Anda di halaman 1dari 10

4.

1 Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) Dan Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
4.1.1 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
a. Sumber Daya Manusia
Depo Farmasi Gawat Darurat dikelola oleh 2 Apoteker dan 7 Tenaga Teknik
Kefarmasian (TTK), yang masing-masing bertanggung jawab untuk pelaksanaan
kegiatan manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi. Penanggung jawab
Depo Farmasi IGD di RS Margono adalah seorang apoteker. Pelayanan farmasi
setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam sehingga dapat selalu
mengantisipasi kebutuhan pasien IGD yang kondisinya dapat berubah-ubah setiap
saat.
b. Logistik
Depo Farmasi Gawat Darurat melakukan pemesanan persediaan obat dan alat
kesehatan ke Gudang Logistik RSMS setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu.
c. Alur Pelayanan Resep
Depo Farmasi Gawat Darurat (DF IGD) melayani obat dan alat kesehatan yang
dibutuhkan di DF IGD. Selain itu, juga melayani kebutuh obat dan alat kesehatan
untuk Unit Hemodialisa, Depo Farmasi Rawat Jalan (DFRJ) sore (diatas jam
17.00) dan Depo Farmasi Rawat Inap (DFRI) diluar jam buka masing-masing
tempat tersebut.
Alur pelayanan pada DF IGD dimulai dari pasien menuju ke loket pendaftaran
IGD, dilakukan pemeriksaan pasien oleh dokter, yaitu pemeriksaan penunjang dan
konsultasi dari dokter spesialis, kemudian keluarga pasien akan diberikan resep
oleh dokter menuju Depo Farmasi IGD jika pulang dan jika rujuk maka, pasien di
DF IGD dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Pasien dengan status umum, pasien harus menanggung semua biaya sendiri
yang sebelumnya pasien telah harus menandatangani surat keterangan mampu
membayar semua biaya sendiri.
2) Pasien dengan status BPJS PBI, pasien tidak dibebani biaya apapun tetapi
harus mengurus kelengkapan administrasi dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan seperti adanya kartu Jamksesmas.
3) Pasien dengan status BPJS Non PBI, pasien tidak dibebani biaya apapun
karena telah dibayarkan oleh Kantor BPJS sesuai dengan kelas keanggotaan.
4) BPJS yang diambil dan iuran yang dibayarkan tiap bulannya.
Pasien yang datang ke IGD dibedakan menjadi 3, yaitu pasien yang sedang
diobservasi, pasien yang dioperasi di OK atau VK IGD, dan pasien yang
diperbolehkan pulang dari IGD.
Alur pelayanan untuk pasien yang sedang diobservasi yaitu : perawat IGD datang
ke Depo Farmasi IGD untuk mengambil obat dan alat kesehatan yang diperlukan
untuk penanganan segera pasien dengan menuliskan nama, dosis, dan jumlahnya
ke dalam resep pasien. Petugas Depo Farmasi IGD kemudian mengecek obat atau
alat kesehatan apa saja yang akan diambil. Setelah kondisi kedaruratan teratasi,
perawat IGD menyerahkan resep yang telah berisi catatan obat dan alat kesehatan
yang diambil sebelumnya beserta resep yang ditulis dokter IGD paska kedaruratan
teratasi kepada petugas Depo Farmasi IGD.
Pengambilan alat kesehatan dan obat oleh perawat dilakukan secara langsung ke
Depo Farmasi IGD, hal ini didasari pada perlunya penanganan segera pada pasien
di IGD tersebut. Petugas Depo Farmasi IGD menerima dan memeriksa
kelengkapan resep (nama pasien, alamat pasien, no. registrasi/rekam medik, nama
dan paraf dokter penulis resep), kemudian memasukkan data tersebut ke dalam
SIM. Di dalam SIM tersebut nantinya akan di hitung nominal harga dari masing-
masing resep. Nominal dicatat dalam resep manual, dan diberi tanda cap apabila
resep sudah di entri dalam SIM. Selanjutnya untuk pasien yang akan dipindahkan
ke ruang rawat inap, maka petugas farmasi menyerahkan resep pasien kepada
petugas transporter, sedangkan untuk pasien pulang resep diserahkan pada bagian
administrasi IGD.
Perawat IGD datang ke Apotek IGD untuk mengambil obat dan Alkes
yang diperlukan

Petugas/apoteker DF IGD memeriksa obat dan alat kesehatan tsb

Kondisi darurat teratasi

Kartu obat diserahkan kepada petugas/Apoteker DF


IGD

Petugas /Apoteker IGD memeriksa kembali kartu


obat dan memasukkan data di SIM

Petugas DF IGD menyerahkan kartu obat


ke petugas transporter atau admisintrasi
Gambar 4.31. Alur Pelayanan Pasien Sedang Diobservasi Dengan Kondisi Gawat Darurat

Untuk pasien yang akan dioperasi di Operatie Kamer (OK) atau Verlos Kamer
(VK) IGD, pelayanan perbekalan farmasi menggunakan sistem paket yaitu
craneotomi, laparotomi dan sectio/KET. Perawat IGD mengajukan permintaan
paket sesuai dengan jenis operasi. Setelah operasi selesai, perawat IGD
mengembalikan paket perbekalan farmasi untuk kemudian dilakukan pemeriksaan
jumlah perbekalan farmasi yang telah digunakan dan sisanya. Perbekalan yang
telah digunakan dimasukkan datanya di SIM. Petugas Depo Farmasi IGD baik itu
Apoteker maupun TTK menggantikan perbekalan farmasi yang sudah di pakai
dengan yang baru,Sehingga apabila dibutuhkan kembali set tersebut dapat
langsung diserahkan pada perawat.

Pelayanan perbekalan farmasi di OK dan VK IGD untuk pasien yang akan


dioperasi menggunakan system paket (craneotomi, laparotomi,
dansectio/KET)

Perawat IGD mengajukan permintaan paket perbekalan farmasi sesuai


dengan jenis operasi

Setelah selesai operasi, petugas IGD mengembalikan paket perbekalan


farmasi ke Apotek IGD

Petugas/ Apoteker DF IGD memeriksa jumlah perbekalan farmasi yang


telah digunakan dan sisanya sesuai dengan daftar yang ada di kotak dan
mencatatnya di kartu obat pasien

Perbekalan farmasi yang telah digunakan dimasukkan dalam SIM

Petugas/Apoteker DF IGD melengkapicraneotomi, laparotomi, dansectio/KET


untuk digunakan kembali

Gambar 4.32. Alur Pelayanan untuk Pasien yang dioperasi di OK IGD


Sedangkan untuk pasien yang diperbolehkan pulang dari IGD alur pelayanan sebagai
berikut :
Resep dibawa masuk Petugas/pasien
Pasien datang oleh petugas menyerahkan resep ke
IGD/pasien Apotek IGD

Melakukan konfirmasi Petugas farmasi IGD


EntryResep
harga obat melakukan skrining resep

Pasien melakukan
pembayaran

Pengecekan Penyerahan Obat dan PIO


Dispensing
akhir kepada pasien

Gambar 4.33. Alur Pelayanan Pasien yang diperbolehkan pulang dari IGD

Depo Farmasi IGD juga melayani resep untuk pasien-pasien di unit hemodialisa.
Setiap harinya, Depo Farmasi IGD menyalurkan paket hemodialisa yang terdiri atas
alkes (dializer, infus NaCl, spuit, transfusion set, nipro set dan lain-lain).

Gambar 4.34. Alur Pelayanan Penyiapan Set HD dari Depo Farmasi IGD

b. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD


Pola dan jumlah pemakaian obat di Depo Farmasi IGD menjadi salah satu hal yang
perlu diperhatikan untuk perencanaan pengadaan perbekalan farmasi di depo
Farmasi IGD RSMS. Permintaan barang (obat-obatan dan alkes) yang bersifat fast
moving sangatlah besar. Barang yang sekiranya hampir habis atau habis dicatat lalu
petugas Depo Farmasi IGD meminta stok barang ke gudang farmasi pusat RSMS
dengan menulis surat pemesanan (SP). Pemesanan barang dilakukan setiap hari
Senin, Rabu dan Sabtu. Tidak menutup kemungkinan pemesanan dapat dilakukan
pada saat perminaan CITO. Ketika barang datang dari gudang pusat, petugas Depo
Farmasi IGD bersama dengan petugas gudang farmasi pusat RSMS melakukan
pengecekan penyesuaian antara nama perbekalan farmasi, jumlah, jenis, bentuk
sediaan yang diterima dari gudang farmasi pusat RSMS yang telah dipesan melalui
SP. Apabila ada ketidaksesuaian, misal barang kurang, maka akan segera diproses
melalui sistem IT.
Penyimpanan perbekalan farmasi di depo farmasi IGD telah diatur sesuai dengan
persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat berdasarkan
pembagian berikut
1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi
a) Obat
Penyusunan jenis obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaan, yaitu
sediaan cair, sediaan tablet, sediaan injeksi, sediaan topikal dan cairan
infus.
2) Alat kesehatan (Alkes)
Disusun berdasarkan kegunaan dari masing-masing alat kesehatan..
3) Suhu penyimpanan dan stabilitas obat
Obat-obatan yang thermolabil memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2-
80C) di dalam lemari pendingin.
4) Susunan penyimpanan secara alfabetik
Obat-obatan disusun sesuai urutan alfabetik (nama generik atau nama dagang)
5) Sistem FIFO dan FEFO
Penyusunan sistem perbekalan farmasi dengan menempatkan barang pertama
kali masuk atau barang dengan tanggal kadaluarsa paling dekat diletakkan di
bagian depan sehingga dapat dikeluarkan terlebih dahulu secara mudah.
Pengaturan secara khusus di Depo Farmasi IGD juga diterapkan pada obat-obatan
high alert dan LASA sesuai prosedur. Sediaan narkotik dan psikotropik disimpan
di dalam lemari khusus memiliki 2 pintu dan 2 kunci yang selalu terkunci dan
terletak terpisah dengan lemari obat yang lain di bagian belakang..
Instalasi Gawat Darurat RSMS merupakan fasilitas pelayanan pasien gawat
darurat yaitu pasien dengan ancaman kematian dan perlu pertolongan segera,
pasien yang memerlukan pertolongan segera, dan pelayanan pasien tidak gawat
tidak darurat yang datang ke IGD selama 24 jam terus menerus. Untuk itu
memenuhi tujuan tersebut, diperlukan suatu unit farmasi yang dapat menyediakan
perbekalan farmasi termasuk obat dan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
secara cepat dan dapat melayani resep selama 24 jam.

4.1.2 Instalasi Bedah Sentral (IBS)


a. Sumber Daya Manusia
Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral dikelola oleh 1 apoteker di IBS lantai 2 dan
dua orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang berada di IBS lantai 3, sesuai
tanggung jawab masing-masing.
b. Logistik
Obat di Depo Farmasi IBS disediakan oleh Gudang Sentral Farmasi RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang nantinya akan mengirim obat ke gudang
Depo Farmasi IBS lantai 3 sesuai dengan permintaan lalu obat didistribusikan ke
sub Depo Farmasi IBS lantai 2 dan 3 setelah itu baru dapat digunakan oleh pasien
untuk kegiatan operasi di IBS sesuai dengan paket operasi dan kebutuhan pasien.
Distribusi obat dari gudang sentral farmasi ke Depo Farmasi IBS dilakukan dua
kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu dan hari sabtu.
Sistem distribusi obat dan alkes yang diterapkan di Satelit Farmasi IBS adalah
sistem paket dimana sistem paket tersebut merupakan gabungan dari semi floor
stock dan Unit Dose Dispensing (UDD). Floor stock disini dikarenakan semua obat
dan alkes di siapkan untuk paket operasi tertentu berdasarkan tindakan yang akan
dilakukan dimana jumlahnya bisa berlebih untuk satu kali operasi atau jika kurang
jumlahnya dapat meminta kembali di bagian farmasi dan UDD karena digunakan
untuk kebutuhan pasien untuk 1 kali penggunaan
Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi di Depo Farmasi IBS didasarkan pada
pola dan jumlah pemakaiannya di IBS. Untuk obat-obatan dan alkes yang bersifat
fast moving maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Barang yang habis
atau hampir habis dicatat ke dalam buku defekta. Kemudian petugas melakukan
permintaan stok barang tersebut ke gudang pusat RSMS dengan surat pemesanan
(SP) elektronik. Permintaan stok barang ke gudang pusat RSMS dilakukan setiap
hari senin, rabu dan sabtu, namun jika ada permintaan cito, pengadaan langsung
dilakukan. Ketika barang datang, maka petugas intalasi bedah sentral bersama
petugas gudang pusat melakukan pengecekan untuk menyesuaikan antara nama
perbekalan farmasi, jenis, bentuk sediaan dan jumlah barang yang diterima dari
gudang pusat dengan jumlah yang dipesan olehinstalasi bedah sentral. Apabila
telah sesuai, penambahan stok barang di intalasi bedah sentral akan diproses
melalui sistem IT yang ada.
c. Alur Pelayanan Resep
Satelit Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
merupakanbagian dari Sub Depo Farmasi Rawat Inap yang dikelola oleh satu orang
Apoteker penanggung jawab dan dua orang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
Gedung IBS terdiri dari 2 lantai, dimana lantai 2 dilakukan operasi bedah yang
terdiri dari Onkologi, Ortopedi, Umum, Obsgyn dan Mata, sedangkan lantai 3
digunakan untuk operasi Syaraf, THT, Bedah Plastik dan Urologi. Depo IBS
merupakan depo yang melakukan pelayanan operasi yang bersifat selektif dan
terjadwal, dimana jadwal operasi minimal sudah ada 1 hari sebelum dilakukan
operasi sedangkan untuk operasi yang bersifat emergency atau dadakan, operasi
dilakukan di Depo IGD,
Depo farmasi IBS berfungsi menyelenggarakan pelayanan pembedahan yang
efektif dan terjangkau bagi penderita rawat inap baik umum maupun BPJS, selain
itu juga berfungsi sebagai tempat pendidikan, pelatihan dan penelitian. Gedung
IBS terdiri dari 2 lantai, yaitu lantai 2 dan 3. Dimana, lantai 2 dilakukan operasi
bedah yang terdiri dari Onkologi, Ortopedi, Umum, Obsgyn dan Mata, sedangkan
lantai 3 digunakan untuk operasi Syaraf, THT, Bedah Plastik dan Urologi. Depo
IBS merupakan depo yang melakukan pelayanan operasi yang bersifat selektif dan
terjadwal, dimana jadwal operasi minimal sudah ada 1 hari sebelum dilakukan
operasi sedangkan untuk operasi yang bersifat emergency atau dadakan, operasi
dilakukan di Depo IGD..
Sebagai tempat pembedahan maka IBS harus steril dan ruangannya didesain
khusus untuk menjamin sterilitasnya. IBS mempunyai aturan-aturan yang harus
dipatuhi semua karyawan untuk menjaga kebersihan dan meminimalkan terjadinya
infeksi, misalnya penggunaan pakaian, topi dan masker khusus bagi semua orang
yang berada diIBS serta larangan keluar masuk ruangan IBS secara sembarangan.
Sterilisasi peralatan operasi dilakukan oleh bagian Central sterile Supplay
Departemen (CSSD).
Obat yang tersedia di IBS sebagian besar adalah obat anestesi dan obat life saving.
Obat-obat dan alat kesehatan yang dikelola oleh DF IBS meliputi obat-obat injeksi
dan alat kesehatan habis pakai, sedangkan untuk operasi berupa alat-alat yang
dapat disterilkan. Sistem distribusi obat dan alkes yang diterapkan di DF IBS
adalah individual prescribing. Pelayanan resep untuk pasien bedah sentral adalah
memberikan pelayanan obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan di
masing-masing ruang operasi per pasien di IBS.Satelit ini menyediakan obat-obat
khusus yaitu injeksi beserta alkes untuk keperluan pembedahan.Tujuan dari
pelayanan resep bedah sentral adalah agar perbekalan farmasi yang diberikan
kepada pasien yang dioperasi dikamar bedah tepat pasien, tepat jumlah dan dosis
obat, tepat waktu, serta sesuai dengan standar.
Sistem distribusi obat dan alkes yang diterapkan di Depo Farmasi IBS adalah
sistem paket dimana sistem paket tersebut merupakan gabungan dari semi floor
stock dan Unit Dose Dispensing (UDD). Floor stock disini dikarenakan semua obat
dan alkes di siapkan untuk paket operasi tertentu berdasarkan tindakan yang akan
dilakukan dimana jumlahnya bisa berlebih untuk satu kali operasi atau jika kurang
jumlahnya dapat meminta kembali di bagian farmasi dan UDD karena digunakan
untuk kebutuhan pasien untuk 1 kali penggunaan.
Prosedur pelayanan resep bedah sentral, berdasarkan kebijakan keputusan Direktur
No.800/00208A/I2014 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto butir 1, adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa identitas pasien beserta ruang operasinya
2) Memeriksa ketersediaan obat, apabila tidak tersedia, diskusikan dengan dokter
bedah dan atau dokter anestesi untuk alternative obat pengganti.
3) Mengisi perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan.
4) Mengecek perbekalan farmasi yang telah disediakan termasuk jumlah obat,
dosis, dan rute pemberian.
5) Menyerahkan perbekalan yang telah disiapkan kepada petugas yang bertugas
dikamar operasi.
6) Mengentri seluruh perbekalan farmasi yang digunakan pasien yang dioperasi.
Alur Pelayanan Resep yang dilakukan di Depo Farmasi IBS dapat dilihat pada
skema berikut:

Gambar 4.35. Alur Pelayanan Resep di Depo Farmasi IBS

Keterangan:
1) Jadwal Kamar Operasi
Jadwal operasi keluar minimal 1 hari sebelumnya sehingga petugas dapat
mulai menyicil menyiapkan obat dan alkes untuk operasi.
2) Dispensing (anastesi dan bedah)
Obat dan alkes disiapkan bedasarkan kebutuhan operasi pada masing-masing
OK yaitu biasanya paket berdasarkan jenis tindakan berupa tindakan untuk
anastesi dan untuk pembedahan sesuai kasus. Dispensing anastesi biasanya
didasarkan pada diagnosa pasien, jenis kelamin dan jenis tindakan sedangkan
untuk dispensing pembedahan yaitu disesuaikan dengan jenis tindakan yang
diambil.
3) Use
Penggunaan obat dan alkes untuk OK biasanya diambil oleh petugas
pembedahan, bisa dokter anestesi, perawat anastesi atau perawat bedah. Bila
terdapat tambahan obat dan alkes selama operasi berlangsung, maka petugas
dapat mengambil di Depo Farmasi IBS. Obat yang digunakan selama operasi
ditulis dikartu obat yang berwarna hijau setelah operasi selesai.
4) Skrining dan konfirmasi
Skrining biasanya lebih ditekankan kepada penggunaan dosis anastesi untuk
anak-anak.Konfirmasi dilakukan misalnya untuk paket operasi tertentu yang
seharusnya membutuhkan obat atau alkes tertentu, namun dokter tidak
menggunakannya jadi dibutuhkan konfirmasi untuk mengetahui alasan obat
atau alkes tersebut tidak digunakan.
5) Entrying
Setelah operasi selesai, obat dan alkes serta kartu obat di kembalikan di Depo
Farmasi IBS, maka petugas di Depo melakukan entry ke SIMRumah Sakit
mengenai penggunaan obat.
6) Checking dan returning
Tahap ini dilakukan untuk mengecek kesesuaian di kartu obat dan bentuk fisik
dari obat yang tersedia dan untuk melakukan checking setelah proses entry
apakah ada barang yang di retur atau tidak. Jika ada return obat dan alkes,
maka obat dan alkes tersebut kemudian dikembalikan ketempat semula di
Depo.

Anda mungkin juga menyukai