Anda di halaman 1dari 8

Cara Pembuatan Obat yang Benar (CPOB)

Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya.

Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan pada pelaksanaan pengujian
tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan
dipantau secara cermat.

Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap
proses yang dilakukan secara fisika, kimia, dan mekanik untuk membunuh
mikroorganisme.

Penjaminan merupakan hal yang dapat menanggung tentang mutu suatu obat dari
produksi obat yang telah dilakuan.

Jadi pemastian dan penjaminan sterilisasi penting sekali untuk dilakukan karena
hampir tidak mungkin produk steril menghadapi proses ulang (rework).

Penentuan bioburden

Istilah "bioburden" umumnya digunakan untuk menggambarkan populasi


mikroorganisme yang hadir pada material atau produk yang tidak steril. Jumlah
bioburden dan jenis organisme bioburden ini dapat berdampak pada proses sterilisasi
bahan atau produk. Hal ini penting untuk mengembangkan prosedur yang menyediakan
pengukuran yang akurat, tepat, dan dapat direproduksi dari populasi bioburden terkait
dengan materi atau produk.

Kelas kebersihan area seperti diuraikan di Pedoman CPOB Aneks 1 Butir 4 hendaklah
ditetapkan oleh industri berdasarkan sifat kegiatan proses yang dilakukan di dalam
ruangan dan validasi yang dilakukan (misal media fill aseptis atau jenis simulasi proses
lain) untuk penentuan waktu tunggu dan waktu pengisian maksimum. Penentuan
lingkungan area proses yang sesuai dan batas waktu hendaklah berdasarkan tingkat
kontaminasi mikroba (bioburden) yang ditemukan.
Kandungan mikroba awal diperoleh dengan pemeriksaan bioburden yang dilakukan
antara lain sebelum proses penyaringan larutan, dan terhadap hasil pemeriksaan
tersebut dilakukan analisis tren.
Kontribusi bioburden berbagai bahan awal dan bahan pengemas serta proses
pembuatan sebelum sterilisasi hendaklah dipahami dan dikendalikan. Pemantauan dan
strategi pengendalian termasuk pemantauan berkala dan trending bioburden sebelum
langkah pengurangan apa pun dari bioburden hendaklah ditetapkan dan dijustifikasi
melalui proses analisis risiko. Volume sampel hendaklah dijustifikasi dengan
memperhitungkan tingkat kontaminasi yang diperkirakan. Bioburden produk
hendaklah ditentukan paling sedikit sebelum proses sterilisasi akhir. Penetapan kriteria
keberterimaan untuk bioburden hendaklah berdasarkan tahap sterilisasi; tingkat
pemastian sterilisasi (Sterility Assurance Level/ SAL) 106 harus dicapai. Hasil
pemeriksaan bioburden hendaklah menjadi parameter pelulusan produk jadi (kecuali
apabila menggunakan siklus overkill untuk sterilisasi akhir).
Bioburden hendaklah dipantau sebelum proses sterilisasi. Hendaklah ditetapkan batas
bioburden segera sebelum proses sterilisasi yang dikaitkan dengan efisiensi metode
sterilisasi yang digunakan. Penentuan bioburden hendaklah dilakukan terhadap tiap
bets produk, baik yang diproses dengan sterilisasi akhir maupun secara aseptis. Bila
parameter sterilisasi overkill ditetapkan untuk produk dengan sterilisasi akhir,
pemantauan bioburden boleh hanya secara berkala dengan interval menurut jadwal
yang sesuai. Untuk sistem pelulusan parametris, penentuan bioburden hendaklah
dilakukan terhadap tiap bets dan dikategorikan sebagai pengujian selamaproses. Bila
dipersyaratkan, hendaklah dilakukan pemantauan terhadap cemaran endotoksin.
Semua sediaan cair, khususnya larutan infus volume besar, hendaklah dilewatkan
melalui filter mikroba yang, jika mungkin, dipasang dekat sebelum proses pengisian.
Untuk mengurangi pencemaran mikroba dalam plasma untuk fraksinasi atau
penyusupan bahan asing, proses pencairan dan pengumpulan hendaklah dilakukan
minimal dalam area kelas C (atau kelas yang lebih tinggi), dengan mengenakan pakaian
yang sesuai, dan - di samping itu - hendaklah dipakai masker serta sarung tangan.
Metode yang digunakan untuk membuka kantong, pengumpulan, dan pencairan
hendaklah dipantau secara teratur, misalnya dengan pengujian bioburden. Persyaratan
ruang bersih untuk semua penanganan terbuka lain hendaklah memenuhi persyaratan
CPOB.

I. Pengujian Bioburden
I.1 Pengertian
Menurut FDA Compliance program 7382.845, Inspections of Medical Device
Manufacturers, Part IV, - “Pengujian bioburden harus dilakukan sesuai dengan
pedoman yang diberikan dalam ISO 11737-1, Sterilization of medical devices –
Microbiological methods – Part I: Estimasi populasi mikroorganisme pada produk.
Metodologi yang digunakan untuk memperkirakan bioburden adalah untuk divalidasi.
Dua puluh produk digunakan untuk pengujian. (FDA Compliance Program, 2011)
Istilah "bioburden" umumnya digunakan untuk menggambarkan populasi
mikroorganisme yang hadir pada material atau produk yang tidak steril. Jumlah
bioburden dan jenis organisme bioburden ini dapat berdampak pada proses sterilisasi
bahan atau produk. Hal ini penting untuk mengembangkan prosedur yang menyediakan
pengukuran yang akurat, tepat, dan dapat direproduksi dari populasi bioburden terkait
dengan materi atau produk. Ada beberapa pendekatan untuk menghilangkan
mikroorganisme dari perangkat medis. Beberapa contoh metode recovery ini meliputi:
filtrasi dilanjutkan dengan plating; ultrasonik/shaking dilanjutkan dengan filtrasi
kemudian ditempatkan pada media agar; Stomaching/membilas/pembilasan
dilanjutkan dengan filtrasi dan plated pada media agar; jika semuanya gagal dapat
dilakukan direct swabbing atau contact plate. (Pharmaceutical Microbiology Manual,
2014)
Estimasi bioburden dari perangkat medis umumnya terdiri dari empat tahap
yang berbeda:
1. Pengumpulan mikroorganisme dari perangkat medis.
2. Enumerasi koleksi sampel yang mengandung mikroorganisme yang tumbuh.
3. Karakterisasi bioburden.
4. Penerapan faktor koreksi (s) ditentukan selama studi recovery bioburden untuk
menghitung estimasi bioburden dari jumlah presterilization baku. (PDA Technical
Report, 1990)
Tahap ini tidak mungkin dilakukan untuk menentukan teknik pengumpulan
mikroba tunggal karena berbagai bahan yang digunakan dalam produk perawatan
kesehatan. Selanjutnya, pemilihan kondisi enumerasi akan dipengaruhi oleh jenis
kontaminasi mikroba yang dapat diantisipasi. (PDA Technical Report, 1990)

I.2 Persyaratan Bioburden pada Proses Sterilisasi


Bioburden dari tiap produk harus diketahui sebelum dilakukan proses
sterilisasi, baik dengan sterilisasi akhir maupun dengan filtrasi aseptik. Kedua metode
sterilisasi tersebut mempunyai keterbatasan. Filter untuk sterilisasi dengan ukuran
partikel 0,22 μm biasanya hanya mampu menahan bioburden tidak lebih ari 107
CFU/cm2 sebagai fungsi dari area permukaan filter, sedangkan sterilisasi akhir
biasanya mampu mereduksi log 106 dari bioburden. Tren analisis dari bioburden
produk akan menentukan jika tren dalam peningkatan bioburden mungkin terjadi dan
uji ini mungkin menjadi kontributor jika terjadi peningkatan tren kegagalan pada uji
sterilitas dari waktu ke waktu (Akers, Michael J. et, al. 2003).

I.3 Metode Pengujian Bioburden Test


Pengujian bioburden produk membutuhkan data jumlah dan identitas dari
mikroorganisme. Identifikasi mikroorganisme tersebut tidak perlu terlalu dalam,
namun data tentang jenis bakteri gram apa dengan genusnya memberikan informasi
yang berguna dan dapat digunakan untuk pengawasan perubahan mikroorganisme dan
sebagai perbandingan data mikroorganisme yang muncul kembali selama monitoring
lingkungan. Evaluasi bioburden dilakukan dengan cara memilih 10 kemasan secara
acak dari satu lot produk yang baru diproduksi. Jumlah sampel dapat diturunkan
menjadi 5 kemasan jika harga produk sangat mahal. Produk percobaan dapat digunakan
dengan syarat terbuat dari bahan dan proses pembuatan yang sama. Produk yang
ditolak selama proses pembuatan dapat pula digunakan selama produk tersebut
diperlakukan pada semua langkah produksi. Produk yang sudah kadaluarsa atau sudah
lama tidak dapat digunakan karena tidak dapat mewakili keadaan produk yang baru
diproduksi. (Booth, Anne F., 2001)
Metode yang digunakan untuk pengujian bioburden harus divalidasi agar
diketahui hubungan antara jumlah estimasi dengan jumlah mikroorganisme yang ada
sebenarnya. Metode apapun yang digunakan haruslah reproduksibel sehingga dapat
dibandingkan dengan data yang dibuat kemudian. Semua perlakuan harus menghindari
hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan bertahan hidup dari mikroorganisme,
seperti kenaikan temperature, pengocokan, ataupun kejutan osmotik (osmotic shock).
(Booth, Anne F., 2001)
Estimasi bioburden terdiri dari tiga fase:
1. Pemindahan mikroorganisme dari produk dengan teknik ekstraksi, seperti
ultrasonifikasi, agitasi mekanis, pencampuran vortex, pembilasan, contact plating,
dan lain-lain. Surfaktan dapat digunakan untuk memfasilitasi pemindahan
mikroorganisme.
2. Pemindahan mikroorganisme ke media kultur dengan cepat; metode yang
digunakan di antaranya adalah filtrasi membrane, pour plating, spread plates, dan
lain sebagainya. Kondisi inkubasi yang tepat harus diperhatikan, seperti pada
bakteri aerob pada 30-35°C selama dua hari, ragi dan kapang pada 20-25°C selama
5-7 hari, dan bakteri anaerob pada 30-35°C selama 3-5 hari.
3. Perhitungan koloni.
Uji sterilisasi

Perbedaan lingkungan bakteri aerob dan anaerob

Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Jika tidak
ada oksigen, maka bakteri ini akan mati. Bakteri aerob menggunakan glikosa atau zat
organic lainnya seperti etanol untuk dioksidasi menjadi CO2, H2O2, dan sejumlah
energy. Bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk
hidupnya. Bakteri anaerob terdiri atas dua yaitu anaerob fakultatif dan anerob obligat.
Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik dengan adanya
oksigen atau tidak. Sedangkan bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang sama
sekali tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya (Kusuma, 2009).

1. Oksigen
Kebutuhan utama bakteri akan oksigen menjadikan bakteri dibagi menjadi dua yaitu
bakteri anaerob dan aerob. Bakteri anaerob dibagi lagi menjadi anaerob obligat,
anaerob fakultatif dan beberapa bakteri mikroaerofilik. Bakteri anaerob obligat artinya
adalah bakteri tersebut harus dalam kondisi bebas dari oksigen untuk dapat hidup, dan
akan mati ketika ada oksigen (mis: Clostridium). Bakteri anaerob fakultatif adalah
bakteri yang dapat hidup dengan kondisi lingkungan terdapat roksigen maupun tidak.
Untuk istilah mikroaerofilik artinya bahwa bakteri jenis ini bisa tumbuh di lingkungan
dengan konstentrasi oksigen yang rendah namun akan mati jika konsentrasi oksigennya
tinggi (Alfvin Fox, 2011).Sementara bakteri aerob hanya tergolong kedalam aerob
obligat, yaitu bakteri yang harus membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya
(mis: M. tuberculosis) (Vasanthakumari, 2007).
2. Karbondioksida
Hampir semua bakteri membutuhkan karbondioksida dalam pertumbuhannya.Ada
beberapa bakteri yang justru harus membutuhkan konsentrasi karbondioksida untuk
hidup seperti bakteri anaeorb obligat (Vasanthakumari, 2007).
3. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan bakteri.Terdapat beberapa
kategori yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan hidup di suhu tertentu, yaitu
mesofil, psikrofil, termofil.Mesofil adalah kelompok bakteri yang dapat hidup pada
suhu antara 25oC sampai 40oC.Sedangkan psikrofil dibawah suhu 25oC.Sementara
termofil yaitu bakteri yang dapat hidup diantara suhu 50oC sampai 80oC.Namun
kebanyakan bakteri dapat hidup dalam suhu optimal 37oC (Vasanthakumari, 2007).
Metode Pengujian
Menurut teori Ansel (1985) istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan-sediaan
farmasi berarti, penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-
sporanya atau penghilangan secara lengkap mikroba dari sediaan. Lima metode yang
umum digunakan untuk mensterilkan produk farmasi :
1. Sterilisasi uap (lembap panas)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi dengan radiasi pengionan
Sterilisasi Uap (Lembap Panas)
Sterilisasi uap dilakukan dalam autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan.
Sebagian besar autoklaf dioperasikan secara rutin biasa pada temperature 121 ̊C dengan
tekanan 1 atm, yang diukur pada saat uap air mulai kelaur dari autoklaf. Dapat
dimengerti bahwa temperatur yang dicapai oleh ruang dalam autoklaf harus juga
dicapai oleh zat/alat yang disterilkan, dan temperatur ini harus dipertahankan untuk
waktu yang adekuat. Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan
farmasi dari bahan-bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan
penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air
tersebut. Pada sterilisasi larutaan air dengan metode ini, uap air sudah ada, dan semua
itu dibutuhkan yaitu peningkatan temperatur larutan untuk waktu yang telah di
tentukan. Dengan demikian larutan yang dikemas dalam wadah tertutup rapat, seperti
ampul mudah disterilkan dengan cara ini. Metode ini juga dipergunakan untuk larutan
dalam jumlah yang besar, alat-alat gelas, pembalut operasi dan instrument. Tidak
digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, lemak-lemak, sediaan berminyak, dan
sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan serbuk
terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jernih.
Sterilisasi Panas dan Kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril yang dirancang
khusus untuk tujuan ini. Oven dapat dipanaskan dengan gas atau listrik dan umumnya
temperatur diatur secara otomatis. Karena panas dan kering kurang efektif dalam
membunuh mikroba daripada uap air panas, maka diperlukan temperatur yang lebih
tinggi dan waktu yang lebih panjang. Ini harus ditentukan secara tersendiri untuk setiap
produk dengan pertimbangan ukuran dan jenis produk, wadah dan sifat distribusi panas
itu sendiri. Sterilisasi panas kering, biasanya ditetapkan pada temperatur 160̊ - 170 ̊C
dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Temperatur yang lebih tinggi memungkinkan
waktu sterilisasi yang lebih pendek dari waktu yang ditentukan oleh peraturan,
sebaliknya temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu yang lebih panjang.
Sterilisai panas kering umumnya digunaka untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak,
gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum cair (minyak mineral),
paraffin dan berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan seperti ZnO.
Sterilisasi dengan penyaringan

Anda mungkin juga menyukai