Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Farmasi Fisika
Mikromeritik

DISUSUN OLEH
Kelompok II
Nama kelompok :
1. Abdul farik abdullah
2. Anita yaya makatitta
3. Aulia rahma
4. Feriyana siolimbona
5. Gabriel lelapary
6. George ohoiwutun
7. Inda zufi rumagiar
8. Joice amelaman
9. Julia Rahman
10. Masita sumbawa
11. Neina Ramadani mahulauw

Kelas : B1 Ambon

Semester : V (lima)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2022
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah farmakologi molekuler ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi saya sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Ambon, 26 November 2022

Kelompok II

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................II
DAFTAR ISI.......................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Defenisi....................................................................................................................2
B. Ukuran partikel dan distribusi partikel....................................................................3
C. Metode-metode menentukan ukuran partikel..........................................................4
D. Bentuk partikel dan luas permukaan.......................................................................7

BAB II. PENUTUP ............................................................................................................10


A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan ilmu fisika
dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat fisika dan berbagai zat
yang digunakan untuk membuat sediaan obat. Sehingga akan menghasilkan sediaan
yang sesuai, aman dan stabil yang nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang
membutuhkan. Suatu obat mempunyai ukuran partikel yang akan membantu
penghancuran suatu obat. Salah satu sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran
partikel adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan kapsul,
emulsi, dan sebagainya.
Dalam ilmu farmasi fisika ilmu yang berkaitan dengan pengukuran partikel
kecil adalah mikromeritik. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan
penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat
fisika, kimia, dan farmakologi dalam pembuatan bahan obat tersebut.

Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari


khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. 
Mikromeritik dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu dan teknologi yang mengukur
partikel-partikel kecil (Martin, 1993).
Mikromeritik sangat penting dipelajari oleh mahasiswa farmasi, karena
dengan mikromeritik kita dapat mengetahui luas permukaan dari partikel kecil dari
suatu sediaan obat, sifat fisika kimia dari suatu sediaan, kita juga dapat mempelajari
bagaimana mekanisme pelepasan obat yang diberikan secara oral, suntikan, dan
topikal. Selain itu juga untuk mempermudah kita dalam pembuatan obat bentuk
emulsi dan suspensi, kita juga dapat mengetahui stabilitas suatu obat (tergantung
ukuran partikelnya
B. Rumusan masalah
1. Defenisi Mikromeritik ?
2. Ukuran partikel dan distribusi partikel ?
3. Metode-metode menentukan ukuran partikel ?
4. Bentuk partikel dan luas permukaan?

1
BAB II
PEM BAHASAN
A. Defenisi
Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang
kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata,
ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran
partikel adalah ukuran diameter rata-rata (Martin, 1990).
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah
bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya
suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang
diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal
dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah
dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh
sebaiknya dipilih menurut program acak (Martin, 1990).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan
pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini
(mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Moechtar, 1990).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi,
begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan
ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah
yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan
yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah
permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang
sama seperti partikel yang diperiksa (Voigt, 1994).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab
ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga
terhadap efek fisiologisnya.
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu
1. Menghitung luas permukaan
2. kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan
dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
2
5. Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting
dalam farmasi. Sehingga luas permukaan dari suatu partikel dapat dihubungkan secara
berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang
diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari
suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga
bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang
pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam
mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan
serbuk. Hal ini membuat seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai
mikromimetik yang baik .
B. Ukuran partikel dan distribusi partikel
Dalam suatu kumpulan partikel lebih dari satu ukuran (polidispers), dua sifat penting
yaitu :
1. Bentuk dan luas partikel
2. Kisaran ukuran dan banyaknya atau berat partikel-partikel yang ada dan karenanya
luas permukaan total
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dalam garis tengahnya. Tetapi,
begitu derajat ketidaksimetrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan
ukuran dalam garis tengah yang berrti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah
yang unik untuk suatu partikel. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu
garis tengah buatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis
tengah bulatanyang mempunyai luas permukaan, volume dan garis tengah yang sama.
Jadi garis tengah permukaan / d3 adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa. Garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai volume yang sama seperti partikel adalah garis tengh volume / dv.
Garis tengah yang diproyeksikan /dp adalah garis tengah suatu bulatan yang
mempunyai luas pengamatan yang sama seperti partikel bila dipandang tegak lurus ke
bidangnya yng paling stabil. Ukuran tersebut bisa juga dinyatakan sebagai garis tengah
Stokes, dst, yaitu garis tengah suatu bulatan yang mengalami sedimentasi pada laju yang
sama seperti partikel tidak simetris tersebut. Selalu jenis garis tengah yang digunakan
mencerminkan metode yang dipakai untuk memproleh garis tengah tersebut. Seperti akan
terlihat kemudian, garis tengah yang diproyeksikan didapatkan dengan teknik
3
mikroskopik, sedang garis tengah Stokes ditentukan dari penelitian sedimentasi pada
partikel-partikel tersuspensi.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk
mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak
partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada di dalam sampel. Jadi kita perlu suatu
perkiraan kisaran ukuran yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran
partikel. Ini adalah distribusi ukuran partikel, dan dari sini kita bisa menghitung ukuran
partikel rata-rata untuk sampel tersebut.
Ukuran Partikel Rata-rata, Misalkan kita telah melakukan suatu pemeriksaan
mikroskopik dari suatu sampel serbuk dan mencatat banyaknya partikel yang terletak
dalam berbagai kisaran ukuran. Untuk membandingkan harga ini dengan harga dari,
katakanlah batch kedua dari bahan yang sama, kita biasanya menghitung suatu garis
tengah rata-rata sebagai dasar untuk perbandingan.
C. Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel
1. Mikroskopi Optik
Pada metode ini dapat digunakan mikroskop biasa untuk pengukuran partikel
dalam jarak 0,2μ sampai kira-kira 100μ. Suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik.
Di mana pada bagian bawah mikroskop tempat partikel terlihat, diletakan mikrometer
dan hemocytometer untuk melihat ukuran partikel. Kelemahan dari metode
mikroskopi adalah diameternya diperoleh dari dua dimensi partikel saja yaitu panjang
dan lebar. Tidak ada perkiraan dari tebal partikel. Selain itu, jumlah partikel yang
harus dihitung sekitar 300-500 partikel agar diperoleh perkiraan yang baik dari
distribusi membuat metode menjadi lamban dan melelahkan.
2. Pengayakan

Metode ini menggunakan satu seri ayakan yang telah dikalibrasi oleh Nasional
Bureau of Standards. Merupakan suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif
lama dari penentuan ukuran partikel. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik
partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala
ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan
teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel yang ukurannya lebih kecil daripada
lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus
(lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Cara ini

4
pada prinsipnya menggunakan rumus sedimentasi Stocks. Dasar untuk metode ini
adalah Aturan Stokes:

dst =
√18 0 h   
( P1-P0 ) gt
Metode yang digunakan dalam penentuan partikel cara sedimentasi ini adalah
metode pipet, metode hidrometer dan metode malance.
Partikel dari serbuk obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran kurang
lebih 10.000 mikron atau 10 milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai
ukuran koloidal, 1 mikron atau lebih kecil. Agar ukuran partikel serbuk ini
mempunyai standar, maka USP menggunakan suatu batasan dengan istilah “very
coarse, coarse, moderately coarse, fine and very fine”, yang dihubungkan dengan
bagian serbuk yang mampu melalui lubang-lubang ayakan yang telah distandarisasi
yang berbeda-beda ukurannya, pada suatu periode waktu tertentu ketika diadakan
pengadukan dan biasanya pada alat pengaduk ayakan secara mekanis.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran dan kisaran ukuran partikel merupakan
hal yang sangat utama dalam bidang farmasi. Oleh sebab itu, ukuran dan juga luas
permukaan suatu  partikel dapat dikaitkan secara bermakna dengan sifat fisik, kimia
dan farmakologi suatu obat. (Sinko, 2005)
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat
penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga luas permukaan, dari suatu
partikel dapat dihubungkan secara berarti pada sifat fisika, kimia dan farmakologi dari
suatu obat. Secara klinik ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi
penglepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral,
rektal dan topikal. Formulasi yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi
kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada  ukuran partikel yang
dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan tablet dan kapsul,
pengendalian ukuran partikel penting sekali dalam mencapai sifat aliran yang
diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk. Hal ini membuat
seorang farmasis kini harus mengetahuhi pengetahuan mengenai mikromimetik yang
baik. (Ansel, 1989)
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan nomor dimaksudkan bahwa semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika derajat halus suatu serbuk
dinyatakan dengan dua nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tertinggi. (Dirjen POM, 1979).

5
Pada praktiknya, suspense encer yang telah diketahui volumenya dipompakan
melalui lubang tersebut. Jika suspense tersebut cukup encer, partikel-partikel akan
dapat melewati lubang tersebut satu persatu. (Sinko,2005)
Menggunakan symbol yang sebelumnya ditetapkan, diameter dapat ditetapkan
dengan :
∑a × d
d=
∑d
dimana R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian bawah tabung mesin
pemutar dan R2 adalah jarak dari sumbu rotasi ke bagian suspensi (Parrot, 1970).
Zat-zat padat yang secara alamiah berada dalam bentuk partikel-partikel kecil
dan zat padat yang telah digerus memiliki bentuk partikel tidak beraturan, dan ukuran
partikel bervariasi dari yang paling besar sampai yang paling kecil (Leon,1989).
3. Sedimentasi
Cara ini mempergunakan alat (pipet) Andreasen. Sampel serbuk yang akan
diuji disuspensikan dalam cairan pembawa dengan kadar yang kecil (0 5% atau lebih
kecil) dan dibiarkan memisah (mengendap). Suspensi encer dalam pipet Andreasen
dikocok, lalu pada rentang waktu tertentu sample diambil. Sampel dikeringkan dan
ditimbang. Setiap sample yang diambil pada waktu tertentu tersebut akan mempunyai
garis tengah atau jari-jari yang lebih kecil daripada garis tengah yang dihitung
berdasarkan hukum Stokes. Ukuran partikel dalam kisaran ukuran yang terayak bisa
diperoleh dengan sedimentasi gravitasi, yang dinyatakan dalam hukum Stokes.
Hukum tersebut dapat diterapkan untuk partikel-partikel dengan bentuk tidak teratur
dari bermacam-macam ukuran asal ukuran partikel relatif ekivalen dengan diameter
dari sebuah bola yang jatuh pada kecepatan yang sama. Partikel-partikel tidak boleh
manggumpal, karena gumpalan akan jatuh lebih cepat daripada jika partikel tersebut
individual. Agar partikel tetap terpisah dan bebas. Maka harus dipakai "defloculating
agent" yang sesuai.
4. Pengukuran Volume
Partikel Alat yang mengukur volume partikel adalah Coulter Counter. Coulter
Counter bekerja berdasarkan prinsip bahwa jika suatu partikel disuspensikan dalam
suatu cairan yang mengkonduksi melalui suatu lubang kecil, yang pada kedua sisinya
ada elektroda di mana akan terjadi suatu perubahan tahanan listrik.
5. Metode Elutriasi

6
Metode elutriasi merupakan metode pengukuran partikel yang merupakan
kebalikan dari pada merode pengendapan. Udara dimasukkan ke dalam bagian bawah
kolom yang berisi sample yang akan diukur. Pada kolom sebelah atas terdapat
saringan yang dipasangkan untuk mengumpulkan partikulat. Kecepatan udara yang
masuk ke dalam kolom sudah tertentu. Udara akan membawa partikel yang halus ke
bagian atas dan akan terkumpul pada penyaring, lalu serbuk ditimbang.
D. Bentuk partikel dan luas permukaan
Pengetahuan mengenai bentuk partikel dan luas pemukaan sangat diperlukan. Bentuk
partikel mempengaruhi aliran dan sifat-sifat pengemasan dari suatu serbuk, juga
mempunyai beberapa pengaruh terhadap luas permukaan. Luas permukaan per satuan
berat atau volume merupakan suatu karakteristik serbuk yang penting jika kita akan
mempelajari adsorpsi permukaan dan laju disolusi.
1. Bentuk Partikel
Suatu bola mempunyai luas permukaan minimum per satuan volume. Makin
tidak simetris suatu partikel, makin besar luas permukaan per satuan volumenya.
Seperti telah dibicarakan sebelumnya, suatu partikel berbentuk bola diberi ciri
sempurna dengan garis tengahnya. Jika partikel menjadi lebih tidak simetris,
semakain sulit untuk menetapkan garis tengah yang berarti bagi partikel tersebut.
Oleh karena itu seperti telah kita lihat, perlu sekali garis tengah bola ekuivalen dengan
partikel tersebut. Adalah suatu hal yang mudah untuk memperoleh luas permukaan
atau volume dari suatu bola, karena untuk partikel seperti itu :
luas permukaan = ɑs dp2 dan volume = ɑs dp3
Dimana d adalah garis tengah (diameter) partikel. Oleh karena itu luas permukaan dan
volume dari partikel bulat (berbentuk bola) berbanding lurus dengan garis tengah
kuadrat (d2) dan garis tengah pangkat tiganya (d3). Namun demikian untuk
mendapatkan suatu perkiraan dari luas permukaan atau voume suatu partikel (atau
sekumpulan partikel) yang bentuknya tidak bulat, seseorang harus memilih suatu garis
tengah yang merupakan karakteristik dari partikel tersebut dab menghubunkan garis
tengah ini dengan luas permukaan atau volumenya, dengan menggunakan suatu faktor
koreksi. Misalkan partikel-partikel tersebut dilhat di bawah mikroskop, dan diingikan
untuk menghitung luas permukaan dan voume dari garis tengah yang diproyeksikan,
dp, dari partikel tersebut. Kuadrat atau pangkat tiga dari dimensi yang dipilih ini

7
(dalam hal ini dp) berturut-turut sebanding dengan luas permukaan dan volume.
Dengan memakai konstanta perbandingan, maka kita dapat menuliskan:
luas permukaan = ɑs dp2 πds2
Dimana ɑs adalah faktor luas permukaan dan ds adalah diameter permukaan ekivalen
(equivalent surface diameter)
1
Untuk volume kita tuliskan : Volume = ɑvdp3 = πd 3
6 v
Dimana ɑv adalah faktor volume dan dv adalah diameter volume ekivalen. “Faktor
bentuk “dari luas permukaan dan volume dalam kenyataannya adalah perbandingan
dari garis tengah yang satu dengan garis tengah yang lainnya.
2. Luas Permukaan Spesifik
Luas permukaan spesifik adalah luas permukaan per satuan volume (Sv) atau per
satuan berat (Sw) .
3. Metode Untuk Menentukan Luas Permukaan
Luas permukaan suatu sampel serbuk dapat dihitung dari hasil distribusi ukuran
partikel yang diperoleh dengan menggunakan salah satu metode yang telah
dibicarakan diatas.Ada dua metode yang biasa digunakan untuk menghitung luas
permukaan secara langsung.
Metode pertama, didasarkan atas jumlah gas atau solut dari cairan yang diabsorpsi
pada sampel serbuk untuk membentuk lapisan tunggal (monolayer) yang merupakan
fungsi langsung dari luas permukaan.
Metode kedua berdasarkan pada kenyataan, bahwa kecepatan gas atau cairan
merembes (fermeasi) melalui suatu bentangan (bed) serbuk yang berhubungan
dengan luas permukaan serbuk tersebut.
a) Ukuran pori
Bahan-bahan yang mempunyai luas spesifik tingi bisa mempunyai retakan-
retakan dan pori-pori yang mengabsorpsi gas dan uap, seperti air, ke dalam sela-
selanya. Serbuk obat yang relatif tidak larut dalam air bisa melarut lebih atau
kurang cepat dalam medium air bergantung pada absorpsinya terhadap
kelembaban atau udara. Cara untuk mengukur pori yakni :
 Penggunaan aseton sehingga meningkatkan absorpsi air dan jumlah tempat
untuk serapan air.
 Menggunakan alat Permeabilitas udara sehingga dapat diperoleh garis tengah
pori-pori rata-rata dari tablet.
8
b) Sifat – sifat turunan serbuk
Telah dibicarakan sebelumya tertama berhubungan dengan distribusi ukuran
dan luas permukaan serbuk, ini merupakan dua sifat dasar dari tiap kmpulan
partikel. Sebagai tambahan pada dua sifat tersebut, ada banyak sifat turunan yang
berhubungan dengan farmasi, sebagai berikut :
 Porisitas
Misalkan suatu serbuk sebagai contoh zink oksid, ditempatkan dalam
glas ukur dan volume totalnya dicatat. Volume yang ditempatkan dikenal
sebagai volume bulk,Vb. Jika serbuk tidak berpori, yakni tidak mempunyai
pori-pori dalam (pori-pori internal) atau ruang kapiler, voume serbuk bulk
terdiri dari volume partikel-partikel padat sebenarnya ditambah volume ruang
antara partikel-partikel tersebut. Volume ruang tersebut dikenal sebagai
volume rongga v, diberikan oleh persamaan :
v = Vb – Vp
Dimana Vp adalah volume sebenarnya dari partikel-partikel tersebut.
 Kerapatan Partikel
Kerapatan partikel-partikel dalam suatu keadaan tertentu dapat keras
atau lunak dan dalam keadaan ain kasar atau seperti spon, mk hendakya hati-
hati dalam menyatakan kerapatannya. Kerapatan secara universal didefinisikan
sebagai bobot per satuan volume. Kesukaran timbul jika seseorang mau
menentukan volume partikel yang mengandung “microscopic cracks”, pori-
pori internal dan ruang-ruang kapler.Pada umumnya dapat didefinisikan tiga
tipe kerapatan yaitu :
1) kerapatan sesungguhnya dari bahanya sendiri tidak termasuk void-void
dan pori-pori interpartike yang lebih besar dari dimensi molekuler atau
dimensi atomik di dalm kisi-kisi kristal.
2) Kerapatan granular seperti yang ditentukan dengan jalan pemindahan
mercuri yang tidak merembes pada tekanan-tekanan biasa didalam pori-
pori yang lebih kecil dari 10 mikron.
3) Kerapatan bulk serbuk seperti yang ditentkan dari volume bulk dn bobr
suatu serbuk kering di dalam gelas ukur silindris.

9
Bilamana zat padat tidak porous, maka kerapatan sesungguhnya dan
kerapatan granulya adalah identik dan dua-duanya dapat diperoleh dengan
jalan memindahkan helium atau zat cair seperti mercuri, benzena atau air.

c) Sifat alir Serbuk


Serbuk bulk agak analog dengan cairan non-Newton yang menunjukkan aliran
plasik dan kadang-kadang aliran dilatan, diamana partikel-partikelnya dipengaruhi
daya tarik menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh karena itu serbuk bisa
jadi mengalir bebas (free-flowing) atau melekat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat aliran dari serbuk. Terutama yang jelas
adalah ukuran partikel, porositas dan kerapatan, dan kehalusan permukaan. Akan
halnya partikel-partikel yang relatif kecil (kurang dari 10 µm), aliran partikel
melalui lubang dihambat karena gaya lekat (kohesif) antar partikel kurang lebih
sama dengan gaya gravitasi. Karena gaya gravitasi ini merupakan fungsi dari
diameter pangkat tiga, maka pengaruh gravitasi akan menjadi lebih jelas jika
ukuran partikel bertambah sehingga terjadilah aliran.
Kecepatan alir maksimum dapat tercapai, kemudian berkurang jika ukuran
partikel mendekati ukuran lubang. Jika serbuk mengandung partikel-partikel kecil
yang jumlahnya cukup banyak, sifat alir serbuk itu dapat diperbaiki dengan
menghilangkan “fines” atau mengabsorpsinya pada partikel-partikel yang lebih
besar. Kadang-kadang aliran yang jelek disebabkan adanya kelembaban, dalam
hal ini pengeringan partikel akan mengurangi sifat kohesifnya

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dari metode mikromeritik adalah mempelajari partikel-partikel kecil
ukuran partikel mempengaruhi pelepasan obat dan bentuk sediaan tertentu.
Ada 5 metode dalam menentukan ukuran partikel yaitu
1. metode mikroskopi
2. metode pengayakan.
3. Metode sedimentasi
4. Pengukuran volume
5. Metode elutriasi

Kegunaan mikromeritik dalam bidang kefarmasian antara lain

1. Untuk menentukan bentuk sedian obat yang cocok


2. Untuk mengetahui efek dari stabilitas obat
3. Untuk memperoleh informasi mengenai bentuk dan ukuran partikel yang
berpengaruh dalam pelepasan obat dari bentuk sediaannya didalam tubuh (waktu
hancur).
4. Untuk memperoleh informasi tentang lama absorbsi obat dalam tubuh
B. Saran
Sebagai jurusan dengan banyaknya praktikum, diharapkan agar jurusan
farmasi lebih memperhatikan laboratorium terutama pada penyediaan dan
kelengkapan alat dan bahan praktikum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Particle Size Siere Analyses. (Online).


(http://www.particletechlabs.com/particle-size/siere-analyses, diakses sabtu 27
september 2010 pukul 11.15 wita

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press:


Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI: Jakarta

Effendi, M, I. 2003. Materi Kuliah  Farmasi Fisika . Jurusan farmasi Universitas


Hasanuddin: Makassar.

Leon, L. Dkk, 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri 1. UI-Press: Jakarta
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid I. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisika jilid II. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Moechtar. 1990.Farmasi Fisika. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta

Parrot, L.E., 1970, Pharmaceutical technology. Burgess Publishing Company.

Sinko, P. 2005. Martin’s Phisical Pharmacy and Pharmaceutical Sience 5 th Edition.


Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Buku kedokteran EGC: Jakarta

Voigt, R, 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. UGM-Press: Yogyakarta

12
13

Anda mungkin juga menyukai