Anda di halaman 1dari 161

RESEP

RESEP MENURUT
PERMENKES

 Menurut Permenkes RI No.73 tahun 2016 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

 Menurut Permenkes RI No.9 tahun 2017 tentang


Apotek, Resep adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker, baik
dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan sediaan.
Macam-macam resep
•Resep standar (R/ Officinalis) yaitu resep yang
komposisinya telah dibakukan dan dituangkan
ke dalam farmakope atau buku standar lainnya.
Penulisan resep sesuai dengan buku standar.
•Resep magistrales (R/ Polifarmasi) yaitu resep
yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh
dokter, bisa berupa campuran atau tunggal
yang diencerkan dalam pelayanannya harus
diracik terlebih dahulu.
• Resep Medicinal yaitu resep obat jadi bisa
berupa obat paten, merk dagang maupun
generik dan dalam pelayanannya tidak
mengalami peracikan. Buku referensi
seperti ISO, IIMS, DOI, dll.
• Resep Obat Generik yaitu penulisan resep
obat dengan nama generik dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu. Dalam
pelayanannya bisa atau tidak mengalami
peracikan.
Sediaan Farmasi & Alat Kesehatan menurut
Permenkes RI No.9 tahun 2017
• Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetika.
• Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,
mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan,
dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Apotek dan Tenaga Kefarmasian menurut
Permenkes RI No.9 tahun 2017
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Fasilitas kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian.
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan
Analis Farmasi.
Pelayanan Apotek menurut Permenkes No. 73 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
standar:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai; dan
2. Pelayanan farmasi klinik
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud meliputi:
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.

Pelayanan farmasiklinik sebagaimana dimaksud pada


meliputi: pengkajian Resep, dispensing, Pelayanan
Informasi Obat (PIO), konseling, Pelayanan Kefarmasian
di rumah (home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat
(PTO), dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
Pelayanan Resep menurut Permenkes RI No.9
tahun 2017 pasal 21
Apoteker wajib melayani Resep sesuai dengan tanggung jawab
dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat.

Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka
apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek dagang
lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.

Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di apotek atau pasien
tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam Resep, Apoteker
dapat mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter
penulis Resep utk pemilihan obat lain.
Apabila apoteker menganggap penulisan resep terdapat
kekeliruan atau tidak tepat, apoteker harus memberitahukan
kepada dokter penulis resep.

Apabila dokter penulis resep sebagaimana dimaksud pada ayat


4
(di atas) tetap pada pendiriannya, maka apoteker tetap
memberikan pelayanan sesuai dengan resep dengan
memberikan catatan dalam Resep bahwa dokter sesuai
dengan pendiriannya.
Salinan Resep menurut Permenkes RI
No.9 tahun 2017 pasal 22
 Pasien berhak meminta salinan Resep
 Salinan resep harus disahkan oleh
Apoteker.
 Salinan resep harus sesuai aslinya
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Resep dan Salinan Resep menurut Permenkes RI No.9
tahun 2017 pasal 23

 Resep bersifat rahasia.


 Resep harus disimpan di apotek dengan baik
paling singkat 5 tahun.
 Resep atau salinan resep hanya dapat
diperlihatkan kepada dokter penulis resep,
pasien yang bersangkutan atau yang merawat
pasien, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Contoh resep
PEMBAGIAN RESEP YANG
LENGKAP

INSCRIPTIO
INVOCATIO
PRAESCRIPTIO
SIGNATURA
SUBSCRIPTIO
Inscriptio & Invocatio
• Inscriptio: Bagian yang memuat nama
dokter, alamat dokter, nomor SIK,
tempat dan tgl penulisan resep
• Invocatio: Tanda R/ (recipe) yang
artinya ambilah, dengan tujuan farmasi
diminta untuk menyiapkankan obat-
obat yg nama dan jumlahnya tertulis di
dalam resep.
Prescriptio
Bagian ini mengenai nama obat, jumlah, dan cara
pembuatan obat.
Menurut fungsinya bahan obat dalam suatu resep
dapat dibagi menjadi :
1.Remedium Cardinale yaitu obat yang berkhasiat
utama dalam resep
2.Remedium adjuvan yaitu obat yangmenunjang
bekerjanya bahan obat utama
3.Corrigens yaitu Zat tambahan untuk memperbaiki
warna, rasa, dan bau dari obat utama.
 Constituents/vehiculum/exipiens: zat atau
bahan tambahan yang bersifat netral dan
dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi
bentuk, sehingga menjadi obat yg cocok.
Misalnya lactosum dalam puyer, aqua destillata
dalam obat minum.
 Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang
diinginkan. Misalnya: campur buatlah, yang
ditulis dalam singkatan latin m.f. pulv yang
merupakan kepanjangan dari misce fac pulveres
yang artinya campur buatlah puyer; m.f. l.a.
potio = misce fac lege artis potio = campur
buatlah obat minum sesuai dengan keahliannya
Signatura
•Aturan pakai dari obat yang tertulis
(Contoh: S.bdd p1, tandai dua kali sehari satu bungkus)
•Nama pasien di belakang kata Pro, contohnya Pro:
Lusia, Usia : 26 tahun, 55 kg.
Alamat: Jl. Liliba, No.10, RT 39/RW 11,Kec.oebobo
Kota Kupang-NTT
Penulisan alamat pasien akan memudahkan pihak
apotek dalam menelusuri tempat tinggal pasien bila
terjadi masalah atau kesalahan dalam pelayanan obat.
Bila menuliskan utk pasien dewasa idealnya
dituliskan Nyonya/Nona/Tuan. Bila resep utk hewan,
setelah kata Pro harus ditulis jenis hewan, serta nama
pemilik dan alamat pemiliknya.
Subscriptio
• Penutup bagian utama resep, ditandai
dengan tanda tangan atau paraf dokter
penulis resep tersebut, yang
menjadikan resep tersebut otentik
• Untuk resep yang mengandung
golongan narkotika harus
ditandatangani oleh dokter, tidak cukup
hanya dengan paraf dokter.
Resep yang mengandung
Narkotika
 Tidak boleh diulang atau tidak boleh
tercantum tulisan atau tanda iter.
 Bila ada obat golongan narkotika yang belum
ditebus atau diambil seluruhnya, maka sisa
obat dalam copy resep-nya hanya dapat
ditebus di apotek yang sama.
 Resep yang diterima oleh apotek harus
diperiksa dulu/diskrining, untuk memastikan
keaslian resep dan juga kelengkapan resep
tersebut.
PENYERAHAN OBAT BERADASARKAN
PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN NOMOR 24 TAHUN 2021
Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian bertanggung
jawab terhadap penyerahan obat.
Penyerahan obat golongan obat keras kepada pasien
hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya dapat melayani
resep obat berdasarkan resep dari rumah sakit tersebut.
Instalasi Farmasi Klinik selain melayani resep dari
klinik yang bersangkutan, dapat melayani resep dari
dokter praktik perseorangan atau resep dari klinik lain.
Resep yang diterima dalam rangka penyerahan obat
wajib dilakukan skrining.
 Resep yang dilayani harus asli, ditulis dengan jelas
dan lengkap. Tidak dibenarkan dalam faksimili dan
fotokopi. Termasuk fotokopi blanko resep.
 Resep harus memuat :
• Nama, Surat Izin Praktik (SIP), alamat, dan nomor
telepon dokter
• Tanggal penulisan resep
• Aturan pemakaian yang jelas
• Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan
pasien
• Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep
 Fasilitas Pelayanan Kefarmasian hanya dapat
menyerahkan obat kepada pasien.
 Dikecualikan dari ketentuan di atas, selain dapat
menyerahkan obat kepada pasien. Apotek juga dapat
menyerahkan obat kepada apotek lainnya,
puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, instalasi
farmasi klinik, dokter dan bidan praktik mandiri.
 Penyerahan obat kepada apotek lain, puskesmas,
IFRS, instalasi farmasi klinik dilakukan apabila
terjadi kelangkaan stok di fasilitas pelayanan
kefarmasian tersebut. Penyerahan tersebut harus
berdasarkan surat permintaan tertulis yang
ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas
pelayanan kefarmasian.
Kelangkaan stok tersebut dibuktikan dengan surat
keterangan dari BPOM setempat atau Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat yang menyatakan kelangkaa
stok tersebut terjadi di seluruh jalur distribusi
Kabupaten/Kota
Surat permintaan tertulis yang diterima dalam rangka
penyerahan obat wajib dilakukan skrining.
Penyerahan obat kepada dokter atau bidan praktik
mandiri hanya dapat dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penyerahan obat kepada dokter harus berdasarkan
surat permintaan tertulis harus ditandatangani oleh
dokter dan dalam jumlah yang terbatas sesuai
kebutuhan.
 Penyerahan obat kepada bidan praktik mandiri
hanya diperlukan untuk pelayanan atenatal,
persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir,
nifas, keluarga berencana, dan penanganan awal
kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
 Penyerahan obat kepada bidan praktik harus
berdasarkan surat pesanan kebutuhan obat yang
ditandatangani oleh bidsn yang bersangkutan dalam
dalam jumlah yang terbatas sesuai kebutuhan.
 Penyerahan obat hanya dapat dilakukan dalam
bentuk obat jadi termasuk dalam bentuk racikan
obat.
 Resep obat dengan permintaan iter dilarang
diserahkan sekaligus
 Penggunaan resep dalam bentuk elektronik di dalam
penyerahan obat di Instalasi Farmasi Klinik, IFRS,
dan Puskesmas diperbolehkan degan ketentuan :
• Pelayanan resep elektronik hanya dapat
diselenggarakan oleh sarana yang mengeluarkan
resep elektronik tersebut.
• Tersedia sistem dokumentasi yang baik sehingga
resep elektronik mampu ditelusuri dan dapat
ditunjukkan pada saat diperlukan.
 Penyerahan obat atas dasar resep harus dilengkapi
dengan etiket warna putih untuk obat dalam dan
etiket warna biru untuk obat luar, yang terdiri atas :
a. Nama dan alamat apotek.
b.Nama APA dan Nomor SIPA.
c. Nomor dan tgl pembuatan
d.Nama pasien
e. Aturan pemakaian
f. Tanda lain yang diperlukan, misalnya : obat
gosok, obat kumur, obat batuk, dan gojog dulu,
tidak boleh diulang tanpa resep dokter
g. Resep berupa antibiotik diberi keterangan pada
etiket harus diminum rutin smpai habis .

Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas tanpa


resep dokter, harus dalam wadah asli dan
penyerahan disertai dengan nota penjualan yg
mencantumkan jenis, jumlah, harga, tanggal
penyerahan dan paraf yg menyerahkan.
Contoh Etiket
Kerahasiaan Resep
 Resep asli tidak boleh dikembalikan kepada
pasien setelah obatnya diterima pasien.
 Resep asli harus disimpan di apotek dan tidak
boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali
diminta oleh:
 Dokter yang menulisnya atau yang merawat
pasien
 Pasien yang bersangkutan
 Pegawai pemerintahan (BPOM, Dinas Kesehatan,
Kehakiman dan Kepolisian) yang ditugaskan
untuk memeriksa.
Pengelolaan dan Penyimpanan resep

 Resep yang telah dikerjakan disimpan menurut


urutan tanggal dan nomor penerimaan/pembuatan
resep
 Resep yang mengandung narkotika harus
dipisahkan dari resep lainnya dan ditandai dengan
garis merah di bawah nama obatnya.
 Resep yang disimpan kurang lebih selama 5 tahun
dapat dimusnahkan dengan cara dibakar.
 Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memimiki surat izin praktek.
Pemusnahan resep menurut Permenkes RI
No.73 tahun 2016
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh
Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan
selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai Pengawas
Obat dan Makanan setempat.
Berita acara pemusnahan harus disebutkan:
1. Hari dan tanggal pemusnahan
2. Tanggal yg terawal dan terakhir resep
3. Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram.
Pemusnahan dan penarikan obat
Permenkes RI No.73 tahun 2016
 Obat kedaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan.
 Pemusnahan Obat kedaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
 Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
 Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
Referensi
•Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta:
Gadjah Mada Universitas Press.
•Peraturan BPOM nomor 24 tahun 2021
•Permenkes RI No.73 tahun 2016
•Permenkes RI No.9 tahun 2017
•Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan
Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
SKRINING RESEP
PELAYANAN FARMASI KLINIK

Pelayanan farmasi klinik merupakan


bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
Y a n g m e l i p u t i p e l a y a n a n f a r m a s i k l i n i k y a i t u :

1 . P e n g k a j i a n d a n p e l a y a n a n R e s e p

2 . D i s p e n s i n g

3 . P e l a y a n a n I n f o r m a s i O b a t ( P I O )

4 . K o n s e l i n g

5 . P e l a y a n a n K e f a r m a s i a n d i r u m a h ( h o m e p h a r m a c y c a r e )

6 . P e m a n t a u a n T e r a p i O b a t ( P T O )

7 . M o n i t o r i n g E f e k S a m p i n g O b a t ( M E S O ) .
P e n g k a j i a n r e s e p a t a u s k r i n i n g r e s e p a d a l a h h a s i l d a r i e v a l u a s i d e n g a n c a r a m e m b a n d i n g k a n l i t e r a t u r e d a n k e t e n t u a n y a n g t e l a h

d i t e t a p k a n u n t u k m e n g e t a h u i , m e n e n t u k a n d a n m e m a s t i k a n r e s e p d a n k e r a s i o n a l a n r e s e p y a n g d i b e r i k a n d o k t e r k e p a d a p a s i e n

m e l a l u i f a r m a s i s a g a r m e n j a m i n k e t e p a t a n d a n k e a m a n a n s e r t a m e m a k s i m a l k a n t u j u a n t e r a p i
Pelayanan resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, penyiapan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai termasuk peracikan
obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi.
TUJUAN PELAYANAN
RESEP

Pasien mendapatkan obat sesuai dengan


kebutuhan klinis

Pasien mengerti akan tujuan pengobatan dan


mematuhi instruksi pengobatan
K e g i a t a n d a l a m p e n g k a j i a n d a n p e l a y a n a n r e s e p m e l i p u t i :

P e r s y a r a t a n a d m i n i s t r a s i

N a m a , S I P d a n a l a m a t d o k t e r , n o m o r t e l e p o n

T a n g g a l p e n u l i s a n r e s e p

P a r a f d a n t a n d a t a n g a n d o k t e r

N a m a , a l a m a t , u m u r , j e n i s k e l a m i n , d a n b e r a t b a d a n p a s i e n
2 . K e s e s u a i a n F a r m a s e t i k m e l i p u t i :

R e s e p d a p a t m e n u n j u k k a n b e n t u k s e d i a a n o b a t y a n g j e l a s s e p e r t i t a b l e t , i n j e k s i , s i r u p , s u p p o s i t o r i a , d l l

D o s i s y a n g a d a p a d a r e s e p h a r u s j e l a s u n t u k p e m b e r i a n k e p a d a p a s i e n

S t a b i l i t a s d a n p o t e n s i p a d a r e s e p b a h w a o b a t y a n g d i t u l i s m e m p u n y a i k e t e r s e d i a a n d a n s t a b i l i t a s
I n k o m p a t i b i l i t a s m e r u p a k a n b a h a n - b a h a n o b a t y a n g t i d a k d a p a t d i c a m p u r k a n .

A t u r a n p a k a i , c a r a , d a n l a m a p e m b e r i a n h a r u s j e l a s a g a r t i d a k s a l a h d a l a m p e m b e r i a n o b a t .
3 . P e r s y a r a t a n K l i n i s m e l i p u t i :

K e t e p a t a n i n d i k a s i , o b a t y a n g d i t u l i s p a d a r e s e p h a r u s s e s u a i d e n g a n i n d i k a s i p e n y a k i t y a n g d i d e r i t a p a s i e n .

D o s i s d a n w a k t u p e n g g u n a a n o b a t , p a d a r e s e p h a r u s t e p a t a g a r t e r a p i y a n g d i b e r i k a n m e n c a p a i h a s i l y a n g m a k s i m a l .

D u p l i k a s i a t a u p o l i f a r m a s i , o b a t y a g a d a p a d a r e s e p t e r d i r i d a r i b e b e r a p a o b a t y a n g m e m p u n y a i i n d i k a s i y a n g s a m a
R e a k s i o b a t y a n g t i d a k d i i n g i n k a n ( a l e r g i , e f e k s a m p i n g o b a t , m a n f e s t a s i k l i n i k ) , e f e k y a n g t i d a k d i i n g i n k a n y a n g t i m b u l

p a d a d o s i s t e r a p i .

K o n t r a i n d i k a s i , o b a t y a n g d i r e s e p k a n t i d a k s e s u a i a t a u b e r l a w a n a n d e n g a n k o n d i s i p a s i e n

I n t e r a k s i o b a t , p e r u b a h a n e f e k s u a t u o b a t a k i b a t a d a n y a p e m a k a i a n d e n g a n o b a t l a i n .
C a r a d a l a m m e n g a t a s i p e r m a s a l a h a n d a r i s k r i n i n g r e s e p :

J i k a t e r d a p a t p e r m a s a l a h a n k e t i k a a p o t e k e r m e l a k u k a n s k r i n i n g r e s e p , m a k a f a r m a s i s h a r u s m e l a k u k a n k o n f i r m a s i k e p a s i e n a t a u

d o k t e r .

K e t i k a m e l a k u k a n k o n f i r m a s i d e n g a n d o k t e r p e n u l i s r e s e p , s a n g a t d i w a j i b k a n u n t u k t i d a k h a n y a m e n y a m p a i k a n m a s a l a h . N a m u n

j u g a h a r u s d i s e r t a i d e n g a n m e m b e r i k a n a l t e r n a t i f p e n y e l e s a i a n m a s a l a h .
G u n a k a n k a t a k o n f i r m a s i u n t u k t e t a p m e n j a g a h u b u n g a n b a i k d e n g a n d o k t e r .

K e t i k a m e n g h u b u n g i d o k t e r h a r u s d i s e r t a i d e n g a n e v i d e n c e y a n g k u a t .

J i k a d i r e s e p h a n y a t e r t u l i s n a m a o b a t s a j a t a n p a k e k u a t a n s e d i a a n , m a k a d i a m b i l k e k u a t a n s e d i a a n y a n g p a l i n g k e c i p l a ( t i e n t

s a f e t y ) .
OH
RESE
P
TUGAS
1. Lakukan Skrining
Resep
SALINAN
RESEP/COPY RESEP
salinan
COPY
resep RESEP
Salinan resep/copy resep adalah salinan

yaitu
tertulis dari suatu resep yang dibuat
oleh apotek.

copy
resep,
apograp
Salinan resep memuat :
•Semua keterangan yang ada dalam isi resep
•Nama dan alamat apotek
•Nama dan surat ijin pengelola apotek
•Tanda tangan atau paraf APA
•Tanda det atau detur untuk obat yang sudah
diserahkan
•Tanda ne det atau ne detur untuk obat yang belum
diserahkan
•Nomor resep dan tanggal peresepan
Ketentuan lain salinan resep

•Salinan resep harus ditandatangani dengan mencantumkan nama


terang dan status yang bersangkutan.
•Resep dan salinan resep harus dirahasiakan
•Resep dan salinan resep bersifat rahasia
•Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika
•Apabila resep narkotika baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep
aslinya
•Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani (dokter tidak boleh menuliskan iter untuk resep yang
mengandung narkotika.
•Resep dari luar propinsi harus mendapat persetujuan dari dokter
setempat.
Salinan Resep menurut Permenkes RI No.9 tahun
2017 pasal 22

 Pasien berhak meminta salinan Resep


 Salinan resep harus disahkan oleh Apoteker.
 Salinan resep harus sesuai aslinya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Resep dan Salinan Resep menurut Permenkes
RI No.9 tahun 2017 pasal 23

 Resep bersifat rahasia.


 Resep harus disimpan di apotek dengan baik paling singkat 5
tahun.
 Resep atau salinan resep hanya dapat diperlihatkan kepada
dokter penulis resep, pasien yang bersangkutan atau yang
merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Contoh blanko salinan resep

Cap
DANKEEEEEEEE
OBAT TETES MATA, SALEP
MATA, DAN LARUTAN
PENCUCI MATA.

KELOMP
OK 2
1.
DEFINISI

Sediaan obat mata (optalmika) adalah tetes mata (Oculoguttae), salep mata
(oculenta), pencuci mata (Colyria), dan beberapa bentuk pemakaian yang
khusus (lamella dan penyemprot mata) serta insert sebagai bentuk depo
yang ditentukan untuk digunakan pada mata utuh atau terluka. Obat mata
digunakan sebagai efek terapetik lokal (Lukas, 2012)
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. (Depkes RI, 2014)
1. TETES
Sediaan steril yangMATA
dapat berupa larutan ataupun
suspensi,digunakan untuk mata dengan cara meneteskan
obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata
Contoh Etiket
FORMULA: Cendo Xitrol
Bahan aktif : Obat ini mengandung bahan aktif neomycin dan polymyxin.
Zat tambahan : Tiap ml dexamethasone 1 mg, neomycin sulfate 3,5 mg dan polymyxin
B sulfate
10.000 SI
CARA PEMBUATAN SEDIAAN : STERILISASI OBAT TETES MATA DILAKUKAN SEBAGAI
BERIKUT:
1. Obat dilarutkan dalam cairan pembawa, mengandung salah satu bahan pengawet atau
bahan pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan penyaringan masukkan ke
dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara otoklaf pada suhu 115C-116C selama
minimal 30 menit, tergantung volume cairan yang akan disterilkan.
2. Obat dilarutkan dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu bahan
pengawet yang cocok dan larutan disterilkan kemudian di filling kedalam wadah yang sudah
steril secara aseptis dan tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu bahan pengawet
yang cocok dan larutan dijernihkan dengan jalan penyaringan. Larutan masukkan ke wadah
tutup rapat dan sterilkan dengan uap air mengalir pada suhu 98-100C selama 30 menit,
tergantung volume cairan yang akan disterilkan
2. Salep Mata
Salep mata adalah salep steril untuk
pengobatan mata dengan
menggunakan dasar salep yang
cocok. Yang digunakan untuk
pemakaian luar. Tetes mata adalah
sediaan steril yang digunakan dengan
cara meneteskan obat disekitar
kelopak mata
Contoh Etiket
FORMULA : Cendo xitrol
Bahan aktif : Terdiri dari zat aktif dan dasar salep atau basis salep
Zat tambahan : Salep mata harus steril berisi zat antimicrobial,preservative,antioksidan, dan stabilitator

CARA PEMBUATAN :
1. Pembuatan salep mata, zat aktif ditambahkan sebagai larutan steril atau serbuk steril termikronisasi
pada dasar salep steril. hasil akhir dimasukkan secara aseptic dalam tube steril. Zat aktif ditambahkan
pada larutan atau serbuk halus.
2. Bahan obat disterilkan dengan cara yang cocok. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formula
tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji
sterilitas. Strelitas memenuhi syarat pada uji keamanan hayati dengan pembuatan secara aseptic.
3. Tube disterilkan dalam autoklaf pada suhu antara 115 dan 116 derajat selama tidak kurang dan 30
menit.
4. Zat aktif ditambahkan pada basis salep berbentuk larutan atau serbuk halus.
5. Strerilitas memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
6. Penyimpanan dalam tube, ditempat sejuk.
3. COLLYRIUM

Collyrium adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata.
Contoh Etiket
FORMULA :

R/ ZnSO40,1
Asam Borat0,5
100 mlAquadest ad
m.f.collyrium 100ml
s.t.dd.ods (obat cuci mata)
Contoh formula obat cuci mata ZnSo4

CARA PEMBUATAN : COLLYRIUM

1. Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan.


2. Mensterilkan botol kaca dan tutup botol.
3. Menimbang semua bahan. Larutkan asam borat dengan aquadeststeril hangat
dalam erlenmeyer.
4. Setelah dingin tambahkan ZnZO, larutkan.
5. Tambahkan NaCl aduk sampai larut dan homogen. Tambahkan aquadest steril ad
110 ml.
6. Saring dengan kertas saring steril. Saringan pertama disisihkan (0,5ml), saringan
kedua ditampung kedalam botol yang sudahdikalibrasi dan steril.
7. Botol ditutup dan disterilkan di otoklaf pada + 121º C selama 15menit.
CONTOH
OBAT TETES MATA
SEDIAAN
OBAT SALEP MATA OBAT CUCI
MATA
THANK YOU
Tetes Hidung
Kelompok 3
1.Sanita Lak’apu (224111310)
2.Selfiana R. Fahik (224111311)
3.Septiani C. Dhosa Boro (224111312)
4.Stefen C. Nahak (224111313)
5.Stevy A. L. Pa Tari (224111314)
6.Trenisia I. Hanggar (224111315)
7.Valina F. A. Lian (224111316)
8.Venilina Berek (224111317)
9.Vivi C. Salle (224111318)
10.Maria V. Riberu (204111048)
Daftar Isi
01 02 03
Cara
Pengertian Cara Pembuatan Penggunaan

04 05 06
Keunggulan Contoh Etiket
TETES HIDUNG

Formulasi Steril
FI Edisi 3 (139)
Guttae Nasales (tetes hidung) adalah Obat tetes hidung adalah larutan dalam
obat tetes yang digunakan untuk hidung air atau dalam pembawa minyak yang
dengan cara meneteskan obat kedalam digunakan dengan cara meneteskannya
rongga hidung. Dapat mengandung zat atau menyemprotkannya kedalam
pensuspensi, pendapar, dan pengawet. lubang hidung pada daerah nasofaring.
Penggunaan obat tetes hidung untuk
antibiotik, sulfonamid, vasokonstriktor,
germisida, antiseptik, dan lokal
anestetika.
Cara Pembuatan
Secara umum dan singkat, cara pembuatan obat Formulasi
tetes hidung adalah sebagai berikut : Ephedrini Guttae Nasales
1.Siapkan alat (gelas ukur, gelas piala, botol, pipet, Tetes Hidung Efedrina 262
spatel, batang pengaduk, cawan porselin) dan
bahan (Ephedrini Hydrichloridiun, Natrii Komposisi : tiap 10 ml mengandung
Chloridum, Chlorbutanolum, Propylenglycolum,
Aqua Destilta) Ephedrini Hydrochlodridum (100
2.Sterilisasi alat & timbang semua bahan mg)
3.Masukkan ephedrine lalu nacl, kemudian Natrii Chloridum (50 mg)
chlorbutanolum dan kemudian propylenglycilum Chlorbutanolum (50 mg)
kedalam gelas piala dan tambahkan 100 ml Propylenglycolum 500
aquadest lalu aduk hingga homogen Aqua Destilata (10 ml)
4.Tuang larutan kedalam gelas ukur 10 ml
5.Lakukan sterilisasi bahan larut, masukkan Dosis : Sehari sekali 1 – 2 tetes
larutan tersebut kedalam botol tetes yang telah Catatan : Air harus dididihkan selama 10
dikalibrasi secara aseptik dengan menggunakan menit kemudian didinginkan dan segera
corong digunakan
6.Kemas botol dalam dus (Formularium Nasional Edisi Kedua Hal. 118)
Faktor yang Mempengaruhi
Pembuatan

Viskositas Isotonis Isohidris


Penambahan metil Iritasi mukosa hidung tidak Keasaman (pH) sekresi
cellulose sebanyak 0.5% akan terjadi jika larutan hidung orang dewasa
untuk mendapatkan isotonis atau sedikit antara 5.5 - 6.5 sedangkan
viskositas larutan yang hipertonis. Namun, larutan anak antara 5.0 - 6.7
seimbang dengan yang ssangat encer / Rhinitis akut menyebabkan
viskositas mukosa hidung. sangat pekat akakn pergeseran pH ke arah
menyebabkan iritasi basa, sedangkan
mukosa hidung. Untuk peradangan akut
tonisitas, kita dapat menyebabkan pergeseran
menambahkan NaCl atau pH ke arah asam. pH dasar
Dekstrosa phospat yang sebaiknya
digunakan adalah 6.5
Komposisi

Pada umumnya, OTH mengandung zat aktif :


Antibiotika
Cth : Kloramfenikol, Neomisin Sulfat,
Polimiksin B Sulfat
Sulfonamida
Vasokonstriktor
Antiseptik / germiside
Cth : Hidrogen Peroksida
Anestetika Lokal
Cth : Lidokain HCl
Bahan Pembawa Tonsitas
Umumnya digunakan Kalau dapat, larutan dibuat
Benzolkonium Klorida 0.01 – 0.1 isotonis (0.9% NaCl) atau
%b/v dan Klorbutanol 0.5 – 0.7 sedikit hipertonis dengan
&b/v memakai NaCl atau dekstrosa
Bahan Pembawa Pensuspensi
Umumnya digunakan air namun Dapat digunakan sorbitan (span),
dapat juga digunakan polisorbat (tween), atau
propilenglikol. Tidak boleh surfaktan lain yang cook.
menggunakan minyak lemak Kadar tidak boleh lebih dari
atau minyak mineral karena 0.01 %b/v
dapat menimbulkan
Pendapar
Pneumonia Upoid jika
mencapai paru
Pengental
Disarankan menggunakan fosfat Sering digunakan Metil Selulosa
pH 6.5 atau dapar lain yang (Tylosa) 0.1 – 0.5 % dan CMC-
cocok pH 6.5 dan dibuat Na 0.5 – 2 %
isotonis dengan NaCl
Keunggulan OTH

Metabolisme melalui enterohepatik Kecepatan dan jumlah obat yang


dan dinding usus dikurangi diabsorpsi serta profil konsentrasi
obat dalam plasma terhadap
waktu sebanding dengan
pemberian dengan intravena

Penguraian di saluran cerna Banyak pembuluh dan struktur


dihindari membran mukosa yang permeabel
sehingga memungkinkan
pemberian secara sistemik
Contoh Sediaan OTH
Etiket
No : 01 Tgl. 09/04/23
Nama : Ny. Chamel
 
1 x sehari 1 – 2 tetes
 
 
 
 
OBAT LUAR
SEMOGA LEKAS SEMBUH
Thank You!
Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi 3, Departemen Kesehatan Republik. Indonesia, Jakarta.

Anonim. 1978. Formularium Nasional, Edisi Kedua, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril, CV Andi Offset, Yogyakarta


SEDIAAN OBAT TETES
TELINGA

KE
1.YOHANA DEVITA SALENA
2.YOHANA FRANCISCA DEDEUS DACUNHA
3.YUDISTIRA U.M.EL-ROY
4.YESRON R.MATAEN
(224111321)
(224111322)
(224111323)
(224111320)

LO
5.YAKOBUS ROBIYANTO MUDA (224111 319)
6.YUFRIDA MOIKARI (224111 324)
7.DERIWI LUFETO (224111 291)

MP
DEFENISI
1.DefInisi obat tetes telinga menurut FI edisi III , hal 10
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga.
Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
2.DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 15
Larutan otik (tetes telinga) adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan telinga luar.
3.DefInisi obata tetes telinga menurut FI edisi IV, hal 18
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan
pada telinga bagian luar. (FI IV, hal 18)
4.DefInisi obat tetes menurut The Pharmaceutical Codex, hal 158
Tetes telinga adalah larutan, suspensi, atau emulsi dari satu atau lebih zat aktif dalam air, dilarutkan dalam
etanol, gliserin, propilenglikol, atau pembawa lain yang cocok.
Tetes telinga merupakan cairan untuk pengobatan saluran pendengaran eksternal dan kadang-kadang telinga
tengah serta kebanyakan memiliki efek lokal. Tetes telinga umumnya berbentuk larutan, emulsi atau suspensi dari
satu atau lebih zat aktif dalam cairan yang cocok
untuk penggunaan pada meatus auditori (rongga telinga) tanpa tekanan berbahaya pada gendang telinga namun
pada pembuatan guttae auriculares, biasanya bentuk yang paling sering digunakan adalah bentuk larutan. Bagian
luar telinga yang tertutup kulit, mudah terkena kondisi dermatologi, maka guttae auriculares paling banyak
berbentuk larutan.
ETIKET

CARA
PENG
GUN
AAN
PREFORMULASI OBAT TETES TELINGA
A. Chloramphenicol
D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida
[56-75-7]. C¬¬11H12Cl2N2O5
kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%
C¬¬11H12Cl2N2O5.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih
kekuningan; larutan peraktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; dalam propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil
asetat.
pH : Antara 4,5-7,5; lakukan penetapan menggunakan suspensi dalam air 25 ml per ml.
Sterilisasi : Filtrasi
Khasiat : Antibiotik
Literatur : Farmakope Indonesia IV, Hal 189 Martindel 28, Hal 1136.
Chloramphenicol Guttae Auricularis
Komposisi : Tiap 10 ml mengandung
Chloramphenicolum 1 gram
Propylenglycolum ad 10 ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Catatan : 1. pada etiket harus juga tertera : kadaluwarsa
2. Sediaan berkekuatan lain : 500 mg
referensi : FORNAS (Formularium Nasional):
B PROPYLENGLYCOLUM
Propilen Glikol
CH3CH(OH)CH2OH

1,2-Propanadiol [57-55-6]
C3H8O2
Propilen Glikol mengandung tidak kurang dari 99,5% C3H8O2
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis
tidak berbau; menyerap air pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak
essensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
Sterilisasi : Pemanasan dalam ampul secara otoklaf atau filtrasi
Khasiat : Zat pembawa, Pelarut

Literatur : Farmakope Indonesia IV, Hal 712


Martindel 28, Hal 708
C. CHLORBUTANOLUM
Klorobutanol
Klorbutanol

1,1,1-Trikloro-2-metilpropan-2-ol hemihidrat [6001-64-5].


C4H7Cl3O.½H2O
Klorobutanol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C4H7Cl3O, dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hablur tidak berwarna;
mudah menyublim. Melebur pada suhu lebih kurang 780; lakukan
penetapan tanpa dikeringkan terlebih dahulu.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
0,6 bagian etanol, dan dalam eter; dan sangat mudah larut
dalam kloroform; larut dalam gliserol 85%.
Sterilisasi : Di tunggu campuran obat sampai dingin
baru di tambahkan klorbutanol
Khasiat : Antibakteri dan Antifungi

Literatur : Farmakope Indonesia, Hal 197,Martindel 28, Hal


1285
FORMULASI OBAT TETES TELINGA

Chloramphenicol Guttae Auricularis

Komposisi : Tiap 10 ml mengandung


Chloramphenicolum 1 gram
Propylenglycolum ad 10 ml

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Catatan : 1. pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa
2. Sediaan berkekuatan lain : 500 mg

Literatur : FORNAS (Formularium Nasional): hal 64.


CARA PEMBUATAN SEDIAAN TETES TELINGA

Perhitungan dan Penimbangan

a) Perhitungan :

1. Volume yang dibuat = 10 ml x 2 botol = 20 ml


2. Kloramfenikol = 20/10 x 1 gram = 2 gram + 5% = 2,1 gram
3. Klorbutanol = 3/100 x 20 = 0,6 gram ( sediaan di lab 5%)
4. Propylenglycolum = 20/10 x 10 ml = 20 ml

Ket : Klorbutanol 0,6 gram =


0,6 gram/5 gram x 100 ml = 12 ml

b) Penimbangan :

1. Kloramfenikol = 2,1 gram


2. Klorbutanol = 0,6 gram
3. Propylenglycolum ad 20 ml
CARA STERILISASI
NO NAMA ALAT DAN BAHAN CARA DAN WAKTU STERIL

1 KACA ARLOJI,PINSET,SPATULA FLAMBIR, 20 DETIK

2 BEAKER GLASS, BOTOL TETES (2 BUAH),VIAL,SENG OVEN 170C, 30 MENIT


VIAL
3 MORTI DAN STAMFER BAKAR DENGAN ALCOHOL 95%

4 GELAS UKUE, TUTUP PENETES, PIPET AUTOKLAF 121C, 15 MENIT

5 KARET PIPET, KARET VIAL DIREBUS 30 MENIT

6 PROPILENGLIKOL AUTOKLAF 121C , 15 MENIT

7 KLORAMFENIKOL DAN KLOROBUTANOL FILTRASI DAN DITAMBAHKAN KETIKA


LARUTAN OBAT SUDAH DINGIN
Cara Kerja

Prinsip : Aseptis

1. Kaliberasi botol tetes


2. Sterilisasi alat-alat dan bahan (Propilen Glikol)
3. Gerus kloramfenikol dalam lumpang + alu steril ad homogen,
tambahkan propilenglikol yang sudah disterilkan dalam otoklaf 1210 C 15
menit, gerus ad homogen.
4. Tambahkan klorbutanol ketika campuran obat sudah dingin
5. Masukan dalam botol tetes.

Pengemasan dan Penyimpanan:

Dilakukan pengemasan primer di white area, dan dikemas dalam wadah gelas
atau plastic berukuran kecil (5-15 mL) dengan memakai alat penetes;
pengemasan sekunder di black area. Penyimpanan di tempat yang sejuk dan
kering, dibawah 25 º C dan jauh dari cahaya.
SEKIAN YANG BISA
KAMI SAMPAIKAN
KAMI PAMIT UNDUR
DIRI.
KARENA KALAU MAJU,
DIA NGGA PEKA!!!!

Terima Kasih
TETES MULUT &
OBAT KUMUR
OLEH
KELOMPOK I
BRIGITHA A.C PASKUA 224111288
CINDY P. MAHARANI 224111289
DAMASUS PAJA 224111290
DWI UTAMI DATFA 224111292
FELISITAS E.T PEPO 224111293
FIDENSIANA JARI 224111294
FRANSISKA A. TIBO TOO 224111295
GERALNY TAKALAPETA 224111296
HESTY J. MISSA 224111297
ROFELITA FYKA 204111040
DAFTAR ISI

01 DEFINISI 04 KEUNGGULAN

02 CARA PENGGUNAAN 05 ETIKET

03 CARA PEMBUATAN
SEDIAAN
DEFINISI

TETES MULUT/GUTTAE ORIS OBAT KUMUR


Obat tetes yang digunakan untuk mulut Obat kumur merupakan suatu larutan atau
dengan cara mengencerkan lebih dahulu cairan yang digunakan untuk membantu
dengan air untuk dikumur-kumurkan, memberikan kesegaran pada rongga mulut
tidak untuk ditelan. serta membersihkan mulut dari plak dan
organisme yang menyebabkan
penyakit dirongga mulut.
CARA PENGGUNAAN
TETES MULUT OBAT KUMUR
 Cuci tangan dengan bersih sebelum  Sebelum menggunakan obat kumur, kumur
menggunakan obat. terlebih dulu setelah menyikat gigi agar
 Ambil obat lalu diperiksa apakah obat chlorhexidine dalam obat kumur dapat bekerja
ini baik digunakan atau tidak. dengan maksimal.
 Teteskan obat pada bagian mulut yang  Pastikan untuk memeriksa obat kumur jika sudah
ingin diobati. terdaftar pada BPOM.
 Setelah obat diteteskan pada bagian  Gunakan obat kumur sehari sekali sebelum tidur
mulut yang ingin diobati, tunggu 2-3 atau setelah menyikat gigi.
menit setelah pemakaian obat.  Gunakan sebanyak 2 sendok teh sekali pakai, atau
 Jangan mengonsumsi apapun setelah setara dengan 10 mm.
penggunaan obat tetes mulut.  .Gunakan obat kumur selama semenit, kemudian
buang.
 Jangan mengonsumsi makanan atau minuman
selama 30 menit setelah memakai obat kumur.
CARA PEMBUATAN SEDIAAN
FORMULASI TETES MULUT FORMULASI OBAT KUMUR
 Bahan aktif : Tetrahydrozoline HCl, Hydroxypropyl  Bahan aktif : Eucalyptol, methyl salicylate, thymol,
methylcellulose (hypromellose), Policresulen. senyawa fenolik, Hexetidine, fluorida, garam zinc,
kalium tiosinat
 Pengawet : Natrium Benzoat, asam benzoat, ethyl
CARA PEMBUATAN
paraoxybenzoate
1. Larutkan bahan-bahan yang larut dalam air terlebih
 Flavoring agent : Sodium saccharin, menthol, oleum
dahulu (seperti kalium tiosinat)
menthe, xylitol
2. Bahan-bahan yang kurang larut dalam air (mis asam
 Humefaktan : Gliserin, sorbitol, hydrogenated starch
benzoate) dilarutkan dengan oleum menthe.
hydrolysate, propilen glikol, xylitol.
3. Kemudian diemulsikan dengan PEG 40-
 Emulsifer : PEG 40- hydrogenated castor oil.
hydrogenated castor oil. Kemudian propilen glikol
ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk hingga
homogen.
4. Kemudian sorbitol 70% ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam sediaan, hingga homogen.
5. Natrium benzoate dilarutkan dengan air larut
homogen, setelah itu ditambahkan hingga mencapai
pH 6-7.
KEUNGGULAN
TETES MULUT OBAT KUMUR
 Mudah dibawa kemana-mana.  Mudah dibawa kemana-mana.
 Penyimpanan dan penggunaan steril.  Penyimpanan dan penggunaan steril
 Cepat bereaksi karena lagsung diteteskan ke bagian yang  Mouthwash praktis ketika digunakan
sakit. dibandingkan dengan sediaan mulut lainnya
 Metabolisme melalui di dinding usus dikurangi.  Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan
warna.
ETIKET
TETES MULUT
APOTEK ANI
Jl. Urip Sumorhajo No.1
833537 – 833317
KUPANG - NTT
OBAT
APOTEK ANI
Jl. Urip Sumorhajo No.1
833537 – 833317
KUPANG - NTT

No KUMUR
No 1B
1A
THANK
YOU
SEDIAAN OBAT ORAL (DALAM
DAN TOPIKAL (LUAR)

FARMASETIKA II
Kelompok 1

1. Rossi Cathy Akal (204111043)


11. Hesti Jusanti Missa (224111297)
2. Astiani Gela (204111062)
12. Selfiana R. Fahik (224111311)
3. Maria Vianesa Riberu (204111048)
13. Sanita Lak'apu(224111310)
4. Kristiana Natalia Pemo(224111298)
14. Margareta ratna sari(224111299)
5. Maria Dewanti Ceme (224111304)
15. Vivi C. Salle(224111318)
6. Valina Ferbyani Amu Lian (224111316)
16. Yesron R. Mataen (224111320)
7. Venilina Berek(224111317)
17. Yufrida Moikari
8. Yudhistira U. M. El-Roy(224111323)
(224111324)
9. Deriwi Liufeto (224111291)
18. Stefen C. Nahak (224111313)
10. Maria Christin Ratu (22411301)
19. Maria Fransiska Solina Dae
(224111305)
DEFINISI • Obat merupakan suatu zat atau bahan-bahan yang
berguna dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan rohani
pada manusia atau hewan, termasuk mempercantik tubuh
atau bagian tubuh manusia (Nuryati, 2017)
• Obat oral adalah Pemberian obat yang dimasukkan
melalui mulut
• Tujuan memudahkan pemberian, proses reabsorbsi lebih
lambat, menghindari obat yang menyebabkan nyeri,
menghindari obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
• Kata topikal berasal dari bahasa Yunanitopikos yang
artinya berkaitan dengan daerah per- mukaan tertentu.
Dalam literatur lain kata topikal berasal dari kata topos
yang berarti lokasi atau tempat Secara luas obat topikal
didefinisikan sebagai obat yang dipakai di tempat lesi.
(Yanhendri dan Satya, 2012)
• Tujuan : mempertahankan hidrasi kulit, melindungi
permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit,mengatasi
infeksi.
KLASIFIKASI SEDIAAN ORAL DAN TOPIKAL

SEDIAAN ORAL SEDIAAN TOPIKAL


1.Tablet 1.Sebuk
2.Kapsul 2.Salep
3.Pill 3.Solutio atau Larutan (Losio & Larutan Otik)
4.Serbuk 4.Larutan Ephithema (obat kompres)
5.Solutio atau Larutan (Sirup & Elixir) 5.Lotio
6.Emulsi 6.Suspensi
7.Suspensi
01
SEDIAAN ORAL
TABLET / KAPLET
Tablet / Kaplet : Sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.
Kaplet adalah tablet yang pada
umumnya berbentuk kapsul.
Penggolongan Tablet

1) a.Berdasarkan
Tablet cetakMeteode Pembuatan: 2) Berdasarkan Distribusi Obat Dalam
b. Tablet kempa Tubuh :
c. Tablet triturate a. Bekerja secara local : tablet isap untuk
d. Tablet sublingual pengobatan pada rongga mulut ; ovula
e. Tablet hipodermik untuk pengobatan pada infeksi di vagina.
f. Tablet bukal b. Bekerja secara sistemik

g. Tablet kunya  Bekerja short-acting (jangka pendek) :


dalam satu hari memerlukan beberapa
kali menelan tablet
 Bekerja long-acting ( jangka Panjang) :
dalam satu hari cukup nelan satu tablet
Penggolongan Tablet

3) 4) Berdasarkan Cara Pemakaan


a. Berdasarkan Jenis Bahan Penyalur
Tablet salut biasa / salut gula
a. Tablet biasa / tablet telan
(dragee)
b. Tablet kunyah
b. Tablet salut selaput c. Tablet isap
c. Tablet salut kempa (lozenges,trochisi,pastilles)
d. Tablet salut enteric d. Tablet larut (effervescent tablet)
e. Tablet lepas lambat e. Tablet implant (pellet)
f. Tablet hipodermik
g. Tablet bukal
h. Tablet sublingual
i. Tablet vagina (ovula)
Syarat – Syarat Tablet

● Keseragaman ukuran
● Keragaman bobot dan keseragaman kandungan
● Waktu hancur
● Kekerasan tablet
● Keregasan tablet
Contoh sediaan
Tablet
KAPSUL

Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang


terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak
yang dapat larut.Cangkang umumnya terbuat dari
gelatin,tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan
lain yang sesuai
Macam - Macam Kapsul

Kapsul cangkang keras Kapsul cangkang lunak

Terdiri atas bagian wadah Merupakan suatu kesatuan berbentuk


dan tutup yang terbuat bulat atau silindris atau bulat telur yang
dari metil selulosa, dibuat dari galatin (kadang disebut gel
gelatin, pati atau bahan lunak) atau bahan lain yang sesuai,
lain yang sesuai. biasanya lebih tebal dibandingkan
dengan cangkang kras dan dapat
diplastisasi dengan penambahan
senyawa poliol separti sorbitol atau
gliserin.
Keuntungan Dan Kerugian Kapsul
1. Keuntungan pemberian bentuk sediaan
kapsul: 1. Kerugian pemberian bentuk
2. Bentuknya menarik dan praktis sediaan kapsul
3. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga 2. Tidak bisa untuk zat-zat yang
dapat menutupi obat yang berasa dan mudah menguap karena pon pori
berbau tidak enak. kapsul tidak dapat menahan
4. Mudah, ditelan dan cepat hancur atau
penguapan
larut dalam perut sehingga obat cepat
diabsorpsi. 3. Tidak bisa untuk zat-zat yang
5. Dokter dapat mengombinasikan higroskopis (menyerap lem- bap).
beberapa macam obat dan dosis yang 4. Tidak bisa untuk zat-zat yang
berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien. dapat bereaksi dengan cang- kang
6. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena kapsul.
tidak memerlukan bahan zat tambahan 5. Tidak bisa untuk balita.
atau penolong seperti pada pembua an
6. Tidak bisa dibagi-bagi.
pil maupun tablet.
Persyaratan Kapsul

● Keseragaman bobot / keragaman bobot


● Waktu hancur
● Keseragaman sediaan
● Uji disolusi
Contoh sediaan
kapsul
PILL
Pillulae berasal dari kata "pila" artinya bola kecil. Obat yang berbentuk bundar
seperti bola ini bermacam-macam bobot nya dan masing-masing diberi nama
tersendiri. yangPillulae menurut FI III ialah suatu sediaan berupa massa bulat
mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam dan
bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5
g. Boli adalah pil yang bobotnya di atas 300 mg; granula bobotnya 20-60 mg
(Ph.Bld.V menyatakan tidak lebih dari 30 mg dan mengan- dung 1 mg bahan
obat); dan parvule bobotnya di bawah 20 mg per buah.
Keuntungan Pill Persyaratan Pill

●Dapat menutupi rasa dan bau ● Memenuhi syarat waktu hancur


yang tidak enak dari bahan-bahan yang tertera pada compresi atau
obat tablet. Waktu hancur pill biasa
●Memberikan obat dalam dosis tidak lebih dari 15 menit,pill
tertentu bersalut tidak lebih dari 60 menit
●Memenuhi keseragaman bobot

pill
●Pada penyimpanan,bentuknya

harus tetap,tetapi tidak begitu


keras sehingga dapat hancur
dalam saluran pencernaan
Contoh sediaan
pill
SERBUK
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk
pemakaian oral / dalam atau untuk pemakaian luar.
Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk serbuk terbagi (pulveres) atau tak terbagi
(pulvis).
Serbuk oral tak terbagi terbatas pada obat yang relative tidak poten seperti
laksansia,antasida,makanan diet dan beberapa jenis analgetic tertentu dan pasien dapat
menakar secara aman dengan sendok the atau penakaran lainnya.Sedangkan serbuk
terbagi umumnya dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari
pengaruh lingkungan,serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas salofan atau sampul
polietilena.
Pulvis efervesen,serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin
atau air hangat,serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan yang
jernih.
Keuntungan dan Kerugian

● Keuntungan ● Kerugian
1. Sebuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut 1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak
dari pada sediaan yang dipadatkan enak (pahit,sepet, lengket di lidah, amis, dan
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan lain-lain).
kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan 2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembap atau
obat dalam bentuk serbuk. basah.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam
sediaan cair, tidak ditemukan dalam sediaan
serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau
larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk
dibuat tablet ataukapsul dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis
yang sesuai de-ngan keadaan penderita.
Syarat – Syarat Serbuk

Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut.


1.Kering.
2.Halus.
3.Homogen.
4.Memenuhi uji keragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang ter- kandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik.
Contoh sediaan
serbuk
Solutio atau Larutan (Sirup & Elixir)
● Menurut FI IV, solutiones atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.Larutan terjadi jika sebuah bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan
cair. Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan larutan tidak langsung (indirect).
● Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau
tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.

a. .Sirop adalah larutan oral yang mengandung sukrosa noi atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simpleks adalah
sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa).
b. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi ka- dar etanol
yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Larutan
1. Keuntungan: 1. Kerugian:
2. Merupakan campuran homogen. 2. Volume bentuk larutan, lebih besar.
3. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan. 3. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan.
4. Dapat diberikan dalam larutan encer, 4. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya
sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan. dalam larutan.
5. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat
diabsorpsi.
6. Mudah diberi pemanis, bau-bauan, dan warna,
dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada
anak-anak.
7. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah
digunakan.
Mempengaruhi Kelar

1.Sifat polaritas
zat terlarut dan
Contoh sediaan
cair
EMULSI

Menurut FI IV, emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua
yaitu oil in water (o/w) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (W/O)
atau (air dalam minyak (A/M). Emulsi dapat distabilkan dengan penambah- an
bahan pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) atau surfaktan
yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatu- an tetesan kecil menjadi
tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Contoh sediaan
Emulsi
SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam
bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair.
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam
bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai yang ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa sus-
pensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat
dalam bentuk halus yang harus dikonstitusi- kan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai, segera sebe- lum digunakan. Sediaan ini disebut "Untuk
Suspensi Oral".
Contoh sediaan
suspensi
02
EDIAAN TOPIKAL
SERBUK
● Serbuk takterbagi (pulvis) adalah serbuk gigi dan serbuk tabur yang keduannya digunakan untuk
pemakaian luar.
● Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan peng- gunaan
pada kulit. Umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar
tidak menimbul- kan iritasi pada bagian yang peka.

Syarat-syarat pulvis adspersorius1.


1. Harus halus, tidak boleh ada butiran-butiran kasar (harus melewati ayakan 100 mesh).
2. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya harus bebas dari bakteri Clostridium tetani, C. welchii dan
Bacillus anthracis serta disterilkan dengan cara D (cara kering).
3. Tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
● Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang dilarutkan
lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
● Pulvis sternutatorius (serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena itu serbuk
harus halus sekali.
Contoh sediaan
pulvis
SALEP

Salep (unguenta menurut FI ed. III) adalah


sediaan se- tengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
ke dalam dasar salep yang cocok.
Persyaratan Salep
Persyaratan Salep (FI III)

Pemerian: tidak boleh berbau tengik


Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik, kadar bahanobat adalah
10%.
Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pe makaian salep, dapat dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut.

a. Ds. senyawa hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih (cera album), malam kuj
ning (cera flavum), atau campurannya,
b. Ds. serap: lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil-alkohol, 8 bagian malam
putih dan 86 bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Ds. yang dapat dicuci dengan air atau Ds. emulsi, mi- salnya emulsi minyak dalam air (M/A).
d. Ds. yang dapat larut dalam air, misalnya PEG atau cam- purannya.

Homogenitas. jika dioleskan pada sekeping kaca atau ba han transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan
yang homogen.
Penandaan: pada etiket harus tertera "obat luar".
b. Cream (krim) : salep yang
banyak mengandung air, mudah
Penggolongan Salep
diserap kulit, suatu tipe yang
dapat dicuci dengan air.
1. Menurut konsistensinya salep dapat dibagi: 2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya,
salep dapat dibagi:
c. Pasta : salep yang mengandung a. Salep epidermis (epidermic ointment; salep
lebih dari 50% zat padat penutup) guna melindungi kulit dan menghasilkan
efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang
(serbuk), suatu salep tebal, ditambahkan antiseptik, astringensia untuk
meredakan rangsangan atau anes- tesi lokal. Ds
karena merupakanpenutup atau yang baik adalah ds. senyawa hidrokarbon.
b. Salep endodermis: salep yang bahan obatnya
pelindung bagian kulityang menembus ke dalam kulit, tetapi tidak melalui kulit,
terabsorpsi sebagian, digunakan untuk melunakkan
diolesi. kulit atau se- laput lendir. Ds yang terbaik adalah
minyak lemak.
d. Cerata : salep berlemak yang c. Salep diadermis: salep yang bahan obatnya
menembus ke dalam tubuh melalui kulit dan
mengandung persentase lilin mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep
yang mengandung senyawa merkuri iodida,
(wax)yang tinggi sehingga beladona.

konsistensinya lebih keras


(ceratum labiale).
e. Gelones/spumae/jelly, salep
yang lebih halus, umumnya cair
dan sedikit mengandung atau
tanpa mukosa, se- bagai pelicin
atau basis, biasanya terdiri atas
a. Salep hidrofobik Penggolongan
yaitu salep Salep
yang tidak suka air atau
salep dengan dasar salep
berlemak
3. Menurut (greasy
dasar salepnya, bases)
salep dapat dibagi: 4. Menurut Formularium Nasional (Fornas)
a. Dasar salep 1 (ds. senyawa hidrokarbon)
tidakdapat dicuci dengan air; b. Dasar salep 2 (ds. serap)
c. Dasar salep 3 (ds. yang dapat dicuci dengan air
misalnya: campuran lemak- atau ds. emulsi M/A)
d. Dasar salep 4 (ds. yang dapat larut dalam air)
lemak, minyak lemak,
malam.
b. Salep hidrofilik yaitu salep
yang suka air atau kuat
menarik air, biasanya ds.
tipe M/A.
Kualitas Dasar Salep

Kualitas dasar salep yang baik adalah:


1.Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan
dan selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas.
2.Lunak, harus halus, dan homogen.
3.Mudah dipakai.
4.Dasar salep yang cocok.
5.Dapat terdistribusi secara merata.
Contoh sediaan
salep
PASTA & LINETUM

● Pasta (Pastae)
Pasta adalah sediaan semi padat (massa lembek) yang mengan- dung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pe- makaian topikal. Pasta ini serupa dengan salep hanya
berbeda dalam konsistensinya, yaitu bahan padatnya lebih dari 50% dan kegunaannya.
Misalnya Pasta Zinci oleosa (Ph. Bld .V).

● Linimentum
Linimentum adalah sediaan cair atau kental, mengandung an- algetik dan zat yang
mempunyai sifat Rubefacient untuk me- lemaskan otot atau menghangatkan;
digunakan sebagai obat luar yang dioleskan pada kulit menggunakan kain fanel
dan diurut. Linimentum tidak boleh digunakan untuk kulit yang luka atau lecet.
Contoh sediaan
pasta dan
Linimentum
JELLY/GEL & KRIM
● Jelly/Gel (Gelones)
Gel yang kadang disebut jelly merupakan sistem semipadat (massa lembek) terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri atas
jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya gel alumunium
hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang
dinyatakan sebagai magma (misalnya magma bentonit), di mana massanya bersifat tiksotropik, artinya massa akan
mengental jika didiamkan dan akan mencair kembali jika dikocok. Jika massanya banyak mengandung air, gel itu
disebut jelly.
Gel dapat diberikan untuk penggunaan topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh. Penyimpanan: Dalam wadah
tertutup baik, dalam botol mulut lebar terlindung dari cahaya, ditempat sejuk.
Catatan: Pada etiket harus tertera "Kocok dahulu
Dalam FOI ada beberapa gel, antara lain:
- Gel Acri
- Tamin
- Gel Antisseborrhoicum
● Krim (Cremores)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdis- persi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%).
Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk peng-
gunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.
Contoh sediaan
gel & krim
Solutio atau Larutan (Losio & Larutan Otik)

Larutan topikal adalah larutan a. Losio (larutan atau suspensi) yang


yang biasanya mengandung air, digunakan secara topikal.
tetapi sering kali mengandung b. Larutan otik adalah larutan yang
mengandung air atau gliserin atau
pelarut lain seperti etanol dan
pelarut lain dan bahan pendispersi.
poliol untuk penggunaan pada penggunaan telinga luar, misalnya
kulit, atau dalam larutan lidokain larutan otik benzo- kain dan
oral topikal untuk penggunaan antipirin, larutan otik neomisin B
sulfat, dan larutan otik
pada permukaan mukosa mulut. hidrokortison.
Contoh sediaan
lotio & otik
• Ephithema (obat kompres)
Larutan Topikal Ephithema atau obat kompres adalah cairan yang
dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada
tempat yang sakit dan panas karena radang atau
sifat perbedaan tekanan osmosis yang di-
gunakan untuk mengeringkan luka bernanah.
Contoh: Li- quor Burowi, Solutio Rivanol,
campuran Boorwater dan Rivanol.

• Lotio
Latio atauobat gosok adalah sediaan cair berupa
suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat
luar. Dapat berbentuk suspen- si bahan padat
dalam bentuk halus dengan bahan pensuspensi
yang cocok atau tipe emulsi minyak dalam air
(M/A) dengan surfaktan yang cocok. Pada
penyimpanan mungkin terjadi pemisahan.
Dapat ditambahkan zat warna, zat pengawet,
dan zat pewangi yang cocok.Penandaan harus
tertera:
a."Obat luar“
b. "Kocok dahulu"
Contoh sediaan
ephithema
SUSPENSI

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang


mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
penggunaan pada kulit. Losion eksternal harus
mudah menyebar di daerah pemakaian, tidak mudah
mengalir dari daerah pemakaian, dan cepat kering
membentuk lapisan film pelindung. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai "Lotio" termasuk
dalam kategori ini.
Contoh sediaan
suspense topikal
DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Nuryati. 2017. Farmakologi. Kemenkes RI, Badan Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan; Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.
Yanhendri dan Satya Wydya Yenny. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal
dalam Dermatologi. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Farmakope Indonesia edisi ke-III. 1979. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Farmakope Indonesia edisi ke-IV. 1995. Jakarta: Depertemen Kesehatan
Republik Indonesia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai