Anda di halaman 1dari 40

Teknologi Dispersi Solida

dan
Aplikasi Pengembangan Produk
Definisi
Chiou dan Riegelman mendefinisikan dispersi
padat sebagai dispersi dari satu atau lebih bahan
aktif di dalam pembawa inert atau matriks pada
keadaan padat yang dipreparasi secara peleburan
dan pelarutan dengan cara pelarutan-peleburan.
Chiou dan Riegelman mendefinisikan dispers
padat sebagai dispersi dari satu atau lebih bahan
aktif dalam eksipien inert atau matriks dimana
bahan aktif akan menjadi kristalin,terlarut atau
amorf. Dispersi padat dapat diartikan juga produk
padat yang terdiri paling sedikit dua komponen
yang berbeda,umumnya matriks hidrofilik dan obat
yang hidrofobik. Cara ini dapat mengubah obat
menjadi bentuk amorf yang dapat meningkatkan
kecepatan disolusi
Keuntungan dispersi padat dibandingkan kapsul
konvensional atau formulasi tablet secara
sistemik ditunjukkandalam bagan
Tahapan yang terjadi antara obat dan polimer pada
dispersi padat adalah :
1.Perubahan obat dan polimer dari bentuk padat
menjadi cair.
2.Pencampuran semua komponen dalam bentuk
cairan.
3.Perubahan larutan campuran menjadi padat
melalui proses seperti pembekuan, penghilangan
pelarut, dan kondenasasi
Klasifikasi Dispersi Padat
1. Campuran eutektik sederhana
dilakukan dengan proses pemadatan secara cepat
dua senyawa yang dileburkan. System ini secara
termodinamika mirip dengan campuran fisika
kedua komponen kristalnya. Sehingga pola
difraksi sinar X merupakan penjumlahan dari
kedua komponen ini. Contohnya campuran
parasetamol-urea, kloramfenikol-urea, dan
griseofulvin-PEG 2000.
2. Larutan padat
adalah dua komponen kristalberada dalam satu
fase yang homogen. Ukuran partikel obat dalam
larutan padat berkurang hingga tingkat molekular.
Sehingga, kecepatan disolusi larutan padat lebih
tinggi dibandingkan dengan campuran eutektik.
Contohnya hidrokortison asetat dalam PEG 6000.
3. Larutan gelas
adalah keadaan solute terlarut dalam sistem gelas yang
homogen. Suspensi gelas adalah campuran antara
partikel yang mengendap dan tersuspensi di dalam
sistem gelas. Contoh pembawa yang dapat membentuk
larutan dan suspensi gelas yaitu asam sitrat, dekstrosa,
sukrosa, galaktosa, PVP, dan PEG.
4. Endapan amorf dalam pembawa kristalin
adalah obat yang sebelumnya dalam bentuk kristalin
mengendap dalam bentuk amorf pada pembawa
kristalin. Jika terdapat pembawa, obat tersebut
memiliki kecenderungan mengendap lebih cepat dalam
bentuk amorf.
5. Gabungan senyawa atau bentuk kompleks
ditandai dengan kompleksasi dari dua komponen dalam
satu biner selama persiapan dispersi padat.
Ketersediaan obat membentuk kompleks tergantung
pada kelarutan, disosiasi konstan, dan tingkat
penyerapan intrinsik kompleks.
Metode Preparasi Dispersi Padat
1. Metode peleburan atau fusi.
Metode ini untuk pertama kalinya dikemukakan
oleh Sekiguchi dan Obi. Suatu campuran fisika
dari obat dan pembawa larut air dipanaskan
sampai melebur. Leburan disolidifikasi secara
cepat di atas tangas es sambil diaduk secara
intensif. Selanjutnya, dipulverasi dan kemudian
diayak. Pendinginan secara cepat diperlukan
karenaakan menyebabkan supersaturasi obat
sebagai hasil penjeratan molekul solute dalam
matriks pelarut melalui solidifikasi secara
instan. Proses solidifikasi ini dapat pula
dilakukan pada pelat besi baja tahan karat
yang dihubungkan dengan sistem pendingin
untuk mempermudah penghilangan panas
secara cepat.
Keuntungan dari metode ini adalah sederhana dan
ekonomis.
Kerugiannya adalah:
i) metode ini hanya dapat digunakan pada obat
dan pembawa yang kompatibel dan dapat
bercampur baik pada suhu pemanasan. Ketika
obat dan pembawa tidak kompatibel, akan
terbentuk dua fase cair atau suspensi pada saat
pemanasan, tetapi hal ini dapat dicegah dengan
penambahan surfaktan
ii) kemungkinan terjadi pemisahan fase selama
proses pendinginan, pendinginan yang
perlahan-lahan akan menyebabkan terbentuknya
kristal, sedangkan pendinginan yang cepat akan
menghasilkan dispersi padatan morf
iii) banyak zat, baik obat maupun pembawa, dapat
terurai selama proses peleburan pada suhu tinggi.
2. Metode pelarutan.
Tachibana dan Nakamurapertama kali
menggunakan cara ini untuk mempreparasi
dispersi padat dari betakaroten dalam PVP yang
menggunakan khloroform sebagai kosolven.
• Langkah pertama dalam metode pelarutan
adalah persiapan larutan yang mengandung
obat dan pembawa.
• Langkah kedua adalah penghilangan pelarut
yang mengakibatkan terbentuknya dispersi
padat. Pencampuran pada tingkat molekuler
lebih disukai, karena dapat mengoptimalkan
kelarutan. Pelarut biasanya dihilangkan secara
evaporasi pada tekanan rendah, pada berbagai
temperatur. Pilihan pelarut dan kecepatan
penghilangan sangat kritikal terhadap mutu
dispersi. Adakalanya digunakan campuran
pelarut.
Keuntungan utama dari metode ini adalah dapat mencegah terurainya
obat atau pembawa oleh panas suhu yang diperlukan untuk penguapan
pelarut organik relatif rendah.
Namun, dengan metode pelarutan tenaga farmasi menghadapi dua
tantangan.
•Tantangan pertama adalah untuk mencampur obat dan pembawa
dengan kepolaran yang berbeda secara signifikan menjadi satu larutan.
Sebenarnya, hal ini bisa ditangani dengan penambahan solubilizers
seperti siklodekstrin atau surfaktan seperti tween 80. Namun, jumlah
solubilizzers atau surfaktan dalam produk akhir sering terkemuka.
Selain itu, hanya sediaan dengan dosis yang rendah yang mungkin
dapat ditangani dengan cara ini.
•Tantangan kedua dalam metode pelarutan adalah untuk mencegah
terjadinya pemisahan fase selama proses penghilangan pelarut.
Pengeringan pada suhu tinggi dapat mempercepat proses dan
mengurangi waktu yang ada untuk pemisahan fase. Sebaliknya, pada
suhu tinggi mobilitas molekul obat dan pembawa tetap tinggi,
mendukung terjadinya pemisahan fase (misalnya, kristalisasi). Untuk
mengeringkan larutan, vakum moderat sering digunakan. Terkadang,
penguapan pelarut dipercepat dengan menggunakan rotary evaporator.
Setelah itu, dispersi padat yang terbentuk disimpan di dalam desikator
vakum untuk menghilangkan sisa pelarut.
Proses cairan superkritikal
Superkritikal CO2 adalah pelarut yang baik untuk zat tidak
larut air di samping senyawa larut air pada kondisi temperatur
dan tekanan yang sesuai. Oleh sebab itu, superkritikal CO2
berpotensi sebagai alternatif pengganti pelarut organik
konvensional untuk digunakan sebagai pelarut dasar.
Penggunaannya dalam proses dispersi padat adalah karena
sifatnya yang menguntungkan, yaitu tidak toksik dan tidak
mahal.
Proses ini dikembangkan oleh Ferro Corporation dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Memasukkan material bioaktif dan polimer yang sesuai ke
dalam autoklaf
2.Menambahkan superkritikal CO2 pada kondisi yang sesuai
dengan temperatur dantekanan yang menyebabkan polimer
memelar
3. Pengadukan mekanik dalam autoklaf
4. Depresurisasi secara cepat (tabung) autoklaf melalui
lubang yang dikontrol komputer untuk mendapatkan
ukuran partikel yang dibutuhkan. Kondisi temperatur
yang digunakan pada proses ini cukup rendah (35°C -
75°C) sehingga memungkinkan untuk menangani
biomolekul, seperti enzim dan protein.
Bergantung pada formulasi dan parameter proses,
proses superkritikal cair dapat menghasilkan partikel
yang mengandung obat dalam bentuk amorf atau
kristalin. Contoh proses meliputi : proses
pengendapan antikosolven gas, presipitasi dengan
antkosolven bertekan, ekspansi cepat dari larutan
superkritikal, dan presipitasi dari larutan jenuh – gas.
Pemilihan Pembawa
Sifat pembawa mempunyai pengaruh besar terhadap
karakteristik disolusi dispersi obat. Pembawa harus
memenuhi kriteria berikut untuk meningkatkan
kecepatan disolusi obat :
1.Mudah larut dalam air dengan sifat disolusi intrinsik
cepat.
2.Bersifat nontoksik dan inert secara farmakologi.
3.Stabil terhadap panas dengan suhu peleburan rendah
4.Larut dalam bermacam pelarut dan melewati transisi
gelas pada saat evaporasi pelarut untuk metode
pelarutan.
5.Lebih disukai yang mampu meningkatkan daya
kelarutan air pada obat.
6.Secara kimia kompatibel dengan obat dan tidak
membentuk ikatan kompleks yang kuat dengan obat
• Pembawa generasi pertama, Pembawa
kristal : Urea, Gula, Asam organik.
• Pembawa generasi kedua, Pembawa
amorf : Polyethyleneglycol, Povidone,
Polymethacrylate, Derivat selulosa.
• Pembawa generasi ketiga, Surfaktan :
Poloxamer 408, Tween 80, Gelucire
44/14.
Metode Evaluasi Dispersi Padat
1. Analisis termal
Analisis termal merupakan metode yang paling
umum digunakan untuk mempelajari interaksi
fisikokimia dari dua atau lebih komponen
dalam sistem. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan, yaitu : metode kurva
pendingin, metode lebur cair, metode
termomikroskopik, DTA (Differential Thermal
Analysis), DSC (Differential Scanning
Calorimetri), dan metode daerah peleburan.
Metode kurva pendingin digunakan untuk
pembuatan diagram fase pada sampel yang
tidak stabil pada pemanasan. Metode lebur
cair digunakan untuk membedakan sistem
eutektik sederhana dan larutan padat.
Metode termomikroskopik meenggunakan
mikroskop polarisasi untuk mengamati
bentuk diagram fase. DTA (Differential
Thermal Analysis) dapat digunakan untuk
mempelajari kesetimbangan fase dari suatu
murni atau campuran. Perubahan suhu
sampel dikaitkan dengan perubahan fisika
dan kimia dalam sistem sampel yang diuji.
Dengan alat ini dapat diamati transisi
polimorfisme, penguapan, sublimasi, dan
berbagai reaksi penguraian serta dapat
digunakan untuk membuat diagram fase.
Metode daerah peleburan digunakan dalam
pembuatan diagram fase penentuan
komposisi eutektik dan kelarutan padat-padat.
2. Difraksi sinar X
Pola difraksi sinar X merupakan sidik jari dari
senyawa kristal. Metode ini umumnya
digunakan untuk menentukan struktur kristal,
amorf atau kristalin. Sistem eutektik
sederhana menunjukkan puncak difraksi
setiap komponen kristal yang dikandungnya.
Adanya larutan padat ditunjukkan dengan
pergeseran puncak difraksi sejalan dengan
perubahan komposisi. Pada pola difraksi
larutan padat, sisipan menunjukkan hilangnya
puncak difraksi zat terlarut sedangkan puncak
difraksi pelarut dapat tetap atau berubah.
Metode ini digunakan untuk menguji adanya
senyawa baru atau kompleks yang terbentuk
dan untuk menentukan konsentrasi komponen
kristal dalam campuran.
3. Metode mikroskopik.
Metode ini digunakan untuk mempelajari
polimorf dan morfologi dispersi padat,
pengamatan ukuran, dan bentuk kristal.
4. Metode spektroskopi
Terdiri dari spektroskopi ultraviolet dan
spektroskopi inframerah. Pada spektroskopi
ultraviolet, terjadinya kompleks dalam larutan
dapat ditunjukkan dengan bergesernya
panjang gelombang maksimum larutan. Pada
spektroskopi inframerah, terjadinya kompleks
atau interaksi antara zat aktif dan pembawa
dapat ditunjukkan dengan pergeseran puncak
serapan atau terbentuknya serapan baru yang
menunjukkan adanya interaksi ikatan baru
antar zat aktif dan pembawa.
5. Metode termodinamika
Diagram fase campuran eutektik dari sistem larutan padat
dapat dibaca dari beberapa parameter termodinamik.
Pengetahuan tentang entropi, fusi, dan tekanan parsial dari
beberapa komposisi dapat digunakan untuk menentukan
perbedaan yang rendah dari kelarutan padat dalam suhu
kesetimbangannya.
6. Kromatografi
Metode ini digunakan untuk menentukan terjadinya antaraksi
antara komponen-komponen dalam sistem dispersi padat
seperti pembentukan kompleks dan mengamati adanya
penguraian akibat proses pembuatan sitem dispersi padat.
7. Disolusi
Metode ini banyak digunakan untuk menguji keterandalan
sistem dispersi padat yang dibandingkan dengan sistem
campuran fisika komponennya.
Mekanisme Peningkatan Kecepatan
Disolusi
Peningkatan kecepatan disolusi sebagai hasil
pembentukan dispersi padat jika dibandingkan dengan
obat murni dapar bervariasi dari 2 kali hingga 400 kali
kelarutan asal. Peningkatan kecepatan disolusi dari
dispersi padat adalah sebagai berikut :
1.Penurunan ukuran partikel
Pada kasus transisi gelas, larutan padat, dan dispersi
amorf ukuran partikel diturunkan sampai tingkat minimal.
Hal ini dapat meningkatkan kecepatan disolusi karena
terjadi peningkatan luas permukaan dan solubilisasi.
2.Efek solubilisasi
Material pembawa, jika larut, dapat menunjukkan efek
solubilisasi pada API. Hal ini terlihat pada paracetamol
dan khlorpropamida dalam urea di samping sejumlah
obat lain.
3. Keterbasahan dan dispersibilitas
Material pembawa dapat pula menunjukkan
efek peningkatan pada pembasahan dan
dispersibilitas API dalam media disolusi. Cara
ini memperlambat agromerasi atau agregasi
partikel yang selanjutnya akan memperlambat
proses disolusi.
4. Bentuk metastabil
Pembentukan dispersi metastabil dengan energi
kisi akan menghasilkan peningkatan
kecepatan disolusi. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa energi aktivasi disolusi
furosemida adalah 17 kcal per mol, sedangkan
untuk kompresipitat furosemida : PVP banding
1 : 2 hanya 7,3 kcal per mol.
Aplikasi pengembangan produk dan
teknologi dispersi solid

1. Disolusi Kapsul Dispersi Padat


Piroksikam-PEG 6000 Selama
Penyimpanan
2. Pembentukan dispersi padat
meloksikam dengan PEG 6000 dan
komponen dari susu skim yang dapat
menurunkan efek samping gangguan
lambung
3. Peningkatan kelarutan obat sukar larut
dalam air dengan dispersi padat
Review Jurnal
• Judul : Disolusi Kapsul Dispersi Padat
Piroksikam-PEG 6000 Selama
Penyimpanan
• Tahun : 2017
• Penulis : Annas Binarjo, Husnul
Khotimah
• Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh
pembentukan dispersi padat
piroksikampolietilenglikol 6000 (PEG
6000) terhadap laju disolusi kapsul
piroksikam selama 1 bulan
• Metode : Rekristal piroksikam (R) dan dispersi
padat piroksikam-PEG 6000 (DP) dibuat dengan
metode pelarut menggunakan campuan aseton-
etanol (1:1), keduanya bersama dengan
piroksikam tanpa modifikasi (P) dikapsul dan
disimpan selama 1 bulan.
• Cara Kerja
• Pembuatan Rekristal Piroksikam dan Dispersi
Padat Piroksikam-PEG Rekristalisasi
piroksikam dan pembuatan dispersi padat
piroksikam dilakukan dengan metode pelarut.
18 Piroksikam atau campuran fisik piroksikam-
PEG 6000 1:1 dilarutkan dalam pelarut campur
etanol dan aseton 1:1 hingga tepat larut.
Kemudian solven diuapkan dalam lemari asam
sampai diperoleh bobot yang tetap.
EVALUASI
1. Uji Stabilitas
Setiap formula dikemas ke dalam kapsul, 1 kapsul berisi piroksikam 20 mg
atau dispersi padat yang setara dengan 20 mg piroksikam (20 mg adalah
dosis terbesar untuk sediaan padat piroksikam) dan laktosa sebagai pengisi.
Kapsul dimasukkan ke dalam botol yang dibalut dengan aluminium foil
sebanyak 8 botol untuk 4 kali sampling masing-masing hari ke-0, 7, 14 ,21
dan hari ke 28 dengan masing-masing dilakukan 4 kali replikasi. Setelah
sampai waktu sampling, diambil satu kapsul untuk diuji disolusi.
2. Pembuatan Kurva Baku Piroksikam
Kurva baku dibuat dengan cara mengencerkan larutan induk 1 mg/ml
piroksikam menggunakan dapar HCl pH 1,2, hingga diperoleh konsentrasi 0,
1 mg/ ml, kemudian dari 0,1 mg/ml diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi larutan baku yaitu seri kadar 0,3 mg/100ml, 0,5 mg/100ml, 0,7
mg/100ml, 0,9 mg/100ml, 1,1 mg/100ml, 1,3 mg/100ml. Absorbansi larutan
baku dibaca pada panjang gelombang maksimum. Kurva baku dispersi
padat dibuat perlakuan sama namun larutan induk dibuat piroksikam – PEG
6000 (1:1).
3. Uji disolusi
Satu kapsul dimasukkan ke dalam tabung disolusi,
dihilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan
yang diuji dengan segera alat dijalankan pada laju
kecepatan 100 rotasi per menit selama 60 menit.
Sampling diambil pada menit ke 5,15,30,45, dan 60,
sebanyak 5,0 ml, dan langsung diukur absorbansinya
pada panjang gelombang maksimum. Setiap
pengambilan sampel cairan medium diganti dengan
medium yang baru dengan volume dan suhu yang sama.
HASIL
Pembentukan dispersi padat piroksikam-PEG 6000 (1:1)
dan rekristal piroksikam dengan metode pelarut dengan
pelarut aseton-etanol (1:1) tidak dapat memperbaiki
disolusi kapsul piroksikam 20 mg. Selama penyimpanan
1bulan disolusi kapsul dispersi padat piroksikam tidak
mengalami penurunan, sedangkan kapsul
piroksikam hasil rekristalisasi disolusinya semakin
menurun.
DAFTAR PUSTAKA

•Binarjo, annas. 2017. Disolusi Kapsul Dispersi Padat Piroxicam-PEG


6000 Selama Penyimpanan. IJPST. VOL 4(1):18-26
•Lestari,Nuri.2014. Kajian Pustaka Peningkatan Kelarutan Obat
Sukar Larut Dalam Air Dengan Dispersi Padat. Bandung : Sekolah
Tinggi Farmasi Bandung
•AA Clifford (2007-12-04).  "Perhitungan Sifat Termodinamika
CO 2 m e ng gun akanp ersam aan ke adaan Pen g-Robi
nso n"
 .
C ri
ti
cal
P
r ocess es Ltd .Di
a r
sipka nd a r

ya ng asl
i
 pa da 2 008-
05-05 .
D
ip
  er
o l
e h  
200 7-11-20 

•Kurniawansyah,Firman.2019. Pengembangan Teknologi Berbasis


Media Air Subkritis dan CO2 Bertekanan untuk Intensifikasi Proses.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 13, No. 1, 2019, hlm. 1-5
KARAKTERISTIK DARI DISPERSI PADAT

Metode untuk karakteristik dari dispersi padat

1. Uji Disolusi
2. Metode thermoanalitic, perbedaan thermoanalysis dan
pemanasan
3. Difraksi sinar X dan scaning calorymetry difrential
4. Metode spektrskopik , contoh spektroskopi IR
5. Metode mikroskopik termasuk mikroskopi polarisasi dan
scanning elektron mikroskopi
PENDAHULUAN

Dispersi padat

• Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri paling sedikit dua
komponen yang berbeda, umumnya matriks hidrofilik dan obat yang
hidrofobik. Cara ini dapat mengubah obat menjadi bentuk amorf yang
dapat meningkatkan kecepatan disolusi (Agoes, Goeswin. 2012).
• Dispersi padat adalah campuan yang homoge dari satu atau lebih bahan
aktif dalam matriks yang inert dengan tujuan untuk menigkatkan
bioavaibilitas oral dari bahan obat yang sukar larut ( Serajuddin,1999)
• Konsep dispersi padat pertama kali ditemukan oleh Sekiguchi dan Obi
pada tahun 1961, teknologi ini dapat memperkecil ukuran partikel bahan
obat denga membentuk suatu campuran eutektik dari bahan obat yang
sukar larut dalam pembawa yang mudah larut dalam air sehingga dapat
meningkatkan kelarutan serta absorpsi bahan obat
TUJUAN DISPERSI PADAT

Secara umum, dispersi padat digunakan untuk :

1. Memperkecil ukuran
2. Meningkatkan wettability
3. Meningkatkan porositas obat
4. Menyederhanakan struktur kristal dari obat ke amorf
5. Meningkatkan kelarutan dalam air dari obat larut-air buruk dalam
farmasetik
TEKNIK DISPERSI PADAT

Teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan disolusi dan bioavaibilitas dari obat yang
kelarutannya dalam air jelek, peneliti dapat menggunakan beragam teknik contohnya :

1. Mironisasi
2. Solubilisasi
3. Formasi garam , kompleksasi dengan poliymer, mengganti tampilan fisik,
menggunakan prodrug dan derivatnya, alternatif pH, menambahkan
surfaktan, dll
4. Menggunakan sistem dispersi padat untuk meningkatkan dari obat yang
kelarutan dalam air buruk dll
METODE PREPARASI DISPERSI PADAT

Metode yang digunakan adala antara lain :

1. Metode Peleburan atau Fusi


Suatu campuran fisika dari obat dan pembawa larut air dipanaskan sampai
melebur. Leburan disolidifikasi secara cepat di atas tangas es sambil
diaduk secara intensif. Selanjutnya, dipulverasi dan kemudian diayak.
Pendinginan secara cepat diperlukan karena akan menyebabkan
supersaturasi obat sebagai hasil penjeratan molekul solute dalam
matriks pelarut melalui solidifikasi secara instan. Proses solidifikasi ini
dapat pula dilakukan pada pelat besi baja tahan karat yang dihubungkan
dengan sistem pendingin untuk mempermudah penghilangan panas
secara cepat (Khanam, J., Nanda, A.)
METODE PREPARASI DISPERSI PADAT

Keuntungan dan kerugian metode peleburan

1. Keuntungan
• Sederhana dan ekonomis
• Memberikan dispersi yang lebih baik
• Meningkatkan preparasi dari campuran fisik obat dan pembawa larut-air

2. Kerugiannya adalah:
• hanya dapat digunakan pada obat dan pembawa yang kompatibel dan dapat
bercampur baik pada suhu pemanasan
• kemungkinan terjadi pemisahan fase selama proses pendinginan
• banyak zat, baik obat maupun pembawa, dapat terurai selama proses
peleburan pada suhu tinggi
(Doshi, J. 2013)
METODE PREPARASI DISPERSI PADAT

Metode yang digunakan adalah antara lain :

2. Metode Pelarutan
Langkah pertama dalam metode pelarutan adalah persiapan larutan yang
mengandung obat dan pembawa. Langkah kedua adalah penghilangan
pelarut yang mengakibatkan terbentuknya dispersi padat. Pencampuran
pada tingkat molekuler lebih disukai, karena dapat mengoptimalkan
kelarutan. Pelarut biasanya dihilangkan secara evaporasi pada tekanan
rendah, pada berbagai temperatur. Pilihan pelarut dan kecepatan
penghilangan sangat kritikal terhadap mutu dispersi.
METODE PREPARASI DISPERSI PADAT

Keuntungan dan kerugian metode pelarutan

1. Keuntungan
• dapat mencegah terurainya obat atau pembawa oleh panas suhu yang
diperlukan untuk penguapan pelarut organik relatif rendah. Namun,
dengan metode pelarutan tenaga farmasi menghadapi dua tantangan.
Tantangan pertama adalah

2. Kerugiannya adalah:
• Harus mencampur obat dan pembawa dengan kepolaran yang berbeda
secara signifikan menjadi satu larutan.
• Terjadinya pemisahan fase selama proses penghilangan pelarut.
METODE PREPARASI DISPERSI PADAT

Metode yang digunakan adala antara lain :

3. Melting solvent method ( melt evaporatio


• Preparasi dari dispersi padat dengan melarutkan obat dalam pelarut cair
yang cocok
• kemudian inkomporasi dari larutab aka masuk ke lelehan oliethilenglycol
• lalu di evaporasi hinga murni
• pelarut bebas dari film yang telepas
• Film ini dibawa ke berat konstan
EVALUASI OBAT

1. Pemeriksaan karakteristik fisik


2. Analisis konten obat
3. Pemeriksaan pelepasam secara in vitro
PEMBAWA

Sebagai pembawa bisa digunakan :

1. PEG. PEGs
2. PVP
3. Polyacrylates and polymethacrylates
4. Derivat cellulosa spt HPMC,CMC, HPMCP
5. Urea
6. Sugar, Polyols and their polymer
7. Organic acids and their derivates
8. Other carries

Anda mungkin juga menyukai