PENGERTIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh.
Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui diantaranya: nama generic
yang merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada
nama resmi yang memiliki arti nama di bawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama
kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimianya seperti acetylsalicylic acid
atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai
dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, bufferin, empirin,
anlagesik, dan lain-lain.
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan obat diantaranya
kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsure keasliannya, tidak ada
pencampuran dan potensi yang baik.selain kemurnian, obat juga harus memiliki
bioavailibilitas berupa keseimbangan obat, keamanan, dan efektifitas
Nama obat:
- Nama kimia : merupakan komposisi dasar atau utama dalam obat.
- Generik : obat yang sudah dapat lebel atau sertifikasi dari WHO.
- Pabrik/ dagang : obat yang beredar sesuai dengan prasarat.
Farmakologi klinik adalah ilmu yang mempelajari tentang efek obat terhadap proses
kehidupan.
Bentuk obat:
- Serbuk/ powder, contoh: waisan
- Caplet, contoh: panadol
- Tablet, contoh: bodrex
- Kapsul, contoh: diapet
- Salep, contoh: balsem cap lang
- Tetes, contoh: insto
- Cair, contoh: komix
Perjalanan obat/ Farmakokinetik adalah suatu proses yang mencakup nasib obat dalam
tubuh.
Perjalanan Obat:
- Absorsi, adalah proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan.
- Distribusi, adalah perjalanan obat setelah diabsorsi. Obat akan didisribusikan/ disalurkan
keseluruh tubuh/ organ yang bermasalah melalui sirkulasi darah.
- Biotransformasi, adalah proses perubahan struktur obat yang terjadi didalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim.
- Ekskresi, adalah proses dikeluarkannya obat dari tubuh melalui organ ekskresi (ginjal, paru-
paru, dan kulit) dalam bentuk metabolid hasil biotransformasi.
b. Intramuscular (im) : Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan
absorpsi. Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Kelebihan :
tidak diperlukan keahlian khusus,
dapat dipakai untuk pemberian obat larut dalam minyak,
absorbsi cepat obat larut dalam air.
Kekurangan :
rasa sakit, tidak dapat dipakai pada gangguan bekuan darah (Clotting time),
bioavibilitas bervariasi, obat dapat menggumpal pada lokasi penyuntikan.
c. Subkutan (SC) : Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap
jaringan. Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih
lama. Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan
dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi. Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor
juga dapat memperlambat absorpsinya Penyuntikkan dibawah kulit
Kelebihan :
diperlukan latihan sederhana,
absorbs cepat obat larut dalam air,
mencegah kerusakan sekitar saluran cerna.
Kekurangan :
dalam pemberian subkutan yaitu rasa sakit dan kerusakan kulit,
tidak dpat dipakai jika volume obat besar,
bioavibilitas bervariasi sesuai lokasi.
Efeknya agak lambat
d. Intrathecal: obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu cerebrospinal
seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.
5. Implantasi
Kelebihan :
Bentuk oral pellet steril,
obat dicangkokkan dibawah kulit, terutama digunakan untuk efek sistemik lama, misalnya
obat-obat hormon kelamin (estradiol dan testoteron)
kekurangan :
Resorpsinya lambat,
satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara perlahan-lahan selama 3-5 bulan lamanya.
6. Rektal
obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada
suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek local. Bentuknya
suppositoria dan clysma obat pompa. Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan
supositoria.
Kelebihan :
Baik sekali untuk obat yang dirusak oleh asam lambung,
diberikan untuk mencapai takaran yang cepat dan tepat,
tidak dapat dipakai jika pasien tidak biasa per-oral,
tidak dapat mencegah “first-pass-metabolism”,
pilihan terbaik untuk anak-anak.
Kekurangan :
absorbsi tidak adekuat,
banyak pasien tidak nyaman / risih per-rektal.
7. Transdermal
Transdermal adalah rute administrasi dimana bahan aktif yang disampaikan dikulit untuk
distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit, berupa plester. Obat menyerap
secara perlahan dan kontinyu, masuk ke sistem peredaran darah, langsung ke jantung.
Umumnya untuk gangguan jantung misalnya angina pectoris, tiap dosis dapat bertahan 24
jam.
Kelebihan :
Durasi yang lama dari tindakan yang mengakibatkan penurunan frekuensi dosis,
Peningkatan kenyamanan untuk mengelolah obat-obatan yang tidak akan membutuhkan
dosis sering,
meningkatkan bioavaibilitas,
lebih seragam plasma level,
mengurangi efek samping dan terapi karena pemeliharaan kadar plasma sampai akhir
interval pemberian dosis,
Obat terhindar dari first passed effect,
terhindar dari degradasi oleh saluran gastro interstinal,
Absorbsi obat relative konstan dan kontinyu.
Kekurangan :
Memiliki koefisien partisi sedang (larut dalam lipid maupun air),
memiliki titik lebut yang relative rendah,
memiliki effective dose yang relative rendah,
range obat terbatas (terutama terkait untuk molekulnya),
dosis harus kecil,
kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit, tidak semua bagian tubuh dapat
menjadi tempat aplikasi obat-obat transdermal. Misalnya telapak kaki,dll,
8. Inhalasi
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara local, pada
salurannya, misalnya salbutamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen. Obat diberikan untuk disedot melalui hidung atau
mulut atau disemprotkan Penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan
pernafasan. Bentuk sediaan : Gas dan Zat padat, tetapi bisa juga mempunyai efek sistemik.
Kelebihan :
absorpsi terjadi cepat dan homogen,
kadar obat dapat terkontrol,
terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus.
Kekurangan :
Metode ini lebih sulit dilakukan,
memerlukan alat dan metode khusus, s
sukar mengatur dosis
sering mengiritasi paru.
9. Intranasal
Pemberian obat secara intranasall merupakan alternative ideal untuk menggantikan sistem
penghantaran obat sistemik parenteral.
Kelebihan :
Pencegahan eliminasi lintas perta hepatic
Metabolisme dinding saluran cerna atau destruksi obat disaluran cerna kecepatan dan
jumlah absorpsi
Profil konsentrasi obat versus waktu relatif sebanding dengan pengobatan secara intravena
Kekurangan :
Secara kosmetik tidak menarik
Absorbsi tidak adekuat
10. Pervaginam
Obat diberikan melalui selaput lendir/mukosa vagina, Diberikan pada antifungi dan anti
kehamilan, Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara local. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk
salep dan suppositoria
Kelebihan :
Obat cepat bereaksi
Efek yang ditimbulkan bersifat lokal
Kekurangan :
Dapat membangkitkan rasa malu
Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia
Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk
11. Topikal
Pemberian topikal dilakukan dengan mengoleskannya disuatu daerah kulit, memasang balutan
yang lembab, merendam bagian tubuh dalam larutan, atau menyediakan air mandi yang
dicampur obat. Obat diberikan secara topikal dengan menggunakan cakram atau lempeng
transdermal. Contoh : nitrogliserin, skopolamin, fentanil, dan estrogen. Cakram melindungi
salep obat pada kulit.. Obat topikal ini dapat diberikan sekurang-kurangnya 24 jam sampai
tujuh hari.
Kelebihan :
untuk efek local; efek smping sistemik minimal,
mencegah “first-pass effect”,
untuk efek sistemik, menyerupai IV infuse (zero-order),
kekurangan :
secara kosmetik kurang menarik,
absorbsi tidak menentu.
Cara Menyimpan Obat
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat
obat akan berkurang. Tanda-tanda kerusakan obat kadang kala tampak dengan jelas, misalnya
bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya
ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak
berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. berkurangnya zat aktif hanya
dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium. Menurut aturan internasional, kadar obat
aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10%
dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Aturan penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya disimpan di tempat
yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab dan cahaya. Dan hendaknya di suatu
tempat yang tidak bisa dicapai oleh anak-anak, agar jangan dikira sebagai permen berhubung
bentuk dan warnanya kerapkali sangat menarik. Obat-obat tertentu harus disimpan di lemari
es dan persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misal insulin.
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja,
dan tepat pendokumentasian.
4) Bantu untuk meminumnya:
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah
yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat
dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman
c. Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan
mencatat hasilpemberian obat
6) Cuci tangan
Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.• Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat
dari sakit.• Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan
hati dapat dihindari.
Persiapan Alat :
a. Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
1. Beri obat kepada pasien
2. Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah hingga larut seluruhnya.
3. Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan tidak berbicara selama obat
belum larut seluruhnya.
Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara
gusi dengan membran mukosa diantara pipi
Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat secara oral.
Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat
diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi
jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di
bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian
ventral.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Tempat injeksi
b. Jenis spuit dan jarum yang digunakan
c. Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
d. Kondisi atau penyakit klien
e. Pasien yang benar
f. Obat yang benar
g. Dosis yang benar
h. Cara atau rute pemberian obat yang benar
i. Waktu yang benar
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3) Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan
keataskan
4) Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut)
kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
instrument atau injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
11) Catat reaksi pemberian
12) Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.
Daerah Penyuntikan
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan
tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3. Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada
daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan
daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin
yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe
larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (
insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4) Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5) Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka
pada bak injeksi.
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7) Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8) Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan
permukaan kulit.
9) Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10) Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam
bengkok.
11) Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis
obat.
12) Cuci tangan
Daerah Penyuntikan
Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari
Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila
obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5. Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6. Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7. Desinfeksi dengan kapas alcohol
8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang
akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau
membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9. Ambil spuit yang berisi obat
10. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh
darah
11. Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
obat hingga habis
12. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan
dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14. Cuci tangan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke
ataskan
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7. Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-
lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8. Periksa kecepatan infus.
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
Daerah Penyuntikan
Pada Lengan (v. mediana cubiti / v. cephalika)
Pada Tungkai (v. Spahenous)
Pada Leher (v. Jugularis)
Pada Kepala (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak
6. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
Alat dan bahan :
1. Spuit dan jarum sesuai ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Selang intravena
4. Kapas alcohol
Prosedur Kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4. Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5. Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6. Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7. Setelah selesai tarik spuit.
8. Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9. Cuci tangan
10. Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya
Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada
bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6) Lakukan penyuntikan:
a. Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah
d. Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring
mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus
8) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara
perlahan-lahan hingga habis
Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan
pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa
dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
Persiapan alat dan bahan:
b. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
c. Pipet
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
j. Sarung tangan
k. Air hangat / kapas pelembat.
Prosedur keja:
1. Cuci tangan
2. Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari sudut mata k arahhidung
apabila sangat kotor, basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari,jari telunjuk di atas
tulang orbita.
7. Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata dengan perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes
mata.
8. Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas pinggir kelopak mata kemudian
pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai,
anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas.biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian .
Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes pada telinga atau salep. Pada
umumnya, obat tetes telinga yang dapat berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan
infeksi telinga. Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati , usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
4. Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau ke belekang pada orng
dewasa dan k bawah pada anak
5. Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosisi pada
dinding saluaran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara
6. Aoabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau oleskan salep pada liang
telinga
7. Pertahankan posisi kepala 2-3m
8. Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9. Cuci tangan
10. Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.
Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan
hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi pada tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara :
4. Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 m
6. Cuci tangan
7. Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat
Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran mukosa,
dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep.
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, Jakarta: EGC
Hidayat, AAA. Uliyah, Musriful. 2005. Buku Saku Pratikum: Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta:EGC
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 1.
Jakarta: EGC
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan Edisi
2. Jakarta:Salemba Medika
DISKUSI I
Pasien fulan 35 tahun diagnose medis thypoid program terapi dokter : cefotaxim 3 x 125 mg
IV , vitamin B complex 2 x 1 amp IM , sebelumnya pasien belum pernah mendapat terapi
antibiotic cefotaxim .
DISKUSI II
Anak bebey diagnosis medis thypoid mendapat therapy dokter cefotaxim 3 x 125 mg IV .
TUGAS DISKUSI
a. Jelaskan program pemberian obat ( melalui apa ) pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya ,
dimana lokasinya , berapa dosis pemberian obat (ml) pada pasien tersebut.
b. Hal – hal apasaja yang perlu diperhatikan pada kasus 1 & 2 dalam program therapy
pemberian obat.
c. Adakah data yang kurang lengkap pada kasus 1 dan 2 dalam hal pemberian obat.
JAWABAN :
a. Jelaskan program pemberian obat pada kasus 1 & 2 bagaimana caranya, dimana lokasinya ,
berapa dosis pemberian obat :
1. Sebelumnya pasien di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak di bawah
kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat ada alergi
antibiotic tersebut atau tidak.
Dosis sehari pasien tersebut mendapat:
pagi 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complek IM
siang hari pasien diberikan 1 ampul cefotaxim IV dan 1 ampul B complex IM
malam hari 1 ampul cefotaxim.
Pada IM di suntikan pada daerah bokong , sedangkan IV di vena apabila terdapat slang infus
masukan ke slang infus.
2. Sebelumnya anak bebey di cek dulu alergi terhadap antibiotic cefotaxim dengan IC letak di
bawah kulit yang tidak berpembuluh darah lingkari dan tulis jam setelah 15 menit lihat ada
alergi antibiotic tersebut atau tidak.
Pemberian IV pada bayi disuntikan pada slang infus .
Dosis : 1 gr = 1000mg dioplos 10 cc
Jadi : 10 cc = 1000 mg
125 = 1000
X 10
1000 X = 1250
X = 1250
1000
X = 1.25 cc
Diberikan selama 3x sehari tiap 8 jam , dosisnya 1,25 cc setiap kali pemberian . secara
suntikan intravena lewat pembuluh darah vena .
b. Hal yang perlu di perhatikan pada kasus 1 & 2 dalam pemberian therapy obat :
1. Harus memperhatikan 5 tepat atau 5 benar
5 tepat pemberian dosis :
Tepat nama pasien nya
Tepat pemberian nama obat
Tepat dosis obat
Tepat cara pemberian obat
Tepat waktu pemberian
2. Pada bayi harus diketahui berat badan , dan umur untuk mempermudah pemberian dosis.
c. Adakah data yang kurang tepat dalam kasus 1 & 2 dalam pemberian obat :
1. Dalam pernyataan 1 :
2. Dalam pernyataan 2 : kurang data berat badan , umur .