(Theae Folium)
TUJUAN
Ekstraksi padat-cair senyawa organik dari simplisia tanaman
Ekstraksi cair-cair secara bertahap
Kromotografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis preparatif dari senyawa organik
Pemurnian hasil isolasi dengan cara sublimasi
DASAR TEORI
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut.Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua: ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi padat-cair adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert kedalam
pelarutnya.Macam-macam cara ekstraksi padat-cair:
Maserasi :Metode pengekstaksian serbuk simplisia dengan cara merendam dalam cairan
penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.Metode maserasi
sering dimodifikasi dengan cara remaserasi.
Perkolasi :Metode pengekstraksian dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.
Digesti :Maserasi kinetik dengan pengadukan yang kontinyu pada temperature yang lebih tinggi
dari temperature ruangan (kamar),yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50 C.
Refluks :Ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Soxhlet :Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus (alat soxlet) sehingga terjadi ekstraksi berkesinambungan / kontinyu dengan jumlah
pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.
Destilasi :
o Destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan zat cair yang titik didihnya rendah atau
memisahkan zat cair dengan zat padat atau minyak.
o Destilasi Uap Air adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial)
dari simplisia tanaman.Metode ini diperuntukan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada
tekanan udara normal.
Ekstrasi Cair Cair
Ekstraksi cair-cair yaitu suatu proses transfer massa zat terlarut (solut) diantara 2 pelarut
yang tidak saling bercampur.Zat yang diekstraksi terdapat didalam cairan berbentuk cair.Tujuan
ekstraksi pelarut adalah purifikasi dan pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan koefisien
distribusinya.
Kesempurnaan ekstraksi dipengaruhi oleh PH,macam pelarut,jumlah volume pelarut,dan
jumlah ekstraksi yang dilakukan.
Kromatografi
Kromatografi Lapis Tipis adalah cara pemisahan zat yang cepat dengan menggunakan zat
penjerap serbuk halus yang dilapiskan seba rata pada lempeng kaca atau bahan lain yang sesuai
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campurannya.
Alkaloid golongan purin antara lain kofein, theofilin dan theobromin. Selain itu juga
mengandung polifenol, tannin, asam fenolat, katekin (epikatekin/EC, Epigalat/EG,
Epigalokatekin /EGC, Epigalo katekin Galat/EGCG, Quersetin (Soya, Noni.2007) ). Teh berguna
untuk antioksidan (katekin), antikanker, mencegah peningkatan kolesterol dalam darah, anti
diare (tanin).
Dalam daun teh kofein berada dalam prosentase 25 %. Kofein (1, 3, 7 Trimethilxantin)
berupa kristal jarum mengkilat warna putih, tidak berbau dan berasa pahit. Kelarutan kofein
dalam air (1 : 45,5 suhu 25 C; 1: 5,5 suhu 80 C; 1 : 1,5 suhu 100 C ), dalam alkohol (1 : 22);
diklormetan (1:7); CHCL3 (1:6). Berat molekul 194,19 dan titik lebur 235.
STRUKTUR DAUN TEH
AKTIVITAS EMPIRIS
Kofein bersifat termostabil sehingga ekstraksi dapat dilakukan dengan cara refluks atau
digesti. Penambahan MgO dapat memisahkan kofein dari senyawa senyawa yang tidak
diinginkan misalnya tanin. Jika konsentrasi basa terlalu tinggi dapat merusak kofein menjadi
koefeedin. Penambahan asam sulfat untuk mengendapkan MgO yang tidak tersaring dengan
menbentuk garam.
Kofein dalam fase cair diekstraksi dengan kloroform karena dalam suasana asam
kelarutan kofein dalam kloroform lebih besar dari kelarutan dalam air. Kofein yang terekstraksi
dalam kloroform dicuci dengan NaOH untuk menghilangkan warna alaminya juga untuk
menetralkan kelebihan H2SO4. Kofein pada manusia mempunyai efek stimulasi SSP, relaksasi
otot bronkus dan diuretik.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya (Kirk-Othmer,
1998) :
a. Suhu
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan meningkat dengan
meningkatnya suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus, batas
atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perlunya
menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
b. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan
solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin
tinggi.
c. Faktor solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi
ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat
mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Perva U et al., 2006).
PRINSIP KERJA
1. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi zat-zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.Ekstraksi adalah kegiatan
penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut
cair. Ekstraksi merupakan proses penyarian simplisia nabati atau simplisia hewani dengan cara
dan pelarut yang sesuai, bebas dari pengaruh cahaya langsung.
Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara :
a. Ekstraksi padat cair ( Leaching ) adalah :
Transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini
merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen trlarut kemudian dikembalikan lagi ke
keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dilakukan jika bahan yang
dimaksud larutnya dalam solvent pengekstrak.
1. Isolasi
Alat : Beaker glass, corong pisah, corong gelas, beaker glass, pemanas, cawan penguap, klem
dan satif.
Bahan : teh kering, MgO/CaO, NaOH, aquadest, CHCL
2. KLT dan KLT Preparatif
Alat : Bak kromatografi, lempeng KLT Silika gel GF, beaker glass, pipa kapiler, kertas saring,
papan kromatografi, beaker glass.
Bahan : kofein, metanol, eter, kloroform, Silika gel GF,
3. Sublimasi
Alat : Cawan penguap, corong gelas, kertas saring, kapas, asbes, kaki tiga
CARA KERJA
1. Isolasi Kofein
a. Ekstraksi padat-cair
Masukkan 50 gram serbuk teh kering dalam beaker glass 500 ml, tambahkan 25 gram MgO dan
250 ml air panas. Panaskan dengan lampu spiritus selama 1 jam. Saring panas-panas dengan kain
saring. Filtrat ditampung dan tambahkan 25 ml HSO 10 % uapkan sampai volume semula (
bila terjadi larutan koloidal, saring ).
b. Ekstraksi cair-cair
Masukkan larutan dalam corong pisah, ekstraksi dengan 3 x 25 ml CHCL. Kumpulkan fase
CHCL, cuci dengan NaOH 10 % ( beberapa tetes ) dan pisahkan dengan corong pisah. Residu
berada di atas, ambil ekstrak di lapisan bawah tampung dalam cawan penguap/petri. Cuci residu
dengan CHCL 15 ml, campur hasil cucian dengan ekstrak bersih.
Uapkan ekstrak yang didapat sampai kering.
4. Sublimasi
Masukkan kristal kasar yang diperoleh dalam cawan porselen. Tutup krus dengan corong yang di
dalamnya telah diberi kertas saring berlubang-lubang. Tutup ujung corong dan tempatkan kapas
basah di sekeliling corong. Panaskan krus dengan lampu spiritus selama kurang lebih lima menit.
Krus didinginkan selama 5 menit, kemudian corong dibuka dan kristal kofein hasil sublimasi
dikumpulkan, dan ditimbang. Hitung rendemen yang didapat dan tentukan titik lebur kristal yang
telah didapat.
PERHITUNGAN
= 0,922 x 100%
= 92,2 %
Pembacaan pada sinar UV = 254 nm menunjukkan adanya senyawa kofein dengan adanya
fluoresensi biru keunguan.
Gambar :
Pemurnian zat :
Berat plastik + kristal = 0,492 gram
Berat plastik kosong = 0,477 gram -
Berat kristal = 0,015 gram
Perhitungan Rendemen:
Rendemen ekstrak kofein = ekstrak kristal kasar x 100%
serbuk teh awal
= 0,226 x 100%
35,814
= 0,63 %
Rendemen kafein kristal = kristal preparative x 100%
ekstrak kafein preparative
= 0,015 x 100%
1,56
= 0,96 %
PEMBAHASAN
a. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan, pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Praktikum ini, untuk tahap ekstraksi terjadi 2 macam yaitu: ekstraksi padat
cair dan ekstraksi cair cair.
Ekstraksi padat cair :
Dilakukan karena bahan yang dikehendaki dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
serbuk teh dengan aquadest ini termasuk proses digesti (maserasi dengan proses pengadukan
kontinyu pada temperatur kamar ) 40 - 50 C). Adapun penambahan MgO (bersifat basa) untuk
mengikat senyawa selain kofein dan H2SO4 10% pada saat pencampuran filtrat 1 dan 2
bermaksud untuk menurunkan pH (mengasamkan).
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa:
Daun teh (Theae Folium) kering seberat 35,814 gram dilakukan isolasi kofein dengan metode:
1. Ekstraksi, diperoleh hasil = 0,226 gram
2. Kromatografi lapis tipis, diperoleh hasil Rf = 0,992 ( HRf = 92,2 % )
Pembacaan pada sinar UV = 254 nm menunjukkan adanya senyawa kofein dengan adanya
fluoresensi biru keunguan.
Kromatografi lapis tipis preparatif, diperoleh hasil = 1,56 gram
Sublimasi didapat hasil:
Kristal kofein 0,015 gram berbentuk hablur kristal jarum, berwarna putih.
Dengan perolehan Rendemen:
1. R terhadap ekstrak kofein = 0,63 %
2. R kafein kristal = 0,96 %
REFERENSI
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV.
2. Kirk-Othmer. 1998. Encyclopedia of Chemical Technology 4th Ed. 10:88.
3. Ponco Rahayu, Mamik.dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Universitas
Setia Budi. Surakarta.
Teh kering yang dimasukan dalam beker glas kemudian ditambah dengan MgO dan
tambah 250 ml air. Penambahan magnesium oksida dilakukan dengan tujuan untuk menjerap
kofein dalam ekstrak dan untuk menghilangkan senyawa tanin. Hal tersebut karena tanin
cenderung membentuk kompleks dengan kofein sehingga akan mempersulit tahap isolasi kofein.
Dengan penambahan Magnesium oksida, tannin akan berikatan dengan Mg dan berubah menjadi
bentuk garam, sehingga kafein terlepas dalam keadaan basa bebas.
Tahapan selanjutnya adalah mendidihkan hingga 1 jam dan menyaring panas-panas,
kumpulkan filtrate hasil penyaringan. Didihkan lagi dengan penambahan 250 ml air dan disaring
panas-panas. Tujuan mendidihkan dengan menggunakan air adalah untuk mendesorpsi kofein
yang muda (Bentuk nukleosida) karena bentuk nukleosida mempunyai kelarutan yang baik dalam
air (Raphael ikan) . Selain itu kelarutan kafein dalam air mendidih cukup besar yaitu dengan
perbandingan 1:1 (Clarke,1986).
A. Filtrat yang telah terkumpul selanjutnya ditambahkan 25 ml asam sulfat 10 %, lalu diuapkan hingga
1/3 volume awalnya . Tujuan dari penambahan asam sulfat ini adalah untuk mengendapkan sisa
magnesium oksida dan untuk mendenaturasi asam nukleat sehingga dapat mencegah
pembentukan ikatan kembali antara kofein dengan asam nukleat. (Robinson, 1991). Larutan
tersebut kemudian disaring untuk menghilangkan endapan yang terbentuk akibat penambahan
asam sulfat.
B. Langkah berikutnya adalah mengekstraksi dengan menggunakan 20 ml (3 kali), 15 ml (2 kali), dan
10 ml (satu kali) kloroform dalam corong pisah . Digunakannya kloroform karena kofein mudah
larut dalam kloroform (Farmakope Indonesia Edisi III , 1995). Kelarutan kafein dalam klorofom
yaitu dengan perbandingan 1:7 (Clarke,1986). Kloroform bersifat non polar, jadi kafein cenderung
terlarut dalam kloroform, sedangkan senyawa xantin lain seperti teofilin dan teobromin terlarut
dalam fase air, karena senyawa-senyawa tersebut cenderung bersifat lebih polar daripada kafein.
Jadi perlakuan ini bertujuan untuk memisahkan kafein dari derivat xanthin lain.
C. Kemudian cuci hasil ekstrasi dengan NaOH 2N secukupnya yang diikuti penggojongan secara
perlahan. Penambahan NaOH berfungsi untuk menghilangkan warna kuning pucat dari ekstrak
tersebut dan memberikan suasana basa sehingga kofein mudah larut dalam kloroform. Warna
kuning tersebut disebabkan karena pigmen theaflavin dan thearubigin pada teh hitam.
Penggojogan dilakukan secara perlahan karena penggojogan yang terlalu kuat akan menyebabkan
terjadinya emulsi pada ekstrak. Adanya emulsi akan menyebabkan proses pemisahan yang kurang
sempurna. Emulsi juga disebabkan oleh adanya sisa senyawa polifenol yang belum hilang, dengan
penambahan NAOH, senyawa fenol menjadi fenolik anion dan membentuk garam, sehingga terjadi
surfaktan anionik. Surfaktan tersebut yang menyebabkan emulsi. Hasil dari pemisahan tersebut
akan terbentuk dua fase yaitu fase air (lapisan atas) dan fase kloroform (lapisan bawah). Kofein
terdapat dalam fase kloroform. Pisahkan fase tersebut dengan menggunakan corong pisah.
Kemudian residu yang terjadi (lapisan atas) cuci dengan 20 ml kloroform dan campurkan
denganhasil ekstrak bersih.
D. Kemudian kloroform diuapkan sehingga akan terbentuk serbuk putih berbentuk jarum mengkilat
dan menggumpal. Purifikasi senyawa kafein cukup dengan kristalisasi. Kafein dapat menyublim
pada suhu 180C ( Clarke,1986) Untuk mendapatkan kristal kofein yang mentah cukup dengan
mengkristalkan kembali serbuk tersebut dengan sedikit air panas . Kristal yang terbentuk dalam
percobaan kali ini adalah kristal putih mengkilap.
E. Koffein yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah 0,374 gram dengan rendemen 0,784 %. Hal
ini sesuai dengan peraturan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.23.3644 bahwa
batas kandungan kafein dalam minuman adalah 50 mg per sajian atau tidak boleh lebih dari 0,5
gram.
F. Untuk dengan mendeteksi kebenaran bahwa yang dihasilkan pada percobaan kali ini adalah kofein
dapat dilakukan dengan tes identifikasi dan tes muxired. Tes identifikasi dapat dilihat dari segi
organoleptisnya, yaitu Kristal putih yang mengkilat. Tes muxired yaitu dengan mengambil sedikit
kofeein dalam cawan penguap, tambah beberapa tetes HCl dan serbuk KCIO 3 kemudian uapkan
samapi kering, residu yang didapat berwarna kuning, tambah dengan NH 4OH akan berubah ungu
violet.