Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Analgesik
Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan
dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di
jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).
Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di
kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat
melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan
jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall,
1997;Ganong, 2003).
Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin,
leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-
ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan
antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh
jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan
ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak
sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus
impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan
sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang
adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang
otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat
mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri
di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat
diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di
salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat
benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.
Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana
impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
Demam pada umumnya adalah suatu gejala dan bukan merupakan
penyakit. Para ahli berpendapat demam adalah suatu reaksi yang berguna bagi
tubuh terhadap suhu, pasca suhu di atas 37oC. Limfosit akan menjadi lebih aktif
pada suhu melampaui 45oC, barulah terjadi situasi kritis yang bisa berakibat fatal,
tidak terkendali lagi oleh tubuh. (Tjay Hoan Tan, 2007)
Demam terjadi jika “ set point “ pada pusat pengatur panas di hipotalamus
anterior meningkat. Hal ini dapat di sebabkan oleh sintesis PEG yang di rangsang
bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokinin di lepaskan
dari sel darah putih yang di aktivasi oleh infeksi, hipersensitifitas, keganasan atau
inflamasi. Salisilat  menurunkan suhu tubuh si penderita demam dengan jalan
menghalangi sintesis dan pelepasan PEG. (Mycek J. Mary, 2001)
Medicetator nyeri yang penting adalah mista yang bertanggung jawab
untuk kebanyakan reaksi. Akerasi perkembangan mukosa dan nyeri adalah
polipeption (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma.
Prosagilandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam-
asam anhidrat. Menurut perkiraan zat-zat bertubesiset vasodilatasi kuat dan
meningkat permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan nyeri yang cara
kerjanya serta waktunya pesat dan bersifat local. (Tjay Hoan Tan, 2007)
Prostgilandin di duga mensintesis ujung saraf terhadap efek kradilamin,
histamine dan medikator kimia lainnya yang dilepaskan secara local oleh proses
inflamasi. Jadi, dengan menurunkan sekresi PEG, aspirin dan AIN lainnya
menekan sensasi rasa sakit. (Mycek J. Mary, 2001).
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu;
a. Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal,
diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non
salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat (Gilang, 2010).
b. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti
opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan
adiksi/ketergantungan (Gilang, 2010).
2.1.2 Mekanisme Kerja Obat Analgesik
Mekanisme Kerja Asam Asetat
Asam asetat adalah senyawa asam organik yang berfungsi sebagai iritan
yang dapat merusak jaringan secara lokal dan menyebabkan nyeri rongga perut
pada pemberian intraperitonial (Wulandari dan Hendra, 2011).
Asam asetat digunakan sebagai penginduksi rasa nyeri pada pengujian
efek analgesik. Dalam pengujian ini, asam asetat menyebabkan peradangan pada
dinding rongga perut sehingga menimbulkan respon geliat berupa kontraksi otot
atau peregangan otot perut. Timbulnya respon geliat akan muncul maksimal 5-20
menit setelah pemberian asam asetat dan biasanya geliat akan berkurang 1 jam
kemudian (Puente, et al., 2015).
Asam asetat secara tidak langsung bekerja dengan cara mendorong
pelepasan prostaglandin sebagai hasil produk dari COX ke dalam peritoneum.
Asam asetat juga dapat merangsang sensitifitas nosiseptif terhadap obat NSAID,
sehingga asam asetat cocok digunakan untuk mengevaluasi aktivitas analgesik
(Prabhu et al., 2011).
Hal ini dikarenakan adanya kenaikan ion H+ akibat turunnya pH dibawah
6 yang akan menyebabkan luka pada abdomen 13 sehingga menimbulkan rasa
nyeri (Wulandari dan Hendra, 2011).
Penggunaan asam asetat sebanyak 1 ml/KgBB pada metode writhing test
diketahui dapat menimbulkan respon geliat yang baik pada mencit mulai dari 5
menit pertama setelah penyuntikan (Gupta, et al., 2015).

Mekanisme Kerja Ibuprofen


Ibuprofen merupakan turunan asam fenil asetat dan telah digunakan secara
luas sebagai antipiretik. Aktivitas antipiretiknya bekerja di hipotalamus dengan
meningkatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan menghambat
pengikatan pirogen dengan reseptor di dalam nukleus preoptik hipothalamus
anterior, sehingga tidak terjadi peningkatan prostaglandin melalui siklus enzim
siklooksigenase yang berakibat pada penghambatan kerja pirogen di
hypothalamus (Bushra R and Aslam N., 2010).
Mekanisme Kerja Paracetamol
Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995).
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada
aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat
melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek
ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986).
Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi
nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa
parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung
prostaglandin. (Wilmana, 1995).
2.1.3 Rute Pemberian Obat
Pemberian Intraperitonial
Untuk semua hewan coba, penyuntikan dilakukan pada perut sebelah
kanan garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung
kemih . Hewan dipegang pada punggung supaya kulit abdomen menjaditegang .
Pada saat penyuntikan posissi kepala lebih rendah dari abdomen. Suntikan jarum
membentuk sudut 100 menembus kulit dan otot masuk ke rongga peritoneal
(Dr.Aprilita, et. al, 2016).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Direktur Jendral Pengawas Obat Makanan, 1979 ; Rowe, 2006)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, Etanol, Etil alkohol
RM/BM : C2H5OH / 46,07 gr/mol
Rumus Struktur :

CH3 OH
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa mudah terbakar
dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan eter P10
Khasiat : Antiseptik (menghambat pertumbuhan mikroba
pada bagian tubuh), desinfektan (antimikroba
untuk mensterilkan peralatan)
Kegunaan : Membunuh bakteri pada sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
2.2.2 Aquadest (Rowe, 2009)
Nama Resmi : AQUADESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18.02 gr/mol
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.2.3 Asam Asetat (FI. III hal.41)
Nama resmi            : ACIDUM ACETICUM
Nama lain               : Asam asetat
RM/BM                  : CH3COOH / 60,05
Rumus Struktur :

Pemerian                : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk;


rasa asam, tajam.
Kelarutan               : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P
dan dengan gliserol P
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan               : Zat tambahan
2.2.4

Anda mungkin juga menyukai