Anda di halaman 1dari 32

FARMAKOLOGI DASAR

“PENGARUH DOSIS TERHADAP EFEK FARMAKOLOGI”

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah Farmakologi
Toksikologi 1 Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga Dan Kesehatan
Oleh :
KELOMPOK 5

Norma R. Nihali (821319042)


Sulistiawati Panyue (821319046)
Febriyaningsi Radjak (821319051)
Mita Eka Sukmawati (821319058)
Wahida A. Tahir (821319068)
Novita R. Djali (821319071)

KELAS B - D3 FARMASI 2019


ASISTEN: ZULFA AMALIA ASTUTI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-III
2020

1
FARMAKOLOGI DASAR
“PENGARUH DOSIS TERHADAP EFEK FARMAKOLOGIS”

Oleh

KELOMPOK : 5

Norma R. Nihali (821319042)


Sulistiawati Panyue (821319046)
Febriyaningsi Radjak (821319051)
Mita Eka Sukmawati (821319058)
Wahida A. Tahir (821319068)
Novita R. Djali (821319071)

Gorontalo, 9 Mei 2020 NILAI


Mengetahui,
Asisten

Zulfa Amalia Astuti

2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayahnya sehingga kami sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Farmakologi Toksikologi 1 tentang “Pengaruh Dosis Terhadap Efek
Farmakologis”
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak ibu dosen dan asisten yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan Farmakologi Toksikologi 1 “Pengaruh
Dosis Terhadap Efek Farmakologis” yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga laporan Farmakologi Toksikologi 1 “Pengaruh Dosis Terhadap
Efek Farmakologis”ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Gorontalo, 9 Mei 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUA ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Manfaat ..................................................................................................2
1.4 Prinsip ....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3
2.1 Dasar Teori ............................................................................................3
2.1.1 Definisi Obat ................................................................................3
2.1.2 Macam-macam Dosis ...................................................................4
2.2 Uraian Hewan ........................................................................................7
2.3 Uraian Bahan .........................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................9
3.1 Alat dan Bahan .......................................................................................9
3.2 Cara Kerja ..............................................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................10
4.1 Hasil .......................................................................................................11
4.2 Perhitungan Dosis ..................................................................................11
4.3 Pembahasan ............................................................................................14
BAB V PENUTUP .............................................................................................17
5.1 Kesimpulan .............................................................................................17
5.2 Saran .......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh
termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara pemberian
merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh
karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi,
kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yangdapat diserap), cepat atau
lambatnya obat mulai bekerja(onset of action), lamanya obat bekerja(duration of
action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis
yangtepat untuk memberikan respons tertentu
Perkembangan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi kini semakin
maju. Kemajuannya dalam bidang tersebut sudah dapat dirasakan oleh masyarakat
diseluruh penjuru dunia. Salah satu kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah dalam ilmu kesehatan. Hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
sangat erat kaitannya dengan ilmu farmasi. Farmasi adalah ilmu meracik obat-
obatan yang nantinya akan diberikan kepada seorang pasien dengan tujuan untuk
penyembuhan serta dapat mengetahui hal yang ada kaitannyadengan obat baik
dari segi farmakodinamik, farmasetik, farmakokinetik, dan juga dari segi
farmakologi dan toksikologinya. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus
dengan farmasi, yaitu ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan
menyediakan obat (Marjono, 2011).
Toksikologi berkembang luas di bidang kimia, kedokteran hewan,
kedokteran dasar klinik, pertanian, perikanan, industry, etimologi hokum dan
lingkungan. Perkembangan ini memungkinkan terjadinya reaksi dalam tubuh dan
dalam jumlah yang kecil. Beberapa macam keracunan telah diketahui terjadi
berdasarkan kelainan genetic, gejala keracunan dan tindakan untuk mengatasinya
berbeda-beda.peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berjalan sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana carakita sebagai
mahasiswa maupun sebagai seorang peneliti dalam hal ini mengetahui tentang

1
kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek
toksiknya
maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji atau
hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk
keperluan penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut di gunakan sebagai uji
praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.dalam
praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit
merupakan hewan yang mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik,
cenderung dan bersembunyi. Sehingga hewan tersebut sering dan banyak
digunakan didalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Dosis terhadap mekanisme obat fenobarbital jika
diberikan dengan rute yabg sama dan dosis yang berbeda-beda dengan
melihat sleeping time dan reflek balik badan
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui Pengaruh Dosis terhadap mekanisme obat
fenobarbital jika diberikan dengan rute yabg sama dan dosis yang berbeda-
beda dengan melihat sleeping time dan reflek balik badan
1.3 Prinsip
Dosis yang diberikan pada hewan uji dapat dilihat dari berat mencit dan
efek farmakologi dapat dilihat dari kadar dosis yang diberikan serta rute
pemberiannya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Dosis Obat
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam
satuan berat (gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau
unit-unit lainnya (unit internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang
dimaksud dengan dosis obat yaitu sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik
pada penderita dewasa, juga disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis
terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapeutik terutama obat
yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai
dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan kematian disebut
sebagai dosis letal (Ketut Budisia.,dkk,2016).
Bahan obat adalah zat aktif yang dapat berfungsi untuk mencegah,
meringankan, menyembuhkan atau mengenali penyakit. Obat adalah bentuk-
bentuk sediaan tertentu dari bahan obat yang digunakan pada hewan dan manusia.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. (Nugroho, 2012)
Salah satu kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dalam
ilmu kesehatan. Hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sangat erat kaitannya
dengan ilmu farmasi. Farmasi adalah ilmu meracik obat-obatan yang nantinya
akan diberikan kepada seorang pasien dengan tujuan untuk penyembuhan serta
dapat mengetahui hal yang ada kaitannyadengan obat baik dari segi
farmakodinamik, farmasetik, farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan
toksikologinya. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi,
yaitu ilmu cara membuat, menformulasi, menyimpan dan menyediakan obat
(Marjono, 2011).
Dalam farmakologi, dasar-dasar kerja obat diuraikan dalam dua fase
yaitufase farmakokinetik dan fase farmakodinamik. Dalam terapi obat, obat

3
yangmasuk dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya
mengalamiabsorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai ke tempat kerja
(reseptor) dan menimbulkan efek , kemudian dengan atau tanpa biotransformasi
( metabolisme )lalu di ekskresi kan dari tubuh. proses tersebut dinyatakan sebagai
prosesfarmakokinetik. Farmakodinamik, menguraikan mengenai interaksi obat
denganreseptor obat; fase ini berperan dalam efek biologik obat pada tubuh
(Adnan,2011).
Banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana dosis obat tertentu akan
mempengaruhi pasien.Karena tidak semua pasien memiliki ukuran berat, usia, dan
seks yang sama, akan lebih bijaksana jika mempertimbangkan bagaimana faktor-
faktor yang mungkin akan mempengaruhi seberapa banyak obat yang harus
diterima seseorang dan efek obat yang akan terjadi pada pasien. Rekomendasi
yang sering digunakan untuk pengobatan dengan dosis dewasa, seperti yang
ditemukan dalam referensi standar, didasarkan pada asumsi bahwa pasien adalah
"normal" dewasa. Seperti "normal" (atau rata-rata) dewasa dikatakan 5 kaki 9 inci
(173 cm) tinggi dan berat 154 lbs (70 kilogram). Namun, banyak orang yang tidak
cocok dengan kategori ini. Oleh karena itu, faktor-faktor berikut harus
dipertimbangkan ketika pasien menerima obat yaitu berat badan, luas permukaan
tubuh, usia, kelamin, faktor genetik, kondisi fisik pasien, kondisi psikologi pasien,
toleransi, waktu pemberian, interaksi obat, dan rute pemberian obat (Adnan,2011).
2.1.1 Macam-macam Dosis
Macam-macam dosis menurut Adlan S., (2010), yaitu :
a) Dosis minimal: dosis yang paling kecil yang masih memberiakan efek
terapeutik.
b) Dosis maksiamal: dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa
efek toksis
c) Dosis permulaan: dosis yang diberkan pada permulaan menggunaan obat
untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.
d) Dosis pemeliharaan: dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak kambuh
lagi.

4
e) Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis): dosis optimal atau yang
paling baik.
f) Dosis toksik: penggunaan obat melibihi dosis maksimal.
g) Dosis letalis: dosis yang menimbulkan kematian.
h) Dosis ganda: pemberiaan dosis tunggal yang berulang mengakibatkan
akumulasi obat dalam tubuh, supaya MEC ( minimal effect concentration )
tercapai.
Adapun macam-macam dosis obat menurut Dewi (2010), yaitu :
a) Dosis toksik, yaitu dosis yang menimbulkan gejala keracunan.
b) Dosis minimal, yaitu dosis yang paling kecil yang masih mempunyai efek
terapeutik.
c) Dosis maksimal,yaitu dosis terbesar yang mempunyai efek terapeutik, tanpa
gejala/ efek toksik.
d) Dosis terapeutik, yaitu dosis diantara dosis minimal dan maksimal yang
dapat memberikan efek menyembuhkan/terapeutik. Dosis ini dipengaruhi
oleh Umur, Berat badan, jenis kelamin, waktu pemberian obat, cara
pemberian obat.
2.1.3 Definisi Efek Obat
Obat keras adalah adalah golongan obat hanya dapat dibeli dengan resep
dokter. Obat golongan ini dianggap tidak aman atau penyakit yang menjadi
indikasi obat tidak mudah didiagnosis oleh orang awam. Obat golongan ini
bertanda dot merah. Contoh obat keras adalah antibiotika, antihistaminika untuk
pemakaian dalam dan semua obat suntik. Psikotropika adalah zat atau obat baik
alamiah atau sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh zat psikotropik adalah fenobarbital,
diazepam, dan amitriptilin.
Fenobarbital (asam 5,5 fenil etil barbiturat) merupakan obat yang efektif
untuk kejang parsial sederhana kompleks dan kejang tonik-klonik umum (grand
mal). Efikasi, toksisitas yang rendah, serta harga yang murah menjadikan
fenobarbital obat yang penting untuk tipe-tipe epilepsi ini. Efek sedasi serta

5
kecenderungan menimbulkan gangguan perilaku pada anak telah mengurangi
penggunaannya sebagai obat utama (Harsono dkk., 2011).
Fenobarbital dan obat golongan barbiturat lainya bekerja dengan
mempengaruhi reseptor GABA, resptor GABA yang dipengaruhi barbiturat
adalah subtipe A (GABAA) dan B (GABAB). Barbiturat akan memperpanjang
pembukaan kanal ion klorida pada reseptor GABA, yang akan mengakibatkan
keadaan hiperpolariasi menjadi lebih panjang sehingga terjadi peningkatan proses
inhibisi. Barbiturat dapat mengurangi depolarisasi pada reseptor glutamat. Pada
dosis tinggi barbiturat dapat bersifat GABA mimetik, sehinga dapat mengaktfikan
reseptor GABA tanpa adanya GABA (Katzung dan Masters 2012).
Fenobarnital merupakan senyawa organik pertama yang digunakan dalam
pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan
menaikkan ambang rangsang. Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua
tingkat depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat
anesthesia, koma sampai dengan kematian. Efek hipnotik fenobarbital dapat
dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik (Harsono dkk., 2011

2.2 Uraian Hewan


2.2.1 Mencit (Mus musculus) (Syafri, M. 2010)
Sistem taksonomi mencit adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia Gambar 2.2.1
Mus musculus
Genus : Mus
Spesies                 : Mus musculus
Mencit memiliki beberapa data biologis, diantaranya:
Lama hidup : 1-2 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama bunting : 19-21 hari

6
Kawin sesudah beranak : 1-24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : poliestrus
Perkawinan : pada waktu estrus
Berat dewasa : 20-40 gram (jantan) dan 18-35 gram
(betina)
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Etanol (FI EDISI IV, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07 g/mol
Pemerian :cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, mudah bergerak, bau khas, rasa
panas, mudah terbakar dengan memberikan
warna biru yang tidak berasap
Kelarutan : sangat mudah larut dalam udara, kloroform
P, dan eter P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari api.
Kegunaan : zat tambahan
2.3.2 Fenobarbital (FI EDISI IV, 1995)
Nama resmi : PHENOBARBITALIUM
Nama lain : Fenobarbital
Rumus molekul : C12H12N2O3
Berat molekul : 232,235 g/mol
Rumus struktur :

FI EDISI IV, 1995


Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau,
rasa pahit
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
(95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali
hidroksida, dan dalam larutan alkali karbonat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : menganastesi hewan coba
Khasiat : hipnotikum, sedative

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan

8
Dalam proses pelaksanaan praktikum ini, kami menggununakan beberapa
alat yaitu Spuit injeksi, spuit untuk oral, timbangan analitik digital, labu takar,
gelas beker, Erlenmeyer, pengaduk, pipet volume dan bahan yaitu etanol dan
fenobarbital.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Cara Kerja Pemberian Secara Oral Pada Mencit 22 g
1. Disiapkan alat bahan dan hewan uji
2. Diberikan fenobarbital sebanyak 10 mg
3. Diberikan fenobarbital melalui mulut dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus
4. Dihitung waktu terjadinya sleeping time
5. Dihitung waktu terjadinya respon balik
3.2.2 Cara kerja Pemberian Secara Oral Pada Mencit 23 g
1. Disiapkan alat bahan dan hewan uji
2. Diberikan fenobarbital 20 mg
3. Diberikan fenobarbital melalui mulut dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus
4. Dihitung waktu terjadinya sleeping time
5. Dihitung waktu terjadinya respon balik
3.2.3 Cara kerja Pemberian Secara Oral Pada Mencit 27 g
1. Disiapkan alat bahan dan hewan uji
2. Diberikan fenobarbital 30 mg
3. Diberikan fenobarbital melalui mulut dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus
4. Dihitung waktu terjadinya sleeping time
5. Dihitung waktu terjadinya respon balik
3.2.4 Cara kerja Pemberian Secara Oral Pada Mencit 25 g
1. Disiapkan alat bahan dan hewan uji

9
2. Diberikan fenobarbital 40 mg
3. Diberikan fenobarbital melalui mulut dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus
4. Dihitung waktu terjadinya sleeping time
5. Dihitung waktu terjadinya respon balik

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

10
Waktu
Dosis Obat BB Jam Sleeping Reflek Balik
Rute
Fenobarbital Mencit Pemberian Time Badan
(Onset) (Durasi)
P.O 10 mg 22 08.00 08.50 09.15
P.O 20 mg 23 08.00 08.40 09.25
P.O 30 mg 27 08.00 08.38 09.17
P.O 40 mg 25 08.00 08.20 09.30

4.2 Perhitungan Dosis


4.2.1 Perhitungan dosis Fenobarbital pada mencit P.O
Dosis lazim untuk manusia = 10 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 2 = Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 10 mg x 0.0026
= 0.026 mg
Untuk mencit berat 22 g = 22 g / 20 g x 0,026 mg
= 0,0286 mg

Dosis ini diberikan dalam volume = 1 ml


Dibuat larutan persediaan = 100 ml
Jumlah glibenklamid yang ditimbang = 100 ml / 1 ml x 0,0286 mg
= 2,86 mg
% kadar glibenklamid = 2,86 g / 100 ml x 100 %
= 2,86 %
Jika akan digunakan tablet Glibenkalmid, maka timbang tablet g
libenkalmid yang akan digunakan 
Berat 1 tablet = 26 mg / tab 
Berat serbuk glibenklamid yang timbang = 2,86 mg / 10 mg x 26 mg
= 7,436 mg
4.2.2 Perhitungan dosis Fenobarbital pada mencit P.O
Dosis lazim untuk manusia = 20 mg

11
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis Lazim x Faktor
Konversi
= 20 mg x 0.0026
= 0.052 mg
Untuk mencit berat 23 g = 23 g / 20 g x 0,052 mg
= 0,0598 mg

Dosis ini diberikan dalam volume = 1 ml


Dibuat larutan persediaan = 100 ml
Jumlah glibenklamid yang ditimbang = 100 ml / 1 ml x 0,0598 mg
= 5,98 mg
% kadar glibenklamid = 5,98 g / 100 ml x 100 %
= 5,98 %
Jika akan digunakan tablet Glibenkalmid, maka timbang tablet
glibenkalmid yang akan digunakan 
Berat 1 tablet = 36 mg / tab 
Berat serbuk glibenklamid yang timbang = 5,98 mg / 20 mg x 36 mg
= 3,156 mg
4.2.3 Perhitungan dosis Fenobarbital pada mencit P.O
Dosis lazim untuk manusia = 30 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis Lazim x Faktor
Konversi
= 30 mg x 0.0026
= 0.078 mg
Untuk mencit berat 27 g = 27 g / 20 g x 0,078 mg
= 0,1053 mg

Dosis ini diberikan dalam volume = 1 ml


Dibuat larutan persediaan = 100 ml
Jumlah glibenklamid yang ditimbang = 100 ml / 1 ml x 0,1053 mg
= 10,53 mg

12
% kadar glibenklamid = 10,53 g / 100 ml x 100 %
= 10,53 %
Jika akan digunakan tablet Glibenkalmid, maka timbang tablet
glibenkalmid yang akan digunakan 
Berat 1 tablet = 46 mg / tab 
Berat serbuk glibenklamid yang timbang = 10,53 mg / 30 mg x 46 mg
= 16,146 mg
4.2.4 Perhitungan dosis Fenobarbital pada mencit P.O
Dosis lazim untuk manusia = 40 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis Lazim x Faktor
Konversi
= 40 mg x 0.0026
= 0.104 mg
Untuk mencit berat 25 g = 25 g / 20 g x 0,104 mg
= 0,13 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 1 ml
Dibuat larutan persediaan = 100 ml
Jumlah glibenklamid yang ditimbang = 100 ml / 1 ml x 0,13 mg
= 13 mg
% kadar glibenklamid = 13 g / 100 ml x 100 %
= 13 %
Jika akan digunakan tablet Glibenkalmid, maka timbang tablet
glibenkalmid yang akan digunakan 
Berat 1 tablet = 56 mg / tab 
Berat serbuk glibenklamid yang timbang = 13 mg / 40 mg x 56 mg
= 18,2 mg

4.3 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kami membahas mengenai pengaruh dosis
terhadap efek farmakologinya maka oleh karena itu dalam praktikum ini kami
membandingkan tentang berapa jumlah dari pemberian anestesinya dengan

13
perbandingan berat badan serta durasi waktu yang dimiliki oleh seekor mencit
ketika pingsan hingga bangun kembali. Anestesi merupakan suatu tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan
untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston,
2011). Dan anestesi yang kami lakukan adalah anestesi melalui oral, namun
setahu kami anestesi melalui oral memiliki kekurangan yakni efek obat akan
berkurang pada dikarenakan telah mengalami absorbs terlebih dahulu, pada
bagian pencernaan sehingga hal ini memicu berkurangnya dosis pada wilayah
kerja (reseptor) yang ada di dalam tubuh (Hendra Stevani, 2016)
Dosis dapat berpengaruh terhadap efek farmakologi, karena hanya dosis
yang tepat yang akan menyebabkan efek farmakologi dan memberikan efek terapi.
Namun apabila dosis yang digunakan tidak tepat dia dapat bersifat toksik dan
yang bias merugikan dan jika dosis kurang maka kemungkinan efek farmakologi
tidak akan terjadi. Maka dari itu pengaruh dosis sangat penting dalam
mempengaruhi efek farmakologi.
Faktor yang biasa mempengaruhi dosis zat kimia atau biologis apa pun
(bahan aktif) memiliki beberapa faktor yang sangat penting untuk
efektivitasnya. Yang pertama adalah konsentrasi, yaitu berapa banyak agen yang
diberikan sekaligus. Faktor lain adalah lamanya paparan. Beberapa obat atau
suplemen memiliki fitur pelepasan lambat di mana bagian obat dimetabolisme
pada waktu yang berbeda, yang mengubah dampak bahan aktif terhadap
tubuh. Beberapa zat dimaksudkan untuk dikonsumsi dalam dosis kecil selama
periode waktu yang lama untuk mempertahankan tingkat yang konstan dalam
tubuh, sementara yang lain dimaksudkan untuk memiliki dampak yang besar
sekali dan dikeluarkan dari tubuh setelah pekerjaannya selesai. Ini sepenuhnya
tergantung pada fungsi obat.
Dosis obat resep biasanya didasarkan pada berat badan. Obat obatan
diberikan dengan dosis yang direkomendasikan dalam milligram atau mikrogram
per kilogram berat badan, dan yang digunakan bersamaan dengan berat badan
pasien untuk menentukan dosis yang aman. Dalam scenario dosis tunggal, berat

14
badan pasien dan dosis yang direkomendasikan obat per kilogram digunakan
untuk menentukan dosis satu kali yang aman. Dalam obat-obatan di mana
beberapa dosis pengobatan diperlukan dalam sehari, dokter harus
memperhitungkan informasi mengenai jumlah total obat yang aman digunakan
dalam satu hari, danbagaimanaituharusdipecahmenjadi interval untukpengobatan
yang paling efektifuntukpasien.
Mekanisme kerja fenobarbital adalah dengan menekan neuron abnormal
secara selektif, menghambat penyebaran dan rangsangan depolarisasi dengan cara
menyekat kanal Ca2+, memperlama pembukaan kanal Cl dan menyekat respon
eksikatorik yang diinduksi oleh glutamat (Porter & Meldrum, 2002).
Cepat atau lambat nya obat berefek ditentukan oleh rute pemberian obat
yang digunakan, karena setiap rute mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Namun pada praktikum kali ini kami menggunakan rute PO.
Pemberianobatsecara per oral padamayoritashewancobamemberikanwaktu onset
yang paling lambat karena harus melalui saluran cerna dan lambat diabsorpsi oleh
tubuh serta harus mengalami fase distribusi, metabolisme dan ekskresi sebelum
menimbulkan efek. Walaupun memang ada data yang memberikan hasil bahwa
rute PO memberikan onset yang cepat, hal tersebut dapat dikarenakan dosis
ketamin yang diberikan secara peroral tidak seluruhnya masuk kedalam rongga
mulut dengan kanula.
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan untuk mengetahui
pengaruh dosis terhadap efek obat serta melihat variasi biologis terhadap efek obat
tersebut. Untuk mengetahui pengaruh pemberian obat terhadap efek obat, maka
obat diberikan kepada hewan percobaan, disini kami menggunakan hewan coba
berupa mencit rute P.O untuk memberikan obat kepada mencit. Dilakukan
perbandingan efek obat terhadap hewan coba berdasarkan jenis kelamin (jantan
dan betina) dan membandingkan efek obat secara keseluruhan antara masing-
masing mencit untuk mengetahui pengaruh variasi biologic terhadap efek obat.
Pada percobaan pertama kami menggunakan mencit dengan berat badan 28
diberikan 10 mg fenobarbital dengancara per oral yang kemudian kami amati

15
bahwa obat mulai berefek setelah 20 menit dari waktu diberikan fenobarbital dan
berlangsung selama 1 jam 3 menit.
Pada mencit kedua dengan berat badan 27,5 diberikan 20 mg fenobarbital
dengan cara per oral yang kemudian kami amati bahwa obat mulai berefek setelah
15 menit dari waktu diberikan fenobarbital dan berlangsung selama 1 jam menit
8. Pada mencit ketiga dengan berat badan 29 diberikan 30 mg fenobarbital dengan
cara per oral yang kemudian kami amati bahwa obat mulai berefek setelah 17
menit dari waktu diberikan fenobarbital dan berlangsungs elama 1 jam 20 menit.
Nah pada mencit keempat dengan berat badan 25 kami melakukan hal seperti
pada mencit 1, 2, dan 3, mencit dengan berat badan 25 diberikan
fenobarbitalsebanyak 40 mg dan mulai berefek setelah 20 menit dan onset
berlangsung selama 1 jam 30 menit.
Berdasarkan data yang kita dapatkan dari hasil penelitian kami, kami
melihat bahwa diantara 4 mencit degan masing-masingdosis yang berbeda yang
paling efektif adalah mencit dengan berat badan 25 dan dosis 40 mg
dibandingkan dengan mecit yang lain, lama sleeping time/onset mencit tersebut
mencapai 1 jam 30 menit, yang artinya bahwa obat yang diberikan menyebabkan
efek sleeping time dalam jangka waktu yang lebih lama.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

16
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
variasi biologi mempengaruhi pemberian dosis obat, rute pemberian yang
dilakukan pada praktikum kali ini meliputi per oral.
Pada mencit pertama (berat badan 22 g) obat berefek setelah 50 menit dari
waktu diberikan fenobarbital dan berlangsung selama 25 menit. Pada mencit
kedua (berat badan 23 g) obat mulai berefek setelah 40 menit dari waktu diberikan
fenobarbital dan berlangsung selama 45 menit. Pada mencit ketiga (berat badan
27 g) obat mulai berefek setelah 38 menit dari waktu diberikan fenobarbital dan
berlangsung selama 39 menit. Sedangkan pada mencit keempat (berat badan 25 g)
obat berefek setelah 20 menit dan onset berlangsung selama 10 menit.
Pemberian obat yang sama dengan cara yang sama dan dengan dosis yang
berbeda dapat memberikan respon yang bervariasi untuk tiap individu pada
populasi yang sama. Peristiwa ini disebut variasi individu terhadap obat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar dapat melengkapi fasilitas berupa alat-alat dan bahan –
bahan yang menunjang dalam proses praktikum, agar praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan kepada asisten tetap mempertahankan sifatnya yang ramah
kepada praktikan agar terjalin hubungan yang harmonis
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan praktikan dapat dapat menghargai asisten dan bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan serta menyelesaikan dengan baik dan tepat
waktu dan berperan aktif.

DAFTAR PUSTAKA

17
Adlan S., Sholahuddin. 2010. Tingkat Ketaatan Masyarakat terhadap Resep
Dokter dalam Menggunakan Obat. FK USU, Medan.

Adnan.2011.Farmakologi.Tersedia di http://kesmasunsoed.blogspot.com/2011/02/
pengantar-farmakologi.html [diakses tanggal 20 Maret 2011]

Heiserman, D.L. (2011) :Factors Which Influence Drug Dosage Effects. USA :
SweetHavenPublishing Services.

Syafri, M., (2010), bersahabat dengan hewan coba, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

Harsono. Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2011.

Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC, Jakarta

Mardjono, M., dan Sidharta, P (2010). Mekanisme Trauma Susunan Saraf Pusat.
Jakarta: Dian Rakyat.

Syafri, M., (2010), Bersahabat dengan hewan coba, Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta,

Stevani, H. (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Farmakologi.


Kementerian Kesehatan RI Pusdik SDM.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

18
Diagram Alir
a. Cara Pemberian Secara Oral Pada Mencit 22 g

Hewan Uji

Disiapkan alat bahan dan hewan uji


coba

Diberikan fenobarbital sebanyak 10


mg

Diberikan fenobarbital melalui mulut


dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit
kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus

Dihitung waktu terjadinya sleeping


time

Dihitung waktu terjadinya respon


balik

Hasil

b. Cara Pemberian Secara Oral Pada Mencit 23 g

Hewan Uji

19
Disiapkan alat bahan dan hewan uji
coba

Diberikan fenobarbital sebanyak 20


mg

Diberikan fenobarbital melalui mulut


dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit
kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus

Dihitung waktu terjadinya sleeping


time

Dihitung waktu terjadinya respon


balik

Hasil

c. Cara Pemberian Secara Oral Pada Mencit 27 g

Hewan Uji

20
Disiapkan alat bahan dan hewan uji
coba

Diberikan fenobarbital sebanyak 30


mg

Diberikan fenobarbital melalui mulut


dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit
kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus

Dihitung waktu terjadinya sleeping


time

Dihitung waktu terjadinya respon


balik

Hasil

d. Cara Pemberian Secara Oral Pada Mencit 25 g

Hewan Uji

21
Disiapkan alat bahan dan hewan uji
coba

Diberikan fenobarbital sebanyak 40


mg

Diberikan fenobarbital melalui mulut


dengan cara menempelkan sonde oral
pada langit-langit mulut mencit
kemudian memasukkannya hingga ke
esofagus

Dihitung waktu terjadinya sleeping


time

Dihitung waktu terjadinya respon


balik

Hasil

22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai