Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

FORMULASI TABLET SUSTAINED RELEASE NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN


MENGGUNAKAN MATRIKS METOLOSE 90 SH 4000

KELOMPOK V :

ASTRI INSANI PUTRI (170105008 )

HIKMAH RIFA HASANI (1701050)

NUR SHOLEHA (1701050)

YUSTISA DHEA INDRIANTI (1701050)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang
telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
Glikosida tepat pada waktunya.

Makalah ini sengaja disusun guna melengkapi tugas salah satu mata kuliah yakni
Fitokimia serta agar selanjutnya makalah ini dapat menjadi pedoman atau dapat dipelajari
dengan mudah oleh mahasiswa.

Maka kami menyusun makalah ini agar dapat lebih mempermudah pembaca dalam
memahami tentang Glikosida.

Purwokerto, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang........................................................................................................ 4


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Glikosida ................................................................................................ 6


2.2 Struktur Glikosida ................................................................................................ 7
2.3 Fungsi Glikosida ................................................................................................... 8
2.4 Biosintesis Glikosida ........................................................................................... 9
2.5 Sifat Fisika Kimia Glikosida............................................................................... 11
2.6 Penggolongan Glikosida ..................................................................................... 12
2.7 Isolasi Glikosida ................................................................................................. 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan
obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama
dan memperpanjang aksi obat. Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release)
dirancang supaya pemakaian satu unit dosis tunggal menyajikan pelepasan sejumlah obat
segera setelah pemakaiannya, secara tepat menghasillkan efek terapeutik yang diinginkan
secara berangsur-angsur dan terus menerus melepaskan sejumlah obat lainnya untuk
mempelihara tingkat pengaruhnya selama periode waktu yang diperpanjang, biasanya 8
sampai 12 jam (Ansel dkk, 2005).
Bentuk sediaan lepas lambat (Sustained release) banyak mendapatkan perhatian dalam
pengembangan sistem penghantaran obat karena dibandingkan bentuk sediaan konvensional,
bentuk lepas lambat memiliki beberapa kelebihan. Antara lain sediaan lepas lambat dapat
mengurangi efek samping, mengurangi jumlah penggunaan, mengurangi fluktuasi obat dan
secara umum dapat meningkatkan kenyamanan bagi pasien (Welling, 1997).
Retard tablets atau tablet lepas lambat didesain untuk memberikan suatu dosis zat aktif
sebagai terapi awal (dosis muatan) dan diikuti oleh pelepasan zat aktif yang lebih lambat dan
konstan. Laju pelepasan dosis pemeliharaan didesain sedemikian rupa agar jumlah zat aktif
yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Sistem ini dikenal sebagai
sistem sustained release atau pelepasan terus menerus (Mollet and Grubenmann, 2001).
Teknologi tablet lepas lambat terdiri atas tablet yang menggunakan matriks dan tablet yang
menggunakan teknologi penyalutan. Kedua sistem tersebut dibuat untuk mengendalikan
waktu disolusi tablet, sehingga pelepasan zat aktif dari tablet dapat diperpanjang dan
mengatur konsentrasi pelepasannya (Siregar, 2010).
Menurut Rao et al, (2001), tujuan utama dari sediaan lepas lambat adalah untuk
mempertahankan kadar terapeutik obat dalam darah atau jaringan selama waktu yang
diperpanjang. Keunggulan bentuk sediaan ini menghasilkan kadar obat dalam darah yang
merata tanpa perlu mengulangi pemberian unit dosis.
Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering terhambat dengan
adanya efek samping obat ataupun karena pelepasan obat tidak sesuai pada tempat kerjanya.
Untuk itu, obat dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan lepas terkendali. Sediaan
lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di dalam tubuh yang dimaksudkan untuk
meningkatkan efektifitas obat pada reseptornya.
Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari bentuk
controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang menyebabkan obat terlepas
ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Merancang formula dalam pembuatan sediaan sustained release
2. Bagaimana formulasi tablet sustained release Na Diklofenak dengan menggunakan
matriks Metolose 90 SH 4000
1.3 TUJUAN
1. Mampu membuat rancangan formulasi dalam pembuatan sediaan sustained release
2. Mampu membuat formula tablet sustained release Na Diklofenak dengan menggunakan
Merancang suatu formula dalam pembuatan sediaan sustained release.
BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk
melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel et al., 2005).
Tablet lepas lambat adalah tablet yang di buat sedemikian rupa sehingga zat aktif
akan tersedia dalam jangka waktu tertentu setelah obat di berikan .Istilah lepas lambat di
gunakan untuk tujuan farmakope dan persyaratan pelepasan obat di jelaskan pada masing
- masing monografi ( Sumber: FI , Vl , 6 )

Tipe sediaan lepas lambat


Sediaan lepas lambat yang digunakan peroral dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
a . Extended release drug products.
1). Sustained releaseSR dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapi awal obat
(loading dose)secara tepat yang diikuti pelepasan obat yang lebih lambat dan
konstan.Kecepatan pelepasan obat dirancang sedemikian rupa agar jumlah obat
yanghilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Keunggulannyaadalah
dihasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi pemberian dosis
(shargel, dkk, 2005).
2). Prolonged actionProlonged action dirancang untuk melepaskan obat secara
lambat danmemberi suatu cadangan obat secara terus-menerus selama selang waktu yang
panjang, mencegah absorbsi yang sangat cepat, yang dapat mengakibatkankonsentrasi
puncak obat dalam plasma yang sangat tinggi ( Shargel,dkk, 2005)
3). Controlled ReleaseControlled release menunjukkan bahwa pelepasan obat dari
bentuk sediaanterjadi sesuai dengan yang direncanakan, dapat diramalkan dan lebih
lambatdari biasanya (Ansel, 1995)
Kurva hubungan antara kadar obat dalam darah terhadap waktu dari berbagai
bentuk sediaan obat dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Kurva Hubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas
Obatterhadap Waktu dari Sediaan A:Conventional ; B:Sustained release; C: Prolonged
Action (Sulaiman, 2007).
b. Delayed release drug products
Bentuk sediaan yang termasuk DRDP adalah repeat action. Repeat action adalah
bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan suatu dosis obat pada permulaan dan
dosis kedua pada waktu berikutnya, bahkan beberapa produkmempunyai bagian ketiga
yaitu dosis yang baru dilepaskan setelah bagiankedua dilepaskan. Pelepasan yang
berurutan ini diatur oleh suatu“timebarier” atau enteric coating (martodiharjo, 1996).

Formulasi Sediaan Lepas Lambat

Kandungan bahan aktif dan bahan non aktif dari bentuk sediaan lepaslambat
biasanya 2 kali atau lebih banyak dari sediaan lepas segera. formulasisediaan lepas
lambat digunakan suatu barrier kimia atau fisika untukmendapatkan pelepasan yang
lambat dari dosismaintenance, diantaranya adalahdengan penyalutan, matrik lemak atau
plastik, mikroenkapsulasi, ikatan kimiadengan resin penukar ion, dan sistem pompa
osmotik (Collett dan Moreton, 2002).

Teknologi yang sering digunakan dalam formulasi sediaan lepas lambatmenurut


Simon (2001) adalah:

a. Sistem monolitik atau matriksDalam sistem ini dapat diklasifikasikan


dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Matriks koloid hidrofilik, partikel obat didispersikan dalam suatu
matriksyang larut (soluble matrix) dan obat dilepaskan ketika
matriks terlarut ataumengembang.
2. Matriks lipid atau polimer tidak larut, partikel obat didispersikan
dalamsuatu matriks yang tidak larut (insoluble matrix)dan obat
dilepaskanketika pelarut masuk ke dalam matriks dan melarutkan
partikel obat.Pelepasan obat tergantung kemampuan medium air
untuk melarutkan channeling agent sehingga membentuk matrik
porous dan berkelok-kelok.Partikel obat terlarut dalam medium air,
dan mengisi porous yang dibentuk channeling agent , berdifusi
keluar dari matriks.
b. Sistem terkontrol membran atau reservoir
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan
pelepasan obat dari bentuk sediaan. Agar obat dapat berdifusi keluar
makamembran harus bersifat permeable terhadap obat misalnya dengan
hidrasi air disaluran gastrointestinal, atau obat yang terlarut dalam
komponen membran seperti plasticizer.Tidak seperti sistem matriks
hidrofil, polimer membran tidak bersifatmengembang dan tidak
mengalami erosi.
c. Sistem Pompa osmotic
Pelepasan obat dari sistem pompa osmotik dikontrol oleh suatu
membranyang mempunyai satu lubang(hole).Obat dimasukkan dalam
suatu tablet intiyang bersifat larut air dan dapat melarutkan obat ketika
kontak dengan air. Tabletini disalut dengan suatu membran semipermiabel
(dapat dilewati air yang masukke dalam tablet inti dan malarutkannya).
Ketika tablet inti terlarut maka timbultekanan hidrostatik dan menekan
larutan obat keluar melewati lubang membran.Salah satu pendekatan yang
tidak begitu rumit untuk pembuatan bentuksediaan pelepasan
berkesinambungan meliputi kompresi langsung dari campuranobat, bahan
penahan dan bahan penambah untuk membentuk tablet dimana
obatdimasukkan dalam suatu inti matriks penahan. Cara lain, campuran
obat dan penahan dapat digranulasi sebelum kompresi (Lordi, 1989).
Matriks adalah zat pembawa yang didalamnya obat tersuspensi secara
merata, zat pembawa ini umumnya akan memperpanjang laju pelepasan
obat (Shargel, dkk, 2005).
Polimer hidrofilik sering digunakan sebagai excipient base pada
tablet dengan sistem matriks. Keefektifan hidrofilik pada tablet dengan
sistem matriks berturut-turut berdasarkan pada proses hidrasi dari polimer
selulosa, pembentukangel pada permukaan polimer, erosi tablet dan
kemudian pelepasan obat (Ansel,dkk , 2005). Sistem matriks koloid
hidrofilik terdiri dari suatu campuran obat dan polimer hidrofilik yang
dikempa. Sistem ini mampu mengembang, diikuti oleherosi bentuk gel
dan terdisolusi dalam media air. Pada saat komponen koloidhidrofilik
kontak dengan air maka akan membentuk suatu lapisan matriks
yangterhidrasi. Lapisan inilah yang mengontrol difusi air selanjutnya
kedalam matriks. Difusi obat melewati lapisan matriks terhidrasi
mengontrol kecepatan pelepasanobat. Lapisan matriks terhidrasi bagian
luar akan mengalami erosi sehinggamenjadi terlarut, kecepatan erosi
tergantung dari sifat koloid (Collet dan Moreton,2002)

Keuntungan bentuk sediaan lepas lambat dibandingkan bentuk sediaan


konvensional adalah sebagai berikut (Ansel et al., 2005):
1. Mengurangi fluktuasi kadar obat dalam darah.
2. Mengurangi frekuensi pemberian.
3. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien.
4. Mengurangi efek samping yang merugikan.
5. Mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.

Kelemahan sediaan lepas lambat diantaranya adalah (Simon, 2001):

1. Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga bahan aktif yang
relatif tinggi dilepas sekaligus (dose dumping).
2. Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat,
karena kandungan bahan aktif yang relatif lebih tinggi.
3. Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi yang
relatif lebih tinggi.
2.2 Faktor–Faktor yang Harus Diperhatikan Pada Pembuatan Sediaan Sustained Release
1. Faktor - faktor biologis (Syukri, 2002)
a. Waktu paruh biologis
Waktu paruh biologis bertujuan menetapkan tingkatan terapi jangka waktu
lama. Waktu paruh pendek akan mengurangi frekuensi dosis. Obat - obat
dengan waktu paruh panjang lebih dari 8 jam tidak dipakai dalam bentuk
sediaan berkelanjutan karena efeknya sendiri sudah berkelanjutan.
b. Absorbsi
Absorbsi bertujuan untuk memperoleh keadaan dimana rata - rata
pelepasan jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata absorbsi.
c. Metabolisme
Obat-obat yaang dimetabolisme sebelum absorbsi baik pada lumen atau
jaringan usus dapat menunjukkan ketersediaan hayati yang menurun.
2. Faktor fisika –kimia (Jantzen and Robinson, 1996) :
a. Ukuran dosis
b. Kelarutan
Senyawa dengan kelarutan yang sangat rendah (< 0,01 mg/ml) sudah
bersifat lepas lambat, pelepasan obat dari bentuk sediaan dalam cairan
gastrointestinal dibatasi oleh kecepatan disolusinya.
c. Koefisien partisi
Senyawa dengan koefisien partisi yang rendah akan mengalami kesulitan
menembus membran sehingga bioavaibilitasnya rendah.
d. Stabilitas
Obat yang tidak stabil dalam usus halus akan menunjukkan penurunan
bioavaibilitas jika diberikan dalam bentuk sediaan lepas lambat.
2.3 Kriteria Sediaan yang Baik Untuk Sustained Release
Sistem pelepasan obat bentuk sediaan sustained release memberikan konsentrasi obat
dalam plasma yang konstan (atau mendekati) selama periode waktu setelah obat diberikan.
Selama konsentrasi plasma obat dipertahankan dalam waktu yang lama, dengan
menggunakan bentuk sediaan sustained release efek samping dapat diminimalkan, frekuensi
pemberian obat dapat dilakukan, dan peningkatan kebutuhan pasien dapat dicapai khususnya
untuk terapi jangka panjang.

Tidak semua obat dapat dibuat dalam bentuk sediaan sustained release, oleh sebab itu
sediaan sustained release yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Meningkatkan durasi efek obat di dalam tubuh.


2. Mengontrol pelepasan obat pada waktu yang lama.
3. Meningkatkan efektifitas terapi obat.
4. Melepaskan obat dengan aman tanpa resiko dumping dosis.
2.4 Bahan-bahan
Bahan Fungsi
Na Diklofenak Sebagai Zat aktif yang berfungsi sebagai obat anti inflamasi non
steroid
Metolose 90 SH Sebagai Pengikat, sebagai sustained release
4000
Mucilago Amili Sebagai Pengikat
(%)
Laktosa Sebagai Pengisi
Mg stearate Sebagai Lubricant
Amilum Sebagai Glidan

Salah satu obat yang cocok untuk dibuat dengan sediaan tablet sustained release adalah
obat anti inflamasi non steroid. Obat anti inflamasi golongan non steroid yang diberikan
secara oral, biasanya memiliki waktu paruh yang pendek. Oleh karena itu, untuk menjaga
efek farmakologis, maka obat harus diberikan berulang kali dalam interval waktu yang
pendek.Bentuk sediaan dengan sistem pelepasan terkendali merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan untuk menjamin ketersediaan obat dalam jumlah terapi yang cukup
untuk waktu tertentu dan meningkatkan kepatuhan pasien.Modifikasi sediaan obat telah
banyak dikembangkan untuk memperbaiki laju pelepasan zat aktif, sehingga pelepasan obat
terkendali dengan tujuan memperpanjang kerja obat. Salah satu metode yang dikembangkan
untuk memodifikasi pelepasan obat adalah dengan membuat sediaan sustained release
(Agustin, 2015).

Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan senyawa
aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik, antipiretik dan antiradang.Mekanisme
kerja natrium diklofenak yaitu menghambat sintesa prostaglandin yaitu suatu mediator
nyeri.Na Diklofenak mempunyai harga t ½ pendek (1-2 jam), sehingga frekuensi pemberian
diulang beberapa kali untuk mendapatkan efek yang diinginkan.Obat dengan waktu paruh
yang sangat pendek membutuhkan jumlah obat yang cukup banyak pada setiap unit dosis
untuk mempertahankan efek berkelanjutan. Untuk menghindari pemakaian obat berulang
dan untuk menghindari efek yang tidak diinginkan (fluktuasi kadar obat dalam plasma)
maka diklofenak dibuat sediaan lepas lambat (Agustin, 2015).
Natrium diklofenak biasanya digunakan untuk perawatan penyakit reumatik.Penyakit
reumatik biasanya diderita oleh pasien lansia dimana pasien tersebut seringkali lupa
meminum obat tepat pada waktunya, sehingga kepatuhan pasien untuk minum obat sangat
kurang.Oleh karena itu, kecepatan eliminasi dari suatu pelepasan obat yang diperlambat
diharapkan dapat mempertahankan konsentrasi natrium diklofenak, sehingga mempunyai
efek terapeutik dalam darah pada periode waktu yang lebih lama.
Hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC) merupakan matriks yang tepat untuk
digunakan dalam pembuatan tablet lepas lambat, karena dapat membentuk suatu lapisan gel
yang dapat mengatur lepasnya zat aktif pada tablet secara teratur serta dapat diramalkan
(3,4). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan formulasi tablet sustained release
natrium diklofenak menggunakan matriks HPMC jenis metolose 90 SH 4000 sebagai
pengatur pelepasan zat aktif. Formula tablet dibuat dengan konsentrasi matriks yang
berbedabeda (Agustin, 2015).
2.5 Formulasi
Bahan Konsentrasi
Na Diklofenak 50 mg
Metolose 90 SH 4000 15 %
Mucilago Amili (%) 1,5 %
Laktosa 26 mg
Mg stearate 3,5 mg
Amilum 4 mg

2.6 KAJIAN FORMULA


MONOGRAFI BAHAN
1. Na Diklofenak (FI IV, 1995)
Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hamper putih, higroskopik
Nama Lain : Natrii-diklofenak. Diclofenac sodium
Nama Kimia : Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil] asetat
Rumus Molekul :C14H10C12NNaO2
Berat Molekul : 318,13
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak sukar
larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan dalam
eter
pH : 4,0 – 7,5
Titik Leleh : 284°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kedap dan tertutup rapat
Stabilitas : Gel 1% Na Diklofenak harus disimpan pada suhu 25°C
dan terlindung dari panas. Stabil tanpa adanya O2 dan
dalam buffer pH 7,6
Sifat Khusus : Sedikit higroskopis
Koefisien Partisi : 4,5
2. Metolose 90SH 4000
Metolose 90SH termasuk salah satu jenis HPMC.HPMC atau propilenglikol eter
dari metil selulosa merupakan serbuk putih sampai kekuningan secara kimia inerzt,
tidak bereaksi dengan bahan obat, viskositas larutan rendah.HPMC merupakan
polimer alam yang telah dimodifikasi sebagai bahan eksipien di dalam sediaan topikal
maupun oral.
Dibandingkan dengan metil selulosa, HPMC menghasilkan cairan jernih.HPMC
juga digunakan sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan agen penstabil di
dalam sediaan oral, topikal dan gel. Umumnya digunakan pada konsentrasi 0,3% -
1% pada penggunaan formulasi larutan (Martindale : 2007).
3. Mucilago amili
Pemerian : Serbuk halus, berwarna putih, dan tidak berasa.
Stabilitas : Pati memiliki kerentanan pH 4,0-8,0. Pati kering terhindar dari
kelembaban yang tinggi.Secara fisik pati tidak stabil mudah
dimetabolisme oleh mikroorganisme.Simpan dimetabolisme
ditempat yang kering dan tertutup rapat.
Khasiat : Pati merupakan bahan eksipien yang ditambahkan pada
formulasi sediaan padat dan dalam pembuatan tablet dapat
digunakan sebagai pengikat, pengencer, dan desintegrant. Pada
tablet formulasi, pati yang digunakan pada tablet granulasi pada
konsentrasi 5- 10%% sebagai pengikat (Rowe, et al. (2009): 685).
4. Laktosa
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak sulit
dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap
bau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih,sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Stabilitas :Stabil disiman di tempat tertutup, kering dan Stabilitas dingin.
Wadah penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik. : Zat tambahan, Pengisi (Dirjen
POM, 1995: 488- Khasiat 489) (Rowe, 2002: 323).
Rumus molekul : C12H22O11
Bobot molekul : 342,30
5. Amilum
Nama zat : Amylum, Starch
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa granul-
granul kecil berbentuk sterik atau oval dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda untuk setiap varietas tanaman.
Kelrutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air dingin.
Amilum mengembang dalam air dengan konsentrasi 5-10 % pada
37oC.
Stabilitas : Stabil tapi hidroskopis
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat. Terbentuk
senyawa inklusi berwarna bila direaksikan dengan iodium
Ukuran Partikel : 2-32 µm untuk pati jagung
Bobot Jenis : 1,478 g/cm3
Kegunaaan : Glidan, pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul,
pengikat tablet. (Rowe, 2009, Edisi VI hal 685)

2.7 JUMLAH BAHAN YANG DIGUNAKAN


Nama Bahan Fungsi Berat (%) Berat (mg) Penimbangan
Na Diklofenak Zat aktif 50 % 50 mg 10000mg
Metolose 90 Pengikat, sebagai 15 % 15 mg 3000 mg
SH 4000 sustained release
Mucilago Pengikat 1,5 % 1,5 mg 300mg
Amili (%)
Laktosa Pengisi 26 % 26 mg 5200 mg
Mg stearate Lubricant 3,5 % 3,5 mg 700 mg
Amilum Glidan 4% 4 mg 400mg
Perhitungan dan penimbangan

Dibuat 200 tablet dengan bobot 100mg

- Na Diklofenak :
50 mg x 200 = 10000mg
- Metolose 90SH 4000 :
15/100 x 100mg = 15 mg
Penimbangan 15 mg x 200 = 3000 mg
- Mucilago amili :
1,5/100 x 100 = 1,5 mg
Penimbagan : 1,5mg x 200 = 300mg
- Laktosa :
26/100 x 100 = 26 mg
Penimbangan : 26mg x 200 = 5200 mg
- Mg Stearat :
3,5/100 x 100 = 3,5 mg
Penimbangan : 3,5mg x 200 = 700 mg
- Amilum :
4/100 x 100 = 4mg
Penimbangan : 4mg x 200 = 400mg

2.8 METODE PEMBUATAN TABLET SUSTAINED RELEASE


Dibuat tablet yang mengandung 50 mg natrium diklofenak dengan bobot tablet 100 mg.
Tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks metolose 90 SH 4000 dibuat
dengan metode granulasi basah.

Metode granulasi basah

Natrium diklofenak, metolose 90 SH 4000 dan laktosa

Dicampur dengan pengikat 10% mucilago amili

Sampai terbentuk massa yang dapat dikepal

Diayak dengan ayakan mesh 10

Dikeringkan dalam lemari pengering hingga kadar air kurang dari 5%


Granul ditambahkan dengan fase luar (magnesium stearat dan amilum)

Diayak dengan ayakan mesh 19

2.9 EVALUASI GRANUL


1. Uji Homogenitas
Ambil granul 100 mg larutkan dalam labu ukur 50 ml dengan dapar pospat pH 6,8

Encerkan sampai tanda batas

Disaring

Dan diencerkan 50 kali

Ukur serapan pada panjang gelombang 276,6 nm replikasi 3 kali

2. Uji Kecepatan Alir


Timbang granul seberat 100 gram, masukkan secara pelan-pelan lewat tepi corong,
sementara bagian bawah corong ditutup.

Buka penutupnya dan biarkan mengalir keluar

Catat berapa lama waktu yang diperlukan agar semua granul keluar lewat mulut corong
dengan menggunakan stopwatch

Ulangi percobaan sebanyak 3 kali

3. Pengamatan Sudut Diam


Timbang granul seberat 100 gram, masukkan secara pelan-pelan lewat lubang bagian
atas, sementara bagian bawah ditutup

Buka penutupnya dan biarkan serbuk keluar

Ukur tinggi kerucut yang terbentuk

Ulangi percobaan sebanyak 3 kali

4. Uji Kandungan Lembab


Setelah granul diayak (ayakan pertama) di oven pada suhu 50-60, kemudian timbang
hasil

Ayak kembali (ayakan ke 2) dan di oven kembali 10 menit

Hitung hasilnya, Jika hasil lembab lebih dari 10% maka oven kembali sampai kandungan
lembab kurang dari 10%
5. Uji Mampat
1. Tuang granul perlahan kedalam gelas ukur sampai volume 100. Catat sebagai Vo
2. Pasang gelas ukur pada alat dan hidupkan alat tapped density tester
3. Catat perubahan volume selama pengetapan (Vt) bila t = 5, 10, 25, 50, 100 detik.
Teruskan pengetapan sampai permukaan serbuk tidak turun lagi (volume sudah
konstan, dan catat sebagai Vm)
4. Catat berat granul
a. Kerapatan Sejati
Kerapatan sejati ditentukan dengan menggunakan piknometer dan larutan
yang tidak melarutkan granul, yaitu oleum ricini.Ditimbang piknometer kosong
kering (W0).Kemudian ditimbang piknometer tersebut yang diisi penuh dengan
oleum ricini (W1). Dihitung berat oleum ricini yang digunakan (W2=W1-W0).
Ditimbang 1 gram granul (W3).
Oleum ricini dikeluarkan sebagian dari piknometer, kemudian granul
dimasukan, dan diisi kembali dengan oleum ricini sampai penuh, kemudian
ditimbang (W4). Kemudian dihitung berat sampel dan oleum ricini (W5=W4-
W0). Kemudian kerapatan sejati didapatkan dari persamaan berikut:
W2 xW3
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑆𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 = 5 (W2−W5+W3) 𝑔/𝑐𝑚3

1. Kerapatan nyata
1. Granul ditimbang 100 g (W)
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 200 ml yang terpasang pada gelas ukur tap
density tester.
3. Permukaan granul diratakan dan volumenya (Vo) dibaca.
4. Kerapatan nyata (ρn) dihitung dengan persamaan berikut:
ρn = 𝑊 (𝑔)/𝑉o (ml)

2. Kerapatan Mampat
1. Granul ditimbangan 100 g (W)
2. Dimasukkan kedalam gelas ukur 200 ml yang terpasang pada gelas ukur tap
density tester.
3. Permukaan granul diratakan, gelas ukur dihentakkan sebanyak 500 kali lalu
volume serbuk setelah pemampapatan dibaca (Vm).
4. Kerapatan mampat (ƿm) dihitung dengan persamaan berikut:
ρm = 𝑊 (𝑔)/𝑉𝑚 (𝑚𝑙)

(Kerapatan mampat − kerapatan nyata)


Kompresibilitas = 𝑥 100%
Kerapatan mampat

2.10 EVALUASI TABLET


1. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang 10 tablet dari masing – masing
formula,kemudian dihitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh satu tabletpun bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih
besar dari bobot rata –rata yang ditetapkan kolom B (Depkes RI, 1979).
2. Keseragaman ukuran
Sebanyak 10 tablet diukur diameter dan ketebalannya menggunakan jangka
sorong. Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
3. Penentuan Kandungan obat
Kandungan obat dievaluasi dengan cara menimbang 10 tablet dari masing-masing
formula, kemudian dihitung berat rata – ratanya. Tablet kemudian dihancurkan
hingga menjadi serbuk yang halus kemudian ditimbang seberat equivalen dengan 50
mg Natrium Diklofenak, dilarutkan dalam 50 mL HCl 0,1 N dan dicukupkan dengan
aquadest hingga 100 mL. Campuran kemudian diaduk dan dianalisa menggunakan
spektrofotemer UVVis pada panjang gelombang 245 nm. Kandungan obat dihitung
dengan menggunakan kurva baku.
4. Uji disolusi
Pada uji disolusi invitro ditentukan profil disolusi dari masing-masing
formula tablet sustained release (F1-F4) dan tablet tanpa penambahan matriks
metolose 90 SH 4000 (F0). Digunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) dalam media
disolusi larutan dapar fosfat pH 6,8 selama 8 jam dengan volume medium disolusi
900 mL pada suhu 37±0,5oC dengan kecepatan pengadukan 50 rpm (rotasi per
menit). Pengambilan alikot 5 mL dilakukan pada 5, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 300,
360, 420 dan 480 menit. Sampel yang diperoleh lalu dianalisa dengan
menggunakan spektrofotometer
BAB III
PENUTUP
2.1 KESIMPULAN
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk melepaskan
obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih
lama dan memperpanjang aksi obat.Na Diklofenak mempunyai harga t ½ pendek (1-2 jam),
sehingga frekuensi pemberian diulang beberapa kali untuk mendapatkan efek yang
diinginkan. Pembuatan tablet sustained release Na diklofenak ini dilakukan dengan
menggunakan matriks metolose 90SH 4000 dengan menggunakan metode granulasi basah.
Pembuatan tablet ini juga dilakukan evaluasi sediaan tablet seperti keseragaman bobot,
kekerasan, uji disolusi, uji keseragaman ukuran.
Hasil penelitian mengenai profil disolusi tablet natrium diklofenak dengan
menggunakan matriks metolose 90 SH 4000, menunjukkan bahwa penambahan matriks
metolose 90 SH 4000 dapat memperlambat pelepasan zat aktif natrium diklofenak. Semakin
besar konsentrasi matriks metolose 90 SH 4000 maka pelepasannya semakin lambat, dan
semakin kecil konsentrasi matriks metolose 90 SH 4000 maka pelepasannya akan semakin
cepat
DAFTAR PUSTAKA
Agustin Rini dan Hestiary Ratih. 2015. Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium
Diklofenak dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000. Journal Sains
Farmasi dan Klinis.Vol 1 (2).

Anonim, 1995.Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,


Jakarta

Ansel C Howard, 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta: UI Press.


Rao, D. B. 2001. Jomtein Decade Of Education. New Delhi: Discovery Publishing House.
Rowe, R. C., Sheskey, P.J., and Weller P.J., 2006.Handbook of Pharmaceutical Excipients, 5th
Edition, Pharmaceutical Press, London
Simon K. F dan Adehoog. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain. London
Sweetman, S. C., (ED). 2007. Martindale, The Complete Drug Reference, 35 th Ed.
Phamaceutical Press. London, Chicago
Welling,P.G., 1997. Phrmanacokinetics: Processes, Mathematics, and Applications.
2"edition,Washington DC..
Syukri, 2002, Biofarmasetika.Yogyakarta. UI Press

Anda mungkin juga menyukai