Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MODUL 2
BIOMEDIK II

SKENARIO 4
“TEBUS OBAT DI APOTEK”

DISUSUN OLEH :

AMARA YOLANDA
71230811129
SGD 12

DOSEN TUTOR: dr.Anna Yusria,M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA MEDAN
2023/2023
1
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1 Ada Makalah

2 Kesesuaiandengan LO 0 – 10

3 Tata Cara Penulisan 0 – 10

4 PembahasanMateri 0 – 10

5 Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOT AL

NB : LO = Learning Objective MEDAN, 24 DESEMBER 2023

Dinilai Oleh :

Tutor

Dr.Anna Yusria,M.Sc

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya selaku mahasiswa fakultas kedokteran
Universitas Islam Sumatra Utara,sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
dengan tepat waktu.Makalah ini berjudul “Tebus obat di apotek”.Makalah ini
berisi tentang materi pembelajaran di fakultas kedokteran.Saya sebagai
penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati saya menerima saran dan kritik agar
kami dapat memperbaiki makalah ini,saya juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada dr.Anna Yusria,M,Sc yang sudah bersedia membimbing saya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Saya juga berharap semoga makalah yang saya susun ini dapat menjadi
referensi bagi teman-teman untuk sebagai bahan belajar.Akhir kata saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha yang kita lakukan.

MEDAN,24 DESEMBER 2023

AMARA YOLANDA

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ 3


DAFTAR ISI .............................................................................. 4
SKENARIO 4 ............................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 6
1.1 Latar belakang masalah ...................................................... 6
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan penulisan .......................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 8
2.1 Menjelaskan defenisi obat secara sistemik dan lokal ................... 8
2.2 Menjelaskan mekanisme obat secara sistemik dan lokal ............. 9
2.3 Menjelaskan fator yang mempengaruhi kerja obat ..................... 13
2.4 Menjelaskan teknik pemberian obat dengan
efek kerja obat ................................................................................ 15
2.5 Menjelaskan efek samping obat .................................................... 17
BAB III PENUTUP .................................................................... 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 19
3.2 Saran .............................................................................................. 19
REFERENSI .............................................................................. 20

4
`

SKENARIO 4-TEBUS OBAT DI APOTEK dr. Irma Yanti Rangkuti, M.


Si., M. Biomed.

TEBUS OBAT DI APOTEK

Seorang wanita berumur 27 tahun menebus obat di apotek dengan memberikan


resep dari dokter. etelah menunggu beberapa saat, apoteker membawa beberapa
obat yang diresepkan dalam erbagai bentuk. Ada obat berbentuk tablet, sirup
dan salep kulit. Apoteker tersebut menyampaikan cara menggunakan obatnya
sesuai petunjuk yg tertulis.

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Farmakokinetik dan farmakodinamik merupakan dua aspek pokok
dalam studi farmakologi yang membawa pemahaman mendalam terkait
perilaku dan efek obat dalam tubuh manusia. Farmakokinetik berkaitan
dengan perjalanan obat melalui tubuh, mempelajari aspek-aspek seperti
penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Bagaimana tubuh
memproses obat tersebut memengaruhi konsentrasi obat di dalam
tubuh, serta durasi dan intensitas efeknya. Sementara itu,
farmakodinamik memfokuskan pada respons tubuh terhadap obat,
mengeksplorasi cara obat berinteraksi dengan target biologis dan
menghasilkan efeknya. Dalam konteks ini, pemahaman tentang
mekanisme aksi, dosis yang efektif, dan variabilitas respons individu
menjadi kunci dalam menilai keamanan dan efektivitas obat.

Berbagai bentuk obat tersedia untuk penggunaan yang sesuai dengan


kebutuhan medis dan karakteristik pasien. Tablet atau kapsul
memberikan opsi dosis padat untuk konsumsi oral yang umum. Injeksi
memungkinkan pengiriman obat langsung ke dalam jaringan atau
aliran darah, sementara sirup atau cairan dapat mempermudah
pemberian obat kepada anak-anak atau individu yang kesulitan
menelan obat padat.

Dengan pemahaman yang mendalam terhadap farmakokinetik dan


farmakodinamik, dapat dikembangkan pendekatan pengobatan yang
lebih presisi, memberikan manfaat terbaik sambil meminimalkan risiko
efek samping yang tidak diinginkan.

Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam mengenai


pengertian farmakokinestetik dan farmakodinmik obat didalam tubuh.
Termasuk bentuk bentuk obat dengan rute pemberian jalannya obat dan
sifat kerja obat beserta contohnya. Selain itu, dalam makalah ini akan
dikaji juga Hubungan teknik pemberian obat dengan sifat kerja obat
pada tubuh manusia.

6
1.2 Identifikasi Masalah
1. Berbagai macam bentuk obat
2. Cara menggunakan obat sesuai dengan petunjuk
3. Mekanisme kerja obat
4. Efek samping obat
5. Faktor yang mempengaruhi cara kerja obat

1.3 Tujuan penulisan


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi obat secara sistemik dan local
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme kerja obat secara sistemik
dan local
3. Mahasiswa mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi kerja obat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik pemberian obat dengan efek
kerja obat
5. Mahasiswa mampu menjelaskan efek kerja obat

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENJELASKAN DEFENISI OBAT SECARA


SISTEMIK DAN LOKAL

 OBAT
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia.

Pengolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan ada 2 yaitu:

 SISTEMATIK

o Efek sistemik adalah efek obat yang membuat seluruh bagian tubuh
terpengaruh karena pemberian obat. Rute pemberian obat pada efek
sistemik meliputi rute oral, sublingual, bukal, injeksi, implantasi subkutan
dan rektal. Efek sistemik merupakan salah satu dari dua jenis golongan
obat berdasarkan efek yang dihasilkannya. Satu lainnya adalah efek
lokal.[1] Efek sistemik merupakan efek obat yang mempengaruhi seluruh
tubuh.[2] Efek sistemik maupun efek lokal sangat dipengaruhi oleh
sediaan obat. Pengaruh sediaan obat berkaitan dengan kecepatan obat
dalam berinteraksi dengan reseptor.
o efek sistemik dapat dicapai melalui beberapa rute pemberian obat, yaitu
melalui oral, sublingual, bukal, injeksi, implantasi subkutan dan rektal.
Rute pemberian oral berarti bahwa obat dimasukkan melalui mulut dan
turun menuju ke dalam perut. Rute pemberian sublingual adalah rute
pemberian obat dengan meletakkan obat berbentuk tablet di bagian
bawah lidah. Rute pemberian bukal adalah rute pemberian obat dengan
meletakkan obat berbentuk tablet di antara gusi dan pipi.

8
o Ketika pasien tidak dapat meminum obat melalui mulut, maka rute
pemberian obat menggunakan metode injeksi. Rute ini hanya diberikan
kepada pasien yang tidak mampu menelan, mengalami
penurunan kesadaran diri atau tidak terpengaruh oleh obat akibat aktivitas
asam lambung. Injeksi berarti obat diberikan dalam bentuk cair.
o Sementara rute pemberian implantasi subkutan dan rektal dilakukan
melalui dubur. Implantasi subkutan menggunakan obat berbentuk tablet
kecil yang steril yang dimasukkan menggunakan bantuan trokar.
Sedangkan rute pemberian rektal menggunakan obat berbentuk tablet
khusus atau supositoria yang dimasukkan melalui dubur.

 LOKAL
o Obat atau zat aktif yang hanya berefek / menyebar / mempengaruhi
bagian tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata,
kulit, dan lain-lain.
o Efek lokal dapat dicapai melalui beberapa rute pemberian, yaitu melalui
inhalasi, mukosa dan kulit. Inhalasi adalah rute pemberian obat ke dalam
mulut atau hidung dengan larutan obat yang disemprotkan ke dalamnya.
Cara memasukkannya menggunakan alat seperti inhaler, vaporizer,
nebulizer, dan aerosol. Rute pemberian obat melalui mukosa dilakukan
menggunakan obat tetes atau busa. Bagian tubuh yang dapat menerima
cara ini adalah mata, telinga, hidung dan vagina. Sementara rute
pemberian melalui kulit dengan menggunakan obat
berbentuk salep, krim, atau losion.

2.2 MENJELASKAN MEKANISME KERJA OBAT


SECARA SISTEMIK DAN LOKAL

 SISTEMIK
1. Absorpsi

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal


ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis.
Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili
mukosa yang luas. Jika sebagian dari vili ini berkurang, karena pengangkatan

9
sebagian dari usus halus, maka absorpsi juga berkurang. Obat-obat yang
mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormopertumbuhan
dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi pasif
umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk
menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk
bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat
membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawa obat
menembus membran dengan proses menelan.

2. Distribusi

Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan
penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein. Ketika
obat di distribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan dengan protein
(terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang berbeda-beda. Obat-Obat
yang lebih besar dari 80% berikatan dengan protein dikenal sebagai obat-obat
yang berikatan tinggi dengan protein. Salah satu contoh obat yang berikatan
tinggi dengan protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan
protein.

Aspirin 49% berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan
sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian
obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja bebas. Hanya obat-obat yang
bebas atau yang tidak berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat
menimbulkan respons farmakologik. Dengan menurunnya kadar obat bebas
dalam jaringan, maka lebih banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan
dari ikatannya dengan protein untuk menjaga keseimbangan dari obat yang
dalam bentuk bebas.

Jika ada dua obat yang berikatan tinggi dengan protein diberikan bersama-sama
maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat pengikatan dengan protein,
sehingga lebih banyak obat bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi. Demikian
pula, kadar protein yang rendah menurunkan jumlah tempat pengikatan dengan
protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam plasma. Dengan
demikian dalam hal ini dapat terjadi kelebihan dosis, karena dosis obat yang
diresepkan dibuat berdasarkan persentase di mana obat itu berikatan dengan

10
protein. Dengan demikian penting sekali untuk memeriksa persentase
pengikatan dengan protein dari semua obat-obat yang diberikan kepada klien
untuk menghindari kemungkinan toksisitas obat. Seorang perawat juga harus
memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma klien karena penurunan
protein (albumin) plasma akan menurunkan tempat pengikatan dengan protein,
sehingga memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam sirkulasi. Selanjutnya
tergantung dari obat (obat-obat) yang diberikan, banyaknya obat atau obat-
obatan berada dalam sirkulasi dapat mengancam nyawa. Abses, eksudat,
kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat. Antibiotika tidak dapat
didistribusi dengan baik pada tempat abses dan eksudat. Selain itu, beberapa
obat dapat menumpuk dalam jaringan tertentu, seperti lemak, tulang, hati, mata,
dan otot.

3.Metabolisme atau biotransformasi

Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan obat di-


inaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan
oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air
untuk diekskresikan. Ada beberapa obat ditransformasikan menjadi metabolit
aktif, sehingga menyebabkan peningkatan respons farmakologik. Penyakit-
penyakit hati, seperti sirosis dan hepatitis, mempengaruhi metabolisms obat.

Waktu paruh, dilambangkan dengan t½, dari suatu obat adalah waktu yang
dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi. Metabolisme dan
eliminasi mempengaruhi waktu paruh obat, contohnya, pada kelainan fungsi
hati atau ginjal, waktu paruh obat menjadi lebih panjang dan lebih sedikit obat
dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terus menerus, maka
dapat terjadi penumpukan obat.

Suatu obat akan melalui beberapa kali waktu paruh sebelum lebih dari 90% obat
itu dieliminasi. Jika seorang klien mendapat 650 mg (miligram) aspirin dan
waktu paruhnya adalah 3 jam, maka dibutuhkan 3 jam untuk waktu paruh
pertama untuk mengeliminasi 325 mg, dan waktu paruh kedua (atau 6 jam)
untuk mengeliminasi 162 mg berikutnya, dan seterusnya, sampai pada waktu
paruh keenam (atau 18 jam) di mana tinggal 10 mg aspirin terdapat dalam
tubuh. Waktu paruh selama 4-8 jam dianggap singkat, dan 24 jam atau lebih
dianggap panjang. Jika suatu obat memiliki waktu paruh yang panjang (seperti
digoksin, yaitu selama 36 jam), maka diperlukan beberapa hari agar tubuh dapat
11
mengeliminasi obat tersebut seluruhnya. Waktu paruh obat juga dibicarakan
dalam bagian mengenai farmakodinamik, karena proses farmakodinamik
berkaitan dengan kerja obat.

4. Ekskresi atau Eliminasi

Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang
tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi
oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh
ginjal. Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi
bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin.

Faktor lain yang memengaruhi ekskresi obat adalah pH urin, yang bervariasi
dari 4,5 sampai 8. Urin yang bersifat asam akan meningkatkan eliminasi obat-
obat yang bersifat basa lemah. Aspirin, suatu asam lemah, dieksresi dengan
cepat dalam urin yang basa. Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis
berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi
basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin,
sehingga terbentuk urin yang bersifat asam.

 LOKAL
1. Resorpsi Lokal

Obat dapat diserap oleh jaringan tempat diberikannya dan bekerja di daerah
tersebut tanpa mencapai sirkulasi sistemik. Contohnya, krim atau salep yang
digunakan pada kulit.

2. Efek Kontak Langsung

Beberapa obat bekerja dengan berinteraksi secara langsung dengan permukaan


jaringan tempat aplikasinya. Misalnya, antiseptik yang bekerja langsung pada
mikroorganisme di kulit.

12
3. Iritasi Lokal:

Beberapa obat bertujuan merangsang atau mengiritasi area aplikasi untuk


mencapai efek tertentu. Contohnya adalah obat pereda nyeri topikal yang dapat
memberikan sensasi hangat atau dingin untuk meredakan rasa sakit.

4. Pelepasan Kontrol

Sistem penghantaran obat khusus dapat dirancang untuk melepaskan obat


secara perlahan di area tertentu. Contoh termasuk plester transdermal yang
melepaskan obat ke dalam aliran darah melalui kulit.

5. Inaktivasi Lokal

Beberapa obat dapat menginaktivasi zat-zat tertentu pada tingkat lokal,


misalnya, antiseptik yang mencegah pertumbuhan mikroorganisme di lokasi
aplikasi.

2.3 MENJELASKAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KERJA OBAT

1. Dosis Obat
Jumlah obat yang diberikan dapat memengaruhi efeknya. Dosis yang terlalu
rendah mungkin tidak mencapai efek terapeutik, sementara dosis yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan efek samping atau toksisitas.

2. Jalur Pemberian
Cara obat diadminisrasi, seperti oral, intravena, atau topikal, mempengaruhi
kecepatan dan tingkat penyerapan obat dalam tubuh.

13
3. Mekanisme Aksi
Setiap obat memiliki mekanisme aksi khusus yang menentukan bagaimana
obat berinteraksi dengan target biologis dalam tubuh untuk mencapai
efeknya.

4. Interaksi Obat
Bila obat dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, interaksi antara obat
dapat memengaruhi cara kerja masing-masing obat, baik meningkatkan atau
mengurangi efeknya.

5. Metabolisme dan Eliminasi


Proses metabolisme obat di dalam tubuh dan eliminasi melalui hati dan
ginjal dapat memengaruhi durasi dan intensitas efek obat.

6. Keadaan Kesehatan Pasien


Kondisi kesehatan pasien, termasuk fungsi organ-organ vital seperti hati
dan ginjal, dapat mempengaruhi respons terhadap obat.

7. Faktor Genetik
Perbedaan genetik antar individu dapat memengaruhi respons terhadap
obat, termasuk kemungkinan efek samping atau ketidakresponsan terhadap
suatu obat.

8. Umur dan Jenis Kelamin


Faktor-faktor ini juga dapat memengaruhi respons terhadap obat, karena
metabolisme dan distribusi obat dapat berbeda pada berbagai kelompok usia
dan jenis kelamin.

14
2.4 MENJELASKAN TEKNIK PEMBERIAN OBAT
DENGAN EFEK KERJA OBAT

1.Oral

Rute oral, merupakan salah satu cara pemakaian obat melalui mulut
dan akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan. Rute
oral bertujuan untuk terapi dan memberikan efek sistemik yang
dikehendaki. Rute oral merupakan cara mengkonsumsi obat yang
dinilai paling mudah dan menyenangkan, murah serta umumnya
paling aman.

Kekurangan dari rute pemberian obat secara oral adalah:


bioavailibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, iritasi
pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak dapat
diberikan pada penderita koma), timbul efek lambat, tidak bermanfaat
untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar, tidak kooperatif;
untuk obat iritatif rasa tidak enak penggunaannya terbatas, obat yang
inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin
G, insulin), absorpsi obat tidak teratur.

Bentuk sediaan obat oral, antara lain, tablet, kapsul, obat hisap, sirup
dan tetesan. Salah satu cara pemberian obat oral yaitu melalui sub
lingual dan bukkal, yang merupakan cara pemberiannya ditaruh
dibawah lidah dan pipi bagian dalam.

 Efek sistemik dapat diperoleh dengan rute pemberian:


1. Oral melalui saluran gastrointestinal atau rectal
2. Parenteral dengan cara intravena, intra muskular, subkutan
3. inhalasi langsung kedalam paru-paru

 Sedangkan efek lokal dapat diperoleh dengan rute pemberian:


1. Intaokular (oculer), Intranasal (nasalis), Aural (auris) dengan
jalan diteteskan
2. Intrarespiratoral, berupa gas yang masuk ke paru-paru, seperti
inhalasi, tetapi beda mekanisme
3. Rektal, Uretral dan Vaginal dengan jalan dimasukkan.
15
2.Parental

Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam


jaringan tubuh, obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa
melalui usus/ saluran pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah.
Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat
langsung menuju sasaran. Rute parenteral biasanya digunakan untuk obat
yang absorbsinya buruk melalui slauran cerna. Pemberian parenteral juga
digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan
yang memerlukan kerja obat yang cepat.

Kelebihan dari rute obat yang diberikan secara parenteral adalah:


1. bisa untuk pasien yang tidak sadar
2. sering muntah dan tidak kooperatif
3. tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung
4. dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja
cepat dan dosis ekonomis.

Sedangkan kekurangan dari rute obat yang diberikan secara parenteral


adalah:
1. kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa
dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan
2. tidak disukai pasien
3. berbahaya (suntikan-infeksi).

3.Topikal

Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian
obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal
ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau
menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh: lotion). Pemberian obat

16
topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak
obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topikal
pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan
luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan
aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuan lama pemakaian obat,
penetrasi obat topikal pada kulit.

Keuntungan pemberian obat secara topikal adalah:

1) Untuk efek lokal : efek samping sistemik minimal, Mencegah first pass efect

2) Untuk sistemik menyerupai IV infus (zero order)

Sedangkan kerugian dari obat yang diberikan secara topikal adalah secara
kosmetik kurang menarik.

2.5 MENJELASKAN EFEK SAMPING OBAT

 Efek Samping yang Dapat Diprediksi

1. Reaksi yang Terkait dengan Dosis (Dose-Dependent):


Efek samping yang berkaitan dengan dosis, seperti reaksi toksik pada
organ tertentu, biasanya dapat di perkirakan. Contohnya, risiko
toksisitas hati pada dosis tinggi parasetamol.

2. Reaksi Alergi yang Dikenal


Beberapa orang memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu, dan
efek samping alergi dapat diprediksi berdasarkan riwayat tersebut.
Misalnya, ruam kulit atau sesak napas setelah pemberian antibiotik.

3. Efek Samping yang Sering Dilaporkan


Beberapa efek samping umum yang sering dilaporkan dapat
diidentifikasi dan dijelaskan pada informasi obat yang disediakan oleh
produsen atau petunjuk dokter.

17
 Efek Samping yang Tidak Dapat Diprediksi

1. Reaksi Alergi yang Tidak Terduga


Meskipun ada riwayat alergi, reaksi alergi yang parah atau tidak
terduga terhadap obat masih dapat terjadi pada beberapa individu.

2. Reaksi Idiosinkratik
Beberapa efek samping bersifat idiosinkratik, yang berarti tidak dapat
diprediksi berdasarkan dosis atau faktor-faktor lainnya. Ini termasuk
reaksi tubuh yang tidak umum terhadap suatu obat.

3. Interaksi Obat yang Tidak Diketahui


Interaksi antar obat atau obat dengan makanan atau minuman tertentu
kadang-kadang sulit diprediksi, dan dapat menyebabkan efek samping
yang tidak diharapkan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Farmakokinetik adalah nasib obat di dalam tubuh sedangkan
farmakodinamik adalah nasib tubuh terhadap obat.
Proses pada farmakokinetik ada ADME, yang berarti adanya proses
Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi. Namun tidak semua obat
melalui proses ini secara lengkap, ada yang hanya sebagian dan salah
satunya saja sesuai yang sudah dijelaskan diatas.
Sifat kerja obat dibagi menjadi dua, yaitu sifat kerja obat Sistemik
dan sifat kerja Obat local yang memiliki efek yang berbeda pada tubuh
manusia, baik efek terpeutik maupun efek toksisitas yang dirasakan
oleh tubuh dan berhubungan dengan teknik pemberian obatnya.
integrasi pemahaman farmakokinetik dan farmakodinamik, bersama
dengan penggunaan bentuk dan sifat kerja obat yang tepat, penting
untuk mencapai penggunaan obat yang efektif, aman, dan sesuai
dengan kebutuhan spesifik pasien. Hal ini menegaskan perlunya
pendekatan holistik dalam pengobatan, di mana pengetahuan
mendalam tentang bagaimana tubuh memproses dan merespons obat
menjadi kunci untuk memberikan perawatan kesehatan yang optimal.
3.2 SARAN
Dengan diberikannya pembahasan tentang modul Biomedik 2
Skenario 4 ini penulis berharap bahwasannya pembaca dapat
memahami tentang farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Disini
penulis juga membahas bentuk bentuk obat, sifat kerja obat dan
hubungan pemberian teknik obat dengan sifat kerja obat pada tubuh
manusia. sehingga dapat berguna dalam menambah wawasan.

Penyusun sudah berusaha menyusun materi nya semaksimal


mungkin tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan dalam
penyusunan materi yang dibahas. Penyusun juga berharap agar
makalah ini dapat memberi manfaat dalam Pembelajaran.

19
REFERENSI
ADAM M.RAMADHAN,S.FARM.,M.SC.,APT. Modul ajar Farmakokinetika

Anief, Moh. (2021). Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuryanti,Bahan ajar rekam medis dan infromasi kesehatan


(RMIK),Farmakologi.

20

Anda mungkin juga menyukai