RUANG LINGKUP
Metode yang digunakan dalam pembuatan produk biologi merupakan faktor kritis untuk menyusun peraturan
pengawasan yang sesuai. Oleh karena itu produk biologi dapat ditentukan dengan mengacu pada metode
pembuatannya. Produk biologi yang dicakup dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ini adalah vaksin,
immunosera, antigen, hormon, enzim dan produk lain hasil fermentasi (termasuk antibodi monoklonal dan produk
yang diperoleh dari r-DNA) yang dibuat dengan metode pembuatan berikut:
a) biakan mikroba;
b) biakan sel dan mikroba;
c) ekstraksi dari jaringan biologi; dan
d) propagasi substrat hidup pada embrio atau hewan.
Tidak semua prinsip dari Pedoman ini dapat diberlakukan pada produk yang termasuk
katagori a)]
Pedoman ini tidak membahas persyaratan rinci untuk jenis produk biologi yang spesifik.
PRINSIP
Pembuatan produk biologi memerlukan pertimbangan khusus yang berkaitan dengan sifat alami produk dan proses.
Cara yang digunakan untuk pembuatan, pengendalian serta penggunaan produk biologi memerlukan perhatian
khusus.
Tidak seperti obat konvensional yang dibuat menggunakan bahan kimia serta teknik fisik yang dapat menjaga tingkat
konsistensi yang tinggi, pembuatan produk biologi melibatkan bahan dan proses biologi, seperti kultivasi sel atau
ektraksi material dari mikroorganisme hidup. Proses biologi ini dapat menimbulkan variabilitas yang nyata, sehingga
sifat dan jenis produk sampingannya juga bervariasi. Terlebih lagi bahan yang digunakan untuk proses kultivasi juga
merupakan media pertumbuhan yang baik bagi mikroba pencemar.
Pengawasan mutu produk biologi pada umumnya melibatkan teknik analisis yang mempunyai variabilitas lebih tinggi
disbanding dengan penentuan kimia-fisika. Jadi pengawasan-selama-proses berperan sangat penting pada
pembuatan produk biologi.
PERSONIL
1 Semua personil (termasuk yang menangani pembersihan, perawatan dan pengendalian mutu) yang dipekerjakan di
area di mana produk biologi dibuat hendaklah mendapat pelatihan tambahan yang spesifik dengan produk yang
dibuat serta tugas mereka. Personil hendaklah diberi informasi yang relevan serta pelatihan tentang higiene dan
mikrobiologi. Semua pelatihan hendaklah diselenggarakan secara reguler dan didokumentasikan dengan baik.
2 Personil yang bertanggung jawab dalam produksi dan pengendalian mutu hendaklah memiliki latar belakang yang
memadai dalam disiplin ilmu yang relevan, seperti bakteriologi, biologi, biometri, kimia, kedokteran, farmasi,
farmakologi, virologi, imunologi dan kedokteran hewan, serta memiliki pengalaman praktis yang memadai untuk
melaksanakan fungsi manajemen mereka pada proses terkait.
3 Status imunologi personil hendaklah dipertimbangkan dengan seksama untuk keamanan produk. Semua personil
(termasuk inspektur) yang terlibat dalam produksi, perawatan, pengujian dan penanganan hewan, jika perlu,
hendaklah divaksinasi dengan vaksin yang sesuai serta diperiksa kesehatannya secara reguler. Terlepas dari
kenyataan adanya permasalahan terpaparnya operator oleh bahan penyebab infeksi, toksin kuat atau alergen, juga
perlu untuk menghindari risiko pencemaran oleh bets produksi yang mengandung bahan penyebab infeksi.
Pengunjung hendaklah dilarang memasuki area produksi.
4 Personil yang mengalami perubahan status imunologi yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang
bekerja di area produksi. Produksi vaksin BCG dan produk tuberculin hendaklah dibatasi pada petugas yang secara
regular dipantau status imunologi atau pemeriksaan sinar-X paru-paru.
5 Personil hendaklah melaporkan tiap kondisi seperti diare, batuk, pilek, infeksi kulit atau rambut, luka, demam yang
tidak diketahui penyebabnya yang dapat menyebarkan kuman ke dalam
lingkungan kerja.
6 Personil dari area di mana ada kemungkinan terpapar oleh oganisme hidup atau hewan hendaklah dilarang
melewati area di mana produk lain atau organisme yang berbeda dari yang sedang ditangani. Jika lintasan tersebut
tidak dapat dihindari, maka tindakan dekontaminasi yang ditetapkan dengan jelas, termasuk ganti baju dan sepatu
dan, jika perlu, mandi hendaklah dipatuhi oleh personil yang terlibat dalam produksi.
7 Personil yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah berbeda dengan personil yang menangani hewan.
8 Tingkat pengendalian lingkungan terhadap pencemaran oleh partikulat dan mikroba di sarana produksi hendaklah
diterapkan pada produk dan tahap produksi, dengan mengingat tingkat pencemaran bahan awal dan risiko terhadap
produk jadi.
9 Risiko pencemaran silang antar produk biologi, terutama pada tahap proses pembuatan di mana digunakan
organisme hidup, memerlukan tindakan pencegahan tambahan terhadap fasilitas dan peralatan, seperti penggunaan
fasilitas dan peralatan tersendiri dan sistem tertutup.
10 Pada prinsipnya, hendaklah digunakan fasilitas tersendiri untuk produksi vaksin BCG dan penanganan organisme
hidupyang digunakan dalam produksi produk tuberculin.
11 Fasilitas tersendiri hendaklah digunakan untuk penanganan Bacillus anthracis, Clostridium botulinum dan
Clostridium tetani sampai proses inaktivasi selesai.
12 Tingkat pengendalian lingkungan terhadap pencemaran oleh partikel dan mikroba di sarana produksi hendaklah
diterapkan kepada produk dan tahap produksinya, berkenaan dengan pencemaran bahan awal dan risikonya
terhadap produk akhir. Proses pembuatan produk biologi steril hendaklah dilakukan setidaknya pada ruangan kelas
C dan diisi di ruangan kelas A / B.
13 Produksi secara simultan di area yang sama menggunakan biofermentor system tertutup dapat diterima untuk
produk seperti antibodi monoklonal dan produk yang dibuat menggunakan teknik r-DNA.
14 Tahap proses setelah panen dapat dilakukan secara simultan di sarana produksi yang sama asalkan tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan untuk mencegah pencemaran silang. Untuk vaksin yang dimatikan dan toksoid,
proses yang paralel hendaklah hanya dilakukan setelah inaktivasi biakan atau sesudah proses detoksifikasi.
15.Area bertekanan positif hendaklah digunakan untuk pengolahan produk steril, namun untuk area tertentu yang
digunakan untuk mikroba pathogen hendaklah bertekanan negatif untuk mencegah penyebaran mikroba pathogen
keluar dari area tersebut. Apabila area bertekanan negatif atau lemari pengaman digunakan untuk memproses
mikroba patogen secara aseptik, area tersebut hendaklah dikelilingi area steril bertekanan positif.
16 Unit pengendali udara hendaklah tersendiri untuk area pengolahan tertentu dan resirkulasi udara tidak boleh
dilakukan dari area di mana organism patogen hidup ditangani, tapi dibuang melalui filter sterilisasi atau tindakan
dekontaminasi lain untuk mencegahkeluarnya organisme patogen ke lingkungan sekitar.
17 Tata letak dan desain area produksi dan peralatan hendaklah memungkinkan proses pembersihan dan
dekontaminasi yang efektif (misal: fumigasi). Prosedur pembersihan dan dekontaminasi hendaklah divalidasi.
18 Peralatan yang digunakan untuk menangani organisme hidup hendaklah didesain untuk menjaga agar biakan
tetap dalam keadaan murni dan tidak tercemar oleh sumber eksternal selama proses.
19 Sistem pemipaan, katup dan filter ventilasi hendaklah didesain secara tepat untuk memudahkan proses
pembersihan dan sterilisasi. Penggunaan system bersihkan-di-tempat dan sterilisasiditempat sangat dianjurkan.
Katup pada tangki fermentasi hendaklah dapat disterilisasi dengan uap air secara sempurna. Filter ventilasi udara
hendaklah hidrofobis dan jangka waktu pemakaiannya divalidasi.
20 Containment primer hendaklah didesain dan diuji untuk membuktikan bebas dari risiko kebocoran.
21 Limbah cair yang mungkin mengandung mikroba patogen hendaklah didekontaminasi secara efektif.
22 Karena (sehubungan dengan) keanekaragaman produk atau proses biologi, beberapa bahan aditif atau bahan
baku harus diukur atau ditimbang selama proses produksi (misal dapar). Dalam hal ini bahan dapat disediakan dalam
jumlah sedikit yang disimpan di area produksi tapi hendaklah tidak dikembalikan lagi ke gudang.
SARANA PEMELIHARAAN DAN PENANGANAN HEWAN
23. Hewan digunakan untuk pembuatan sejumlah produk biologi, misal: vaksin polio (monyet), antibisa ular (kuda
dan kambing), vaksin rabies (kelinci, mencit dan hamster) dan serum gonadotropin (kuda). Hewan juga dapat
digunakan dalam pengujian mutu pada kebanyakan serum dan vaksin, misal: vaksin pertusis (mencit), pirogenitas
(kelinci), vaksin BCG (marmot).
24 Sarana pemeliharaan hewan untuk pembuatan dan pengujian produk biologi hendaklah terpisah dari area
produksi dan pengujian mutu. Status kesehatan hewan dari mana bahan awal berasal dan yang akan digunakan
untuk uji mutu dan uji keamanan hendaklah dipantau dan dicatat.
25 Personil yang bekerja di sarana hewan hendaklah dilengkapi dengan baju khusus dan fasilitas untuk ganti baju.
26 Jika monyet digunakan untuk pembuatan atau pengujian mutu produk biologi, maka diperlukan pertimbangan
khusus seperti tercantum pada persyaratan WHO Requirements for Biological Substances terkini.
27 Hendaklah tersedia fasilitas untuk desinfeksi kandang hewan, jika mungkin, dilakukan dengan uap air, dan
incinerator untuk memusnahkan limbah dan bangkai hewan.
DOKUMENTASI
28 Spesifikasi bahan awal biologi membutuhkan dokumentasi tambahan tentang sumber, asal, metode pembuatan
dan pengendalian yang dilakukan terutama pengendalian mikrobiologi.
29 Spesifikasi hendaklah ditetapkan untuk bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
30 Semua galur mikroorganisme yang digunakan untuk produksi dan pengujian hendaklah didokumentasikan.
PRODUKSI
Bahan awal
31 Sumber, asal dan kesesuaian bahan awal hendaklah ditetapkan dengan jelas. Jika pengujian memerlukan waktu
lama, pengolahan bahan awal diperbolehkan sebelum hasil uji tersedia. Dalam hal ini pelulusan produk jadi boleh
diberikan apabila hasil uji bahan awal dan produk jadi memenuhi syarat.
32 Jika bahan awal perlu disterilisasi, hendaklah sedapat mungkin dilakukan dengan cara panas. Jika diperlukan
metode lain yang sesuai (missal : iradiasi) dapat juga digunakan untuk inaktivasi bahan biologi.