Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam
lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai
pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena
sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat
membantu mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007). Dalam pengobatan
berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan pada obat mata,
dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya
bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata (Lukas, 2006).

Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak dan bola mata.
Persyaratan tetes mata antara lain: steril, jernih, tonisitas, sebaiknya sebanding dengan NaCl
0,9 %. Larutan obat mata mempunyai pH yang sama dengan air mata yaitu 4,4 dan bebas
partikel asing. Penggunaan tetes mata pada etiketnya, tidak boleh digunakan lebih dari satu
bulan setelah tutup dibuka, karena penggunaan dengan tutup terbuka kemungkinan terjadi
kontaminasi dengan bebas (Muzakkar, 2007). Selain obat tetes mata digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit dan Sediaan obat mata biasanya dipakai untuk menghasilkan
efek setempat pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tetes mata (oculoguttae) merupakan cara
pemberian obat pada mata yang dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara
melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.

Bentuk sediaan obat mata selain larutan dapat berupa suspensi, salep atau gel
(Hoover, 1975). sediaan gel mata, yaitu sediaan yang banyak memberikan berbagai
keuntungan dibandingkan sediaan salep mata diantaranya dapat meningkatkan permeabilitas
kornea dan dapat memperpanjang waktu kontak dengan mata, konsentrasi obat yang optimal
di reseptor sehingga bisa didapatkan bioavailabilitas yang baik. Karena sediaan mata
konvensional biasanya memiliki bioavailabilitas yang rendah (Nayak et al., 2012).

Menurut khasiatnya, obat mata dikenal antara lain sebagai anestetik topikal, anestetik
lokal untuk suntikan, midriatik & sikloplegik, obat-obat yang dipakai dalam pengobatan
glaukoma, kortikosteroid topikal, campuran kortikosteroid & obat anti-infeksi, obat-obat lain
yang dipakai dalam pengobatan konjungtivitis alergika, dan obat mata anti-infeksi. Sediaan
pengobatan dapat berupa larutan dan suspensi dengan cara meneteskannya pada mata
(Vaughan & Asbury, 2010

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah sediaan mata yaitu :


A. Apakah definisi dari sediaan mata?
B. Hal-hal apa sajakah yang harus diketahui mengenai sediaan mata?
C. Bagaimana cara melakukan pengobatan pada mata?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari sediaan mata.
2. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diketahui mengenai sediaan pada mata.
3. Untuk mengetahui cara melakukan pengobatan pada mata
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud larutan steril, bentuk sediaan steril, dan cara
penggunannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata adalah organ sensorik, rentan terhadap berbagai penyakit yang berasal
dari sistemik, seperti diabetes atau hipertensi, atau glaukoma, katarak dan degenerasi makula.
Selain itu, karena mata terletak pada permukaan tubuh, juga mudah terluka dan terinfeksi.

Menurut lokasi penyakit, gangguan mata dikelompokkan sebagai periokular dan intraocular
kondisi. Penyakit periokular meliputi:

 Blepharitis

Infeksi struktur penutup (biasanya Staphylococcus aureus) bersamaan dengan


seborrhea, rosacea, mata kering dan kelainan kelenjar meibomein dan sekresi lipid.

 Conjunctivitis

Kondisi dimana mata memerah dan adanya sensasi benda asing. Ada banyak
penyebab konjungtivitis, tapi sebagian besar adalah hasil dari infeksi akut atau alergi.
Konjungtivitis bakteri adalah infeksi mata yang paling umum.

 Keratitis

Kondisi di mana pasien mengalami penurunan penglihatan, sakit mata, mata merah,
dan sering kornea buram. Keratitis terutama disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa
dan parasit.

 Trachoma

Disebabkan oleh organisme Chalmydia trachomatis; itu adalah penyebab paling


umum kebutaan di Afrika Utara dan Timur Tengah.

 Dry eye
Komposisi air mata berubah, atau volume air mata yang dihasilkan tidak memadai,
sehingga gejala mata kering akan timbul. Kondisi mata kering tidak hanya menyebabkan
ketidaknyamanan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerusakan kornea.

Penyakit periokular seperti ini relatif mudah diobati dengan menggunakan formulasi
topikal. Kondisi intraokular lebih sulit untuk diobati dan termasuk infeksi intraokuler: infeksi
yaitu di mata bagian dalam, termasuk aqueous humor, iris, humor vitreous dan retina. Hal itu
dapat terjadi setelah operasi mata, trauma atau karena penyebab endogen. Infeksi tersebut
membawa risiko tinggi untuk kerusakan mata dan juga kemungkinan penyebaran infeksi dari
mata ke otak. Sebuah penyakit intraokular umum adalah glaukoma, dianggap sebagai salah
satu masalah klinis mata terbesar di dunia. Lebih dari 2% dari populasi di atas usia 40
memiliki penyakit ini, di mana tekanan intraokular meningkat (IOP) lebih besar dari 22
mmHg, sehingga pada akhirnya aliran darah ke retina berubah dan menyebabkan kematian
saraf optik perifer. Proses ini mengakibatkan hilangnya jarak pandang dan berakhir pada
kebutaan. Baru-baru ini, dokter lebih mengenal kondisi tersebut sebagai glaukoma
normotensif. Sekitar 20% dari pasien glaukoma memiliki tekanan intraokular normal dan
pada pasien ini penyakit mungkin disebabkan dari spasme pasokan arteri.

Gangguan pada posterior mata sangat sulit untuk di obati. Mekanisme pembersihan
yang efisien di depan mata mengurangi konsentrasi obat dan dapat menyebar ke bagian
belakang mata. Banyak dari gangguan ini adalah kondisi kronis, membutuhkan terapi terus
menerus. Penyakit dari bagian belakang mata meliputi: retinits Cytomeaglovirus (CMVR),
proliferatif vitreoretinopathy (PVR), retinopati diabetes, degenerasi makula usia dinilai,
endophthalmitis dan retinitis pigmentosa.

B. Struktur dan Fisiologi Mata

1. Kornea

Kornea adalah struktur lima-lapis, yang terdiri dari epitel (lapisan superfisial),
membran Bowman, stroma, membran Descemet dan endotelium, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar. EPITHELIUM
Epitel dibangun dari beberapa lapisan sel dan sekitar 10% dari total ketebalan kornea pada
manusia, dan proporsi yang sama di banyak spesies mamalia lainnya. Ada 5 lapisan dalam
pria dengan ketebalan 50-100 mm, yang mirip dengan kelinci, namun jumlah lapisan
meningkat di kornea paling tebal sampai 10, seperti pada kornea sapi. Ini merupakan jaringan
hidrofobik dan memberikan kontribusi 90% dari penghalang terhadap obat hidrofilik dan
10% untuk obat hidrofobik.

Membran Bowman

Pada manusia sebagai lembaran tipis homogen dengan ketebalan 8-14 mm. Mata
kelinci tidak memiliki lapisan ini. Ini bukan membran elastis dan tidak beregenerasi ketika
hancur. Lapisan ini tidak dianggap sebagai penghalang untuk penyerapan obat di kornea.

Stroma

Mewakili sekitar 90% dari ketebalan kornea pada mamalia dan terdiri dari jaringan
ikat yang dimodifikasi; 70-80% dari berat basah air, dan 20-25% dari berat kering kolagen,
protein dan mucopolysaccharides lainnya. Stroma adalah penghalang utama untuk obat yang
sangat lipofilik.

Membran Descemet

Ini adalah membran yang kuat, homogen dan sangat tahan. Tebalnya sekitar 6 µm.
Membran ini dapat meregenerasi ketika rusak.

Endothelium

Merupakan satu lapisan sel epitel seperti saling bertautan dengan bergantian,
permukaan berputar, yang benar-benar meliputi permukaan posterior kornea. Persimpangan
kesenjangan ada di antara sel-sel yang berdekatan memungkinkan perembesan berbagai zat.
Endotelium tidak memiliki nilai penentu sebagai permeabilitas adalah 200 kali atau lebih
lebih besar dari epitel. Lapisan ini merumahkan pompa Na+ / K+ ATPase yang bergantung-
bikarbonat, dan beroperasi pada tingkat yang konstan untuk mengontrol keseimbangan antara
gerakan pasif air ke stroma dan gerakan aktif cairan itu, bertanggung jawab untuk menjaga
transparansi kornea dan ketebalan kornea konstan. Jika pompa aktif rusak atau kehabisan
bikarbonat yang dilemahkan oleh inhibitor karbonat anhidrase, stroma akan menyerap air,
membengkak dan menjadi buram, sehingga terjadi penebalan dan kekeruhan kornea.
Perubahan ketebalan kornea mempengaruhi penyerapan obat.

2. Lapisan air mata

Protein terlarut dalam cairan lakrimal mempengaruhi viskositas air mata manusia,
yang berkisar 1,3-5,9 cps dengan nilai rata-rata 2,92 cps. Air mata memiliki karakter
pseudoplastic dengan nilai sekitar 32 cps pada 33 ° C. Selama sekejap bergerak tutup dengan
kecepatan tinggi dan film ini bergeser ke tingkat tinggi sekitar 10,000-40,000.

C. Teori Sediaan
Definisi Tetes Mata (Guttae Ophthalmicae)

 Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata. (FI III Hal. 10)
 Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedekimian rupa hingga sesuai digunakan
pada mata. (FI IV Hal. 13)
 -Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-
partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat
seperti yang tertera pada suspensiones. (FI IV Hal. 14)

D. Pengertian Sediaan Mata

Menurut FI IV halaman 12: Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas
partikel asing, merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam
hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet
(dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama
juga dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga.
Menurut FI III halaman 10: Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunaka dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dari bola mata.

Menurut RPS halaman 850: Sediaan mata merupakan bentuk sediaan


khusus yang didesain untuk digunakan pada permukaan luar mata (topical) digunakan pada
(intraocular) atau (periocular seperti sclera atau subtenon) kedalam mata, orusedin atau
digunakan pada conjungtiva dengan alat khusus untuk mata.

Menurut Pdf. SediaanMata: Sediaan obat mata adalah sediaan steril


berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan,
mengoleskan pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

Menurut Teks Book of Pharmaceutics : Tetes mata adalah cairan steril


atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus
conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan
antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik
seperti atropin sulfat.

Menurut Parrot: Larutan mata (colluria) Obat yang dimasukkan ke dalam


mata harus diformulasi dan disiapkan dengan pertimbangan yang diberikan untuk tonisitas,
pH, stabilitas, viskositas dan sterilisasi. Sterilisasi ini diinginkan karena kornea dan jaringan
bening ruang anterior adalah media yang bagus untuk mikroorganisme dan masuknya larutan
mata yang terkontaminasi ke dalam mata yang trauma karena kecelakaan atau pembedahan
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

Menurut Ansel: Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan
steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan dalam mata. Selain steril preparat
tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti
kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.

E. Syarat- Syarat Sediaan Mata


 Sterilisasi

Ia seharusnya steril ketika dihasilkan.

 Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan
partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya.Pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih.

A. Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan
kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa
permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini
penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan
tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan.Wadah dan
tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan.
Normalnya dilakukan test sterilitas.

 Preservatif

Ia seharusnya mengandung pengawet yang cocok untuk mencegah pertumbuhan dari


mikroorganisme yang dapat berbahaya yang dihasilkan selama penggunaan. Jika
dimungkinkan larutan berair seharusnya isotonis dengan sekresi lakrimal konsentrasi ion
hidrogen sebaliknya cocok untuk obat khusus, dan idelanya tidak terlalu jauh dari netral

 Stabilitas Kemasan

Ia seharusnya stabil secara kimia. Sediaan untuk mata terdiri dari bermacan-macam tipe
produk yang berbeda. Sediaan ini basa berupa larutan (tetes mata/pencuci mata),
suspensi/salep. Kadang-kadang injeksi mata digunakan dalam kasus khusus. Sediaan mata
sama dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari bahan partikulat. Dengan
pengecualian jumlah tertentu dari injeksi mata, sediaan untuk mata adalah bentuk sediaan
topical yang digunakan untuk efek local dan karena itu tidak perlu untuk bebas pirogen.

 Tonisitas

Tonisitas berarti tekanan yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata
adalah isotonik dengan larutan lain ketika magnefudosifat koligatif larutan adalah sama.
larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9% laritan Na Cl.
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang
diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl.
Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan
intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk
dipertimbangkan.

 Viskositas

USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama


kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya.Bahan-bahan seperti
metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk
meningkatkan viskositas.Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam
waktu kontak dalam mata.umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan
meningkat lama kontak dalam mata.

 Tambahan (Additives)

Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan
dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat,
digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung
garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan.
Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.

 pH

Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4.
Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam
basa lemah dan paling stabil pada pH asam. ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam.

pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum


untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk
memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. kapasitas buffer adalah
kunci utama, situasi ini.

Tetes mata adalah larutan berair atau larutan berminyak yang idealnya harus memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :

I. Steril.
II. Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata. Isotonis
= 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 – 1,4% b/v atau 0,7 – 1,5% b/v.
III. Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
IV. Tidak iritan terhadap mata.
F. Jenis Sediaan Mata
1. Larutan steril Tetes mata
Syarat:
a. Steril
b. Isotonis
c. Isohidris
d. Jernih
e. Bebas Partikel asing dan irritant
Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata
adalah tonisitas, pH, stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang
sekali, yang paling penting dari itu dalah sterilitas yang telah menerima sifat/perhatian
dan farmasis dan ahli mata.
Adapun cara pembuatan tetes mata kecuali dinyatakan lain digunakan salah
satu cara sebagai berikut:
a. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
dengan cara sterilisasi pemanasan dengan otoklaf.
b. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan
dengan cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam
wadah akhir yang steril kemudian ditutup kedap menurut tehnik aseptic.
c. Obat dilanitkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
dengan cara pemanasan dengan bakterisida (sterilisasi cara B yang tertera pada
FI edisi lll).

Cara penggunaan (RPS 18 th : 1584).

a. Cuci tangan
b. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
c. Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke
dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penetes
d. Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian
bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari.
e. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan
berkedip paling kurang 30 detik.

2. Gel Steril Mata (Remington)


Sediaan gel mata biasanya menggunakan basis air, yang mengandung sistem
polimer dengan tingkat viskositas larutan rendah, dan gel dapat berkontak/
bercampur dengan air mata. Pembuatan gel darai larutan harus memperhatiakan
dengan mengubah suhu, pH, peningkat ion atau kandungan protein dalam air mata.

3. Salep Mata
Syarat :
a. Steril (cara aseptik atau sterilisasi akhir)
b. Tidak mengandung partikel kasar
c. Dasar salep tidak mengiritasi mata,mudah berdifusi atas bantuan cairan air
mata, melebur pada suhu tubuh
d. Wadah berupa tube yang dapat disterilkan,dengan mulut tube menyempit
Salep mata merupakan sediaan salep steril yang penggunaannya pada mata,
salep memiliki waktu kontak dengan mata lebih lama, sekitar 24
Jam. Salep mata lebih kental, kontak dengan mata lama, sifat basis harus
hidrofil, harus melebur pada suhu 32,9°, bahan aktif terlarut atau tersuspensi
dalam basis.
Pembuatan Salep Mata
1. Bahan aktif ditambahkan sebagai larutan steril atau sebagai serbuk steril
termikronisasi dalam basis salep mata steril.
2. Hasil akhir dimasukkan ke dalam tube steril secara aseptis
3. Sterilisasi basis salep dikerjakan secara sterilisasi kering pada suhu 120⁰C
selama 2 jam atau 150⁰C selama 1 jam tergantung pada sifat fisik dari basis
salep yang digunakan
4. Sterilisasi tube dilakukan dalam oven pada suhu 160⁰C selama 2 Jamt
Oven.Digunakan untuk alat-alat yang tahan dengan pemanasan dengan suhu
180oC selama 2 jam . alat-alat seperti gelas, erlenmeyer, tabung reaksi, vial,
tube, cawan petri, cawan porselin, dan juga dapat mensterilkan bahan-bahan
namun dengan suhu tertentu .
5. Kedipan kelopak mata
6. Kondisi bahan aktif dalam sediaan mata, yaitu terlarut dalam basis salep mata,
tersuspensi dalam basis salep
7. Ukuran partikel bahan aktif
Cara penggunaan salep Mata

a. cuci tangan
b. Buka penutup tube
c. Dengan satu tangan tarik kelopak mata kebawah.
d. Dengan melihat keatas, tekan bagian tube untuk mengeluarkan isinya.
e. Tutup mata dan gerakkan mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan kebawah.
f. Tutup tube kembali.
8. Suspensi Obat Mata
Tujuan penggunaan
f. meningkatkan waktu kontak dengan kornea
g. memberikan kerja lepas lambat
Suspensi mata steril merupakan sediaan suspensi steril khusus yang
mengandung bahan aktif yang tersuspensi dalam sediaan dan dengan ukuran
partikel tertentu.
 Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan sediaan
1. Kecermatan dan kebersihan selama pembuatan
2. Pembuatan dikerjakan seaseptis mungkin
3. Formula yang tepat
4. Teknologi pembutan dan peralatan yang menunjang
 Penetrasi Sediaan Mata
Ada dua jalur untuk penyerapan mata, rute kornea dan konjungtiva / scleral
rute seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12.3. Penyerapan konjungtiva merupakan
nonproduktif dan terdapat kerugian tambahan dari dosis topikal.
1. Rute korneal

Rute kornea sering dianggap sebagai jalur utama untuk penyerapan mata.
Kebanyakan obat melintasi membran ini ke dalam jaringan intraokular baik oleh difusi
antarselular atau transelular. Obat lipofilik diangkut melalui rute transelular, dan obat-obatan
hidrofilik menembus melalui jalur antarselular. Ada sedikit bukti bahwa obat tetes mata
menembus ke kompartemen mata oleh transportasi aktif. Secara umum, penetrasi kornea
terutama diatur oleh lipofilisitas obat tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, termasuk
kelarutan, ukuran molekul dan bentuk, biaya dan tingkat ionisasi.

2. Rute nonkorneal

Penyerapan rute noncorneal melibatkan penetrasi di konjungtiva dan sclera ke


dalam jaringan intraokular. Ada tiga jalur untuk penetrasi obat di sclera:

 Melalui ruang perivaskular;


 Melalui media air dari mucopolysaccharides seperti gel;
 Melalui ruang-ruang kosong dalam jaringan kolagen.
Rute noncorneal biasanya tidak produktif, obat menembus permukaan luar mata
limbus cornealscleral diambil dari tempat kapiler lokal dan dipindahkan ke sirkulasi umum.
Rute ini secara umum menghalangi masuknya obat ke dalam aqueous humor, yang akan
berdampak pada pemberian obat mata.

Absorbsi rute noncorneal penting untuk senyawa hidrofilik dengan berat molekul
besar seperti timolol maleat dan gentamisin. Rute ini juga berpotensi memfasilitasi
pengangkutan peptida dan protein, baik sebagai obat-obatan atau pembawa obat, ke situs
target dalam mata.

G. Pemilihan Bentuk Zat Aktif

Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air atau
dipilih bentuk garamnya yang larut air. Sifat-sifat fisikokimia yang harus diperhatikan dalam
memilih garam untuk formula larutan tetes mata yaitu:

• Kelarutan.
• Stabilitas.
• pH stabilitas dan kapasitas dapar.
• Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula.
Sebagian besar zat aktif untuk sediaan tetes mata adalah basa lemah. Bentuk garam
yang biasa digunakan adalah garam hidroklorida, sulfat, dan nitrat. Sedangkan untuk zat aktif
yang berupa asam lemah, biasanya digunakan garam natrium.

H. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Mata


Keuntungan dan kerugian sediaan mata:
 Salep mata
Keuntungan

1. Dapat memberikan bioavaibilitas lebih besar dari pada sediaan larutan dalam air yang
ekuivalen
2. Waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi
Kerugian

1. Dapat mengganggu penglihatan kecuali digunakan pada saat akan tidur


2. Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva,
kornea dan iris.
3. Onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama
4. Cenderung membentuk lapisan pada mata dan menyebabkan masalah-masalah
pencampuran antara pembawa salep dengan cairan mata.
5. Kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui
lensa mata.

 Tetes mata
Keuntungan

1. Lebih stabil
2. Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan
Kerugian

1. Waktu kontak yang relatif singkat antara obat dengan permukaan yang terabsorpsi
2. Bioavaibilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk
kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea.
Sampai ke ruang anterior. Karena bioavaibilitas obat sangat lambat, hendaknya pasien
mematuhi antara dan teknik pemakaian yang tepat.
Formula umum

R/ Zat aktif

Bahan pembantu :

• Pengawet
• Pengisotonis
• Antioksidan
• Pendapar
• Peningkat viskositas
• Pensuspensi
• Surfaktan
 Teori Bahan Pembantu
I. Pengawet
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme
selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata hendaknya memiliki
sifat sebagai berikut :

• Bersifat bakteriostatikdan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutama


terhadap Pseudomonasa aeruginosa.
• Non iritan terhadap mata.
• Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
• Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
• Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan
sediaan.
II. Pengisotonis

Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan dapar. Rentang
tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata berdasarkan FI IV yaitu 0,6 – 2,0%.

III. Pendapar

Secara ideal, larutan obat tetes mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air
mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak cukup
larut dalam air, sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH
ini. Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4. Tetapi larutan
tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman.
Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut FI IV yaitu 3,5 – 8,5.Syarat
dapar yaitu :

• Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan.


• Konsentrasinya tidak cukup tinggi sehingga secara signifikan dapat
mengubah pH air mata.
IV. Peningkat Viskositas

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat viskositas untuk
sediaan tetes mata yaitu:

• Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri.


• Perubahan pH yang dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat
viskositas.
• Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi
baik oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelompok
mat, sulit bercampur dengan air mata atau menganggu difusi obat.
Viskositas untuk larutan tetes mata dipandang optimal jika berkisar antara
15 – 25 cps. Pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan
pada, yaitu:

• Ketahanan pada saat sterilisasi.


• Kemungkinan dapat disaring.
• Stabilitas.
• Ketidakcanpuran dengan bahan-bahan lain.
V. Antioksidan

Zat aktif untuk sediaan tetes mata ada yang dapat teroksidasi oleh udara. Untuk itu kadang
dibutuhkan antioksidan. Antioksidan yang sering digunakan adalah Na metabisulfit atau Na
sulfit dengan konsentrasi sampai 0,3%.

VI. Surfaktan

Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhi berbagai aspek:

• Sebagai antimikroba (surfaktan golongan kationik).


• Menurunkan tegangan permukaan antara obat tetes mata dan kornea sehingga
meningkatkan aktif terapeutik zat aktif.
• Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan lakrimal,
meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga
meningkatkan penembusan dan penyerapan obat.
• Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kornea. Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima
dibandingkan dengan surfaktan golongan lainnya.
I. Pengemasan
Meskipun beberapa larutan dan suuspensi obat mata koemrsial dikemas di dalam
botol berbahan gelas kecil dengan penetes berbahan gelasa atau plastic yang terpisah, hamper
seluruhnya dikemas didalam wadah berbahan plastic yang halur dengan penetes yang telah
terpasang dan tidaka dapat diganti, jenis kemasan ini lebih disukai baik untuk memudahkan
pemberian maupun untuk melindungi produk dari kontaminsai eksternal. Larutan suspensi
maupun salep mata umumnya dikemas di dalam wadah yang memuat peroduk sekitaran 2- 30
ml.

Pasien harus berhati hati dalam melindungi larutan ataupun suspensi obat mata dari
kontaminan eksternal. Jelaslah, wadah dengan penetes yang melekat pada wadah dengan
penetes yang melekat pada wadah cenderung sedikit memperoleh kontaminasi dari udara,
daripda botol dengan tipe penutup yang meutar, yang harus dibuka secara penuh pada saat
penggunaannnya, namun setiap jenis dapat mengalami kontaminasi udara dan melalui
sentuhan yang tidak disengaja pada ujung penetes pada mata, kelopak mata, atau permukaan
lainnya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
• Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata
• Syarat sediaan mata antara lain Steril, Jernih, Preservatif, Stabilitas Kemasan,
Tonisitas, Viskositas, Tambahan (Additives), Ph. Dan dalam pembuatan sediaan mata harus
diperhatikan kecermatan dan kebersihan selama pembuatan, Pembuatan dikerjakan seaseptis
mungkin, Formula yang tepat dan Teknologi pembutan serta peralatan yang menunjang.

Saran :
Sebelum memberikan larutan sebaiknya pengguna mencuci tangan sampai bersih.
Selama penanganan, harus berhati-hati agar penetes tidak berkontak dengan mata, kelopak
mata, atau permukaan lain
Daftar Pustaka:

 Zain, riska,2016.Teknologi sediaan steril sediaan mata.Makassar: Universitas Islam


Negri
 Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta
 Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta
 Elisa.ugm.ac.id//Sediaan_Steril_Lain
 Lili.usu.ac.id/larutan steril mata

Anda mungkin juga menyukai