Anda di halaman 1dari 22

MODUL PRAKTIKUM

FITOKIMIA

Visi
Menjadi program studi S1 Farmasi yang unggul dalam
bidang farmasi komunitas yang berlandaskan pada nilai-nilai
islam dan ilmu pengetahuan & teknologi di tingkat nasional
pada Tahun 2020

PM-UMM-02-12/L1
Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
2019
MODUL PRAKTIKUM
FITOKIMIA

Disusun oleh :
Imron Wahyu Hidayat, M.Sc., Apt

PM-UMM-02-12/L1

Program Studi S1 Farmasi


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang
2019
PENGESAHAN

Modul Praktikum
FITOKIMIA
PM-UMM-02-12/L1

Revisi : 01
Tanggal : 01 Februari 2019
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dikendalikan Oleh : Pengendali Sistem Mutu Fakultas
Disetujui Oleh : Dekan

NO. DOKUMEN : PM-UMM-02-12/L1 TANGGAL : 01 Februari 2019


NO. REVISI : 02 NO. HAL : -
Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh: Disahkan Oleh :
Koordinator Praktikum Ka. Prodi S1 Farmasi Dekan

Imron W Hidayat., M.Sc., Apt Tiara Mega Kusuma, M.Sc., Apt Puguh Widiyanto,S.Kp., M.Kep
NIDN. 0625108103 NIDN.0607048602 NIDN. 0621027203
Catatan : Dokumen ini milik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang dan
TIDAK DIPERBOLEHKAN dengan cara dan alasan apapun membuat salinan tanpa seijin Dekan
PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga modul praktikum Fitokimia ini dapat tersusun. Secara umum, mata
kuliah ini berhubungan dengan Isolasi dan Kandungan kimia tanaman, mencakup
Skreening fitokimia, Ekstraksi, Fraksinasi, Identifikasi dengan metode KLT dan Isolasi
Kandungan kimia tanaman.
Penyusun menyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari kekurangan, oleh karena
itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan buku ini. Penyusun berharap semoga buku ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamualaikum, Wr. Wb

Magelang, Februari 2019

Koordinator Praktikum
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum

1. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang berlaku.
2. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan praktikum.
3. Mahasiswa wajib membawa farmasi kit disetiap kegiatan praktikum.
4. Mengikuti pretest sebelum praktikum dimulai.
5. Bila nilai pretest memenuhi standar (≥60) mahasiswa dapat mengikuti praktikum
sesuai prosedur dan aturan yang berlaku (untuk mata praktikum tertentu).
6. Sebelum praktikum dimulai mahasiswa wajib mengenakan jas laboratorium.
7. Mahasiswa meminjam peralatan ke laboran dengan mengisi Daftar Bon Alat.
8. Selama praktikum berlangsung, mahasiswa wajib menjaga ketertiban dan ketenangan
laboratorium.
9. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang
praktikum tanpa ijin dosen atau asisten pembimbing praktikum.
10. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib merapikan dan membersihkan kembali
peralatan dan tempat praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
11. Mahasiswa wajib absen dijurnal praktikum dan mengisi kartu kendali praktikum.
12. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.
13. Mahasiswa wajib melaporkan alat-alat yang rusak dan pecah ke laboran.
14. Mahasiswa wajib mengganti peralatan yang rusak atau pecah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
15. Mahasiswa wajib membuat laporan resmi praktikum sesuai dengan hasil praktikum.

Kepala Laboratorium Farmasi

Fitriana Yuliastuti, M.Sc., Apt


Format Laporan dan Kriterian Penilaian

Laporan Resmi :

1. Cover laporan: nama mata praktikum, judul pertemuan, logo universitas, nama dan
NIM penyusun, nama prodi, nama fakultas, nama universitas, tahun.

2. Isi

a. Judul praktikum

b. Tujuan praktikum

c. Dasar teori

d. Metode praktikum/cara kerja

e. Hasil praktikum

f. Pembahasan disertai jurnal ilmiah

g. Kesimpulan

h. Daftar pustaka

Kriteria Penilaian :

Indikator Point
Pretest 10
Praktikum 40
Laporan 10
Responsi 40
PERCOBAAN 1

SKREENING FITOKIMIA

I.Tujuan praktikum :

Mahasiswa diharapkan mampu melakukan identifikasi polifenol, tanin, alkaloid dan


saponin tanaman obat secara kualitatif.

II. Pendahuluan

Untuk melindungi konsumen dan menegakkan trilogy bahwa obat harus “bermutu-
aman-bermanfaat” maka obat tradisional, OHT, dan fitofarmaka perlu terstandarisasi.
Standarisasi berarti proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak, atau produk
ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) dan ditetapkan
(dirancang dalam formula terlebih dahulu).

Dalam bentuk bahan dan produk kefarmasian baru, yaitu ekstrak, maka selain
persyaratan monografi, bahan baku (simplisia), juga diperlukan persyaratan parameter
standar umum dan spesifik. Parameter spesifik ekstrak yang sebagian besar berupa
analisis kimia yang memberikan informasi komposisi senyawa kandungan (jenis dan
kadar).

Untuk menelusuri tumbuhan dan senyawa kandungan dari bahan alami yang
memiliki aktivitas biologi pada umumnya dilakukan 2 pendekatan yaitu: pendekatan
fitofarmakologi dan skrining fitokimia. Skrining fitokimia meliputi analisa kualitatif
kandungan kimia, terutama kandungan metabolit sekunder. Tujuan utama pendekatan
skrining fitokimia adalah untuk mencari tumbuhan yang mengandung senyawa bioaktif
atau kandungan yang berguna untuk pengobatan.

III.Alat dan Bahan

Alat :

Tabung reaksi, waterbath, Bunsen,

Bahan : Serbuk simplisia, Pereaksi FeCL3, Pereaksi Mayer, pereaksi dragendrof, Aquadest,
NaCl, Gelatin, HCL 1%
IV. Cara Kerja

Skreening Fitokimia

Pengujian Polifenol

a. sampel 200 mg dipanaskan dengan air (10 ml) selama 20 menit dalam penangas air
mendidih kemudian disaring panas-panas.

b. setelah dingin ditambah FeCl3 sebanyak 3 tetes. Jika timbul warna hijau biru
menunjukkan adanya polifenol.

c. uji diulang, tetapi dengan filtrate hasil pendidihan serbuk tumbuhan (2 gram)
dengan etanol 80% (10 ml) selama 10 menit dalam penangas air.

Pengujian Tanin

a. sampel 200 mg dipanaskan dengan air (10 ml) selama 30 menit diatas penangas air,
disaring.

b. filtrate (5 ml) ditambah larutan NaCl 2% (1 ml), bila terjadi suspensi atau endapan
disaring melalui kertas saring.

c. filtrate ditambah larutan gelatin 1% (5 ml), bila timbul endapan menunjukkan


adanya tanin atau zat samak.

Pengujian Saponin

Sampel 200 mg dalam tabung reaksi ditambah 10 ml air suling, tutup dan kocok
kuat-kuat selama 30 detik, biarkan tabung dalam posisi tegak selama 30 menit, apabila
timbul buih setinggi kurang lebih 3 cm dari permukaan yang tidak hilang setelah ditetesi
HCl encer, menunjukkan adanya saponin.

Pengujian Alkaloid

a. sampel 200 mg dipanaskan dalam tabung reaksi besar dengan HCL 1% (10 ml)
selama 30 menit diatas penangas air mendidih.

b. suspensi disaring dengan kapas dan masukkan dalam tabung reaksi I dan tabung
reaksi II sama banyak.

c. larutan I dibagi 2 sama banyak lalu ke dalam larutan Ia ditambah pereaksi pereaksi
Dragendorff (3 tetes) dan larutan Ib ditambah pereaksi Meyer (3 tetes). Bila dengan
kedua pereaksi tersebut terbentuk endapan, menunjukkan adanya alkaloid.
PERCOBAAN 2

EKSTRAKSI DENGAN METODE MASERASI

I. Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu melakukan ekstraksi dengan menggunakan metode


maserasi

II. Pendahuluan

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair adalah transfer difusi
komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses
yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan
semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering
juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan
atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian
merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik
oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang
mudah mengembang. Cairan penyari yang Bila cairan penyari digunakan air maka untuk
mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada
awal penyarian. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
stirak dan lilin. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan digunakan dapat berupa air,
etanol, air-etanol, atau pelarut lain. kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan
penyariannya kurang sempurna.
III. Alat dan Bahan

Alat :

Bejana, Kain flanel, Waterbath, Cawan porselen

Bahan :

Serbuk simplisia, Pelarut (etanol 70 %)

IV.Cara kerja

a. 1 bagian serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana, dituangkan 7,5 bagian cairan
penyari

b. diaduk kemudian ditutup dan dibiarkan selama 3 hari sambil berulang ulang diaduk

c. disaring dengan kain flanel, filtrate dikumpulkan. Ampas ditambahkan 2,5 bagian
cairan penyari, dibiarkan selama 2 hari sambil berulang diaduk

d. disaring, filtrate digabung dengan filtrate 1.

e. Filtrat diuapkan sampai diperoleh ekstrak

f. kemudian ditimbang untuk mengetahui randemen yang dihasilkan.


PERCOBAAN 3
PERCOBAAN 4
PERCOBAAN 5 & 6
PERCOBAAN 7

ISOLASI IDENTIFIKASI KURKUMINOID DARI RIMPANG KUNYIT

I. Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu melakukan isolasi kurkuminoid dari rimpang kunyit

II. Pendahuluan

Tiga dasawarsa ini kurkuminoid dari tanaman Curcuma longa L menjadi perhatian
para peneliti baik di dalam negeri maupun luar negeri, meliputi segala aspek antara
lain, sifat fisika kimia, farmakologi, farmakokinetik, toksikologi, sintesis dan sebagainya
(Sugijanto, 1996).

Kurkuminoid selain terkandung dalam kunyit (Curcuma longa L) juga terdapat


dalam tanaman yang tergolong dalam familia zingiberaceae, antara lain adalah
temulawak (curcum xanthoriza) (Sudarsono,dkk,1996).

Perbedaan kurkuminoid dalam kunyit dan temulawak adalah pada kunyit terdapat
tiga senyawa kurkuminoid sedangkan dalam temulawak hanya 2 senyawa yaitu :
kurkumin dan bis demetoksi kurkumin.

Kurkuminoid merupakan kristal berwarna kuning gelap tidak larut dalam air atau
eter, larut dalam alkohol, dan etil asetat. Dalam suasana basa kurkuminoid berwarna
merah, sedangkan dalam suasana asam berwarna kuning. Kurkuminoid lebih stabil
pada pH 1-7. Kandungan kurkuminoid dalam kunyit/temulawak besarnya antara 2-8%
tergantung tempat tumbuhnya.

III. Alat dan Bahan

Alat :

1. Seperangkat alat soxhletasi

2. Plat silika gel GF 254


3. Pipa kapiler

4. Heating mantle

5. Lampu UV 254 nm

6. Beker gelas, gelas ukur

7. Oven

8. Corong pisah

9. Lemari pendingin

Bahan :

1. Serbuk kunyit (Kering)

2. Etanol 96% p.a

3. Aquadest

4. Etil asetat p.a

5. Kurkumin standart (E.March) p.a

6. Methanol pa

7. Kloroform pa

D. CARA KERJA

30g serbuk kunyit/temulawak, masukkan alat soxhlet yang telah diberi kertas saring, + 250
ml etanol 96%, ekstraksi selama 2-3 jam

Cairan (filtrat) diuapkan sampai 20 ml, ambil filtrat 3 ml (simpan), teruskan


penguapan hingga diperoleh ekstrak kental. Ambil 1 gram (simpan)

Dalam corong pisah, ekstrak kental + air panas 30 ml, (untuk mengambil resin) terbentuk
suspensi, kemudian + etil asetat 30 ml, ambil fase etil asetat dan uapkan hingga 10 ml
Filtrat dimasukkan dalam lemari pendingin (12-24 jam), hingga berbentuk kristal
kurkuminoid, saring, kristal dikeringkan di oven pada suhu 50◦ C sampai kering

kristal dievaluasi

E. EVALUASI

Kristal + NaOH 5%  merah

Kristal + HCl encer  kuning

KLT

Fase diam : Silika Gel GF 254

Fase gerak : Kloroform : Etanol : Aquadest (25 : 0.96 : 0.04 u/v)

Deteksi : Sinar tampak, UV 254 nm

Pembanding : Kurkumin
Daftar Pustaka

Anonim, 1976 .... 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid I ...VI, Dirjen Pengawasan Obat dan
Makanan, DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Dirwas Obat Tradisional, DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 1985, Analisis Obat Tradisional Jilid I dan II, BPOM, Jakarta.

Anonim, 1992, Standar Nasional Indonesia, BPOM, Jakarta.

Anonim, 1994, Kodifikasi Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional, Dirwas Obat


Tradisional, DEPKES RI, Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standarisasi Simplisia dan Ekstrak, DEPKES RI, Jakarta.

Bettolo, G.B.M., Nicoletti, M. and Patamia, M., 1981, Plant Screening by Chemical and
Chromatographic Procedurs Under Field Condition, J. of Chromatog., p. 213

Claus, E.P., 1970, Pharmacognosy, Lea & Febiger, Philadelphia

Sastrohamidjojo, 2005, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta.

Seabaugh,K. and Smith, M., 1996, USP Open Conference on Botanicals for Medical and Dietary
Uses: Standards and Information Issues, The United States Pharmacopeia
Convention, Inc., Rockville, Maryland.

Sutrisno, B., 1996, Analisis Jamu, Ed. I, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta.

Wagner, H., Bladt, S. and Zgainski. E.M., 1984, Plant Drug Analysis A Thin Layer
Chromatography Atlas, Jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai