Anda di halaman 1dari 19

Kompetensi Dasar 1

Medication (Pemberian Obat- Obatan)


Obat adalah zat atau substansi yang diberikan kepada manusia, hewan, atau tumbuhan dengan
tujuan untuk menentukan diagnosa, mengobati, mengurangi penderitaan, dan pencegahan.

PENGERTIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya: nama generic
yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada
nama resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama
kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid
atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai
dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin,
anlagesik, dan lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya, tidak ada
pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki
bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas

  Nama obat:
-          Nama kimia : merupakan komposisi dasar atau utama dalam obat.
-          Generik : obat yang sudah dapat lebel atau sertifikasi dari WHO.
-          Pabrik/ dagang : obat yang beredar sesuai dengan prasarat.

  Farmakologi klinik adalah ilmu yang mempelajari tentang efek obat terhadap proses
kehidupan.

  Obat menurut sumbernya:


-          Tumbuh- tumbuhan
-          Hewan
-          Mineral
-          Sintetis

  Macam- macam obat:


-          Anti piretik : obat penurun panas, contoh : parasetamol
-          Anti emetik : Obat pereda mual & muntah, contoh: ranitidine, antasid
-          Antibiotik : obat untuk membunuh virus dan bakteri, contoh: amoksilin
-          Analgetik : obat untuk mengurangi rasa nyeri, contoh: Panadol

  Bentuk obat:
-          Serbuk/ powder, contoh: waisan
-          Caplet, contoh: panadol
-          Tablet, contoh: bodrex
-          Kapsul, contoh: diapet
-          Salep, contoh: balsem cap lang
-          Tetes, contoh: insto
-          Cair, contoh: komix

  Metode pemberian obat:


-          Peroral à melalui mulut
- bukal
-          Peranal à melalui anus
-          Pervaginal à melalui vagina
-          Pertopikal à dioles
-          Sublingual à melalui bawah lidah
-          Intra Muskular à melalui suntikan IM
-          Intra Vena à melalui suntikan IV
-          Intra Cuttan à melalui suntikan IC
-          Intra Selang à melalui infus
-          Sub Cuttan à melalui suntikan SC

  Prinsip Pemberian Obat:


5B: 1) Benar Pasien
2) Benar Obat
3) Benar Dosis
4) Benar Metode Pemberian
5) Benat Waktu
Kompetensi Dasar 2

  Perjalanan obat/ Farmakokinetik adalah suatu proses yang mencakup nasib obat dalam
tubuh.
Perjalanan Obat:
-          Absorsi, adalah proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan.
-          Distribusi, adalah perjalanan obat setelah diabsorsi. Obat akan didisribusikan/ disalurkan
keseluruh tubuh/ organ yang bermasalah melalui sirkulasi darah.
-          Biotransformasi, adalah proses perubahan struktur obat yang terjadi didalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim.
-          Ekskresi, adalah proses dikeluarkannya obat dari tubuh melalui organ ekskresi (ginjal, paru-
paru, dan kulit) dalam bentuk metabolid hasil biotransformasi.

  Faktor yang mempengaruhi aksi obat:


-          Usia
-          Berat badan
-          Jenis kelamin
-          Faktor genetik
-          Waktu pemberian
-          Kondisi individu
-          Lingkungan
  Efek Obat
-          Efek Terapeutik (efek yang diinginkan)
-          Efek Samping (efek yang tidak diinginkan)

Faktor Yang Memengaruhi Kerja Obat   


            Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat,respon terhadap obat sangat
bervariasi.Faktor selain karakteristik  obat juga mempengaruhi kerja obat.Klien mungkin
tidak memberi respon yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan.Begitu juga obat
yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang berbeda.   
1.      Perbedaan Genetik
Susunan genetik memepengaruhi biotransformasi obat.Pola metabolik dalam keluarga
seringkali sama.Faktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk secara alami ada
untuk meembantu penguraian obat.Akibatnya anggota keluarga sensitif terhadap suatu obat. 
2.      Variabel Fisiologi
Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat
tertentu.hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua senyawa
tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama..Variasi diurnal pada sekresi estrogen
bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami wanita.Usia berdampak
langsung pada kerja obat.Bayi tidak memiliki banyak enzim yang diperlukan untuk
metabolisme obat normal.Sejumlah perubahan fisiologis yang menyertai penuaan
memengaruhi respon terhadap terapi obat.Sistem tubuh mengalami perubahan fungsi dan
struktur yang mengubah pengaruh obat.Perawat harus berupaya untuk meminimalkan efek
obat yang berbahaya dan meningkatkan kapasitas fungsi yang tersisa pada kien.Apabila status
nutrisi klien buruk,sel tidak dapat berfungsi dengan normal,sehingga biotransformasi tidak
berlangsung.seperti semua fungsi tubuh,metabolisme obat bergantung pada nutrisi yang
adekuat untuk membentuk enzim dan protein.Kebanyakan obat berikatan dengan protein
sebelum didistribusi ke tempat kerja obat. Setiap penyakit yang merusak fungsi organ yang
bertanggung jawab untuk farmakoniketik normal juga merusak kerja obat. Perubahan
integritas kulit, penurunan absorpsi atau motilitas saluran cerna, dan kerusakan fungsi ginjal
dan hati hanya beberapa kondisi penyakit yang berhubungan dengan kondisi yang dapat
mengurangi kemanjuran obat atau membuat klien berisiko mengalami toksikasi obat.
3.      Kondisi Lingkungan
Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal yang pada akhirnya
menggangu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek yang sama dengan
mengubah kecepatan aktivitas enzim. panas dan dingin dapat memengaruhi respons terhadap
obat. Klien hipertensi diberi vasodilator untuk mengatur tekanan darahnya. Pada cuaca
panas,dosis vasodilator perlu di kurangi karnar suhu yang tinggi meningkatkan efek obat.
Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis vasolidator perlu di
tambah. Reaksi suatu obat bervariasi, bergantung pada lingkungan obat tersebut digunakan.
Klien yang dilindungi dalam isolasi dan diberi analgesik memperoleh efek peredaan nyeri
yang lebih kecil dibanding klien yang dirawat di ruang tempat keluarga dapat mengunjungi
klien. Contoh lain ialah jika minum alkohol sendirian; efek yang timbul hanya mengantuk.
Namun. Minum bersama sekelompok teman membuat individu menjadi ceria dan bergaul.
4.      Faktor Psikologis
Sejumlah faktor psikologis memengaruhi penggunaan obat dan respons terhadap obat.
Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau pengaruh keluarga.
Melihat orangtua sering menggunakan obat-obatan dapat membuat anak menerimat obat
sebagai bagian dari kehidupan normalnya.Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat
mempengaruhi respon klien terhadap terapi.Sebuah obat  dapat digunakn sebagai  cara untuk
mengatasi rasa tidak aman.Pada situasi ini ,klien bergantung pada obat  sebagai media koping
dalam kehidupan .Sebaliknya jika klien kesal  terhadap kondisi fisik mereka ,rasa marah dan
sikap bermusuhan dapat menimbulkan reaksi yang diinginkan terhadap obat.Obat seringkali
memberi rasa aman .penggunaan secara teratur obat tanpa resep atau obat yang dijual
bebas.misalnya vitamin,laksatif,dan aspirin,banyak orang merasa mereka dapat mengontrol
kesehatannya.Prilaku perawat saat memberikan obat dapat berdampak secara signifikan pada
respon klien terhadap pengobatan.Apabila perawat memberi kesan bahwa obat dapat
membantu pengobatan kemungkinan akan memberi efek yang positif.Apabila perawat terlihat
kurang peduli saat klien  merasa tidak nyaman,obat yang diberikan terbuktif relatif tidak
efektif.  
5.       Diet  
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien dapat
mengubah kerja obat atau efek nutrien.Contoh vitamin K(terkandung dalam sayuran hijau
berdaun)merupakan nutrien yang melawan  efek warfarin natrium(Coumadin)mengurangi
efeknya pada mekanisme pembekuan darah .Minyak mineral menurunkan  absorbsi  vitamin
larut lemak.Klien membutuhkan nutrisi  tambahan ketika mengonsumsi  obat yang
menurunkan efek nutrisi .Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek terapeutik
obat.

Rute pemberian obat


Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat serta tempat kerja yang diinginkan. Pemberian obat
ikut juga dalam menentukan cepat lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat.
Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek lokal
(setempat) dapat dipilih di antara berbagai cara untuk memberikan obat.
1.      Oral
Oral adalah  rute  pemberian yang paling umum dan palin g banyak dipakai karena ekonomis, paling
nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorbsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet
ISDN. Bentuk sediaan obatnya dapat berupa Tablet, Kapsul, Larutan (solution), Sirup, Eliksir,
Suspensi, Magma, Jel, dan Bubuk.
Kelebihan        :
         relatif aman,
          praktis, ekonomis,
          meminimalkan ketidak nyamanan pada klien dan dengan efek samping yang paling kecil.
Kekurangan     :
         bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
          iritasi pada saluran cerna, perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada
penderita koma),
          timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak sadar,
tidak kooperatif; untuk obat iritatif
         rasa tidak enak penggunaannya terbatas,
         obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat (penisilin G, insulin),
         obat absorpsi tidak teratur, kerja obat oral lebih lambat dan efeknya lebih lama.
2.      Sublingual
Obat sublingual dirancang supaya setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut,
mudah diabsorbsi, Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif, Dari selaput di bawah lidah
langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat. Hanya untuk obat
yang bersifat lipofil. Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan.
Kelebihan        :
         obat cepat, tidak diperlukan kemampuan menelan,
         kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari
(tidak lewat vena porta).
Kekurangan     :
         absorbsi tidak adekuat,
         kepatuhan pasien kurang (compliance),
         mencegah pasien menelan.
3.      Bukal
Pemberian obat melalui rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membran
mukosa pipi sampai obat larut. Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara
bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi, diperingatkan untuk tidak
mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat.
Kelebihan        :
         onset cepat,
         mencegah “first-pass effect”
         tidak diperlukan kemampuan menelan
Kekurangan     :
         absorbsi tidak adekuat,
         kepatuhan pasien kurang (compliance),
         mencegah pasien mnelan
4.      Parenteral
Rute parenteral adalah memberikan obat dengan meninginjeksi ke dalam jaringan tubuh, obat
yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung ke pembuluh darah. Misalnya sediaan injeksi atau suntikan. Tujuannya adalah agar
dapat langsung menuju sasaran.
Kelebihan        :
         bisa untuk pasien yang tidak sadar,
         sering muntah dan tidak kooperatif,
         tidak dapat untuk obat yang mengiritasi lambung,
         dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati, bekerja cepat dan dosis
ekonomis.
 Kekurangan    :
         kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika
terjadi kesalahan,
         tidak disukai pasien,
         berbahaya (suntikan – infeksi).
Pemberian parenteral meliputi empat tipe utama injeksi berikut:
a.       Intravena (iv)           : Tidak mengalami tahap absorpsi. Obat langsung dimasukkan ke
pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat
disesuaikan langsung dengan respons penderita.
Kelebihan        :
         cepat mencapai konsentrasi,
         dosis tepat,
         mudah menitrasi dosis
kekurangan                               :         
         obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga efek toksik lebih mudah
terjadi.
         Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi. 
         Pemberian intravena (iv) harus dilakukan perlahan-lahan sambil mengawasi respons
penderita.
         konsentrasi awal tinggi toksik, invasive resiko infeksi,
         memerlukan keahlian.

b.      Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan        :
         tidak diperlukan keahlian khusus,
         dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
         absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan     :
         rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time),
         bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.

c.       Subkutan (SC)         : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih
lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan
dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor
juga dapat memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah kulit
Kelebihan        :
         diperlukan latihan sederhana,
         absorbs cepat obat larut dalam air,
         mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan     :
         dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit,
         tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
         bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
         Efeknya agak lambat
d.      Intrathecal: obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak  atau sumbu cerebrospinal
seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.

5.      Implantasi
Kelebihan        :
         Bentuk oral pellet steril,
         obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya
obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)
 kekurangan     :
         Resorpsinya lambat,
         satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya.

6.      Rektal
obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada
suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek local. Bentuknya
suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
supositoria.
Kelebihan        :
         Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung,
         diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat,
         tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa per-oral,
         tidak dapat mencegah “first-pass-metabolism”,
         pilihan terbaik untuk anak-anak.
Kekurangan     :
         absorbsi tidak adekuat,
         banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.

7.      Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk
distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap
secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung. 
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24
jam.
Kelebihan        :
         Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan frekuensi dosis,
         Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obat-obatan yang tidak akan membutuhkan
dosis sering,
         meningkatkan bioavaibilitas,
         lebih seragam plasma level,
         mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar plasma sampai akhir
interval pemberian dosis,
         Obat terhindar dari first passed effect,
         terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal,
         Absorbsi obat relative konstan dan kontinyu.
Kekurangan     :
         Memiliki koefisien partisi sedang (larut dalam lipid maupun air),
         memiliki titik lebut yang relative rendah,
         memiliki effective dose yang relative rendah,
         range obat terbatas (terutama terkait untuk molekulnya),
         dosis harus kecil,
         kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit, tidak semua bagian tubuh dapat
menjadi tempat aplikasi obat-obat transdermal. Misalnya telapak kaki,dll,

8.      Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara local, pada
salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau
mulut atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan
pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik.
Kelebihan        :
         absorpsi terjadi cepat dan homogen,
         kadar obat dapat terkontrol,
         terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Kekurangan     :
         Metode  ini lebih sulit dilakukan,
         memerlukan alat dan metode khusus, s
         sukar mengatur dosis
         sering mengiritasi paru.

9.      Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem
penghantaran obat sistemik parenteral.
Kelebihan        :
         Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic
         Metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran cerna kecepatan dan
jumlah absorpsi
         Profil konsentrasi obat versus waktu relatif sebanding dengan pengobatan secara intravena
Kekurangan     :
         Secara kosmetik tidak menarik
         Absorbsi tidak adekuat

10.  Pervaginam
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk
salep dan suppositoria
Kelebihan        :
         Obat cepat bereaksi
         Efek yang ditimbulkan bersifat lokal
Kekurangan     :
         Dapat membangkitkan rasa malu
         Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
         Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk

11.  Topikal
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit, memasang balutan
yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air mandi yang
dicampur obat. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram atau lempeng
transdermal. Contoh : nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen. Cakram melindungi
salep obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai
tujuh hari.
Kelebihan        :
         untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
         mencegah “first-pass effect”,
         untuk efek sistemik, menyerupai IV infuse (zero-order),
kekurangan      :
         secara kosmetik kurang menarik,
         absorbsi tidak menentu.
Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan  semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat
obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas, misalnya
bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya
ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak
berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya
dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat
aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10%
dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.

Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat
yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu
tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung
bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari
es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin.

Lama penyimpanan obat


Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat
yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik
di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata,  kuping dan hidung, larutan, sirup
dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu kadaluwarsanya. Pada
obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman
dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup.
mis. dengan tetes mata, atau mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet
tetes mata, hidung atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-
hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga
membersihkan pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap
kemasan obat harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya,
diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia secara
menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tsb
tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari jangka waktu
penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka. Angka2 ini  hanya
merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan menurut petunjuk2 yang
tertera dalam aturan pakai

Jangka waktu penyimpanan                


                         
tab/kap 3 tahun salep mata 6 bulan
salep/pasta (tube) 3 tahun salep/pasta 6 bulan
serbuk/tabor 1 tahun pot cairan untuk kulit 6 bulan
pil 1 tahun tet .telinga  6 bulan
krim/gel (tube) 6 bulan tet/sempr.hidung 3 bulan
larutan tetesan 6 bulan krem (pot) 3 bulan
suspensi 6 bulan  tet/bilasan mata         1 bulan
Kompetensi Dasar 3
TEKNIK PEMBERIAN OBAT
1.         Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan bahan :


a.         Daftar buku obat
b.        bat dan tempatnya
c.         Air minum ditempatnya

Prosedur kerja :
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja,
dan tepat pendokumentasian.
4)        Bantu untuk meminumnya:
a.         Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat
dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b.        Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman
c.         Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5)        Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan
mencatat hasilpemberian obat
6)        Cuci tangan

Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.• Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat
dari sakit.• Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari.
Persiapan Alat :
a.      Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
1.      Beri obat kepada pasien
2.      Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah hingga larut seluruhnya.
3.      Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan tidak berbicara selama obat
belum larut seluruhnya.

Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara
gusi dengan membran mukosa diantara pipi
Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral.
Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat
diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.

2.         Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan


Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan

Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi
jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.         Tempat injeksi
b.        Jenis spuit dan jarum yang digunakan
c.         Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
d.        Kondisi atau penyakit klien
e.         Pasien yang benar
f.         Obat yang benar
g.        Dosis yang benar
h.        Cara atau rute pemberian obat yang benar
i.          Waktu yang benar

Indikasi dan Kontra Indikasi


  Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah
lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
  Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

Alat dan bahan:


a.         Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b.        Obat dalam tempatnya
c.         Spuit 1 cc / spuit insulin
d.        Kapas alcohol dalam tempatnya
e.         Cairan pelarut
f.         Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
g.        Bengkok
h.        Perlak dan alasnya
i.          Jarum cadangan

Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3)        Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan
keataskan
4)        Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5)        Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
instrument atau injeksi.
6)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7)        Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8)        Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9)        Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10)    Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11)    Catat reaksi pemberian
12)    Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.

Daerah Penyuntikan
  Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan
tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
  Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3.         Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).

Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe
larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (
insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a.         Tempat injeksi
b.        Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
c.         Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
d.        Kondisi atau penyakit klien
e.         Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
f.         Obat yang akan diberikan harus benar
g.        Dosisb yang akan diberikan harus benar
h.        Cara atau rute pemberian yang benar
i.          Waktu yang tepat dan benar

Indikasi dan kontra indikasi


  Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena
tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
  Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau
minyak.

Alat dan bahan :


a.         Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
b.        Obat dalam tempatnya
c.         Spuit insulin
d.        Kapas alcohol dalam tempatnya
e.         Cairan pelarut
f.         Bak injeksi
g.        Bengkok
h.        Perlak dan alasnya

Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4)        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5)        Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka
pada bak injeksi.
6)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7)        Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8)        Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
9)        Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10)    Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam
bengkok.
11)    Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.
12)    Cuci tangan
Daerah Penyuntikan
  Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari
Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
  Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
  Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)

4.         Pemberian Obat Intravena Langsung


Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti /
cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis /
temporalis ( kepala ).

Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.

Hal-hal yang diperhatikan


  Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
  Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
  Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
  Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
  Kondisi atau penyakit klien.
  Obat yang baik dan benar
  Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
  Dosis yang diberikan harus tepat.
  harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


  indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
  kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :


1.        Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Spuit 1 cc / spuit insulin
4.        Kapas alcohol dalam tempatnya
5.        Cairan pelarut
6.        Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7.        Bengkok
8.        Perlak dan alasnya
9.        Karet pembendung

Prosedur Kerja:
1.        Cuci tangan
2.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4.        Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila
obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5.        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6.        Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7.        Desinfeksi dengan kapas alcohol
8.        Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang
akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9.        Ambil spuit yang berisi obat
10.    Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh
darah
11.    Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
obat hingga habis
12.    Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan
dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13.    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14.    Cuci tangan.

5.         Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )


Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam
wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a.         injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam
botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
b.        Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
c.         Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d.        Obat yang baik dan benar.
e.         Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
f.         Dosis yang diberikan harus tepat.
g.        tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi

Indikasi dan kontra indikasi


  indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
  kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.

Alat dan bahan :


1.        Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Wadah cairan ( kantong / botol )
4.        Kapas alcohol dalam tempatnya

Prosedur Kerja :
1.        Cuci tangan
2.        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6.        Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7.        Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-
lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8.        Periksa kecepatan infus.
9.        Cuci tangan
10.    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat

Daerah Penyuntikan
  Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
  Pada Tungkai (v. Spahenous)
  Pada Leher (v. Jugularis)
  Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
6.         Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1.        Spuit dan jarum sesuai ukuran
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Selang intravena
4.        Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1.        Cuci tangan
2.        Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3.        Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4.        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5.        Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6.        Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7.        Setelah selesai tarik spuit.
8.        Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9.        Cuci tangan
10.    Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7.         Pemberian Obat per Intramuskuler


Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada
daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi
tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan


a.         Tempat injeksi.
b.        Jenis spuit dan jarum yang digunak
c.         Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
d.        Kondisi atau penyakit klien.
e.         Obat yang tepat dan benar.
f.         Dosis yang diberikan harus tepat.
g.        Pasien yang tepat.
h.        Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.

Indikasi dan kontra indikasi


  indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
  kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.

Alat dan bahan :


1.        Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2.        Obat dalam tempatnya
3.        Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak
panjang : 1,25-2,5cm.
4.        Kapas alcohol dalam tempatnya
5.        Cairan pelarut
6.        Bak injeksi
7.        Bengkok

Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada
bak injeksi
4)        Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6)        Lakukan penyuntikan:
a.         Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi
b.        Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
c.         Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah
d.        Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7)        Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus
8)        Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan-lahan hingga habis

Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan  obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa
dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
Persiapan alat dan bahan:
b.      Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
c.       Pipet
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
j.        Sarung tangan
k.      Air hangat / kapas pelembat.

Prosedur keja:
1.      Cuci tangan
2.      Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan
4.      Gunakan sarung tangan
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut mata k arahhidung
apabila sangat kotor,   basuh dengan air hangat.
6.      Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di atas
tulang orbita.
7.      Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes
mata.
8.      Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian
pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai,
anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9.      Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10.  Cuci tangan
11.  Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian . 

Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat  berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan
infeksi  telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan  :
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Penetes
c.       Spekulum telinga
d.      Pinset anatomi dalam tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur  kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur  yang akan dilakukan
3.      atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4.      Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke belekang pada orng
dewasa dan k bawah pada anak
5.      Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi pada
dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
6.      Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang
telinga
7.      Pertahankan posisi kepala  2-3m
8.      Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9.      Cuci tangan
10.  Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan
hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Pipet
c.       Spekulum hidung
d.      Pinset anatomi pada tempatnya
e.       Korentang dalam tempatnya
f.       Plester
g.      Kain kasa
h.      Kertas tisu
i.        Balutan
Prosedur  kerja :
1.      Cuci tangan
2.      Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
3.      Atur posisi pasien dengan cara :
4.      Berikan tetesan obat  sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang  selama  5 m
6.      Cuci tangan
7.      Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat

Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran mukosa,
dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep.
DAFTAR PUSTAKA
 

Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC

Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful. 2005. Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta:EGC

Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 1.
Jakarta: EGC

Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
DISKUSI I
 Pasien fulan 35 tahun diagnose medis thypoid program terapi dokter : cefotaxim 3 x 125 mg
IV , vitamin B complex 2 x 1 amp IM , sebelumnya pasien belum pernah mendapat terapi
antibiotic cefotaxim .

DISKUSI II
 Anak bebey diagnosis medis thypoid mendapat therapy dokter cefotaxim 3 x 125 mg IV .

TUGAS DISKUSI
a.       Jelaskan program pemberian obat ( melalui apa ) pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya ,
dimana lokasinya , berapa dosis pemberian obat (ml) pada pasien tersebut.
b.      Hal – hal apasaja yang perlu diperhatikan pada kasus 1 & 2 dalam program therapy
pemberian obat.
c.       Adakah data yang kurang lengkap pada kasus 1 dan 2 dalam hal pemberian obat.

JAWABAN :
a.       Jelaskan program pemberian obat pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya, dimana lokasinya ,
berapa dosis pemberian obat :
1.      Sebelumnya pasien di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak di bawah
kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat ada alergi
antibiotic tersebut atau tidak.
Dosis sehari pasien tersebut mendapat:
pagi 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complek IM
siang hari pasien diberikan 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complex IM
malam hari 1 ampul cefotaxim.
Pada IM di suntikan pada daerah bokong , sedangkan IV di vena apabila terdapat slang infus
masukan ke slang infus.
2.      Sebelumnya anak bebey di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak di
bawah kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat ada
alergi antibiotic tersebut atau tidak.
Pemberian IV pada bayi disuntikan pada slang infus .
Dosis : 1 gr = 1000mg dioplos 10 cc
Jadi : 10 cc = 1000 mg
125 = 1000
X 10
1000 X = 1250
X = 1250
1000
X = 1.25 cc
Diberikan selama 3x sehari tiap 8 jam , dosisnya 1,25 cc setiap kali pemberian . secara
suntikan intravena lewat pembuluh darah vena .

b.      Hal yang perlu di perhatikan pada kasus 1 & 2 dalam pemberian therapy obat :
1.      Harus memperhatikan 5 tepat atau 5 benar
5 tepat pemberian dosis :
         Tepat nama pasien nya
         Tepat pemberian nama obat
         Tepat dosis obat
         Tepat cara pemberian obat
         Tepat waktu pemberian
2.      Pada bayi harus diketahui berat badan , dan umur untuk mempermudah pemberian dosis.

c.       Adakah data yang kurang tepat dalam kasus 1 & 2 dalam pemberian obat :
1.      Dalam pernyataan 1 :
2.      Dalam pernyataan 2 : kurang data berat badan , umur .

Anda mungkin juga menyukai