Anda di halaman 1dari 10

FARMAKOEPIDEMIOLOGI

“PERSPEKTIF FARMAKOEPIDEMIOLOGI KEBIJAKAN OBAT”

DOSEN PENGAMPU :

AYSANTI YULIANA PAULUS, S.KM., M.KES(EPID)

OLEH
KELOMPOK II:
1. Deolina Aida Sombai (20411104)
2. Dinda Yasin (20111064)
3. Dionisius N. Naru (204111045)
4. Erlizia Maria Da Graça Amaral Gusmão (204111061)
5. Fitriah Turrahman (204111055)
6. Irene Anjjely Uba Lamawitak (204111047)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karuniaNya serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang membahas tentang “Perspektif Farmakoepidemiologi : Kebijakan Obat” ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini merupakan ringkasan materi bagi para pembaca dalam pembelajaran yang
kami sajikan secara ringkas. Serta dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan
proses belajar mandiri , agar kreativitas dan pengetahuan materi dari makalah ini dapat optimal
sesuai yang diharapkan, dan dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu
mahasiswa dalam menguasai materi pelajaran.
Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan ini
masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam ilmu
pengetahuan kami, maka dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf. Sehubungan
dengan makalah ini kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang
membangun demi mencapai hasil yang lebih baik.
Akhirnya kepada Tuhan jugalah kami kembali berdoa mengharapkan semoga usaha
kami ini mendapat ridho-Nya serta dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pennggertian dari Farmakoepidemologi....................................................................3
2.2. Kebijakan Obat dalam Perspektif Farmakoepidemiologi...........................................4
2.3. Tujuan dari Kebijakan Obat........................................................................................4
2.4. Langkah-langkah Kebijakan Obat..............................................................................5
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Farmakoepidemiologi dapat didefinisikan sebagai studi tentang penggunaan serta


efek obat yang telah diuji pada manusia. Farmakoepidemiologi muncul pada awal 1960 saat
kekhawatiran tetntang efek samping obat muncul pada masyarakat sehingga mendorong
terbentuknya metode dalam mempelajari keamaan terapi obat (Storm dan Kimmel,
2008). Efek samping obat, mengarah kepada pembentukan program pemantauan obat
berbasis rumah sakit. Sistem ini dikembangkan lebih lanjut, dan farmakoepidemiolgi
diusulkan menjadi disiplin ilmu baru yang mendukung sistem ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan telah diartikan sebagai sebuah
rangkaian konsep dan asas yang akan menjadi garis besar dan sebagai dasar rencana untuk
pelaksanaan dari suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi); ungkapan cita-cita, tujuan, prinsip dan sebagai garis pedoman manajemen untuk
usaha yang mencapai sasaran.

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan.
Akses tehadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Kebijakan
pemerintah ter- hadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan
yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur berbagai ketentuan
berkaitan dengan obat.

Kebijakan obat dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan


dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari
tujuan yang hendak dicapai.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Farmakoepidemologi ?


2. Apa yang dimaksud dengan perspekti Farmakoepidemiologi kebijakan obat ?

1
3. Apa tujuan dari kebijakan obat ?
4. Apa saja langkah-langkah dari Kebijakan Obat ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Farmakoepidemiologi !


2. Untuk mengetahui perspekti Farmakoepidemiologi kebijakan obat !
3. Untuk mengetahui tujan dari kebijalkan obat !
4. Untu mengetahui langkah-langkah Kebijakan Obat !

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pennggertian dari Farmakoepidemologi

Kata Farmakoepidemiologi berasal dari kata “Pharmacon” (Obat), “Epi” (Pada),


“Demos” (Penduduk) dan “logos” (Ilmu). Farmakoepidemiologi didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang penggunaan obat dan efek sampingnya pada sejumlah besar manusia
serta menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah tersebut. Farmakoepidemiologi juga
di gunakan sebagai aplikasi, metode, latar belakang dan pengetahuan epidemiologik untuk
mempelajari penggunaan dan efek samping obat dalam suatu populasi manusia.

Farmakoepidemiologi adalah ilmu mengenai penggunaan obat dan efek obat dalam
populasi yang besar (Storm, et. al., 2011). Selain itu, studi ini berguna untuk membandingkan
ruang lingkup dengan bidang terkait (klinik, komunitas, dan farmasi sosial) juga memperkirakan
kemungkinan dan besarnya efek yang menguntungkan pada populasi atau kemungkinan dan
besarnya efek samping pada populasi tersebut (Storm, et. al., 2011). Sebagai contoh, program
kesehatan masyarakat perlu mengukur risiko dari obat – obatan yang mereka gunakan untuk
meminimalkan kerugian dan meningkatkan penggunaan, serta untuk menemukan masalah karena
kesalahan pengobatan dan obat – obatan berkualitas buruk (Pal, et. al., 2013). Sumber data dalam
farmakoepidemiologi memiliki kegunaan untuk memperoleh informasi secara optimal dari
subjek yang diteliti, informasi ini kemudian dapat diintegrasikan tergantung pada pemahaman
menyeluruh tentang data dan metode analisis. Misalnya, mengintegrasikan dan menyeimbangkan
hasil uji klinis yang berhubungan dengan manfaat dan hasil studi farmakoepidemiologi yang
kemudian berkaitan dengan resiko (Storm, et. al., 2011). Dalam pengaplikasian studi ini,
dibutuhkan data yang akan menunjukkan efek dari penggunaan obat yang dimaksud. Pemilihan
sumber data tergantung pada jenis studi farmakoepidemiologi yang direncanakan, ada berbagai
sumber data yang dapat digunakan, mulai dari prospektif pengumpulan data untuk penggunaan
data yang sudah ada, seperti data dari uji klinis yang dilakukan sebelumnya atau database dalam
cakupan yang lebih luas (Mann, 2007).

3
2.2. Kebijakan Obat dalam perspektif Farmakoepidemiologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan telah diartikan sebagai sebuah
rangkaian konsep dan asas yang akan menjadi garis besar dan sebagai dasar rencana untuk
pelaksanaan dari suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan,
organisasi); ungkapan cita-cita, tujuan, prinsip dan sebagai garis pedoman manajemen untuk
usaha yang mencapai sasaran.

Obat adalah suatu bahan atau bahan-bahan yang dimaksudkan utk dipergunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pd manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.

Kebijakan obat dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan


dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Kebijakan obat nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat baik
dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga pemerataan, pendistribusian dan penyerahan
obat-obatan harus sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya pengelolaan obat yang baik
diharapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat menjadi lebih maksimal (Depkes, 2006).

2.3. Tujuan dari Kebijakan Obat

Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang
hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan penyediaan obat esensial
dapat meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan obat.

Semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar
memberikan manfaat bagi kesehatan. Bersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi dari
salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.

• Pembiayaan Obat: Masyarakat, terutamamasyarakat miskin dapat memperoleh obat


esensial setiap saat diperlukan.

4
• Ketersediaan & pemerataan obat : Obat yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan,
terutama obat esensial senantiasa tersedia.

• Keterjangkauan: Harga obat terutama obat esensial terjangkau oleh masyarakat.

• Seleksi obat esensial: Tersedianya DOEN sesuai perkembangan ilmu pengetahuan yang
dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan secara luas.

2.4. Langkah-langkah Kebijakan Obat

1. Penilaian dan pendaftaran obat.


2. Penyusunan dan penerapan standar produk dan sistem mutu.
3. Perizinan dan sertifikasi sarana produksi dan distribusi.
4. Inspeksi sarana produksi dan sarana distribusi.
5. Pengujian mutu dengan laboratorium yang terakreditasi.
6. Pemantauan promosi obat.
7. Penilaian kembali terhadap obat yang beredar.
8. Peningkatan sarana dan prasarana pengawasan obat serta pengembangan tenaga dalam
jumlah dan mutu sesuai dengan standar kompetensi.
9. Pembentukan Pusat Informasi Obat di pusat dan daerah untuk intensifikasi penyebaran
informasi obat.
10. Peningkatan kerjasama regional maupun internasional.
11. Pengembangan peran serta masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri dari obat yang
tidak memenuhi syarat, obat palsu, dan obat illegal melalui upaya komunikasi, informasi,
dan edukasi.

5
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Farmakoepidemiologi adalah ilmu mengenai penggunaan obat dan efek obat dalam
populasi yang besar (Storm, et. al., 2011). Sebagai contoh, program kesehatan masyarakat perlu
mengukur risiko dari obat – obatan yang mereka gunakan untuk meminimalkan kerugian dan
meningkatkan penggunaan, serta untuk menemukan masalah karena kesalahan pengobatan dan
obat – obatan berkualitas buruk (Pal, et. al., 2013).

Kebijakan telah diartikan sebagai sebuah rangkaian konsep dan asas yang akan menjadi
garis besar dan sebagai dasar rencana untuk pelaksanaan dari suatu pekerjaan, kepemimpinan,
dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi); ungkapan cita-cita, tujuan, prinsip dan
sebagai garis pedoman manajemen untuk usaha yang mencapai sasaran.

Bersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan
penyalahgunaan obat Kebijakan obat nasional (KONAS) bertujuan untuk menjamin ketersediaan
obat baik dari segi jumlah dan jenis yang mencukupi, juga pemerataan, pendistribusian dan
penyerahan obat-obatan harus sesuai dengan kebutuhan.

6
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.unpad.ac.id/farmaka/article/download/10839/5173

Nangi Guntur, dkk.2019.Dasar Epidemiologi. Yogyakarta. Penerbit Deepublish


(CV.BUDI UTAMA)

Meilani Devi, Abdulah Rizky. farmaka-volume-4-nomor-3-suplemen-1-1Fakultas


Farmasi,Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung - Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kebijakan Obat Nasional. Jakarta.


Departemen Kesehatan Ri

Anda mungkin juga menyukai