Anda di halaman 1dari 12

1

REKAYASA IDE

FARMAKOLOGI KEBIDANAN ( Bd.6.210 )

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT

Dosen Pengampu : Retno Wahyuni, M.Tr.,Keb

Ketua : Selfi Indah Saputri (1919002043)

1. Dira Lestari (1919002006)


2. Feradvent Sitanggang (1919002014)
3. Frafti Suwawi (1919002015)
4. Hotna Rohdearni Saragih (1919002017)
5. Iis Afipah Lestari (1919002018)
6. Intan Carnelita Jambak (1919002019)
7. Janatun Nisak (1919002020)
8. Julia (1919002021)
9. Kornelia Bedna Situmorang (1919002022)
10. Kristina Raja Guk-Guk (19190020)
11. Maina Sari (19190020)
12. Mirna aprilia (1919002030)
13. Nur Aini (1919002036)
14. Rosalina (1919002041)
15. Salda May Tantri (1919002042)
16. Siva Rivana (1919002045)
17. Suriani (1919002046)
18. Villiya Gusti Randa (1919002048)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MITRA HUSADA MEDAN

T.A 2019/2020
2

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide yang berjudul ”Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Khasiat Obat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah “Farmakologi Kebidanan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Khasiat Obat bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Retno Wahyuni,S.Tr.Keb,.M.Tr.Keb selaku


dosen mata kuliah “Mikrobiologi dan Parasitologi” yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah wawasan sesuai dengan mata kuliah yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 8 April 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI......................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................

a. Latar Belakang.............................................................
b. Rumusan Masalah........................................................
c. Tujuan..........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................

2.1......................Faktor faktor yang mempengaruhi khasiat obatt


2.1.1. Pengaruh umum…………………………………
2.1.2. Pengaruh factor genetic…………………………
2.1.3. Reaksi idiosinkrasi………………………………
2.1.4. Interaksi obat……………………………………

BAB III :PENUTUP


3.1. Kesimpulan………………………………...………………
3.2. Saran……………….………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
4

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Prinsip dasar pengobatan adalah menghilangkan gejala dan juga menyembuhkan


penyakit serta jika mungkin mencegah timbulnya penyakit. Dalam prinsip dasar ini tercakup
pula ketentuan bahwa manfaat klinik obat yang diberikan harus melebihi risiko yang
mungkin terjadi sehubungan dengan pemakaiannya. Untuk dapat menilai secara objektif
kemanfaatan dan keamanan suatu obat diperlukan pengetahuan mengenai metodologi uji
klinik, yaitu suatu perangkat metodologi ilmiah untuk menilai kemanfaatan klinik suatu obat
atau perlakuan (intervensi) terapetik tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat
memberikan pengaruh yang tidak dikehendaki (adverse effect) baik individual maupun
populasi.
Dalam topik ini akan dibahas latar belakang, tujuan, tahap-tahap uji klinik dan
komponen-komponen yang tercakup dalam penelitian/uji klinik. Dengan menguasai materi
topik ini, mahasiswa akan memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menilai secara kritis
kemanfaatan dan keamanan suatu obat baru.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan
gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh untuk itu obat sangat diperlukan. Terkadang
Obat tidak selamanya baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu
obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.
1.1. RUMUSAN MASALAH

1. Faktor factor apa saja yang mempengaruhi khasiat obat?


2. Apa yang dimasud dengan reaksi idiosinkrasi ?
3. Bagaimana mekanisme reaksi idiosinkosi ?

1.2. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui factor factor yang mempengaruhi khasiat obat serta mengetahui
apa yang dimaksud dengn reaksi idiosinkrosi
5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT


2.1.1. PENGARUH UMUM

 Kondisi fisiologik (neonatus, anak, geriatri, ibu hamil dan menyusui)-


Perbedaan respon obat (pola absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi)-
Dosis anak dihitung dgn rumus berdasar berat badan atau luas permukaan.-
Cara pemberian.

 Kondisi patologik (terkait penyakit tertentu yg diderita pasien).Dipengaruhi


oleh penyakit pada organ-organ tertentu terutama yang melaksanakan fungsi
farmakokinetik tubuh yakni saluran cerna, kardiovaskuler,hati dan ginjal.
2.1.2. PENGARUH FAKTOR GENETIK
Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan
beranekaragam (bervariasi) dari orang ke orang. Keanekaragaman ini dipengaruhi
oleh berbagai penyebab baik yang berasal dari obat maupun dari individu yang
bersangkutan. Penyebab yang berasal dari individupun dapat bermacam-macam,
misalnya penyakit yang diderita, umur, status gizi, diit, faktor genetika, dan lain-
lain. Farmakogenetika merupakan salah satu bidang dalam farmakologi klinik
yang mempelajari keanekaragaman pengaruh (respons) obat yang dipengaruhi
atau disebabkan oleh karena faktor genetik. Atau dengan kata lain merupakan
studi mengenai pengaruh genetik terhadap respons obat. Kepentingan dari studi
farmakogenetika ini yang paling utama sebenarnya adalah untuk mengetahui atau
mengenali individu-individu tertentu dalam populasi, yang dikarenakan adanya
ciri-ciri genetik tertentu, akan bereaksi atau mendapatkan pengaruh obat yang
tidak sewajarnya dibandingkan anggota populasi lain pada umumnya.Sehingga
dengan demikian dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan agar pengaruh buruk
yang tidak dikehendaki tidak sampai terjadi, misalnya dengan menyesuaikan
besar dosis atau dengan menghindari pemakaian obat tertentu pada individu
tertentu.
Sayangnya, tidak selamanya pedoman ini dapat diterapkan secara praktis
dalam praktek klinis sehari-hari. Hal ini karena :· Teknik untuk mendiagnosis atau
mengenali ciri-ciri genetik tersebut tidak selalu secara praktis dapat dikerjakan
dalam praktek sehari-hari.· Beberapa bentuk efek samping yang tidak
dikehendaki, termasuk bentuk-bentuk yang berat sekalipun merupakan reaksi
abnormal individu yang bersifat idiosinkratik yang juga tidak diketahui secara
pasti faktor apa yang mempengaruhi.· Bentuk-bentuk keanekaragaman (variasi)
6

pengaruh obat yang disebabkan faktor genetik, walaupun banyak yang sudah
diketahui, tetapi masih banyak juga yang belum diungkapkan sehingga selalu
diperlukan penelitian-penelitian farmakogenetik untuk mengungkapkannya.Studi
farmakogenetik juga berguna untuk mempelajari adanya perbedaan antar
kelompok etnik dalam hal pengaruh atau respons terhadap obat, yang
kemungkinan karena adanya perbedaan dalam frekuensi gena yang ada dalam
populasi dari masing-masing kelompok etnik tersebut. Sebagai contoh yang
menarik adalah perbedaanantar kelompok etnik dalam metabolisme (asetilasi)
obat-obat tertentu seperti isoniazid,dapson, sulfadimidin, prokainamid, dan
hidralazin. Dalam hal kemampuan asetilasi obat-obat ini maka individu-individu
dalam populasi akan terbagi secara tegas menjadifenotipe asetilator cepat dan
asetilator lambat, dan sifat ini ditentukan oleh suatu genotosom, yakni sifat
asetilator cepat ditentukan oleh gen dominan otosom sedangkan sifatasetilator
lambat oleh gen resesif otosom. Yang menarik ternyata frekuensi asetilator ini
berbeda antar masing-masing kelompok etnik oleh karena adanya perbedaan
dalamfrekuensi gena asetilasi dalam populasi. Proporsi asetilator lambat pada
berbagai kelompok etnik bervariasi sebagai berikut:

 Eskimo : 5%

 Jepang : 10%

 Cina : 20%

 Melayu : 35%

 Indian-Amerika : 40%

 Ras Kaukasoid : 50%

 Ras Negroid : 50-101.

2.1.3. REAKSI IDIOSINKRASI


Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan
obat(drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah
penyalahgunaan obatmerujuk pada keadaan di mana obat digunakan secara
berlebihan tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-
salahan obat adalah merujuk pada penggunaaan obat secara tidak tepat, yang
biasanya disebabkan karena pengguna memang tidak tahu bagaimana penggunaan
obat yang benar. Pada tulisan ini hanya akandikaji mengenai penyalahgunaan obat
(drug abuse) saja.
Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat
yang disalahgunakan bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obat-
obat yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah
toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang menjadi
7

ketergantungan obat (drugdependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka


melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkandiri
lagi.Obat – obat yang sering disalahgunakan ;Ada tiga golongan obat yang paling
sering disalah-gunakan, yaitu :

 golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin

 golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan


gangguan tidur,contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin
(diazepam/valium,klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)

 golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin,


amfetamin, dll.
Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan
ketergantungan ataukecanduan.
Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan
memanfaatkan efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi yang resmi
dituliskan. Beberapa contohdiantaranya adalah :

 Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak


peptik/gangguan lambung, sering dipakai untuk menggugurkan kandungan
karena bersifat memicu kontraksi rahim.

 Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk


profilaksis asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-
anak.

 Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks komersial
untuk mendukung pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle
relaxant, yang digunakan untuk melemaskan ketegangan otot. Laporan menarik
ini datang dari Denpasar dari seorang sejawat. Menurut informasi, dokter kerap
meresepkan Somadryl, dan yang menebusnya di apotek adalah “germo”nya,
dan ditujukan untuk para PSK agar lebih kuat“bekerja”.

 ALASAN PENYALAHGUNAAN OBAT


Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat, antara lain:
1. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan,
insomnia,dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan
obat secara legaldengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut
menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin
meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan
meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Selanjutnya, merekaakan mengalami gejala putus obat jika pengobatan
8

dihentikan, mereka akanmenjadi kecanduan atau ketergantungan terhadap


obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut
dengan segala cara.
2. Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional.
Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang
jelas,hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat
diperolehdari obat tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan
penyalahgunaan substance yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan,
seperti kokain, heroin,ecstassy, alkohol, dll.
3. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping
sepertiyang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu,
hanya mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat
yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga
mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.
Pada orang-orang yang memulai penggunaan obat karena ada gangguan
medis/psikis sebelumnya, penyalahgunaan obat terutama untuk obat-obat
psikotropika, dapat berangkat dari terjadinya toleransi dan akhirnya
ketergantungan.
Menurut konsep neurobiologi, istilah ketergantungan(dependence) lebih
mengacu kepada ketergantungan fisik, sedangkan untuk ketergantungan secara
psikis istilahnya adalah ketagihan (addiction).
Pada bagian ini akan dipaparkan secara singkat tentang toleransi
obat.Toleransi obat sendiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : toleransi
farmakokinetik, toleransi farmakodinamik, dan toleransi yang dipelajari
(learnedtolerance).Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau
metabolism suatu obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang
diberikan menghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan
dengan dosis yang sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme yang paling
umum adalah peningkatan kecepatan metabolisme obat tersebut. Contohnya adalah
obat golongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim sitokrom P450 yang
memetabolisir obat, sehingga metabolisme/degradasinya sendiri ditingkatkan.
Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin
meningkatuntuk mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek
terapetik yangsama. Sebagai tambahan infromasi, penggunaan barbiturate dengan
obat lain jugaakan meningkatkan metabolisme obat lain yang digunakan bersama,
sehinggamembutuhkan dosis yang meningkat pula
Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadidi
dalam system tubuh yang dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuh terhadap
obat berkurang pada pemberian berulang. Hal ini misalnya terjadi pada
penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam tubuh
mengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada
pemberian berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama.Toleransi yang
9

dipelajari artinya pengurangan efek obat dengan mekanisme yangdiperoleh karena


adanya pengalaman terakhir.
Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkan
ketergantungan fisik, di mana tubuh telah beradaptasi dengan adanya obat, dan
akan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal symptom) jika penggunaan obat
dihentikan. Ketergantungan obat tidak selalu berkaitan dengan obat-obat
psikotropika, namun dapat juga terjadi pada obat-obat non-psikotropika, seperti
obat-obat simpatomimetik dan golongan vasodilator nitrat.Di sisi lain, adiksi atau
ketagihan obat ditandai dengan adanya dorongan,keinginan untuk menggunakan
obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-obat yang bersifat adiktif
umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuatdan reward, yang membuat
orang ingin menggunakan dan menggunakan obatlagi. Adiksi obat lama kelamaan
akan membawa orang pada ketergantungan fisik juga.
 MEKANISME TERJADINYA ADIKSI
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward
pada manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang
menghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa
menyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa
berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuatorang
merasakan senang ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasaldari
obat-obatan. Pengaturan perasaan dan perilaku ini ada pada jalur tertentu diotak,
yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang didorong oleh rewardalami
ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankankehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut :ventral
tegmental area (VTA), nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTAterhubung
dengan nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur rewardini yang
akan mengirim informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung
neurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan
prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu
pelepasan dopamin, yang kemudian akan bekerja pada system reward.Obat-obat
yang dikenal menyebabkan adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja
menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerjameningkatkan
pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-nya,sehingga
menyebabkan kadar dopamin meningkat.
 MEKANISME ADIKSI OBAT-OBAT GOLONGAN OPIAT
Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbensdan
cortex), dan juga pada pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus,
brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang menggunakan obat-obat
golonganopiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat
reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat
akanmemberikan efek analgesia, sedangkan pada jalur reward akan memberikan
reinforcement positif (rasa senang, euphoria), yang menyebabkan orang ingin
10

menggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya di
nucleusaccumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat dalam
system reward.
2.1.4. INTERAKSI OBAT
Takaran obat resep harus cukup tinggi untuk menyerang penyakit yang
bersangkutan, tetapi cukup rendah agar terhindar munculnya efek samping yang
berat.Perubahan besar pada jumlah suatu obat dalam aliran darah kita dapat
disebabkan olehobat lain, baik yang diresepi maupun yang tidak, atau pun
narkoba, jamu, atau bahkanmakanan.Interaksi obat sangat umum. Ada beberapa
alasan:
1. Dokter mungkin tidak mengetahui ada interaksi dengan obat yang diresepi.
2. Mungkin ada beberapa dokter yang meresepkan obat untuk satu pasien.
3. Pasien yang semakin tua mempunyai beberapa masalah kesehatan dan
memakaisemakin banyak jenis obat.
4. Interaksi obat mungkin belum diketahui sebagai penyebab hasil pengobatan
yang tidak
5. Dokter mungkin tidak mengetahui semua jenis obat dan suplemen yang
dipakai oleh pasien.
Interaksi obat yang paling umum melibatkan hati. Beberapa obat dapatmemperlambat
atau mempercepat proses enzim hati. Ini dapat mengakibatkan perubahan besar pada
tingkat obat lain dalam aliran darah yang memakai enzim yang sama.Beberapa obat
memperlambat proses ginjal. Ini meningkatkan tingkat bahan kimia yang biasanya
dikeluarkan oleh ginjal.
11

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam indikasi
pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan
dengan cara yang salah.

3.2 SARAN
Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak
baik jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian
bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus
melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah
yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
12

DAFTAR PUSTAKA

https://panggayuh.files.wordpress.com/2015/03/faktor-yang-mempengaruhi-khasiat-obat.pdf
http://www.pendekarilusi.com/wp-content/uploads/2016/02/Rute-Pemberian-Obat.pdf
Clinical pharmacokinetic equation and calculation. McGraw-Hill. 2008. Available at:
HTTP/URL/HYPERLINK: www. mhprofessional.com

Anda mungkin juga menyukai