Anda di halaman 1dari 31

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT DAN PENGELOLAAN OBAT

FARMAKOLOGI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT DAN

PENGELOLAAN OBAT

disusun oleh:

NURHASANAH ADJA

UNIK BAAAAA

2023 SAMPE TIDAK DIKETAHUI


KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum. Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT DAN PENGOLAHAN OBAT” Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi dan pembelajaran kepada kita semua. Kami menyadari bahwa
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita. Amin.

Wassalamuallaikum. Wr. Wb.

Pengadang, 6 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………..………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah………………………….…………………..1

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 faktor faktor yang mempengaruhi khasiat obat…………….………1

2.1.2 pengaruh umum……………………………………………..…….…2

2.1.3 pengaruh faltor genetic……………………………………………….3

2.1.4 reaksi idiosinkrosi………………………………………………………7

2.1.5 interaksi obat……………………………………………………………..8

2.2 pengelolaan obat

2.2.1 cara pemberian obat………………………………………………….10


2.2.2 cara penyimpanan obat……………………………………………..12

2.2.3 prosedur tetap obat……………………………………………………13

2.2.4 pencatatan dan pelaporan obat……………………………………16

2.2.5 macam macam obat yang lazim digunakan dalam pelayanan


kebidanan…………………………………………………………20

BAB III :PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………..………………..…….12

3.2 Saran………………………………………………………………….…12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Prinsip dasar pengobatan adalah menghilangkan gejala dan juga menyembuhkan penyakitserta jika
mungkinmencegah timbulnya penyakit.Dalam prinsip dasar ini tercakup pula ketentuan bahwa manfaat
klinik obat yang diberikan harus melebihi risiko yang mungkin terjadi sehubungan dengan
pemakaiannya.Untuk dapat menilai secara objektif kemanfaatan dan keamanan suatu obat diperlukan
pengetahuan mengenai metodologi uji klinik, yaitu suatu perangkat metodologi ilmiah untuk menilai
kemanfaatan klinik suatu obat atau perlakuan (intervensi) terapetik tertentu dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh yang tidak dikehendaki (adverse effect) baik individual
maupun populasi.

Dalam topik ini akan dibahas latar belakang, tujuan, tahap-tahap uji klinik dan komponen-komponen
yang tercakup dalam penelitian/uji klinik. Dengan menguasai materi topik ini, mahasiswa akan
memperoleh informasi yang bermanfaat untuk menilai secara kritis kemanfaatan dan keamanan suatu
obat baru.

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau
mengubah proses kimia dalam tubuh.untuk itu obat sangat diperlukan. Terkadang Obat tidak selamanya
baik, kadang obat justru berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.
BAB II
PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KHASIAT OBAT


1.1. PENGARUH UMUM

1.1.1 Kondisi fisiologik (neonatus, anak, geriatri, ibu hamil dan menyusui)- Perbedaan respon obat (pola
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi)- Dosis anak dihitung dgn rumus berdasar berat badan
atau luas permukaan.- Cara pemberian.

1.1.3 Kondisi patologik (terkait penyakit tertentu yg diderita pasien).Dipengaruhi oleh penyakit pada
organ-organ tertentu terutama yangmelaksanakan fungsi farmakokinetik tubuh yakni saluran cerna,
kardiovaskuler,hati dan ginjal.

1.2. FAKTOR GENETIK

Pengaruh obat yang terjadi dari pemberian obat pada manusia akan beranekaragam (bervariasi) dari
orang ke orang.Keanekaragaman ini dipengaruhi oleh berbagai penyebab baik yang berasal dari
obatmaupun dari individu yang bersangkutan. Penyebab yang berasal dari individupun dapat
bermacam-macam, misalnya penyakit yang diderita, umur, status gizi, diit, faktor genetika, dan lain-lain.
Farmakogenetika merupakan salah satu bidang dalamfarmakologi klinik yang mempelajari
keanekaragaman pengaruh (respons) obat yangdipengaruhi atau disebabkan oleh karena faktor genetik.
Atau dengan kata lainmerupakan studi mengenai pengaruh genetik terhadap respons obat.Kepentingan
dari studi farmakogenetika ini yang paling utama sebenarnya adalahuntuk mengetahui atau mengenali
individu-individu tertentu dalam populasi, yangdikarenakan adanya ciri-ciri genetik tertentu, akan
bereaksi atau mendapatkan pengaruhobat yang tidak sewajarnya dibandingkan anggota populasi lain
pada umumnya.Sehingga dengan demikian dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan agar pengaruh
buruk yang tidak dikehendaki tidak sampai terjadi, misalnya dengan menyesuaikan besar dosis atau
dengan menghindari pemakaian obat tertentu pada individu tertentu.

Sayangnya, tidak selamanya pedoman ini dapat diterapkan secara praktis dalam praktek klinis sehari-
hari. Hal ini karena :· Teknik untuk mendiagnosis atau mengenali ciri-ciri genetik tersebut tidak selalu
secara praktis dapat dikerjakan dalam praktek sehari-hari.· Beberapa bentuk efek samping yang tidak
dikehendaki, termasuk bentuk-bentuk yang berat sekalipun merupakan reaksi abnormal individu yang
bersifat idiosinkratik yang jugatidak diketahui secara pasti faktor apa yang mempengaruhi.· Bentuk-
bentuk keanekaragaman (variasi) pengaruh obat yang disebabkan faktor genetik, walaupun banyak yang
sudah diketahui, tetapi masih banyak juga yang belumdiungkapkan sehingga selalu diperlukan
penelitianpenelitian farmakogenetik untuk mengungkapkannya.Studi farmakogenetik juga berguna
untuk mempelajari adanya perbedaan antar kelompok etnik dalam hal pengaruh atau respons terhadap
obat, yang kemungkinankarena adanya perbedaan dalam frekuensi gena yang ada dalam populasi dari
masing-masing kelompok etnik tersebut. Sebagai contoh yang menarik adalah perbedaanantar
kelompok etnik dalam metabolisme (asetilasi) obat-obat tertentu seperti isoniazid,dapson, sulfadimidin,
prokainamid, dan hidralazin. Dalam hal kemampuan asetilasi obat-obat ini maka individu-individu dalam
populasi akan terbagi secara tegas menjadifenotipe asetilator cepat dan asetilator lambat, dan sifat ini
ditentukan oleh suatu genotosom, yakni sifat asetilator cepat ditentukan oleh gen dominan otosom
sedangkan sifatasetilator lambat oleh gen resesif otosom. Yang menarik ternyata frekuensi asetilator ini
berbeda antar masing-masing kelompok etnik oleh karena adanya perbedaan dalamfrekuensi gena
asetilasi dalam populasi. Proporsi asetilator lambat pada berbagaikelompok etnik bervariasi sebagai
berikut:

Eskimo : 5%
Jepang : 10%
Cina : 20%
Melayu : 35%
Indian-Amerika : 40%
Ras Kaukasoid : 50%
Ras Negroid : 50-101.
1.3. REAKSI IDIOSIKROSI

Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan obat(drug abuse) dan
penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah penyalahgunaan obatmerujuk pada keadaan di mana obat
digunakan secara berlebihan tanpa tujuan medis atauindikasi tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-
salahan obat adalah merujuk pada penggunaaan obat secara tidak tepat, yang biasanya disebabkan
karena penggunamemang tidak tahu bagaimana penggunaan obat yang benar. Pada tulisan ini hanya
akandikaji mengenai penyalahgunaan obat (drug abuse) saja.
Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat yangdisalahgunakan bukan
saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obat-obat yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat
ini terkait erat dengan masalah toleransi, adiksiatau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang
menjadi ketergantungan obat (drugdependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka melakukan
kesalahan, namunmereka sudah tidak dapat menghindarkandiri lagi.Obat – obat yang sering
disalahgunakan ;Ada tiga golongan obat yang paling sering disalah-gunakan, yaitu :
golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin
golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan gangguan tidur,contohnya
barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin (diazepam/valium,klordiazepoksid, klonazepam,
alprazolam, dll)
golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin, amfetamin, dll.

Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan ketergantungan ataukecanduan.

Selain itu, ada pula golongan obat lain yang digunakan dengan memanfaatkanefek sampingnya, bukan
berdasarkan indikasi yang resmi dituliskan. Beberapa contohdiantaranya adalah :

Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah tukak peptik/gangguan lambung,
sering dipakai untuk menggugurkan kandungan karena bersifat memicu kontraksi rahim.
Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan untuk profilaksis asma, sering
diresepkan untuk meningkatkan nafsu makan anak-anak.
Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks komersial untuk mendukung
pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol, suatu muscle relaxant, yangdigunakan untuk melemaskan
ketegangan otot. Laporan menarik ini datang dari Denpasar dari seorang sejawat. Menurut informasi,
dokter kerap meresepkan Somadryl, dan yang menebusnya di apotek adalah “germo”nya, dan ditujukan
untuk para PSK agar lebih kuat“bekerja”.

1.3.1 alasan penyalahgunaan obat

Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat, antara lain:


seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan, insomnia,dll, yang memang
membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara legaldengan resep dokter. Namun
selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkantoleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin
meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan
penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, merekaakan mengalami
gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akanmenjadi kecanduan atau ketergantungan
terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan
segala cara.
seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional.Artinya, sejak awal
penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas,hanya untuk memperoleh efek-efek
menyenangkan yang mungkin dapat diperolehdari obat tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya
dengan penyalahgunaansubstance yang lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain,
heroin,ecstassy, alkohol, dll.
seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping sepertiyang telah disebutkan di
atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanyamengikuti saja apa yang diresepkan dokter.
Obatnya bukan obat-obat yang dapatmenyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga
mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.
Pada orang-orang yang memulai penggunaan obat karena ada gangguanmedis/psikis sebelumnya,
penyalahgunaan obat terutama untuk obat-obat psikotropika, dapat berangkat dari terjadinya toleransi
dan akhirnyaketergantungan.
Menurut konsep neurobiologi, istilah ketergantungan(dependence) lebih mengacu kepada
ketergantungan fisik, sedangkan untuk ketergantungan secara psikis istilahnya adalah ketagihan
(addiction).
Pada bagian ini akan dipaparkan secara singkat tentang toleransi obat.Toleransi obat sendiri dapat
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : toleransifarmakokinetik, toleransi farmakodinamik, dan toleransi yang
dipelajari (learnedtolerance).Toleransi farmakokinetika adalah perubahan distribusi atau
metabolismesuatu obat setelah pemberian berulang, yang membuat dosis obat yang
diberikanmenghasilkan kadar dalam darah yang semakin berkurang dibandingkan dengandosis yang
sama pada pemberian pertama kali. Mekanisme yang paling umumadalah peningkatan kecepatan
metabolisme obat tersebut. Contohnya adalah obatgolongan barbiturat. Ia menstimulasi produksi enzim
sitokrom P450 yangmemetabolisir obat, sehingga metabolisme/degradasinya sendiri
ditingkatkan.Karenanya, seseorang akan membutuhkan dosis obat yang semakin meningkatuntuk
mendapatkan kadar obat yang sama dalam darah atau efek terapetik yangsama. Sebagai tambahan
infromasi, penggunaan barbiturate dengan obat lain jugaakan meningkatkan metabolisme obat lain
yang digunakan bersama, sehinggamembutuhkan dosis yang meningkat pula
Toleransi farmakodinamika merujuk pada perubahan adaptif yang terjadidi dalam system tubuh yang
dipengaruhi oleh obat, sehingga respons tubuhterhadap obat berkurang pada pemberian berulang. Hal
ini misalnya terjadi pada penggunaan obat golongan benzodiazepine, di mana reseptor obat dalam
tubuhmengalami desensitisasi, sehingga memerlukan dosis yang makin meningkat pada pemberian
berulang untuk mencapai efek terapetik yang sama.Toleransi yang dipelajari artinya pengurangan efek
obat dengan mekanisme yangdiperoleh karena adanya pengalaman terakhir.
Kebutuhan dosis obat yang makin meningkat dapat menyebabkanketergantungan fisik, di mana tubuh
telah beradaptasi dengan adanya obat, danakan menunjukkan gejala putus obat (withdrawal symptom)
jika penggunaan obatdihentikan. Ketergantungan obat tidak selalu berkaitan dengan obat-obat
psikotropika, namun dapat juga terjadi pada obat-obat non-psikotropika, sepertiobat-obat
simpatomimetik dan golongan vasodilator nitrat.Di sisi lain, adiksi atau ketagihan obat ditandai dengan
adanya dorongan,keinginan untuk menggunakan obat walaupun tahu konsekuensi negatifnya. Obat-
obat yang bersifat adiktif umumnya menghasilkan perasaan euphoria yang kuatdan reward, yang
membuat orang ingin menggunakan dan menggunakan obatlagi. Adiksi obat lama kelamaan akan
membawa orang pada ketergantungan fisik juga.
1.3.2 mekanisme terjadinya adiksi
Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah systemreward pada manusia. Manusia,
umumnya akan suka mengulangi perilaku yangmenghasilkan sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang
menyebabkan rasamenyenangkan tadi dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa
berasal secara alami, seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuatorang merasakan senang
ketika makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasaldari obat-obatan. Pengaturan perasaan dan
perilaku ini ada pada jalur tertentu diotak, yang disebut reward pathway. Perilaku-perilaku yang
didorong oleh rewardalami ini dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk survived (mempertahankan
kehidupan).
Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut :ventral tegmental area (VTA),
nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTAterhubung dengan nucleus accumbens dan prefrontal
cortex melalui jalur rewardini yang akan mengirim informasi melalui saraf. Saraf di VTA
mengandungneurotransmitter dopamin, yang akan dilepaskan menuju nucleus accumbens dan
prefrontal cortex. Jalur reward ini akan teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin,
yang kemudian akan bekerja pada system reward.Obat-obat yang dikenal menyebabkan
adiksi/ketagihan seperti kokain, misalnya, bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan
amfetamin, bekerjameningkatkan pelepasan dopamin dari saraf dan menghambat re-uptake-
nya,sehingga menyebabkan kadar dopamin meningkat.

1.3.3 Mekanisme adiksi obat-obat golongan opiat


Reseptor opiat terdapat sekitar reward pathway (VTA, nucleus accumbensdan cortex), dan juga pada
pain pathway (jalur nyeri) yang meliputi thalamus, brainstem, dan spinal cord. Ketika seseorang
menggunakan obat-obat golonganopiat seperti morfin, heroin, kodein, dll, maka obat akan mengikat
reseptornya di jalur reward, dan juga jalur nyeri. Pada jalur nyeri, obat-obat opiat akanmemberikan efek
analgesia, sedangkan pada jalur reward akan memberikanreinforcement positif (rasa senang, euphoria),
yang menyebabkan orang inginmenggunakan lagi. Hal ini karena ikatan obat opiat dengan reseptornya
di nucleusaccumbens akan menyebabkan pelepasan dopamin yang terlibat dalam system reward.
1.4 INTERAKSI OBAT

Takaran obat resep harus cukup tinggi untuk menyerang penyakit yang bersangkutan, tetapi cukup
rendah agar terhindar munculnya efek samping yang berat.Perubahan besar pada jumlah suatu obat
dalam aliran darah kita dapat disebabkan olehobat lain, baik yang diresepi maupun yang tidak, atau pun
narkoba, jamu, atau bahkanmakanan.Interaksi obat sangat umum. Ada beberapa alasan:

- Dokter mungkin tidak mengetahui ada interaksi dengan obat yang diresepi.
- Mungkin ada beberapa dokter yang meresepkan obat untuk satu pasien.
- Pasien yang semakin tua mempunyai beberapa masalah kesehatan dan memakaisemakin
banyak jenis obat.
- Interaksi obat mungkin belum diketahui sebagai penyebab hasil pengobatan yang tidak
- Dokter mungkin tidak mengetahui semua jenis obat dan suplemen yang dipakai oleh pasien.
Interaksi obat yang paling umum melibatkan hati. Beberapa obat dapat memperlambat atau
mempercepat proses enzim hati. Ini dapat mengakibatkan perubahan besar pada tingkat obat lain
dalam aliran darah yang memakai enzim yang sama.Beberapa obat memperlambat proses ginjal. Ini
meningkatkan tingkat bahan kimia yang biasanya dikeluarkan oleh ginjal.

2.2 PENGELOLAAN OBAT


2.2.1 Cara Pemberian Obat
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun
obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat
harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman yang dikenal dengan prinsip enam
benar.
Dalam mengkonsumsi obat, ditemukan banyak cara yang dapat dilakukan tergantung delegasi dokter.
Berikut ini adalah beberapa cara pemberian obat :
Oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut. Untuk cara pemberian obat ini relatif aman, praktis
dan ekonomis. Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat,
tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai
jika rasanya pahit.
Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari pemberian obat
dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar
dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan
dengan cara inhalasi dalam bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-
paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
Rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja
obat serta bersifat lokal dan sistematik.
Pervaginam
Untuk obat ini bentuknya hampir sama atau menyerupai obat yang diberikan secara rektal, hanya saja
dimasukan ke dalam vagina.
Parenteral
Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar dapat
langsung menuju sasaran. Kelebihannya bisa untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak
kooperatif. Akan tetapi cara pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan
ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan.
Intravena (IV)
Tidak ada fase absorpsi dalam pemberian obat secara intravena karena obat langsung masuk ke dalam
vena, “onset of action” cepat, efisien, bioavailabilitas 100 %, baik untuk obat yang menyebabkan iritasi
kalau diberikan dengan cara lain, biasanya berupa infus kontinu untuk obat yang waktu-paruhnya
pendek (Joenoes, 2002).
Intramuskular (IM)
“Onset of action” pemberian obat secara intramusculer bervariasi, berupa larutan dalam air yang lebih
cepat diabsorpsi daripada obat berupa larutan dalam minyak, dan juga obat dalam sediaan suspensi,
kemudian memiliki kecepatan penyerapan obat yang sangat tergantung pada besar kecilnya partikel
yang tersuspensi: semakin kecil partikel, semakin cepat proses absorpsi (Joenoes, 2002).
Subkutan (SC)
“Onset of action” lebih cepat daripada sediaan suspensi, determinan dari kecepatan absorpsi ialah total
luas permukaan dimana terjadi penyerapan, menyebabkan konstriksi pembuluh darah lokal sehingga
difusi obat tertahan/diperlama, obat dapat dipercepat dengan menambahkan hyaluronidase, suatu
enzim yang memecah mukopolisakarida dari matriks jaringan (Joenoes, 2002).

Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk
kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan
pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Prinsip Enam Benar

a. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
b. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk
menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat
harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
c. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada
4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !
d. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,
sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi,oral, adalah rute pemberian yang paling umum
dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /
perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian
obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,
namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
e. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
f. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu
diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.2.2 cara penyimpanan obat

Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun siapa sangka, obat juga berpotensi mendatangkan
malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan tentang obat dan penggunaannya secara tepat dan aman,
anda akan terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Bahkan, anda juga akan lebih
banyak memetik manfaatnya, seperti halnya anda memetik manfaat dengan melakukan sarapan pagi.
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :

Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah
karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda.
Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara
2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang
lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi
basah / bentuknya rusak.
Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga terjadi peningkatan.
Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk keadaan-keadaan darurat tertentu atau
bagi orang-orang yang memang harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat
membutuhkan perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari karakteristiknya sehingga obat
tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efeknya.Berikut ini penyimpanan obat yang benar :
Perhatikan masa kadaluarsa
Kadaluwarsa atau expiation date, atau biasa disingkat ed, exp atau daluarsa adalah masa obat menjadi
tidak stabil atau tidak poten, sehingga obat yang telah melewati masa kadaluwarsa menjadi tidak
standar lagi untuk digunakan sebagai bahan pengobatan.
Periksa kemasan obat yang akan kita terima
Kemasan obat haruslah dalam kondisi tertutup atau tersegel baik, tidak rusak sehingga dapat dipastikan
stabilitas produk masih terjaga. Tanyakan kepada apoteker tentang informasi penting lainnya yang
terkait penggunaan dan penyimpanan obat tersebut. Setiap obat mengandung bahan obat, bahan
tambahan dan cara produksi yang berbeda sehingga informasi-informasi spesifik terkait obat perlu
ditanyakan kepada apoteker.
Perhatikanlah dosis dan aturan pakai yang tercantum di kemasan atau etiket.
Dosis dan aturan pakai biasanya dicantumkan pada kemasan obat atau dituliskan pada etiket. Jika dari
kemasan tersebut kurang jelas, bisa diuliskan sendiri sesuai dengan pemahaman dan bahasa anda
sendiri. Yang penting pada saat mengkonsumsi obat tersebut benar, jangan sampai karena salah tulis
dosis dan aturan pakai maka salah mengkonsumsi obat yang mengakibatkan salah dalam memberikan
terapi.
Simpan di tempat yang aman, namun mudah terlihat.
Hal ini untuk mempermudah dalam kita mengakses bila sewaktu-waktu terjadi kesakitan, maka orang
lain akan mudah mencarinya. Kadang anak-anak suka sesuatu yang bentuk sediaanya syrup atau
permen, ditakutkan obat yang bentuknya syrup atau tablet bersalut gula akan menarik anak untuk
mengkonsumsinya terus menerus. Khususnya obat-obat tersebut, sebaiknya tempat penyimpanannya
dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Akan lebih baik semua obat disimpan pada tempat yang
dipersiapkan dengan terkunci dan terawasi.
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup baik.
Untuk menghindari kekeliruan dalam mengkonsumsi obat, sebaiknya obat disimpan dalam wadah
aslinya atau bila membeli secara ecer minimal ditulis lengkap nama, dosis dan tanggal kadaluwarsanya.
Simpanlah obat pada tempat yang bersih, kering, terlindung dari cahaya matahari langsung
Untuk menghindari perubahan kadar ataupun potensial obat, maka obat harus disimpan dalam wadah
tertutup dengan baik, agar terhindar dari kelembaban atau dihindarkan dari cahaya matahari langsung
yang dimungkinkan merubah perubahan potensi obat karena sinar atau panasnya. Begitu pula obat agar
disimpan sesuai suhu yang ditetapkan, karena perubahan dari suhu yang ditetapkan juga akan merubah
potensial obat tersebut. Simpanlah obat yang tidak lembab dan suhu yang sesuai atau ikuti aturan yang
tertera pada kemasan
Simpanlah terpisah antara obat minum (oral) dengan obat luar.
Menyimpan obat obat minum dan obat luar dikhawatirkan pada saat yang panik akan tertukar obat yang
digunakan, apalagi ada kemiripan warna, bentuk dan atau tulisan dan dalam pengucapannya.
Perhatikanlah jangka waktu penyimpanan.
Bila obat disimpan dalam wadah sesuai yang dianjurkan, maka masa pakainya adalah sama dengan masa
kadaluwarsa. Namun biasanya untuk obat sirup hanya diberikan rentang waktu penyimpanan dua bulan
setelah terbukanya segel. Obat sediaan ini banyak mengandung air yang rentan memicu tumbuhnya
mikroorganisme. Sedangak untuk sediaan sirup kering (biasanya berisi obat antibiotik), hanya memiliki
masa aktif sekitar 5-6 hari setelah obat tersebut diberikan air sebagai pencairnya.
Jangan menyimpan obat kadaluwarsa atau sisa milik orang lain.
Dengan menyimpan obat kadaluarsa dapat mengakibatkan kita salah minum dengan sediaan obat yang
baru, karena terdapat banyak kesamaan ciri fisik. Sedangkan dengan menyimpan obat sisa orang atau
pasien lain belum tentu kita memiliki sakit dan atau indikasi serta penggunaan dosis obat yang sama.
Demikian tips cara menyimpan obat yang baik dan benar, semoga keliru memahami caranya yang akan
mengakibatkan kesalahgunaan dalam mengkonsumsi obat.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Simpan obat dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan jangan terkena sinar matahari
langsung karena obat akan rusak jika terkena sinar matahari langsung.
Jangan menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau lembab karena dapat menyebabkan obat
tersebut rusak
Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali disebutkan pada etiket atau
kemasan obat
Jangan meletakkan obat dalam mobil dalam jangka waktu lama karena perubahan suhu dapat merusak
obat
Sebelum minum obat selalu lihat tanggal kadaluarsa pada kemasan obat dan jangan simpan obat yang
telah kadaluarsa, apalagi sampai mencampur obat kadaluarsa dengan obat yang masih baik
Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah
Jadi, ingatlah bahwa menyimpan obat secara aman, bukanlah hal yang remeh ataupun sepele.
Kenyataannya, tidaklah jarang terjadi seseorang mengalami keracunan obat akibat salah minum obat,
atau meminum obat yang sudah rusak. Ironis kan kalau obat yang sedianya diresepkan dokter demi
kesembuhan malah menyebabkan masalah kesehatan yang baru yang tak kalah seriusnya. Jangan
sampai kecerobohan dan keteledoran membawa musibah dan bencana. jadi, berhati-hatilah menyimpan
obat sebagaimana berhati dalam memilih obat, agar terhindar dari obat palsu.

2.2.3 prosedur tetap obat

prosedur tetap penerimaan obat


1. Menerima resep dan memberi nomor
2. Melakukan skrining resep :
3. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat izin praktik(SIP),
paraf/tanda tangan dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, aturan pakai,
nama, umur, berat badan, jenis kelamin dan alamat/no telp pasien.
4. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, inkompatibilitas, cara
dan lama penggunaan obat.
5. Pertimbangan klinik seperti kesesuaian indikasi, alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
6. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikuonsultasikan kepada dokter penulis resep
dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila perlu meminta persetujuan
setelah pemberitahuan.
Prosedur tetap peracikan obat
1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja
2. Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai misalnya
sendok/spatula, nama dan jumlah obat sesuai yang diminta, memeriksa mutu secara
organoleptis dan tanggal kadaluarsa obat.
Untuk sediaan :
Sirup Kering Membersihkan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang
sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien
Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung kesesuaian dosis
2. Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan
3. Menyiapkan dan mengambil obat sesuai kebutuhan
4. Tidak mencampur antibiotika dengan obat lain dalam 1(satu) sediaan
5. Menghindari penggunaan alat yang sama untuk mengerjakan sediaan yang mengandung beta
laktam dan non beta laktam
6. Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan obat yang
jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen
7. Membagi obat dengan merata – Mengemas racikan obat sesuai dengan permintaan dokter
8. Puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus
9. Menuliskan nama pasien, tanggal, nomor dan aturan pakai pada etiket yang sesuai dengan
permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca. Etiket putih untuk obat dalam, Etiket
biru untuk obat luar, dan label kocok dahulu untuk sediaan emulsi dan suspensi.
10. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu memasukkan obat
ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.

Prosedur tetap penyerahan obat


1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat dengan
permintaan pada resep.
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat
Prosedur tetap pelayanan informasi obat
Dalam Pelayanan Resep Memberi informasi obat kepada pasien saat penyerahan obat, terdiri dari :
Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah di waktu pagi,siang,
sore atau malam.
Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan. Lama penggunaan obat,
apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat
antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah resistensi.
Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu pasien
harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat oral, obat tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina. Efek yang timbul dari penggunaan obat.
Prosedur tetap penanganan obat rusak
Mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa
Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari penyimpanan obat
lainnya
Membuat catatan nama,no.batch, jumlah dan tanggal kadaluaras obat yang rusak dan atau kadaluarsa
Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalansi farmasi kabupaten/kota
Mendokumentasikan pencatatan tersebut.
Prosedur tetap pencatatan dam penyimpanan resep
Mencatat jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan(umum,gakin/gratis,asuransi,dsb)
Mengelompokkan resep berdasarkan urutan,tanggal,nomor resep dan kelompok pembiayaan pasien
Mencatat dan mengelompokkan resep narkotika dan psikotropika 4. Menyimapan resep pada tempat
yang ditentukan secara berurutan berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran kembali

Prsedur tetap pemusnahan resep


PROSEDUR
1. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama minimal 3 (tiga) tahun
2. Tata cara pemusnahan: . Resep narkotika dihitung lembarannya . Resep lain ditimbang . Resep
dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format terlampir yang disaksikan oleh 2(dua)
orang dari instansi terkait dan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas
4. Mengirimkan berita acara pemusnahan resep ke Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan
Balai POM.

2.2.4 pencatatan dan pelaporan obat

Kegiatan pencatatan dan pelaporan pemakaian obat yang meliputi :

Pencatatan Rutin
Pencatatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh petugas gudang obat menyangkut penerimaan dan
pelayanan obat ke unit pelayanan dan sub unit pelayanan pada kartu stok.
Pencatatan Berkala
Pencatatan berkala ini dilakukan menyangkut laporan penerimaan bulanan dan rekapitulasi pemakaian
harian obat pada buku penerimaan dan pemakaian obat bulanan atau dikenal dengan Buku Rekapan
Bulanan. Buku ini bermanfaat untuk membantu petugas unit pelayanan dalam mengendalikan
persediaan obat, terutama jika persediaan telah mencapai jumlah minimun, maka unit pelayanan dapat
mengajukan permintaan obat tambahan.
Pelaporan Bulanan
Pelaporan bulanan dilakukan untuk laporan pemakaian obat setiap bulan dengan menggunakan format
LPLPO. Laporan ini digunakan sebagai sarana pertanggung jawaban oleh puskesmas kepada Dinas
Kesehatan kabupaten melalui Gudang farmasi.
Pelaporan tahunan
Terdapat tiga macam laporan, yakni laporan tahunan LPLPO yang berisi jumlah penerimaan, persediaan
dan pemakaian obat yang ada di puskesmas selama setahun. Laporan LPLPO dibuat berdasarkan laporan
bulanan yakni merekap data yang ada pada tiap laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai dari awal
tahun yakni bulan januari sampai dengan bulan Desember tahun yang bersangkutan.
Pencatatan dan pelaporan obat memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan obat
secara keseluruhan. Pengelolaan obat mencakup: perencanaan, permintaan, penyimpanan, distribusi,
pengendalian penggunaan, pencatatan dan pelaporan.Pencatatan dan pelaporan obat merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
2.2.5 macam macam obat yang lazim digunakan dalam pelayanan kebidanan

Penggunaan obat pada wanita hamil memerlukan pertimbangan lebih khusus karena resiko tidak hanya
pada ibu saja, tetapi juga pada janin yang dikandungnya. Resiko yang paling dikhawatirkan adalah
timbulnya kecacatan pada janin atau bayi yang lahir nantinya baik berupa cacat fisik maupun cacat
fungsional. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah manfaat dari penggunaan obat lebih besar
dari resikonya, sehingga ibu dapat melahirkan bayi yang sehat dengan selamat.

Tidak ada obat secara mutlak dianggap aman untuk digunakan pada masa kehamilan. Efek teratogenik
tidak hanya dalam bentuk kecacatan fisik saja, tetapi juga pertumbuhan yang terganggu
fungsional/mutagenesis. Kecacatan janin akibat obat diperkirakan sekitar 3% dari seluruh kelahiran
cacat. Resiko paling tinggi untuk menimbulkan efek tersebut adalah penggunaan obat pada trimester
pertama, lebih tepatnya minggu ke 3 sampai dengan ke 8 dimana sebagian besar organ utama sudah
terbentuk.

Obat-obat yang bisa digunakan selama masa kehamilan yaitu obat yang dianggap aman, yaitu obat yang
setelah digunakan dalam jangka waktu panjang tidak menimbulkan efek buruk pada janin. Macam-
macam obat yang lazim digunakan bagi ibu hamil seperti :

Nutricia
Indikasi : Minuman bergizi untuk ibu hamil dan menyusui
Dosis : Pemakaian → tambahkan 4 sendok takar bubuk kedalam 100 ml air. Menghasilkan 154 kkal

Mama`s Best
Indikasi : Melengkapi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dan menyusui
Dosis : Campurkan 5 sendok takar (54 gram) kedalam 200 ml air, berikan 1-2 x sehari

Prosh
Indikasi : Simtomatik benign prostatic hyperplasia
Kontra indikasi : Hipersensitif, wanita hamil dan anak
Perh : Dianjurkan selama terapi awal dan pada periode interval tertentu dilakukan pemeriksaan
kemungkinan adanya kanker prostat. Kecepatan eliminasi finasteria menurun pada usia lanjut diatas 70
tahun, tetapi tidak diperlukan penyesuaian dosis, tidak boleh diberikan pada wanita menyusui. Hati-hati
terhadap kemungkinan terjadinya uropati obstruktif. Penderita dengan gangguan fungsi hati.
Efek samping : Biasanya bersifat ringan dan sementara, impotensi, penurunan libido dan penurunan
volume ejakulat.
Dosis : Dosis yang dianjurkan 1 x sehari 5 mg. meskipun awal perbaikan baru dapat terlihat paling sedikit
6-12 bulan sesudah pengobatan, diperlukan penilaian respon klinis sesudah terapi selama 6-12 bulan

Kalzan
Indikasi : Memenuhi kebutuhan kalsium pada masa hamil dan menyusui, pada anak dalam masa
pertumbuhan tulang dan gigi serta usia lanjut.
Dosis : Anak dan dewasa 2 x sehari 1 sendok takar syrup
Wanita hamil dan menyusui 3 x sehari 1-2 sendok takar syrup
Hufalart
Indikasi : Terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meningkat seperti pada
kehamilan dan menyusui
Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal dan / riwayat batu kalsium saluran kemih, penderita pengobatan
glikosida jantung.
Efek samping : Sembelit, iritasi, gastrointestinal
Dosis : 3 x sehari 1-2 kaplet
Dumocalcin
Indikasi : Untuk pembentukan tulang dan gigi, mencegah dan mengobati rakitis, untuk wanita hamil dan
menyusui
]Kontra indikasi : Penderita penyakit ginjal yang berat keadaan dimana kadar kalsium darah dan urin
meninggi
Dosis : 2 x sehari, dewasa 2-4 tablet, anak 1-2 tablet

Bufaca = Kalsium laktat 500 mg / kaplet


Indikasi : Suplemen hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meningkat seperti pada kehamilan, menyusui,
penggunaan kartikosteroid dalam jangka lama
Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu kalsium saluran kemih, penderita dengan
pengobatan glikasida jantung
Efek samping : Sembelit, iritasi gastrointestinal
Dosis : 3 x sehari 1-2 kaplet
Bionemi
Asam folat, Vitamin B12 , Vitamin C, vitamin D3, carbonat

Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral untuk anemia pada masa kehamilan dan menyusui
Kontra indikasi : Penderita himokromatosis, penderita anemia yang bukan disebabkan kekurangan zat
besi
Efek samping : Mual, muntah, nyeri lambung atau nyeri perut, diare, konstipasi
Dosis : 1 kapsul sehari
Hemaviton
Indikasi : Pada keadaan keletihan, meningkatkan energi dan stamina, masa penyembuhan, usia lanjut,
masa hamil dan menyusui, menopause, membantu proses metabolisme dan pembentukan sel darah
merah
Dosis : Dewasa 1 – 2 kapsul sehari sesuai kebutuhan, dianjurkan diminum pada waktu atau sesudah
makan
Fitonal
Vitamin A, vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, tembaga, kalsium, mangan, magnesium

Indikasi : Tambahan vitamin dan mineral pada orang tua, wanita hamil dan menyusui, wanita usia subur
dan masa pemulihan kesehatan
Kontra indikasi : Hipersensitif, penyakit akibat kelebihan zat besi dan penyakit hemolitik lainnya.
Efek samping : Mual, muntah, diare dan rasa tidak enak di ulu hati
Dosis : Sehari 1 tablet sesudah makan

Obipluz
Vitamin A, vitamin E, vitamin B, vitamin B2, vitamin B12, asam folat, seng (sebagai sulfat atau glukanat),
magnesium, mangan dan tembaga.
Indikasi : Suplemen vitamin dan mineral dengan asam lemak esensial yang dibutuhkan wanita hamil dan
menyusui serta sebagai nutrisi otak
Kontra indikasi : Hipersensitif
Dosis : 1 x sehari 1 kapsul lunak

Prenatal
Indikasi : Suplemen vitamin, asam folat, kalsium dan zat besi untuk masa kehamilan dan laktasi, masa
pertumbuhan anak.

Biopradyn
Indikasi : Meningkatkan daya tahan tubuh, masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, menopause,
pasca operasi, defisiensi vitamin kronik, keletihan pada kerja berat
Perh : Feses berwarna hitam
Dosis : Sehari 1

Cetop Zink
Indikasi : Suplemen, membantu proses metabolism, meningkatkan energy dan vitalitas, memperkuat
daya tahan pada olahragawan, keadaan stress, ketegangan fisik dan mental, remaja masa pertumbuhan
serta bagi yang menghambat pertumbuhannya, masa penyembuhan, pasca operasi, kehamilan,
menyusui, kekurangan gizi, manula, gangguan pencernaan, infeksi akut dan kronik, flu, pilek.
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun sehari 1 dragee

Neurotropin
Indikasi : Polineuritis, macam-macam gejala gangguan system syaraf, neuralgia, kelumpuhan otot,
pundak dan lengan kaku, kesemutan, mengembalikan kesegaran setelah sembuh dari sakit, gangguan
system syaraf perifer, gejala neuropati seperti neuropati diabetes, menghilangkan rasa mual / muntah
pada masa kehamilan
Dosis : Dalam keadaan sakit parah 1 x 3 ml sampai gejala akut hilang, selanjutnya 2-3 x seminggu 3 ml
Mutibion
Indikasi : Nyeri karena gangguan urat syaraf terutama pada penderita kencing manis, sakit pinggang,
kelumpuhan otot, rasa lelah, pundak kaku, kesemutan, neuralgia, memulihkan kesehatan setelah infeksi,
gangguan sirkulasi perifer, menghilangkan rasa mual dan muntah pada kehamilan
Dosis : Ringan = Dimulai 2 – 3 x seminggu 3 ml sampai gejala hilang, sakit lebih berat 1 x setiap hari
sampai gejala hilang.

Prenatal EM
Komposisi : Tiap kapsul mengandung :
Ekstrak Ginger 350 mg
Vitamin B6 37,5 mg
Kegunaan : Membantu meredakan rasa mual dan muntah pada wanita hamil
Dosis : 1 kapsul, 1-2 kali sehari
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk (15 – 25 0C) dan kering, terlindung dari cahaya

Siobion Kapsul
Besi (II) Fumarat merupakan salah satu senyawa sumber zat besi untuk pembentukan sel darah merah.

Indikasi : Untuk mencegah dan mengobati anemia, defisiensi Vitamin C dan Vitamin D serta kalsium
terutama pada masa kehamilan dan menyusui
Efek samping : Mual dan muntah
Peringatan &Perhatian : Menyebabkan feces berwarna hitam
Interaksi obat : Pemberian bersama tannin, fosfat dan antacid dapat mengurangi absorbs
Dosis : Dewasa : Sehari, 1 kapsul

Kofiren Tablet
Indikasi : Bekerja sebagai antihistaminika untuk keadaan alergi seperti urtikaria, rhinitis, hay-fever
Kontra indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini
Efek samping : Dapat menimbulkan rasa kantuk, mulut kering dan pandangan kabur
Peringatan dan Perhatian :
Jangan mengendarai kendaraan dan menjalankan mesin sesudah minum obat ini
Jangan diberikan pada anak-anak dibawah usia 2 tahun tanpa petunjuk dokter
Tidak dianjurkan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui karena resiko efek samping pada bayi
Dosis : Dewasa : 1 tablet 3-4 x sehari
Anak-anak 6-12 tahun : ½ tablet 3-4 x sehari

Anak-anak 2-6 tahun : ¼ tablet 3-4 x sehari

Broadamox
Indikasi : Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif / atau Gram negatif yang peka terhadap
amoksisilina.
Infeksi saluran pernapasan bagian bawah, bronkhipneumonia dan otitis medis yang disebabkan oleh
Streptococus pneumonia, stafilokokus non penisilinase dan haemophilos influenzae
Infeksi kulit dan jaringan lunak yang disebabkan oleh Steptokokus, Stafilokokus dan Escherichia coli
Infeksi saluran pencernaan seperti diare akibat bakteri, shigelosis, salmonelosis
Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Nesseria gonorrhoeae, juga gonore yang tidak terkomplikasi
Profilaksis endokarditis pada tindakan untuk gigi
Kontra indikasi : Penderita yang peka terhadap penisilina dan sefalosporin
Efek samping : Efek samping yang dapat timbul, tetapi jarang terjadi:
Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, diare)
Hipersensitif (urtikaria, nyeri sendi, demam, edema, angioneurotik, syok anafilaktik)
Bila timbul reaksi diatas, hentikan pemberian Broadmax dan tanggulangi dengan pemberian
antihistamin

Vitonal-F
Anemia (kurang darah) adalah suatu kondisi tubuh akibat kekurangan zat merah darah (hemoglobin).
Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen di paru dan mengedarkannya ke seluruh tubuh. Jika tubuh
kekurangan hemoglobin diperlukan makanan bergizi atau bila perlu ditambah vitonal-F yang
mengandung zat besi tinggi (ferrous furmarate) serta asam folat (folic acid) dan vitamin B12 yang
diperlukan untuk pembentukan hemoglobin sehingga dapat membantu pemulihan kondisi tubuh pada
saat terjadinya kurang darah.

Vitonal-F juga mengandung vitamin dan mineral lainnya yang berguna untuk kesehatan tubuh. Oleh
karena itu vitonal-F dikonsumsi oleh wanita yang aktif yang ingin tubuhnya tetap sehat pada usia
produktif dan aktif.
Kegunaan :- Membantu mengatasi kurang darah
– Supelementasi vitamin dan mineral pada saat hamil dan menyusui

– Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral agar tetap sehat pada usia produktif dan aktif

Efek samping : – Feses berwarna hitam


– Jangan diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau anemia yang bukan
dikarenakan kekurangan zat besi.

Prenatin Plus
Farmakologi : Prenatin plus mengandung vitamin-vitamin dan mineral-mineral. Membantu metabolisme
zat-zat yang diperlukan tubuh dalam sel-sel jaringan dan membantu pembentukan sel darah
Indikasi :
Mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan mineral misalnya selama hamil dan menyusui, pada
masa pertumbuhan anak, masa penyembuhan dari sakit, masa lanjut usia
Mencegah dan mengobati anemia atau penyakit kurang darah
Takaran Pemakaian : Sehari 1 dragee atau menurut petunjuk dokter

Prenatal + DHA
Kegunaan : Prenatal + DHA untuk membantu untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral pada
masa kehamilan dan menyusui, serta sebagai nutrisi otak pada janin / bayi
Petunjuk Penggunaan : 1 x sehari 1 kaplet atau sesuai anjuran dokter
Peringatan dan Perhatian :
Feses berwarna hitam
Jangan diberikan pada pasien yang mengalami transfusi darah berulang atau anemia yang bukan
dikarenakan kekurangan zat besi
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk (15-25 0C) dan kering, terlindung dari cahaya

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya : sub kutan,
intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan,
yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak
bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.

3.2 SARAN

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik jika kita salah
menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh
karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://panggayuh.files.wordpress.com/2015/03/faktor-yang-mempengaruhi-khasiat-obat.pdf
http://www.pendekarilusi.com/wp-content/uploads/2016/02/Rute-Pemberian-Obat.pdf

Anda mungkin juga menyukai