Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

Disusun Oleh :
Kelompok 3, Kelas Reguler B
Yudha 04021282126066
Irfatull A’la 04021282126068
Nurrahma Afifah 04021282126082
Siti Salbila 04021282126098
Arzeti Apriliasari 04021282126100
Anita Kristi 04021282126103
Rindo Ratu Adil 04021282126107
Rahmania Putri O 04021282126109

Dosen Pengampu : Firnaliza Rizona, S.Kep., Ners., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Pemberian Obat Topikal” dapat selesai dengan tepat waktu.
Penulisan laporan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas MK
Keterampilan Dasar dalam Keperawatan, di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca dalam mempelajari pemberian obat topikal.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Penulis yakin
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Baik pada teknis
penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca khususnya pada Ibu Firnaliza Rizona, S.Kep., Ners., M.Kep
selaku dosen pada MK Keterampilan Dasar dalam Keperawatan. Demi
kesempurnaan dalam membuat makalah pada waktu mendatang. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas perhatiannya.

Indralaya, 15 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 Definisi Pengobatan secara Topikal.....................................................3


2.2 Anatomi dan Fisologi Kulit..................................................................3
2.3 Tujuan Pengobatan Topikal..................................................................7
2.4 Jenis-jenis Obat Topikal.......................................................................8
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Pengobatan secara Topikal......................10
2.6 Prosedur Pengobatan Topikal...............................................................10
2.7 Hal yang diperhatikan dalam Pengobatan Topikal...............................13

BAB 3 PENUTUP............................................................................................14

3.1 Kesimpulan...........................................................................................14
3.2 Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas penting seorang perawat adalah merawat pasien dengan
memberikan terapi , yaitu obat. Obat merupakan salah satu terapi
untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan. Obat
memiliki efek terapeutik, namun beberapa obat menimbulkan efek samping
juga. Memberikan obat dengan benar dan tepat akan memberikan khasiat dan
khasiat obat akan lebih baik dan lebih optimal untuk diabsorpsi tubuh
sehingga akan memberikan terapi penyembuhan yang efektif. Pemberian obat
dilakukan dengan berbagai macam cara, sesuai dengan tujuan terapi dan jenis
obat. Salah satu diantara rute yang lazim dilakukan adalah rute pemberian obat
secara topikal.
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara
mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung,
lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk
pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion,
atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau
luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh: lotion).
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu
karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan
pengobatan topikal pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal
yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium
penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi,
penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topikal pada kulit.
Pemberian obat secara topikal sering digunakan dalam dunia medis.
Diperkirakan hampir 90% kasus dapat diobati dengan obat topikal. Selain dari
efektifitasnya yang telah terbukti, jenis rute pemberian ini memiliki
keuntungan lain, yaitu pemakaian dan penyimpanan yang mudah dan
sederhana, mudah didapat, dan dapat digunakan oleh semua golongan. Setiap
penetesan obat ke permukaan okular, hanya 5-10% dari obat tersebut yang
berpenetrasi kedalam kornea dan mencapai struktur intraokular, sebahagian

1
besar akan di absorbsi melalui konyungtiva dan duktus nasolakrimal. Kadar
obat yang berpenetrasi ke konyungtiva dan saluran lakrimal hampir mencapai
80-90%.
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu
karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan
pengobatan topical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal
yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium
penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi,
penentuan lama pemakaian obat, penetrasi obat topikal pada kulit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi pengobatan secara topikal?
2. Apa saja anatomi dan fisiologi kulit?
3. Apa tujuan pengobatan topikal?
4. Apa saja jenis-jenis obat topikal?
5. Bagaimana prosedur pemberian obat secara topikal?
6. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan secara
topikal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengobatan secara topikal
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi kulit
3. Untuk mengetahui tujuan pengobatan topikal
4. Untuk mengetahui jenis-jenis obat topikal
5. Untuk mengetahui prosedur pemberian obat secara topikal
6. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan
secara topikal

1.4 Manfaat
1. Dapat memberi informasi dan refrensi untuk bahan pertimbangan dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan

2
2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan dapat
memberikan obat secara topikal sesuai dengan prosedur yang benar

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara local, yaitu
melalui kulit atau membran mukosa dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan
rectum. Obat topikal ini hanya digunakan untuk pemakaian luar. Obat yang
biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, atau salep.

2.2 Anatomi Dan Fisiologi Kulit


A. Anatomi Dan Histologi Kulit

Kulit adalah organ tubuh paling luar yang berfungsi melindungi bagian tubuh
dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Ketebalan kulit berbeda-
beda tergantung pada tempat/lokasi, yaitu berkisar antara 0,5-4 mm. Luas kulit
pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono 2007). Kulit memainkan
peran penting dalam homeostatis dan pencegahan invasi dari mikroorganisme
oleh sebab itu kulit pada umumnya perlu ditutup segra setelah terjadi
kerusakan (Jayakumar et al., 2011). Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu
Epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar dan Dermis (korium,
kutis, kulit jangat). Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah
dermis.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
1. Lapisan Epidermis atau Kutikel
Lapisan luar kulit yang berasal dari ektoderm, tersusun atas epitel berlapis
gepeng berkeratin dan lebih tipis dibanding lapisan dermis.

3
Lapisan Epidermis, terdiri atas :
a) Stratum Korneum (Lapisan Tanduk)
Lapisan kulit paling luar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang
tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih
sedikit. Terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen
b) Stratum Lusidum
Terletak langsung di bawah stratum korneum, merupakan lapisan tipis
translusen sel eosinofilik yang sangat pipih. Organel dan inti
menghilang serta sitoplasma hampir sepenuhnya berisi filamen keratin
padat yang berhimpitan dalam matriks padat elektron. Lapisan ini
hanya dijumpai pada kulit tebal.
c) Stratum Granulosum (Lapisan Keratohialin)
Terdiri 3-5 lapis sel-sel poligonal gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Tampak
jelas pada telapak tangan dan kaki.
d) Stratum Spinosum (Stratum Malpighi)
Lapisan epidermis paling tebal terdiri dari sel kuboid dengan inti di
tengah, nukleolus dan sitoplasma aktif menyintesis filamen keratin.
Intinya besar dan oval.
e) Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik.
Ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis. Terdapat pula sel
pembentuk melanin (melanosit) dengan sel berwarna muda, sitoplasma
basofilik, inti gelap dan mengandung butir pigmen.

2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)


Lapisan kulit yang tersusun dari jaringan ikat padat dan berasal dari
mesoderm. Lapisan yang lebih tebal daripada epidermis. Terdiri atas
lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular dan folikel rambut.
Terbagi menjadi dua bagian yaitu :

4
a) Pars Papilare (Stratum Spongiosum)
Lapisan tipis terdiri dari jaringan ikat longgar dengan fibroblas, sel
mast dan makrofag serta terdapat bagian yang menonjol ke epidermis
yang disebut papila dermis. Lapisan ini berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b) Pars Retikulare (Stratum Kompaktum)
Lapisan yang lebih tebal terdiri atas jaringan ikat padat iregular
(terutama kolagen tipe I) tersusun atas serabut penunjang seperti
serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas
cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblast.

3. Lapisan Subkutis (hipodermis)


Tidak ada garis tegas yang memisahkan antara dermis dan subkutis.
Lapisan ini ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel
serta jaringan lemak
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan
sel lemak (panikulus adiposa) yang berfungsi sebagai cadangan makanan
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir. Pada lapisan
ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Vaskularisasi diatur oleh pleksus superfisialis yang terletak di bagian atas
dermis dan pleksus profunda yang terletak di subkutis.

5
Gambar 1. Kulit dan Bagian-Bagiannya (Gibson, 2003)
B. Fisiologi Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis seperti gaya gesekan, tekanan, tarikan, gangguan infeksi luar
terutama bakteri maupun jamur, zat-zat kimia yang bersifat iritan
seperti lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya, serta adanya pigmen
melanin gelap yang dapat melindungi sel dari radiasi ultraviolet.
2. Fungsi Absorpsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
lebih mudah menyerap pada cairan yang mudah menguap.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan lebih banyak melalui
sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi untuk pengeluaran keringat
4. Fungsi Persepsi

6
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik karena
mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Rangsang panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis.
Badan krause di dermis berperan terhadap rangsang dingin. Rangsang
raba diperankan oleh badan meissner di papila dermis.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh
darah kulit. Temperatur yang meningkat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit.
Sedangkan temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi untuk mempertahankan panas.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ini terletak dilapisan basal. Jumlah
melanosit dan besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan
warna kulit ras maupun individu. Pajanan sinar matahari
mempengaruhi produksi melanosom.
7. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan 7-dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari.

2.3 Tujuan Pengobatan Topikal


Menurut Jean Smith dan Joyce Young, 2010 pemberian obat topical bertujuan
untuk :
a. Tujuan pemberian obat secara topikal di kulit :
1. Memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi lapisan kulit
3. Melindungi permukaan kulit
4. Mengurangi iritasi kulit lokal
5. Menciptakan anastesi lokal
6. Atau mengatasi infeksi atau iritasi
b. Tujuan Pemberian obat secara topikal di mata :

7
1. Untuk mengobati gangguan pada mata
2. Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
3. Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
4. Untuk mencegah kekeringan pada mata

2.4 Jenis-Jenis Obat Topikal


1. Obat Krim

Krim topikal umumnya digunakan untuk mengatasi masalah kulit


berlingkup luas, mulai dari gigitan serangga, eksim, dermatitis, ruam,
hingga rasa gatal pada organ intim. Obat ini pun bisa digunakan untuk
mengurangi bengkak dan kemerahan akibat gejala alergi.
Bahan-bahan dalam krim topikal dapat berupa kortikosteroid
(hidrokortison), asam salisilat, atau retinoid. Krim topikal hanya boleh
dioleskan pada kulit badan, tapi tidak pada wajah, ketiak, dan kulit kepala.
Kecuali obat sudah dikhususkan untuk area tersebut atau dokter
menyarankan demikian.
2. Obat Busa (Foam)

8
Masalah kulit yang ditangani dengan krim topikal biasanya juga dapat
diatasi dengan obat topikal dari jenis busa. Selain itu, obat topikal
berbentuk busa pun ditemukan pada produk pembasmi jerawat serta bius
lokal. Bius biasanya diberikan sebelum seseorang menjalani prosedur
seperti endoskopi. Jika Anda menggunakan obat busa untuk mengatasi
jerawat, obat bisa dioleskan langsung pada jerawat yang muncul.
Sementara itu, obat busa yang diperuntukkan sebagai bius harus digunakan
oleh tenaga medis dengan mengikuti dosis yang dianjurkan.

3. Obat Gel

Gel topikal umumnya digunakan untuk mengatasi nyeri otot dan sendi,
terutama pada penderita radang sendi, sakit punggung, dan cedera otot.
Kandungan mentol dan metil salisilat di dalamnya bekerja dengan
memberikan sensasi dingin, lalu disusul dengan rasa hangat sehingga
teralihkan dari nyeri. Seperti jenis obat topikal lainnya, gel topikal juga
hanya boleh digunakan pada kulit. Jangan mengoleskannya pada kulit
yang terluka atau mengalami iritasi. Efek samping berupa kemerahan dan
rasa panas mungkin muncul, tapi hentikan pemakaian jika efek ini
bertambah parah.
4. Obat Losion

9
Tergantung fungsinya, losion topikal dapat mengandung asam salisilat,
vitamin D, atau pelembap. Obat ini digunakan untuk mengatasi gatal,
kemerahan, dan pembengkakan akibat penyakit kulit.
Beberapa jenis losion topikal juga mengandung antibiotik untuk
menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Losion topikal
memiliki keunggulan dibandingkan obat topikal lainnya, yakni
memerangkap air sehingga kelembapan kulit tetap terjaga. Oleh sebab itu,
losion juga sering digunakan untuk mengendalikan gejala peradangan pada
kulit dan area sekitarnya.

5. Obat Salep

Jenis obat topikal lainnya yang umum digunakan adalah salep. Salep
adalah obat topikal berbasis minyak atau lemak yang mengandung bahan
aktif sesuai fungsi utamanya, mulai dari asam salisilat, pelembap,
antibiotik, hingga vitamin D. Semua bahan ini dicampur menggunakan
sejenis minyak sehingga salep cenderung meninggalkan bekas lengket.

2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Pengobatan Secara Topikal


A. Indikasi
1. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringan
2. Pada pasien radang atau alergi mata

10
3. Infeksi saluran napas
4. Otitis media (radang rongga gendang telinga)
5. Infeksi kulit

B. Kontraindikasi
1. Pada penderita glaucoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi, dan
anak. Kecuali dalam pengawasan dan nasehat dokter.
2. Hipersensitivitas.
3. Diare, gangguan fungsi hati dan ginjal.
4. Pada pasien ulkus.
5. Indicidu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan
kecenderungan yang ditemurunkan.

2.6 Prosedur Pemberian Obat Secara Topikal


Tahap persiapan
A. Persiapan klien:

 Memperkenalkan diri
 Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar kamar
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah – langkah yang akan dilakukan

C. Persiapan lingkungan
Menutup pintu atau memasang sampiran
D. Persiapan alat
 Troli
 Baskom dan alas
 Perlak dan alas
 Bengkok (nierbekken)
 Air DTT dalam kom
 Kapas
 Sarung tangan

11
 Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
 Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
 Lidi kapas atau tongue spatel
 Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang
mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
 Buku obat (ISO)
 Baskom dengan air hangat, waslap, handuk
 Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
 Sabun cuci tangan
 Lap handuk
 Tempat sampah basah dan kering

II. Tahap Pelaksanaan


1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Tutup gorden atau pintu ruangan
5. Identifikasi klien secara tepat
6. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka
area yang akan diberi obat
7. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan
kerak pada kulit
8. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
9. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topical
10. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
11. Oleskan agen topical :
1) Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
 Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak
tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara
kedua tangan

12
 Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu.
 Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian
2) Lotion mengandung suspense
 Kocok wadah dengan kuat
 Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan
kecil
 Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
3) Bubuk
 Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
 Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara
ibu jari atau bagian bawah lengan
 Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
4) Spray aerosol
 Kocok wadah dengan keras
 Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
 Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien
untuk memalingkan wajah dari arah spray.
Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit

12. Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
13. Cuci tangan

III. Tahap Akhir


1. Evaluasi perasaan klien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi

2.7 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengobatan Secara Topikal

13
1. Harus memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat secara topical,
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute pemberian, benar
dokumentasi, benar waktu dan benar dalam informasi.
2. Penggunaan obat topikal kulit harus dilakukan secara bijaksana karena
penggunaan yang berlebihan pada kulit akan mengganggu absorpsi obat.
3. Pada anak-anak penggunaan obat topikal perlu ditutup area yang sakit
dengan pembalut kering karena anak suka berusaha menggosok obat.
4. Penggunaan obat topikal pada lanjut usia harus dilakukan dengan hati-hati
karena kulit telah menipis dan rapuh.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal, yaitu
melalui kulit atau membran mukosa dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan
rektum. Obat topikal ini hanya digunakan untuk pemakaian luar dan yang biasa
digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk
krim, lotion, atau salep.
Anatomi kulit sendiri secara garis besar, kulit tersusun atas tiga lapisan
utama, yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis
vera, true skin) , dan lapisan subkutis (hipodermis). Sedangkan Fisiologi kulit
sendiri yaitu sebagai fungsi proteksi, absorpsi,ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh, pembentukan pigmen, dan fungsi pembentukan vitamin D.

14
Tujuan pemberian obat secara topikal di kulit bertujuan untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut, mempertahankan hidrasi lapisan kulit,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit lokal, menciptakan
anastesi lokal, dan mengatasi infeksi atau iritasi. Sedangkan pemberian obat
secara topikal di mata, bertujuan untuk mengobati gangguan pada mata,
mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata, melemahkan otot
lensa mata pada pengukuran refraksi mata, dan untuk mencegah kekeringan
pada mata
Jenis-jenis obat topikal sendiri, yaitu obat krim yang digunakan untuk
mengatasi masalah kulit berlingkup luas), obat busa (foam) yang dapat
mengatasi masalah kulit yang ditangani dengan krim topikal , obat gel yang
umumnya digunakan untuk mengatasi nyeri otot dan sendi, obat losion
digunakan untuk mengatasi gatal, kemerahan, dan pembengkakan akibat
penyakit kulit, dan ada obat salep yang merupakan obat topikal berbasis
minyak atau lemak yang mengandung bahan aktif sesuai fungsi utamanya
Dalam pemberian obat topikal, ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
Harus memperhatikan 7 hal benar, penggunaan obat topikal kulit harus
dilakukan secara bijaksana karena penggunaan yang berlebihan pada kulit akan
mengganggu absorpsi obat, pada anak-anak penggunaan obat topikal perlu
ditutup area yang sakit dengan pembalut kering karena anak suka berusaha
menggosok obat, dan penggunaan obat topikal pada lanjut usia harus dilakukan
dengan hati-hati karena kulit telah menipis dan rapuh.

3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya pada mahasiswa keperawatan
dapat mengetahui tentang konsep pemberian obat secara topikal dimulai dari
definisi, tujuan pemberian, jenis-jenis hingga ke hal-hal yang harus
diperhatikan saat memberikan obat secara topikal setelah membaca makalah ini
Penulis juga mengharapkan kritik & saran yang membangun dari para
pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi
kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, Diah Ayu. 2019. Mengenal Beragam Jenis Obat Topikal (Obat Oles) Dan
Beda Fungsinya. (Online), (https://hellosehat.com/obat-suplemen/jenis-
obat-topikal/ , diakses tanggal 15 Maret 2022).
Lestari, Siti. 2016. Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Mukminah A,Dwina S,Elfira D.2013.Farmasi Praktis II Sediaan Topikal
Pramesti, Arindha Reni. 2012. Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-
Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. Tesis.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Permatasari, Riskia Nada Suci, dkk. 2019. Pengaruh Pemberian Asap Cair Dosis
Bertingkat Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat Dua Dangkal Pada
Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Kedokteran Diponegoro, 8 (1) :
436-445.
Putri, Anisa Tiara, dkk. 2021. Pemberian Obat Topikal. Mataram: Politeknik
Kesehatan Mataram.

16
17

Anda mungkin juga menyukai