“DELAYED RELEASE”
Oleh :
Kelompok 2
S1-6A
Dosen pengampu :
Dr. apt. Gressy Novita, M.Farm.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem Penghantaran Obat dan juga
untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai tablet delayed release. Dalam
penyusunan makalah ini, kami selaku penulis mendapatkan banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Terutama dari dosen pengampu dari mata kuliah
Sistem Penghantaran Obat, Ibu Dr. apt. Gressy Novita, M.Farm. Maka pada
kesempatan ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................2
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4
2.1 Tablet Delayed Release.............................................................................4
2.1.1 Definisi...............................................................................................4
2.1.2 Teori pendukung................................................................................4
2.1.3 Mekanisme.........................................................................................4
2.1.4 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan.....................................................5
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan................................................................7
2.1.6 Contoh Tablet Delayed Release.........................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute pemberiaan secara
oral. Rute oral ini paling disukai karena tingkat kenyamanan dan kepatuhan
pasien sangat baik. Selain itu biaya produksinya juga cukup rendah. Obat yang
diberikan secara oral akan terlarutkan (terdispersi molekuler) dalam cairan
lambung sebelum diabsorpsi ke dalam sirkulasi sitemik.
Bentuk sediaan Delayed release yang termasuk DRDP adalah repeat
action. Repeat action adalah bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan
suatu dosis obat pada permulaan dan dosis kedua pada waktu berikutnya, bahkan
beberapa produk mempunyai bagian ketiga yaitu dosis yang baru dilepaskan
setelah bagian kedua dilepaskan. Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh
suatu “time barier” atau enteric coating (martodiharjo, 1996).
Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut dalam
cairan pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses
absorbsi. Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan padat
oral seperti tablet (Shargel & Yu, 1999).
Ketika kecepatan disolusi merupakan rate-limiting step, maka kecepatan
disolusi juga akan mempengaruhi absorpsi. Akibatnya, kecepatan disolusi dapat
mempengaruhi onset, durasi dan intensitas respon, dan mengontrol keseluruhan
bioavailabilitas obat dari suatu sediaan ( Elkodryl & Essa, 2010).
Pelepasan obat dengan segera dalam plasma darah dengan kadar yang
tinggi dapat mengakibatkan akumulasi kadar obat dalam darah dan sering
menimbulkan efek samping. Untuk mengurangi efek samping dari obat dengan
pertimbangan untuk mencegah akumulasi kadar obat yang terlalu tinggi dalam
darah secara tiba-tiba, diperlukan suatu bentuk sediaan alternatif yang dapat
digunakan untuk mencegah hal tersebut (Shargel & Yu , 1999).
Laju disolusi atau kecepatan melarut obat yang relatif tidak larut dalam air
telah lama menjadi masalah pada industri farmasi. Diperkirakan 40% dari semua
obat yang baru dikembangkan sukar larut atau tidak larut dalam air ( Naseem, et
al., 2004).
1
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) apa yang dimaksud dengan tablet Delayed release
2) bagaimana mekanisme tablet Delayed release
3) apa yang harus diperhatikan dalam tablet Delayed release
4) apa aja kelebihan dan kekurangan tablet Delayed release
5) apa saja yang termasuk contoh tablet Delayed release
1.3 Tujuan
1) Mengetahui definisi tablet Delayed release
2) Mengetahui mekanisme tablet Delayed release
3) Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam tablet Delayed release
4) Mengetahui kelebihan dan kekurangan tablet Delayed release
5) Mengetahui contoh tablet Delayed release
1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang tablet lepas tunda atau yang dikenal
dengan tablet Delayed release.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari sediaan lepas lambat adalah melepaskan obat secara cepat untuk
dosis awalnya kemudian diikuti oleh pelepasan lambat dari dosis berikutnya. Untuk
formulasi sediaan lepas lambat digunakan barrier kimia atau fisika untuk mendapatkan
pelepasan yang lambat dari dosis maintenance, diantaranya adalah dengan penyalutan,
matrik lemak atau plastik, mikroenkapsulasi, ikatan kimia dengan resin penukar ion, dan
sistem pompa osmotik.
2.1.3 Mekanisme
Dua mekanisme utama yang mengontrol pelepasan obat adalah disolusi
bahan aktif dan difusi obat yang terlarut (Collet dan Moreton, 2002). Disolusi
3
atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat dari
sediaan padat dalam medium tertentu (Wagner, 1971).
Proses disolusi terjadi dalam dua tahap, pertama terjadi pelepasan
molekul obat dari permukaan obat dari permukaan zat padat penyusunnya ke
permukaan cairan yang berbatasan dengan zat padat tersebut, selanjutnya
diikuti dengan difusi dari permukaan ke medium. Proses ini dapat
dimanipulasi untuk mendesain pelepasan yang diinginkan. Pada umumnya
baik pada sistem matriks atau barrier membran pada sediaan controlled
release digunakan untuk memperlambat, menunda dan mengkontrol
pelepasan obat. Pelepasan pada sistem matrik controlled release memberikan
profil pelepasan dimana bahan aktif pada sistem tersebut dilepaskan secara
terus-menerus pada kecepatan yang lambat sehingga memberikan efek
terapetik dalam jangka waktu yang lama (Wang dan Sheneis, 2006).
Pada sistem matriks polimer hidrofilik yang bersifat larut air, polimer
hidrofilik dicampur dengan obat dan bahan tambahan lain yang kemudian
dikempa menjadi tablet, dalam kontak dengan cairan, air akan berpenetrasi
kedalam matriks merubah polimer menjadi elastis, lapisan akan mengembang
dan membentuk gel, obat dalam lapisan gel akan larut dan berdifusi ke luar
matriks. Pada waktu yang sama, polimer matriks juga akan terlarut (Wang dan
Sheneis, 2006).
Selain itu juga disolusi dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu
padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi homogen
bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan pelarutan atau laju
pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke dalam
medium tertentu dari suatu padatan (Shargel dkk, 2005)
2.1.4 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
Beberapa sifat fisika kimia yang berpengaruh dalam pembuatan sediaan
(Collet dan Moreton, 2002) :
a. Dosis
Produk oral yang digunakan dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat sulit
untuk dijadikan sediaan karena pada dosis yang besar akan dihasilkan volume
sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima sebagai produk oral.
4
b. Kelarutan
Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak
cocok untuk sediaan. Batas terendah untuk kelarutan adalah 0,1 mg/ml.
c. Koefisien Partisi
Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus
membran biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya,
untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat
tidak mencapai sasaran.
d. Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil di saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus)
tidak dapat diformulasikan
e. Ukuran molekul
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan
kemungkinan sulit dibuat sediaan ini.
Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan (Collet dan Moreton, 2002):
a. Absorbsi
Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi yang
bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga
konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam
dengan asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam.
b. Volume Distribusi
Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi kecepatan
eliminasinya .
c. Durasi
Obat dengan waktu paruh pendek dan dosis besar tidak cocok untuk sediaan
lepas lambat. Obat dengan waktu paruh yang panjang dengan sendirinya akan
dapat mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga tidak
perlu dibuat sediaan lepas lambat.
d. Indeks terapetik
Obat dengan indeks terapetik yang sempit memerlukan control yang teliti
terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah.
5
e. Metabolisme
Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang metabolisme secara
luas asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi.
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
a) Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah sehingga efek farmakologisnya lebih
stabil.
b) Mengurangi frekuensi pemberian
c) Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien
d) Mengurangi efek samping yang merugikan
e) Kondisi pasien lebih cepat terkontrol
f) Meningkatkan bioavabilitas pada beberapa obat
g) Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan karena lebih sedikit satuan dosis yang
harus digunakan.
Kekurangan :
a) Biaya produksi lebih mahal dibanding sediaan konvensional
b) Adanya dose dumping yaitu sejumlah besar obat dari sediaan obat dapat lepas secara
cepat
c) Mengurangi fleksibilitas pemberian dosis
d) Efektifitas pelepasan obat dipengaruhi dan dibatasi oleh lama tinggal di saluran cerna
e) Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secara tiba-tiba mengalami
keracunan maka untuk menghentikan obat dari system tubuh akan lebih sulit
dibanding sediaan konvensional.
f) Tidak dapat digunakan untuk obat yang memilki dosis besar (500 mg)
2.1.6 Contoh Tablet Delayed Release
Tablet lapis enterik, kapsul pulsatile-release
Ascardia
6
Flazen
Voltaren
Voltadex
Dulcolax
7
DAFTAR PUSTAKA
Jantzen,G.M., and Robinson, J.R. 1996. Sustained and Controlled-Release Drug
Delivery Systems. in Banker, G.S., Rhodes, C.T., (Eds), Modern
Pharmaceutics, Edisi III, 575-609, Marcel Dekker Inc., New York-Basel-
Hongkong.
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh
Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Siregar, Charles J.P. dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar-Dasar Praktis. Cetakan II, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, Hal. 416- 418.
U.S. Pharmacopeia. The United States Pharmacopeia, USP 30/The National
Formulary, NF 25. 2007 Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention,
Inc., p.2635.
Collett, J., and Moreton, C., 2002, Modified – release Peroral Dosage Form,
Pharmaceutics: The Science Of Dosage Form Design, Edisi II, Churchill
Livingstone, Edinburg-Londion-New York-Philadelphia -St Louis Sydney
Toronto, 289-305.