Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENETAPAN HARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Menejemen Farmasi Komunitas

Dosen Pengampu: Endang Dwi Wulansari, S.Si., M.Si., Apt.

Disusun Oleh Kelompok V:


Alfin Ilaikha W 1061711006
Anggara Adhe S 1061711013
Ayu Vebriana R 1061711019
Chandra Purwitasari 1061721008
Erlinda Nila Sari 1061721014
Ganes Lutfi Tentipratiwi 1061721016
Lutfia Nafisah 1061721018
Rizka Nurul Amalina 1061721029

Program Studi Profesi Apoteker


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu dan teknologi mendorong masyarakat untuk memperhatikan derajat
kesehatan demi manikkan kualitas hidupnya. Tersedianya pelayanan kesehatan bagi
masyarakat menjadi hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu
upaya dalam pembangunan di bidang kesehatan. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker (Permenkes, 2016).
Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat pada bidang kefarmasian apotek perlu
memiliki strategi bersaing yyang efektif. Meliputi tindakan menciptakan posisi yang aman
dalam persaingan. Strategi bersaing bertujuan untuk membina posisi yang menguntungkan
dan stabil dalam melawan kekuatan lawan, atau dengan kata lain strategi bersaing merupakan
upaya mencari posisi bersaing yang menguntungkan dalam industry diama persaingan
berlangsung (Porter, 1985).
Ada banyak strategi yang dilakukan apotek untuk menciptakan kepuasan konsumen,
antara lain harga yang terjangkau, lokasi yang dekat dengan perumahan warga dan memiliki
kualitas pelayanan yang nyaman, baik dan harus memiliki apoteker. Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
(Permenkes, 2016). Apoteker yang berkompeten, dimana apoteker sebagai bagian dari tenaga
kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian
yang berkualitas.
Bukan hanya pelayanan saja yang perlu diperhatikan untuk menarik minat konsumen
untuk membeli obat-obatan di apotek tersebut, namun pemberian harga yang terjangkau dan
pas dikantong konsumen akan meningkatkan kepuasan konsumen itu sendiri. Oleh karean
itu, kementrian kesehatan menetapkan kebijakan lebih untuk memfokuskan perhatian
terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu.
Metode penentuan harga obat yang digunakan oleh apotek-apotek adalah metode
standard markup pricing, yaitu harga ditentukan dengan menambahkan persentase tambahan
diatas total biaya tertentu yang besarnya ditentukan oleh apotek. Besarnya margin yang
ditetapkan biasanya tergantung dengan wilayah apotek berada, rata-rata 10-20%.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Harga
1. Definisi Harga
Menurut Stanton (1984), harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars and
cens, or any other monetary medium of exchange, kurang lebih memiliki arti harga adalah nilai
yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau lainnya sebagai alat tukar. Menurut Alex S Nitisemito
(1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang
dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau
jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga merupakan satuan atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan
agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa, Tjiptono (2001)
harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan
atau pendapatan bagi perusahaan di banding unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk,
promosi dan distribusi).

2. Peranan Harga
Ada dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli:
a. Peranan Alokasi Dari Harga :
 Fungsi harga dalam membatu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat
atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya beli.
 Dapat membantu pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada
berbagai jenis barang dan jasa.
 Dapat membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia.
 Memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
b. Peranan Informasi dari Harga :
 Fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas.
 Membantu pembeli dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai
faktor produk atau manfaat secara objektif.
3. Tujuan Penetapan Harga
1. Tujuan Berorientasi pada Laba
Dalam era persaingan global, kondisi yang dihadapi semakin kompleks dan semakin
banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, sehingga tidak
mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat
menghasilkan laba maksimum. Oleh karena itu ada pula perusahaan yang menggunakan
pendekatan target laba, yakni tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba.
Ada dua jenis target laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI
(Return On Investment).
2. Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan harganya
berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal
dengan istilah volume pricing objective. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat
mencapai target volume penjualan atau pangsa pasar.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.
Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra
prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk citra nilai
tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan jaminan bahwa harganya
merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik
penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen
terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan
menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri
tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan
harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri (industry leader).
5. Tujuan-tujuan lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau menghindari
campur tangan pemerintah.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Harga :


1. Faktor Internal
1) Tujuan Pemasaran Perusahaan: (maksimalisasi laba; mempertahankan kelangsungan
hidup perusahaan; meraih pangsa pasar yang besar; menciptakan kepeminpinan dlm
hal kualitas; mengatasi persaingan; melaksanakan tanggung jawab sosial; dll.)
2) Strategi Bauran Pemasaran: (harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung
dengan bauran pemasaran lainya yaitu pruduk, ditribusi dan promosi )
3) Biaya: (merupakan faktor ygpaling menetukan harga minimal yang harus ditetapkan
agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dalam hal ini biaya tetap dan variabel)
4) Organisasi
- Manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga
- Setiap perusahaan menangani masalahpenetapan harga menurut caranya masing-
masing.
- Pada perusahaan kecil, umumnya harga ditetapkan oleh manajemen puncak.
- Pada perusahaan besar, seringkali masalah penetapan harga ditangani oleh devisi atau
manajer suatu lini produk.
- Dalam pasar Industri, para wiraniaga diperkenankan untuk bernegoisasi dengan
pelanggannya guna menetapkan rentang (range) harga tertentu.
- Dalam indutri penetapan harga merupakan faktor kunci (misalnya perusahaan minyak,
penerbangan luar angkasa) biasanya setiap perusahaan memiliki departemen
penetapan harga tersendiri yang bertanggung jawab kepada dept. Pemasaran atau
manajemen puncak.
- Pihak-pihak lain yang mempunyai pengaruh terhadap penetapan harga adalah manajer
penjualan, manajer produksi, manajer keuangan dan akuntan.
2. Faktor Ekternal
1) Sifat Pasar dan Permintaan; setiap perusahaan perlu memahami sifat dan permintaan
yang dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Faktor lain yang tdk kalah pentingnya adalah
elastisitas permintaan
2) Persaingan;( Porter )
Ada lima kekuatan pokok yang berpengaruh dalam persaingan suatu industri :
a. Persaingan dalam industri yang bersangkutan
b. Pruduk Substitusi
c. Pemasok
d. Pelanggan dan
e. Ancaman-ancaman baru
Informasi yg dibutuhkan untuk menganalisis karakteritik persaingan yg dihadapi :
a. Jumlah Perusahaan dalam Industri
b. Ukuran relatif setiap anggota dalam Industri
c. Deferensiasi Produk
d. Kemudahan untuk memasuki industri yang bersangkutan

5. Metode Penetapan Harga


Ada beberapa metode yang dapat digunakan sebagai rancangan dan variasi, dalam
penetapan harga menurut Marras (1999), harga dapat ditentukan atau dihitung:
1) Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan (cost plus pricing
method).
2) Harga yang berdasarkan pada keseimbangan antara permintaan dan suplai.
3) Penetapan harga pasar yang ditetapkan atas dasar kekuatan pasar.
4) Harga yang berdasarkan keseimbangan antara suplai dan permintaan.
5) Penetapan harga atas dasar kekuatan pasar

6. Penyesuaian-Penyesuaian Khusus Terhadap Harga


Penyesuaian khusus terhadap harga menurut daftar (list price) terdiri atas:
a. Diskon, Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan
bagi penjual. Dalam strategi pemasaran dikenal empat bentuk diskon,yaitu
- diskon kuantitas,
- diskon musiman,
- diskon kas (cash discount),
- trade discount.
b. Allowance
Seperti halnya dengan diskon, allowance merupakan pengurangan dari harga menurut
daftar (list price) kepada pembeli karena adanya aktivitas-aktivitas tertentu yang
dilakukan pembeli. Ada tiga bentuk allowance yang biasa digunakan ,yaitu:
- Trade-in Allowance
- Promotional Allowance
- Product Allowance
c. Penyesuaian Geografis (Geographical Adjustment)
1) Penyesuaian geografis merupakan penyesuaian terhadap harga yang dilakukan
oleh produsen atau juga wholesaler sehubungan dengan biaya transportasi produk
dari penjual ke pembeli.
2) Biaya transportasi ini merupakan salah satu unsur penting dalam biaya variable
total, yang tentunya akan menentukan harga akhir yang harus dibayar oleh
pembeli.

7. Strategi Penetapan Harga


Secara garis besar strategi penetapan harga dapat dikelompokan menjadi 8 kelompok, yaitu:
- Strategi penetapan harga produk baru
- Strategi penetapan harga produk yang sudah mapan.
- Strategi fleksibilitas harga
- Strategi penetapan harga lini produk
- Strategi leasing
- Strategi bundling-pricing
- Strategi kepemimpinan harga
- Strategi penetapan harga untuk membentuk pangsa pasar
- Pelanggan menginterpretasikan harga tinggi sebagai indicator kualitas yang tinggi.
- Bila produk baru yang dihasilkan sangat inovatif sehingga pasar diperkirakan
memerlukan waktu lama sebelum memasuki tahap kedewasaan dalam PLC.

8. Penetapan Harga
a) Penetapan Harga Obat
Dalam rangka menjamin keterjangkauan harga obat sebagai upaya memenuhi
akuntabilitas dan transparansi kepada masyarakat, perlu pengaturan pemberian informasi harga
eceran tertinggi obat. Peraturan tersebut tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 98 Tahun 2015 Tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi Obat.
Menurut Permenkes tersebut, harga eceran tertinggi (HET) adalah harga jual tertinggi obat di
apotek, took obat, dan instalasi farmasi rumah sakit atau klinik. Sedangkan harga netto apotek
(HNA) adalah harga jual termasuk pertambahan nilai (PPN) dari pedagang besar farmasi (PBF)
kepada apotek, tokoobat, dan instalasi farmasi rumah sakit atau klinik.
Pengaturan pemberian informasi harga eceran tertinggi obat dimaksuskan untuk
memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai harga eceran tertinggi atau harga
obat yang diberikan kepada masyarakat. Pemberian informasi HET obat diatur dalam 2 kategori,
yaitu :
a. Informasi HET obat pada label obat
1) Industri farmasi wajib memberikan informasi HET dengan mencamtumkan pada label
obat.
2) Informasi tersebut dapat berupa nilai nominal dalam bentuk satuan rupiah yang
dicantumkan pada satuan kemasan terkecil atau formula HET yang dicantumkan pada
satuan kemasan sekunder.
3) Informasi HET berupa nominal dalam bentuk satuan rupiah hanya untuk obat generik
yang belum terdapat dalam katalog elektronik (e-catalogue) dan obat selain obat
generik.
4) Informasi HET berupa formula HET hanya untuk obat generik yang terdapat dalam e-
catalogue.
5) Informasi HET pada label berupa nominal untuk obat selain obat generic ditentukan
berdasarkan HNA ditambah biaya pelayanan kefarmasian sebesar 28% dari HNA.
6) Obat generik yang tidak terdapat dalam e-catalogue, maka informasi dalam label berupa
nilai nominal yang pada harga yang ditetapkan dengan keputusan menteri.
7) Informasi HET berupa formula HET yaitu harga obat katalog elektronik setiap provinsi
+ biaya pelayanan kefarmasian sebesar 28% dari harga katalog elektronik setiap
provinsi.
Informasi harga obat e-catalogue dapat diperoleh dengan mengakses website Lembaga
Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP) dengan alamat website : http://e-
katalog.lkpp.go.id . Syarat pencantuman informasi HET pada label obat harus dilakukan dengan
ukuran yang cukup besardan warna yang jelas serta diletakkan di tempat yang mudah terlihat
sehingga mudah dibaca. Penulisan HET juga harus dicap menggunakan tinta pemanen yang tidak
dapat dihapus atau dicetak pada kemasan. (Permenkes RI, 2015).
b. Pemberian informasi HET obat pada pelayanan kefarmasian
1) Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit atau klinik hanya dapat menjual
obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET atau terkecuali harga yang
tercantum pada label sudah tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka dapat
dijual dengan harga yang lebih tinggi dari HET.
2) Jika pelayanan kesehatan menjual obat dengan harga yang lebih tinggi dari HET maka
pihaknya harus melakukan penjelasan kepada masyarakat.
3) Apoteker pada pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi HET kepada pasien
atau keluarga pasien.
4) Apoteker juga harus menginformasikan obat lain terutama obat generik yang memiliki
komponen aktif dengan kekuatan yang sama dengan obat yang diresepkan yang tersedia
pada apotek/instalasi farmasi rumah sakit/klinik kepada pasien atau keluarga pasien.
5) Pasien atau keluarga pasien berhak menentukan pilihan obat berdasarkan informasi
yang disampaikan oleh apoteker (Permenkes RI, 2015).
b) Penetapan Harga Resep
Dalam penetapan harga resep, ada 2 faktor yang perlu diperhatikan :
a. Faktor biaya
Biaya yang dimaksud adalah biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung
adalah biaya yang secara langsung disebabkan oleh pelayanan resep dan membentuk hasil
produksi. Contoh biaya langsung adalah obat itu sendiri, wadah obat dan label, biaya
pemeliharaan peralatan peracikan, dan biaya pengiriman. Sedangkan biaya yang tidak
langsung adalah biaya yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pelayanan resep atau
bisa disebut sebagai biaya yang dikeluarkan apotek meskipun apotek tidak melayani resep.
Contoh biaya tidak langsung adalah sewa tempat, pemakaian keperluan kantor, dan gaji
karyawan.
b. Faktor non-biaya
Yang dimaksud faktor non-biaya adalah kompetisi atau persaingan usaha, kesan terhadap
apotek, dan tujuan apotek.
1) Kompetisi atau persaingan
Faktor jenis ini harus melihat kelebihan khusus yang dimiliki oleh pesaing, misalnya
lokasi yang nyaman, ketersediaan obat atau alkes yang lengkap, jumlah dan pilihan obat
yang banyak, dan pemberian pelayanan yang baik. Yang perlu dilakukan untuk
memenangi kompetisi adalah meyakinkan konsumen akan kelebihan yang dimiliki oleh
apotek kita.
2) Kesan terhadap apotek
Kesan ini biasanya muncul karena pemberian harga yang ditawarkan dan juga
pemberian pelayanan yang baik.
3) Tujuan apotek
Pada umumnya tujuan apotek adalah memaksimalkan laba dalam jangka panjang,
biasanya dengan menetapkan harga yang cukup rendah untuk menarik dan
mempertahankan konsumen. Apabila tjuan apotek membentuk volume penjualan secara
cepat, maka apotek harus mengorbankan laba untuk mendapatkan volume penjualan
yang memuaskan kemudian bertahap menaikkan harga untuk mencapai laba yang
memuaskan.
Agar berhasil dalam mencapai tujuan apotek, maka strategi yang disarankan adalah
sebagai berikut :
a. Mengklasifikasi jenis-jenis obat yang ada di apotek.
b. Menetapkan harga yang bersaing (murah) untuk obat-obat dengan permintaan yang tinggi,
seperti pil KB, obat hipertensi, obat diabetes, dan lain-lain.
Ada beberapa metode yang bisa dilakukan oleh seorang apoteker apabila pelayanan apoteker
sudah professional dalam menjalankan apotek, yaitu :
a. Metode kenaikan harga
Metode yang apabila terdapat kenaikan harga obat dari pabrik, maka harga obat disesuaikan
dengan persentase kenaikan harga obat. Contohnya :
Harga jual lama (harga netto obat + PPN x faktor jual) = Rp 30.000
Harga obat (resep) = HJA lama + HJA lama x % kenaikan
= 30.000 + (30.000 x 25%)
= Rp 37.500
b. Metode biaya pelayanan profesional
Merupakan nilai yang telah ditentukan yang ditambah pada biaya obat untuk menentukan
harga resep obat. Biayanya sama tanpa memperhitungkan biaya obat yang dilayani.
Misalnya :
 Biaya pelayanan professional = Rp 10.000
 Biaya obat = Rp 15.000
 Maka harga obat dalam resep = Rp 25.000
Pada metode ini pada umumnya menimbulkan penurunan margin laba, mengabaikan biaya
penyimpanan. Pada biaya pelayanan profesional yang kecil ditambahkan pada produk yang lebih
murah dan biaya palayanan profesional yang besar ditambahkan pada produk yang lebih mahal.
c. Metode skala geser
Metode ini digunakan untuk menutup kekurangan atau kerugian penggunaan metode
kenaikan harga dan biaya pelayanan profesional. Pada metode kenaikan harga, pada
umumnya harga dirasa menjadi sangat tinggi dimana mark up besar ditambahkan pada biaya
obat yang murah dan mark up kecil ditambahkan pada biaya obat yang mahal.

9. Perhitungan Harga
1. HNA (Harga Netto Apotek)
HNA adalah singkatan dari harga netto apotek, harga bersih dari suatu produk. HNA
bisa diartikan sebagai harga (modal) awal suatu apotek yang didapatkan saat pembelian
dari distributor atau yang lainnya.
2. Mark Up/Margin
Mark Up adalah persen keuntungan yang didapatkan dari menjual produk. Mark Up
disini bisa disebut juga Margin. Margin/Mark Up tiap apotek berbeda-beda, ada yang
menetapkan 25% atau 1,25 dan bahkan ada yang menetapkan 30% atau 1,3.
3. PPN 10%
PPN 10% adalah pajak pertambahan yang wajib dikeluarkan dan dibayarkan ke
kantor pajak.  PPN dikenakan mulai dari proses transaksi dari produsen ke konsumen.
4. HJA (Harga Jual Apotek)
HJA adalah harga jual apotek, harga yang diberikan oleh pejual ke konsumen dan
tentunya setelah diperhitungkan HNA, PPN 10% dan Margin/Mark Up.
Harga jual apotek (HJA) dapat ditentukan/dihitung dengan rumus sebagai berikut :
HJA = (HNA x PPN 10%x Margin/mark up)

Contoh Perhitungan :

b) Macam-Macam Penetapan Harga


Menurut Siswanto (2002), ada 3 cara dalam melakukan penetapan harga, yaitu :
1. Penetapan harga berdasarkan biaya
a. Penetapan harga biaya-plus (Cost-Plus Pricing Method)
Dalam metode ini, harga jual per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang
dikehendaki pada unit tersebut.
b. Penetapan harga mark-up (Mark-up Pricing Method)
Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya-plus, hanya saja
para pedagang atau perusahaan yang membeli barang dagangannya akan menentukan harga
jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up.
Rumusnya : Harga beli + mark up = Harga jual
c. Penetapan harga break–even (Break-Even Pricing)
Sebuah penetapan harga yang didasarkan pada permintaan harga pasar dan masih
mempertimbangkan biaya. Metode penetapan harga ini dapat ditetapkan dengan
menggunakan beberapa anggapan tertentu, yaitu :
1) Seluruh biaya dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2) Seluruh barang yang diproduksi akan terjual
3) Biaya variabel per unitnya tetap.
Dengan demikian kita harus mengetahui beberapa konsep biaya dan penghasilan total.
Setelah diketahui konsep biaya (biaya variabel, biaya tetap, biaya total) dan penghasilan,
maka kita sekarang dapat mencari titik pertemuan antar biaya total dan penghasilan total
yang bisa disebut dengan titik break-even
2. Penetapan harga berdasarkan persepsi pembeli
Pada metode ini, perusahaan harus dapat meyakinkan pembeli mengenai berbagai tawaran
yang bersaing. Perusahaan harus hati-hati dalam menetapkan harga, dimana perusahaan dapat
meminta pendapat pembeli mengenai berapa mereka bersedia membayar untuk produk yang
sama di lingkungan yang berbeda. Dengan demikian penjual dapat menetapkan harga hingga
mencapai tingkat nilai persepsipembeli dan perusahaan juga tidak rugi.
3. Penetapan harga berdasarkan persaingan
Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam penetapan harga berdasarkan persaingan, yaitu :
a. Penetapan harga menurut harga yang berlaku
Perusahaan menetapkan harga produknya berdasarkan harga produk pesaing dan kurang
memperhatikan biaya atau permintaan sendiri. Perusahaan beranggapan bahwa harga yang
sedang berlaku menggambarkan kebijakan kolektif yang akan menghasilkan laba yang baik.
Selain itu berlaku juga untuk menghindari perang harga.
b. Penawaran harga dengan penawaran tertutup
Dapat disebut juga dengan penetapan harga secara tender. Perusahaan menetapkan harga
produknya atas dasara bagaimana mereka memperkirakan pesaing akan menetapkan harga
produknya dan bukan atas biaya atau permintaan mereka sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

1. Penetapan HET diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 98
Tahun 2015.
2. Penetapan harga yang diatur Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 98
Tahun 2015 dan pada kenyataan adalah sama, dimana harga jual apotek (HJA) tidak lebih
dari HET yang tertera pada label obat.
3. Penetapan harga jual apotek yang memiliki peran adalah apoteker.
DAFTAR PUSTAKA

Alex S. Nitisemito. 1991. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia). Jakarta.
Moh.Anief. 2014. Manajemen Farmasi. Yoyjakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Kepmenkes RI. 2015. Tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
psikotropika dan prekursor farmasi.
Pappas James, Mark Hirsehey.1995. Managerial Economics (Edisi Indonesia).Jakarta :
Binarupa Aksara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Repulik
Indonesia Nomor 98 Tahun 2015 Tentang Pemberian Informasi Harga Eceran Tertinggi
Obat. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia
_________________. 2016. Permenkes RI No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Sampurno. 2009. Manajemen Pemasaran farmasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Sukirno, Sadono.2012. Mikroekonomi Teori Pengantar. Cetakan ke-19 dan ke-27.
Jakarta : PT  Raja Grafindo Persada.
Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Jakarta : Penerbit Andi.
William, J.Stanton., Michael, J.Etzel., & Bruce, J.Walker. 1994. Dasar-dasar Manajemen
Pemasaran, cetakan 1. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Anda mungkin juga menyukai