basis PEG

Alat : Alat daya menyebar, alat daya melekat, alat daya proteksi, kertas saring, larutan
fenolptalein, alat disolusi (stirer, labu takar 500 ml, termometer, membran selofan porous,
pipet volume 5 ml, bekerglass 500 ml, stop watch, sel disolusi).

A. Tes daya menyebar salep


1. Timbanglah 0,5 gm salep. Letakkan di tengah alat (kaca bulat).
2. Timbanglah dahulu kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut di atas masa salep dan biarkan
selama 1 menit.
3. Ukurlah berapa diameter salep yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter
dari beberapa sisi).
4. Tambahkan 50 gm beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah diameter salep yang
menyebar seperti sebelumnya.
5. Teruskan dengan menambahkan tiap kali dengan beban tambahan 50 gm dan catat diameter
salep yang menyebar setelah 1 menit.
6. Gambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas yang menyebar.
7. Ulangi masing-masing 3 kali untuk tiap salep yang diperiksa.

B. Tes daya melekat salep


1. Letakkan salep (secukupnya) diatas obyek gelas yang telah ditentukan luasnya.
2. Letakkan obyek gelas yang lain diatas salep tersebut. Tekanlah dengan beban 1 kg selama
5 menit.
3. Pasanglah obyek gelas pada lat tes.
4. Lepaskan beban seberat 80 gm dan dicatat waktunya hingga kedua obyek gelas tersebut
terlepas.
5. Ulangilah sebanyak 3 kali.
6. Lakukan tes untuk formula salep yang lain dengan masing-masing 3 kali percobaan.

54
C. Tes kemampuan proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10 X 10 cm). Basahilah dengan larutan fenolptalein untuk
indikator. Setelah itu kertas dikeringkan.
2. Olesilah kertas tersebut pada nomor 1 dengan salep yang akan dicoba (satu uka) seperti
lazimnya orang mempergunakan salep.
3. Sementara itu pada kertas saring yang lain buatlah suatu areal (2.5 X 2.5 cm) dengan paraffin
padat yang dilelehkan. Setelah kering akan didapat areal yang dibatasi dengan paraffin padat.
4. Tempelkan kertas tersebut (3) di atas kertas sebelumnya (2).
5. Tempelkan areal ini dengan larutan KOH 0.1 N.
6. Lihatlah sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan fenolptalein pada waktu 15, 30, 45,
60 detik dan 3, serta 5 menit. Apakah ada noda berwarna merah pada kertas tersebut.
7. Kalau tidak ada noda berarti salep dapat memberikan proteksi terhadap cairan KOH.
8. Lakukan percobaan untuk salep yang lain.

55
PRAKTIKUM VI

PREFORMULASI, PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN CREAM

Tujuan : 1. Merancang formula sediaan cream


2. Merancang cara pembuatan dan evaluasi sediaan cream

56
I. Pemilihan Bahan Aktif yang Sesuai (cantumkan pustaka)
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
1

57
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
3

58
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
5

Bahan aktif yang dipilih adalah:


_________________________________________________
59
II. Pemilihan Bentuk Sediaan
Karakteristik Fisika dan Kimia

No Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia

1 Bahan Aktif:………………………………………….

2 Bahan Aktif:………………………………………….

3 Bahan Aktif:………………………………………….

Kesimpulan:
Berdasarkan karakteristik fisikokimia bahan obat, maka bentuk sediaan yang dipilih adalah …………..
Karena:
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

60
III. Persyaratan Mutu
s. Memenuhi spesifikasi
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari USP
dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi DepKes RI
t. Aman
Bermanfaat secara fisiologis, tanpa efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang
telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi,
apabila kadar bahan aktif memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
u. Efektif
Sediaan dinyatakan efektif bila digunakan sesuai dosis yang diberikan dapat menghasilkan efek
terapi yang diinginkan, yaitu efek farmakologi optimal dan efek samping paling kecil
v. Stabilitas Fisika
Fisik sediaan tidak berubah selama masa pemakaian dan penyimpanan
Beberapa parameternya adalah:
- Berat Jenis
- Viskositas
- Homogenitas
w. Stabilitas Kimia
Setiap bahan aktif dalam sediaan tetap memiliki sifat-sifat kimia dan potensi atau kadar yang
sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dalam batas aman yang ditentukan
x. Stabilitas Mikrobiologi
Sediaan tahan terhadap pertumbuhan mikroba seperti Salmonella sp., Escherichia coli,
Enterobacter sp., Pseudomonas sp., Clostridium sp., Candida albicans. Jika mengandung bahan
aktimikroba, maka harus tetap aktif selama waktu yang ditentukan
y. Stabilitas Toksikologi
Bahan aktif tidak boleh menjadi bahan yang mungkin dapat meracuni jaringan lokal dan tidak boleh
menunjukkan adanya gejala peningkatan toksisitas yang mencolok
z. Stabilitas Farmakologi
Selama masa pemakaian dan penyimpanan tidak terjadi perubaahan efek terapeutik yang
menyimpang dari tujuan pengobatan yang direncanakan
aa. Appearance
Sediaan dinyatakan mempunyai appearance yang baik bila secara organoleptis dapat menarik
konsumen dan adanya kemudahan pemakaian, serta kesesuaian dengan faktor ekonomis

61
IV. Perhitungan Dosis Takaran Terkecil
3. Bahan aktif: ……………………………………….
Dosis berdasarkan pustaka: ……………………………………………………………..
Umur (th) Dosis anak terhadap Dewasa Dosis (mg) Takaran (ml)

Aturan Pakai:
Rentang Umur Frekuensi Pemakaian dan Takaran

Perhitungan Volume sediaan:

Alasan:

V. Perhitungan Dapar

62
VI. Penyusunan Formula Sediaan dan Alasan Pemilihan Bahan Tambahan
5. Bahan Aktif
- …………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………
- ………………………………………………………………………………...
6. Bahan Tambahan
No. Fungsi Nama Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sifat Fisikokimia Bahan Tambahan dan Alasan Pemilihannya:
19. Pembawa:
Kelarutan Bahan Aktif dan Bahan Tambahan pada pembawa:

Sisa Air:
20. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :

63
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

21. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

22. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

23. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :

64
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

24. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

25. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

26. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:

65
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

27. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

VII. Formula yang Dipilih


R/

66
VIII. Jumlah Bahan dari Tiap Satuan Terkecil hingga Skala Besar
Jumlah Tiap Takaran
No. Nama Bahan Kadar Jumlah Tiap Kemasan Jumlah dalam Skala Lab Jumlah dalam Skala Besar
Terkecil

67
IX. Spesifikasi Sediaan
No. Jenis Evaluasi Spesifikasi

68
X. Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

69
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

70
XI. Rancangan Evaluasi Akhir untuk Mengetahui Bahwa Sediaan Layak Produksi atau Tidak
No Jenis Evaluasi Alat yang Digunakan Prinsip Kerja Alat

71
XII. Kerangka Konseptual Pemilihan Bahan Aktif

72
XIII. Kerangka Konseptual Penyusunan Formula

73
XIV. Kemasan (Etiket, Brosur, Kemasan Sekunder)

74
SUPPOSITORIA

Suppositoria adalah sediaan farmasi yang mempunyai konsistensi padat atau semi padat, mudah
meleleh atau melarut dalam air/cairan rectal, mempunyai bentuk torpedo dan digunakan melalui rectum.
Penggunaan suppositoria tidak hanya untuk efek lokal, namun juga untuk efek sistemik. Beberapa obat
lebih cepat diabsorpsi lewat rectum daripada per oral, sehingga cara ini menggunakan dosis yang mirip
dengan per oral.

Keuntungan Suppositoria
1. Dapat digunakan untuk pasien yang muntah-muntah, tidak bisa menelan dan tidak sadar
2. Menghindari pengerusakan oleh enzim pencernaan dan biotransformasi di hepar
Kerugian suggositoria
1. Suppositoria dengan basis glyserin dan sabun sangat higroskopis
2. Penggunaannya tidak menyenangkan
3. Absorpsi obatseringkali tidak teratur dan sulit diramalkan
4. Penggunaan supositoria dapat bersifat lokal maupun sistemik.

Bahan dasar atau basis yang digunakan harus dapat Iarut daiam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Sebagai bahan dasar digunakan lemak cokiat (oleum cacao), polietilen glikol berbobot molekui tinggi,
lemak atau bahan lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Supositoria dapat
digunakan sebagai pengobatan dengan aksi iokal maipun sistemik. Aksi Iokal suppositoria digunakan
untuk mempengaruhi lokal daerah rektum, yaitu untuk merangsang gerakan mekanik nada laksansia,
serta merangsang mukosa sehingga diharapkan sbgai antiinfiamasi dan terjadi vasokontriksi (pada
penderita haemoroid).

Basis suppositoria dapat digolongkan dalam basis berlemak, basis emulsi dan basis yang iarut air.
Basis suppositoria berlemak dapat berupa lemak-lemak aiami (ol. Cacao, oi. Cocos, ol. Arachidis) dan
lemak semi sintesis yang berisi kombinasi campuran trigliserida sintesis dari minyak tetes terhidrogenasi
(mis. Wocobe, Witepsol, asam stearat, asam oieat baik untuk supp. chioralhydrat). Basis suppositoria
emulsi dapat berupa tipe emuisi W/O (.4: 3% cholesterol, i 2« 3% cetii alkohol, :t 5% glyserin monostearat,
atau i 540% adeps lanae yang menverp air 2 jam) dan emuisi tipe O/W (2t 3-5% lecitin). Sedangkan
basis suppositoria yang larut air biasanya digunakan PEG dan campuran gelatin-gliserin.

Basis secara ideal harus memiliki sifat:


1. Dapat meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut/ terdispersi dalam cairan tubuh.
2. Dapat melepaskan obatnya
3. Dapat mempertahankan bentuknya
4. Tidak toksis, tidak menimbulkan iritasi pada selaput lendir
5. Stabil dalam penyimpanan
6. Dapat bercampur dengan obat-obat yang ditambahkan
7. Mudah dicetak dan tidak melekat pada cetakannya
8. Dapat dicetak dengan penuangan

Secara garis besar basis dibagi menjadi tiga kelompok


1. Basis berupa lemak (fatty/ oleaginous bases)

75
2. Basis yang iarut dalam air (water soluble bases)
3. Emulsifying bases (dapat membentuk emulsi. Merupakan campuran basis atau merupakan
kombinasi dari zat-zat hydrophilic dan liphophilic sehingga dapat menbentuk emulsi.

1. Basis Berupa Lemak

Memenuhi sebagian besar syarat basis yang ideal. Kelemahannya mempunyai bentuk
polymorphy. Pada pemanasan yang berlebihan dapat merubah titik Ieburnya menjadi lebih rendah dari
suhu kamar sehingga sukar membeku. Contoh : oleum cocao, campuran gliceryl ester dari asam stearat,
asam palmitat, asam oleat dan asam-asam lain.

Basis oleum cacao mendekati basis ideal untuk suppositoria. Keuntungan basis ini adalah
karakteristik pelelhannya baik dan sangat mudah membebaskan zat aktif di dalam rectum. Kerugian
penggunaan oleum cacao adalah memiliki polimorfi (senyawa yang memiliki beberapa titik lebur yang
berbeda-beda tergantung jenis kristalnya) karena mengandung gliserida asam h lemak tak jenuh yang
cukup banyak. oleum cacao memiliki 4 jenis kristal plimorf yaitu α (TL 32 °C), kristal β (TL 28 °C) kristal
β’ stabil (TL 32, 6-34 °C) kristal ɣ (TL 18 °C). pada pemanasan yang terlampau tinggi maka akan
terbentuk kristal yang tiadak stabil (bukan kristal (β’), sehingga akan meleleeh pada suhu kamar di
Indonesia yang beriklim tropis, tapl lama-kelamaan akan terbentuk kristal (β' yang Stabil. Guna menaikan
titik lebur oleum cacao kristal (β’ (dari 32, 6 °C) dapat ditambahkan 4-696 cera flava.

Beberapa senyawa yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao antara lain adalah minyak
menguap, kreosot, fenol, timol, dan hidrasklorali. Sedangkan senyawa yang dapat menaikan titik lebur
oleum cacao selaln cera flava adalah argentum nitrat dan Pb-asetat.

2. Basis yang larut dalam air.

PEG merupakan polimer rantai panjang dari etilen oksid dengan BM antara 300 sampai 6000.
Name paten PEG di peroagangan adalah Pastonal" (Jerman), Carbowax" (USA). 56W”, gc|33 (Perancis).
Sifat-sifat PEG :
a. Makin tinggi BM, kelarutan dalam air dan sifat higroskopisnya semakin turun
b. Tidak mudah terhidrolisa/ terurai
c. Bersifat inert
d. Tidak mudah ditumbuhi jamur.

Titik lebur PEG dalam bentuk supp. Biasanya lebih tinggi daripada suhu tubuh (biasanya 54 °C),
tetapi PEG dapat larut dalam cairan tubuh dalam rektum.
PEG tidak dapat digunakan untuk basis obat :
a. Asam salisilat, karena keiarutan asam salisilat naik sehingga sukar dilepaskan dari basis.
b. Aspirin, karena terjadi perubahan konsistnsi sediaan.
c. Luminal, ester asam p-hidroPsi benzoat (PABA), basitrasina, dan penisilin, karena terjadi
penurunan aktifitas obat.

Beberapa kombinasi basis PEG untuk suppositoria.


a. PEG 1000 96% dan PEG 4000 4% .

76
Sifat, memliki titik lebur yang rendah dan disintegrasinya cepat (pada musim disimpan di
kulkas)
b. PEG 1000 75% dan PEG 4000 25%
Sifat, lebih stabil dari kombinasi a, dapat disimpan pada suhu kamar dan pelepasan obatnya
iebih iambat.
c. PEG 1540 70% dan PEG 6000 30%
Digunakan untuk obat-obat yang menurunkan titik lebur PEG, yaitu asam saiisiiat, aspirin,
kioraihidrat, sulfonamide dan ihcthyol
d. PG 6000 50% + PEG 1540 40% + Aqua 10%
Digunakn untuk suppositoria dengan obat yang larut dalam air, misalnya fenobarbitaiNa,
protargol dan mercurochrom.

3. Emil/sin in: Base Basis gelatin-gliserin (Ph Ned ed. V) R/ gelatin :gliserin:aqua = 2:5:4 (USP
Vagina Supp.) R/ gelatin :giiserin:aqua = 2:7:1

Gelatin yang ada di perdagangan ada 2 macam dan gelatin yang dipilih untuk suppositoria,
Tergantung jenis obatnya.
a. Pharmagel A (gelatin tipe A), dapat dicampur dengan Obat asam, antara RV" asam borat, bismuth
subnltras, acid pikrinicum.
b. Pharmagel B (gelatin tipe B) dapat dicampur dengan Obat-obat basa, antara LV" \ MgO, CaO, ZnO,
Mg-carbonat, Ca-carbonat.

Cara Pembuatan
Suppositoria dapat dibuat dengan cara:
1. Pencetakan dari masa yang meleleh
2. Kompresi A
3. Dengan tangan
Pencetakan dengan masa yang meleleh
a. Basis dilelehkan
b. Bahan obat dicampur dengan basis
c. Masa dituangkan dalam cetakan
d. Dinginkan sampai membeku
e. Lepaskan supositoria dari cetakan, kemudian timbang

Cetakan suppositoria bisa terbuat dari plastik, stainless steel, aluminium. Sebelum dipakai
cetakan dibersihkan dan diolesi bahan pelicin seperti parafin liquid supaya mudah dilepas. Volume atau
ukuran dari cetakan supositoria

Ukuran dari cetakan bermacam-macam. Ukuran tertentu akan memberikan s\berat supositoria
yang berbeda-beda tergantung dari basis yang digunakan karena tiap basis berbeda densitasnya.
Demikian pula bermacam macam obat akan memberikan densitas yang berbeda beda. Perlu dilakukan
pengecekan berapa berat suppositoria dari cetakan tersebut dengan basis yang umum dipakai (ol. cacao,
PEG). Caranya adalah: cetakan diisi oleh basis yang meleleh, didinginkan lalu diambildan ditimbang.
Untuk mengetahui berapa oleum cacao yang diperlukan untuk membuat supositoria yang mengandung
obat, maka dilihat dulu kesetaraan obat tersebut dengan oleum cacao (diplacement value).

77
Tabel 1. Diplacement value beberapa bahan obat

Bahan Obat N bagian ol.cacao


Aminophylin 1.5
Boric Acid 1.5
Bismusth subgallate 2.5
Choral hydrate 1.5
Cocane HCL 1.5
Hydrocortisone 1.5
Ichtiol 1.0
Iodoform 4.0
Morfin HCL 1.5
Opium serbuk 1.5
Phenol 1.0
Quinine HCL 1.0
Salol 1.5
Tannic Acid 1.0
Zinc oxide 5.0
Argentum Proteinatum 1.5

1. Cara pembuatan suppositoria yang mengandung zat-zat yang tak larut basis oleum cacao

a) Lelehkan oleum cocao dalam cawan porselin diatas penangas air sampai 1/3 ol cacao
meleleh, lalu cawan diangkat, masa diaduk terus sampai meleleh semua
b) Obat-obat berbentuk seruk digerus, dicampur sampai homogen, tuangkan lelehan basis dan
diaduk sampai homogen
c) Tuangkan dalam cetakan yang telah diolesi dengan parafin liquid atau glyserin
d) Diamkan sebentar, masukan daiam lemari es sampai membeku Diambil dari cetakan, lalu
ditimbang
e) Kelebihan berat dipotong

Pembuatan suppositoria yang mengandung zat-zat semisolid dengan basis oleum cacao,
ekstrak kental dan ichthyol. Pembuatannya sama, namun zat-zat yang semi solid dilarutkan dengan aqua
secukupnya, lalu ditambahkan dalam Ielehan basis dan diaduk sampai homogen.

Pembuatan suppositoria yang mengandung zat cair dengan basis oleum cacao. Penambahan
minyak-minyak (cair), menurunkan titik lebur oleum cacao jika minyak tersebut dalam jumlah banyak.
Campuran akan menjadi Iunak. Tidak ada aturan tertentu yang menyebutkan sampai berapa jumlah
minyak yang dapat memberikan campuran Iunak, pada umumnya 10-15%, diatas ini harus ditambahkan
cera flava.

Penambahan zat-zat cair-berair dan zat cair berspiritus sampai 20% dapat bercampur dengan
oleum cacao berbentuk emulsi, jika Iebih dari 20% maka diuapkan sampai < 20%.

78
2. Pembuatan suppositoria dengan basis Glyserin Gelatin

Aqua + Glyserin dalam botol, Ialu dikocok. Tambahkan gelatin dan dikocok lagi, diamkan 20
menit agar gelatin mengembang, Ialu panaskan dalam penangas air. Jika sudah mencair, kocok kuat-
kuat, biarkan botolnya dalam air panas supaya udara keluar. Bahan obat yang sudah dilarutkan dalam
air dimasukan dalam campuran/ masa tersebut. Timbang sampai berat yang dikehendaki, kocok sampai
homogen. Tuangkan kedalam cetakan dari kertas parafin atau setakan logam yang sudah siolei parafin
liquid.

Hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan berat suppositoria, bahwa gravitasi spesifik dari
oleum cacao 1,00 dan glyserin-gelatin 1,15. untuk mengetahui berapa glycero~ gelatin yang dibutuhkan
maka kesetaraan obat terhadap oleum cacao dikalikan dulu dengan 1,15. dari sini bisa diketahui berapa
berat glysero gelatin yang dibutuhkan. Ukuran suppositoria gelatin adalah 1g untuk infant’s size, 2g untuk
medium size dan 4g untuk large size.

3. Suppositoria dengan basis glysero dan sabun .

Sabun stearin (sodium stearat) mempunyai keuntungan tertentu dibanding dengan gelatin.
.lumlah glyserin yang dicampurkan lebih banyak, sampai 95% dari masanya. Cara pembuatannya,
sabun‘dilarutkan dalam glyserin dengan jalan dipanaskan dalam sebuah cawan, yang menguap diganti
dengan air sampai berat semula. Bahan obat dimasukkan Ialu aduk sampai homogen dan tuang dalam
cetakan. Untuk obat yang larut dalam air dilarutkan

79
PERCOBAAN VII

EVALUASI SUPPOSITORIA BASIS LEMAK DAN BASIS LARUT AIR

Tujuan : 1. Membuat suppositoria Na.diklofenak dengan basis suppositoria berlemak dan basis
larut dalam air.
2. Mempelajari cara evaluasi suppositoria :
a. Penetapan waktu hancur
b. Penetapan waktu leleh
c. Pelepasan obat dari sediaan suppositoria

Bahan : 1. Suppositoria Na. diklofenak basis Oleum Cacao


2. Suppositoria basis PEG

Alat : Alat penentuan waktu hancur dan waktu leleh suppositoria, alat disolusi, pipet volume 5 ml,
labu takar 500 ml, beker glass 500 ml, tabung reaksi.

Penetapan waktu hancur suppositoria


1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu hancurnya.
2. Hubungkan semua sistem sirkulasi pada alat tersebut.
3. Alirkan air 25°C sehingga ruang chamber untuk suppositoria mempunyai suhu 25°C.
4. Letakkan suppositoria pada tempat pemeriksaan dan biarkan beberapa saat hingga mencapai
suhu ruang.
5. Siapkan stopwatch, mulailah memberi beban suppositoria dan jalankan stopwatch.
6. Tambahkan beban tiap interval waktu 1 menit selama suppossitoria belum hancur.
7. Hentikan stopwatch bila suppositoria sudah hancur (beban sampai pada batas).
8. Lakukan percobaan untuk masing-masing suppositoria sebanyak 2 kali.
9. Catat berapa waktu dan beban yang diperlukan sehingga suppositoria hancur.

Penetapan waktu leleh suppositoria :


1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu lelehnya.
2. Hubungkan semua sistem sirkulasi pada alat tersebut.
3. Alirkan air pada 37°C.
4. Letakkan suppositoria pada bagian spiral dari alat. Atur batang kaca hingga menyentuh
suppositoria.
5. Masukkan bagian alat tersebut ke dalam tabung untuk air mengalir sehingga skala 0 sejajar
dengan permukaan air di luarnya. Saat air menyentuh suppositoria, stopwatch dijalankan.
6. Hentikan stopwatch bila tidak tampak bagian suppositoria yang berada pada spiral kaca tersebut.

80
7. Lakukan percobaan untuk masing-masing suppositoria sebanyak 2 kali.
8. Tetapkan pengaruh formulasi terhadap waktu leleh suppositoria.

Penetapan pelepasan obat dari sediaan suppositoria


1. Tuangkan ke dalam beker glass air sebanyak 500 ml yang diukur dengan labu takar, panaskan
pada suhu 37°C, dan taruhlah di dalam waterbath yang bersuhu sama.
2. Masukkan pengaduk magnit atau jalankan stirrer.
3. Masukkan suppositoria ke dalam mediaum tsb, dan jalankan stopwatch.
4. Ambil 5 ml contoh medium pada waktu 5,10,15,20 dan 30 menit. Setiap mengambil contoh,
kembalikan volume medium dengan menambah 5 ml air bersuhu 37°C.
5. Tetapkan kadar obat dalam contoh secara spektrofotometri.
6. Lakukan percobaan untuk kedua jenis suppositoria tsb.

81
PRAKTIKUM VIII

PREFORMULASI, PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUPPOSITORIA

Tujuan : 1. Merancang formula sediaan suppositoria


2. Merancang cara pembuatan dan evaluasi sediaan suppositoria

82
I. Pemilihan Bahan Aktif yang Sesuai (cantumkan pustaka)
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
1

83
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
3

84
Spesifikasi Lain
No Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Indikasi Kontra Indikasi
(mis: peringatan, farmakokinetik (ADME))
5

Bahan aktif yang dipilih adalah:


_________________________________________________
85
II. Pemilihan Bentuk Sediaan
Karakteristik Fisika dan Kimia

No Karakteristik Fisika Karakteristik Kimia

1 Bahan Aktif:………………………………………….

2 Bahan Aktif:………………………………………….

3 Bahan Aktif:………………………………………….

Kesimpulan:
Berdasarkan karakteristik fisikokimia bahan obat, maka bentuk sediaan yang dipilih adalah …………..
Karena:
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………

86
III. Persyaratan Mutu
bb. Memenuhi spesifikasi
Sediaan yang dibuat harus memenuhi persyaratan mutu yang setara dengan ketentuan dari USP
dan memperhatikan kriteria pendaftaran obat jadi DepKes RI
cc. Aman
Bermanfaat secara fisiologis, tanpa efek samping yang merugikan atau dengan efek samping yang
telah dikendalikan sehingga tidak lebih toksik dari toksisitas bahan aktif sebelum diformulasi,
apabila kadar bahan aktif memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
- Bahan aktif …………………………. tidak kurang dari ……….. dan tidak lebih dari ………
dd. Efektif
Sediaan dinyatakan efektif bila digunakan sesuai dosis yang diberikan dapat menghasilkan efek
terapi yang diinginkan, yaitu efek farmakologi optimal dan efek samping paling kecil
ee. Stabilitas Fisika
Fisik sediaan tidak berubah selama masa pemakaian dan penyimpanan
Beberapa parameternya adalah:
- Berat Jenis
- Viskositas
- Homogenitas
ff. Stabilitas Kimia
Setiap bahan aktif dalam sediaan tetap memiliki sifat-sifat kimia dan potensi atau kadar yang
sesuai dengan kadar yang tertera pada etiket dalam batas aman yang ditentukan
gg. Stabilitas Mikrobiologi
Sediaan tahan terhadap pertumbuhan mikroba seperti Salmonella sp., Escherichia coli,
Enterobacter sp., Pseudomonas sp., Clostridium sp., Candida albicans. Jika mengandung bahan
aktimikroba, maka harus tetap aktif selama waktu yang ditentukan
hh. Stabilitas Toksikologi
Bahan aktif tidak boleh menjadi bahan yang mungkin dapat meracuni jaringan lokal dan tidak boleh
menunjukkan adanya gejala peningkatan toksisitas yang mencolok
ii. Stabilitas Farmakologi
Selama masa pemakaian dan penyimpanan tidak terjadi perubaahan efek terapeutik yang
menyimpang dari tujuan pengobatan yang direncanakan
jj. Appearance
Sediaan dinyatakan mempunyai appearance yang baik bila secara organoleptis dapat menarik
konsumen dan adanya kemudahan pemakaian, serta kesesuaian dengan faktor ekonomis

87
IV. Perhitungan Dosis Takaran Terkecil
4. Bahan aktif: ……………………………………….
Dosis berdasarkan pustaka: ……………………………………………………………..
Umur (th) Dosis anak terhadap Dewasa Dosis (mg) Takaran (ml)

Aturan Pakai:
Rentang Umur Frekuensi Pemakaian dan Takaran

Perhitungan Volume sediaan:

Alasan:

V. Perhitungan Dapar

88
VI. Penyusunan Formula Sediaan dan Alasan Pemilihan Bahan Tambahan
7. Bahan Aktif
- …………………………………………………………………………………
- …………………………………………………………………………………
- ………………………………………………………………………………...
8. Bahan Tambahan
No. Fungsi Nama Bahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Sifat Fisikokimia Bahan Tambahan dan Alasan Pemilihannya:
28. Pembawa:
Kelarutan Bahan Aktif dan Bahan Tambahan pada pembawa:

Sisa Air:
29. Nama Bahan :
Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :

89
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

30. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

31. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

32. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :

90
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

33. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

34. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

35. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:

91
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

36. Nama Bahan :


Alasan Pemilihan:
:
BM :
Rumus Molekul :
Kadar :
Densitas :
Bentuk :
Rasa :
Bau :
Warna :
Kelarutan :
pH :
Keterangan lain :

VII. Formula yang Dipilih


R/

92
VIII. Jumlah Bahan dari Tiap Satuan Terkecil hingga Skala Besar
Jumlah Tiap Takaran
No. Nama Bahan Kadar Jumlah Tiap Kemasan Jumlah dalam Skala Lab Jumlah dalam Skala Besar
Terkecil

93
IX. Spesifikasi Sediaan
No. Jenis Evaluasi Spesifikasi

94
X. Cara Pembuatan Sediaan dalam Skala Laboratorium
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

95
No Tahapan Perlakuan Alat Catatan

96
XI. Rancangan Evaluasi Akhir untuk Mengetahui Bahwa Sediaan Layak Produksi atau Tidak
No Jenis Evaluasi Alat yang Digunakan Prinsip Kerja Alat

97
XII. Kerangka Konseptual Pemilihan Bahan Aktif

98
XIII. Kerangka Konseptual Penyusunan Formula

99
XIV. Kemasan (Etiket, Brosur, Kemasan Sekunder)

100
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Farmakope Indonesia, Edisi I, II, III dan IV,Jakarta

Ansel, H.C., 2010. Pharmaceutical Calculation. Lippincott Williams & Wilkins

Langley, C.A., Belcher, D., WIlson, K.A., dan Marriot, J.F., 2010. Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. Pharmaceutical Press

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Ed.
Pharmaceutical Press

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta.

Troy, B.D (ed.) 2006, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, 21st. Ed., Lippincott
Williams & Wilkins

101

Anda mungkin juga menyukai