FARMAKODINAMIKA OBAT
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
M.SI,Apt selaku dosen pembimbing karena dengan adanya tugas ini dapat menambah
wawasan kami.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Pengertian Farmakodinamika .................................................................................3
B. Mekanisme Kerja Obat............................................................................................3
C. Konsep Reseptor......................................................................................................6
D. Karakteristik Reseptor..............................................................................................6
E. Tipe Protein Pada Reseptor......................................................................................7
F. Macam-Macam Reseptor.........................................................................................7
G. Interaksi Obat.........................................................................................................15
H. Agonis dan Antagonis............................................................................................16
I. Jendela Terapi........................................................................................................19
A. Kesimpulan ...........................................................................................................23
B. Saran .....................................................................................................................23
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup,
maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk tenaga
medis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud
pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa
pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan
memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat, farmasi
menyediakan obat. farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek
obat pada manusia. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan
obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang
mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya. Pada penulisan makalah ini akan
1
B. Tujuan
C. Rumusan masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Farmakodinamik
bagaimana suatu obat (bahan aktif) bekerja sehingga menghasilkan efek biologis.Dengan
kata lain bahwa farmakodinamik adalah cabang dari ilmu farmakologi yang mempelajari
Efek suatu obat dapat terjadi jika molekul obat berikatan dengan suatu molekul
Molekul spesifik tersebut merupakan binding site yang biasa disebut target obat. Interaksi
antara molekul obat dan sel mendasari penjelasan molekuler interaksi obat dengan
reseptornya. Paul Ehrlich menyatakan ‘Corpora non agunt nisi fixata’, yang berarti
bahwa suatu obat tidak akan bekerja sampai dia berikatan (Rang, et al., 2011).
Pemahaman tentang mekanisme kerja obat merupakan dasar penentuan terapi rasional
3
suatu obat dan desain obat baru serta unggulan dari suatu agen terapi.
klinik. Pada Gambar 1, ditunjukkan bahwa efek obat dipengaruhi oleh kepatuhan pasien,
kesalahan medikasi, absorbsi, ukuran dan komposisi tubuh, distribusi pada cairan tubuh,
ikatan obat pada plasma dan jaringan serta kecepatan eliminasi yang dalam hal ini
termasuk dalam kajian farmakokinetik. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
penentuan efek obat adalah variabel fisiologi dan patofisiologi, faktor genetik, interaksi
dengan obat lain dan kemungkinan terjadinya toleransi yang nantinya mempengaruhi
4
Gambar 2. Faktor yang mempengaruhi efek suatu obat (Goodman, et al., 2011)
1. Obat yang bekerja tidak melalui target spesifik Contoh : antasida, anestesi umum,
osmotik diuretik.
2. Obat yang bekerja dengan cara mengubah sistem transport. Contoh : kalsium
3. Mengubah fungsi enzim. Contoh : COX inhibitor, MAO inhibitor, AChE inhibitor
5
Gambar 3. Target obat
Target dari obat dapat dikategorikan menjadi 4 macam, yaitu reseptor, kanal ion, enzim,
6
Secara umum, bagian spesifik yang berikatan dengan obat berupa protein. Namun
selalu ditemukan pengecualian, misalnya : antibiotic dan antitumor yang dapat berikatan
langsung pada DNA, obat osteoporosis (biophosphonat) yang berikatan dengan garam
kalsium pada matriks tulang (Rang & Dale, 2008), interaksi dengan molekul kecil
C. Konsep Reseptor
Reseptor adalah komponen makro molekul dari sel yang dapat mengenali dan
obat atau substansi eksogen lainnya akan berikatan dengan ‘drug target’ nya untuk dapat
memberikan respon biologis. Drug target atau reseptor ini umumnya berupa protein
4. Kompleks polisakarida
1. Memiliki spesifisitas
Reseptor tertentu hanya akan berikatan dengan reseptor tertentu saja atau lebih
7
Gambar 4. Mekanisme Lock-Key dari suatu reseptor
menimbulkan aksi. sedangkan obat B tidak dapat berikatan dengan reseptor tersebut
Oleh karena spesifitasnya, maka respon yang dihasilkan oleh ikatan reseptor-substrat
3. Memiliki sensitifitas
diinginkan. Tidak ada obat yang sepenuhnya spesifik dalam aksinya, pada beberapa kasus
peningkatan dosis dapat mempengaruhi target lain sehingga menimbulkan efek samping
Neurotransmiter autokoid
glikosida
colchicine)
F. Macam-macam Reseptor
8
Ligand gated ion channel receptor (ionotropic receptor), merupakan reseptor yang
terikat pada suatu kanal ion. Ligan yang berikatan dengan resptor ini menyebabkan
terbukanya kanal ion sehingg akan mengubag potensial membran dan sel menjadi ter
intrasel).Kanal ion merupakan pintu gerbang ion-ion baik yang akan masuk maupun ke
Oleh karena yang berkerja dan efektornya adalah ion dan tidak melibatkan
mediator/molekul lainnya maka respon yang dihasilkan memiliki onset (mula kerja obat)
yang sangat cepat (milidetik). Biasanya reseptor ini untuk aksi neurotransmiter yang
sangat cepat.
NMDA, AMPA
Terdiri dari 5 subunit (2 subunit a, dan masing masing 1 subunit β, δ dan γ). Ikatan Ach
pada reseptornya akan membuka kanal ion sehingga ion Na+ akan masuk ke dalam sel
9
terusun oleh beberapa sub unit (αβγ) dan sub unit a yang memiliki aktivitas GTPase.
Reseptorjenis ini merupakan reseptor yang lebih banyak dijumpai dibanding jenis
reseptor lainnya. Ligan akan berikatan dengan reseptor ini pada signal binding site yang
bagian ujung ekstrasel terdiri dari gugus NH3+ (N terminal) dan ujung intrasel tersusun
efektornya (membran enzim ataupun ion gated channel). Pada beberapa kasus sub unit βγ
merupakan activator.
Jika efek selular dirasa cukup, maka protein G akan melepaska 1 atom Phosphat
membran plasma kanal ion. Onset jenis reseptor ini dalam hitungan beberapa menit.
Contoh : berbagai macam reseptor untuk biogenic amina seperti DA (dopamin), Ach
(asetilkolin), histamin.
10
Gambar 6. Struktur Heptahelical Receptor
maka strutur sub unit ini menentukan jenis G protein itu sendiri, yakti apakan G protein
Gamb
11
Target dari G protein antara lain :
a. Adenilat Siklase
Enzim ini berperan dalam pembentukan CAMP. CAMP mengontrol berbagai fungsi sel
melalui berbagai jalur dengan cara mem fosforilasi berbagai enzim, carrier dan protein.
b. Fosfolipase C
Enzim yang berperan dalam pembentukan inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol (DAG)
dari membran fosfolipid. IP3 berfungsi meningkatkan kalsium intrasel dengan cara
melepaskan CA2+ dari depo intrasel. Peningkatan kalsium dapat menyebabkan berbagai
aktivitas seluler seperti kontraksi, sekresi, aktivitas enzim dan hiperpolarisasi membran.
Sedangkan DAG berperan dalam mengaktifkan PKC yang mengontrol berbagai fungsi
Gamb
12
Yaitu suatu sistem yang mengontrol aktivitas beberapa jalur signaling seperti
remodeling dll. Jalur signaling Rho merupakan yan terakhir ditemukan. Rho yang
teraktivasi akan mengaktifkan Rho kinase yang akan mengaktifkan berbagai protein.
kinase, sehingga Rho kinase berperan pada pathogenesis pulmonary hipertensi. Saat ini
Suatu sistem yang mengontrol berbagai macam fungsi misalnya pembelahan sel,
apoptosis dan regenerasi jaringan. MAPK tidak hanya diaktifkan oleh sitokin tetapi juga
1.Fosforilasi Reseptor
13
2. Internalisasi (Endositosis) Reseptor
Mekanisme kerja GPCR menghasilkan residu serin dan trionin terutama pada C
terminal sitoplasmic tail, yang dapat mengalami fosforilasi oleh PKA, PKC dan protein
Aktivitas ini akan mengganngu coupling antara G protein dan aktivasi reseptor,
sehingga efek agonis akan berkurang. Efek fosforilasi ini tidak spesifik sehingga dapat
mempengaruhi reseptor yang lain. Oleh karena itu disebut heterologous desensitization.
Sedangkan fosforilasi pada GRKs sangat spesifik yaitu hanya akan bekerja pada
GRK berbeda dengan kinase yang lain dan reseptor yang ter-fosforilasi berperan sebagai
binding site dari B-arrestin (protein intraselular yang mengeblok interaksi G protein dan
berperan sebagai reseptor target endositosis). Karakteristik hambatan ini dapat bertahan
lebih lama.
3. Kinase-Linked Receptor
Reseptor tipe ini berbeda dengan GPCR. Reseptor ini memiliki sebuah protein
transmembrane yang cukup besar dengan jumlah residu bisa mencapai 1000. Reseptor ini
transkripsi gen.
1. Jalur Ras/Raf/MAPK yang berperan penting pada pembelahan sel, pertumbuhan dan
diferensiasi.
2. Jalur Jak/Stat yang diinduksi berbagai sitokin, yang berperan dalam regulasi sintesis
14
Yang termasuk kelompok ini adalah epidermal growth factor, nerve growth factor, dan
b. Serin/Treonin Kinase
growthfactor (TCP).
c. Reseptor Sitokin
Jenis reseptor ini tidak memiliki aktititas enzim interinsik. Jika terkativasi, reseptor ini
akan berasosiasi dan mengaktifkan tirosin kinasi sitosolik seperti Jak (Janus kinase).
Ligan untuk reseptor ini antara ligan berbagai macam sitokin termasuk interferon gamma
dan colony stimulatingfactor.
dari residu tirosin yang berperan sebagai reseptor SHZ untuk menghasilkan berbagai
respon seluler.
Second messenger merupakan suatu molekul yang melanjutkan pesan dari ligan atau obat
2. Dapat berdifus melalui membran sel dan menyampaikan informasi kepada berbagai
target molekul.
4. Dapat berdifus melalui membran sel dan menyampaikan informasi kepada berbagai
target molekul.
4. Nuclear Receptor
Sejak tahun 1970-an telah diketahui bahwa reseptor untuk hormone steroid seperti
estrogen dan glukokortikoid berada di sitoplasma dan akan ditranslokasi ke inti sel jika
15
Reseptor ini dikelompokkan menjadi 2 golongan utama, yaitu :
bentuk dimer dan mengalami translokasi/migrasi ke nulkleus. Ligan untuk reseptor ini
bentuk heterodimer dengan retinoid X receptor. Umumnya ligannya berupa lipid (asam
lemak). Reseptor inti ditampilkan pada Gambar 12. Sedangkan untuk hormon tiroid
tidak termasuk keduanya karena termasuk endokrin tetapi berada dalam bentuk
G. Interaksi Obat
Jika dua atau lebih obat diberikan dalan waktu bersamaan maka dapat terjadi interaksi
1. Addictive effect : jika respon dari obat obat tersebut mengikuti rumus penjumlahan.
2. Synergystic effect : jika respon dari obat-obat tersebut lebih besar dari efek
16
Ikatan obat dengan reseptor dapat melalui beberapa cara (kiri) terkait dengan efek
Dua obat atau lebih jika dibersamaan efek suatu obat dapat berupa efek terapi yang
diharapkan maupun efek yang tidak diharapkan (efek clamping dan efek toksik).Berbagai
efek tersebut diperantarai ikatan ligan dengan reseptornya. Interaksi antara ligan dengan
a. Agonis
Suatu obat atau endogenous ligan yang berikatan dengan resptornya. Ikatan yang
terjadi antara agonis dengan reseptornya yang menghasilkan suatu efek biologis.
b. Antagonis
Dua obat atau ligan yang mempunyai reseptor yang sama, sehingga akan menduduki
agonisnya) ataupun dapat bersifat irreversible atau pseudoirreversible dengan ikatan yang
sangat kuat.
Obat yang berikatan dengan reseptor yang sama dengan agonis tetapi tidak
meningkatkan atau menghambat aksi agonis. Sedangkan obat yang menghambat ikatan
17
Peran reseptor sangat penting untuk mengetahui respon suatu obat, terkait hal berikut :
1. Reseptor sangat menentukan hubungan kuantitatif antara dosis atau konsentrasi obat
dengan efek farmakologis. Afinitas reseptor untuk berikatan dengan obat ditentukan
konsentrasi obat untuk membentuk kompleks liganreseptor yang sesuai. Jumlah total
2. Reseptor berperan pada sensitifitas obat. Ukuran, bentuk dan muatan molekul
Perubahan struktur kimia obat secara drastis dapat meningkatkan atau menurunkan
afinitas obat baru untuk jenis reseptor yang berbeda sehingga akan menyebabkan
bekerja pada respon tertentu baik pada reseptor yang sama (kompetitif agonis)
maupun bekerja pada reseptor yang berbeda (agonis non kompetitif) (Rang, et al.,
2011).
Gambar 18. Perbandingan efek kompetitif inhibitor dan non kompetitif inhbitor
Pada Gambar 18 tampak bahwa kompetitif inhibitor akan memberikan efek sesuai
dengan ligan yang meng okupasi (yang lebih besar konsentrasinya). Sedangkan non
kompetitif inhibitor masing masing ligan mengokupasi reseptor yang berbeda tidak
18
terpengaruh oleh dosis atau konsentrasi ligan, namun efek yang ditimbulkan lebih
kecil.
1. Antagonis kompetitif terjadi jika agonis A dan antagonis I bersaing pada reseptor
yang sama. Kurva agonis akan bergeser ke kanan (misalnya, EDSO bergeser ke
kanan).
2. Jika antagonis berikatan pada binding site yang sama tetapi tidak bersifat ireversibel
kurva bergeser ke kanan dan penurunan efek maksimal. Efek alosterik terjadi jika
19
ligan I berikatan dengan binding site (reseptor) yang berbeda juga akan menghambat
respon (C) atau menyebabkan respon potensiasi (D). (Brunton, et al., 2008).
I. Jendela Terapi
Suatu bahan dapat berfungsi sebagai obat sekaligus sebagai racun tergantung dosis
yang diterima. Batas dosis terkecil yang mulai menimbulkan efek (efikasi) sampai dosis
Setiap obat memiliki rentang dosis yang berbeda dalam menimbulkan efek
farmakologis. ada obat yang memiliki jendela terapi sempit dan yang memiliki jendela
Hubungan antara dosis respon dengan efek terapi, efek toksis, serta efek samping
20
Gambar 14. Jendela Terapi Suatu Obat Bervariasi Tergantung Jenis Obatnya.
Terdapat obat dengan jendela terapi sempit misalnya warfarin (A) dan jendela terapi
Kurva A memiliki potensi yang tinggi dan efikasi rendah, sedangkan kurva B
Potensi adalah jumlah obat (misalnya dalam mg) yang dibutuhkan untuk
menghasilkan efek tertentu yang diinginkan. Suatu obat dikatakan memiliki potensi
yang lebih jika jumlah obat yang dibutuhkan sedikit untuk menghasil suatu respon
tertentu.
21
Sedangkan efikasi didefinisikan sebagai efek yang dihasilkan oleh suatu obat yang
Gambar 16. Respon suatu obat dapat mengalami pergeseran akibat sensitisasi maupun
Suatu obat dapat mengalami perubahan respon dari respon yang seharusnya dengan dosis
yang sama. Respon obat yang mengalamai penurunan disebut toleransi, sedangkan respon
arah kiri. hal ini menunjukkan bahwa dengan inisiasi dosis yang kecil dapat menimbulkan
efek yang lebih besar. Sedangkan toleransi terjadi karena respon obat yang semakin
obat setelah pemberian berulang. Mekanisme umum yang sering terjadi adalah
22
2. Toleransi farmakodinamik. Meupakan respon adaptif yang terjadi pada sistem
Distribusi kumulatif suatu populasi terhadap obat tertentu (kiri). Distribusi frekuensi %
Kurva dosis respon suatu obat dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. GradedResponse
Misalnya : kejang atau tidak, mati atau survive, paralisis atau tidak.
23
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
bagaimana suatu obat (bahan aktif) bekerja sehingga menghasilkan efek biologis. Efek
suatu obat dapat terjadi jika molekul obat berikatan dengan suatu molekul spesifiknya,
spesifik tersebut merupakan binding site yang biasa disebut target obat. Interaksi antara
molekul obat dan sel mendasari penjelasan molekuler interaksi obat dengan reseptornya.
Target dari obat dapat dikategorikan menjadi 4 macam, yaitu reseptor, kanal ion,
enzim, dan transporter (Rang, et al., 201 1). Peran reseptor sangat penting untuk
1. Reseptor sangat menentukan hubungan kuantitatif antara dosis atau konsentrasi obat
2. Reseptor berperan pada sensitifitas obat. Ukuran, bentuk dan muatan molekul
bekerja pada respon tertentu baik pada reseptor yang sama (kompetitif agonis)
B. Saran
Untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada pasien, hendaknya kita
Untuk menjamin agar obat dapat digunakan secara benar oleh pasien, maka diperlukan
KIE pada saat penyerahan obat minimal mengenai cara penggunaannya, khasiat, lama
24
Daftar Pustaka
Companies.
3. Katzung BG, Trevor AJ. 2015. Basic and Clinical Pharmacology 13th edition.
25