Anda di halaman 1dari 6

Rabu/ 1 Desember 2021

Nama: Muhammad Khairu Rasyid Ridho


NIM: 2102501010042
Dosen Pengampu: drh. T. Reza Ferasyi, M.Sc., Ph.D

KONSEP BIOSEKURITI DAN PENERAPAN BIOSEKURITI DI


PETERNAKAN

Biosekuriti adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security
artinya perlindungan atau pengaman. Biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi
secara keseluruhan, dan merupakan bagian mensejahterakan hewan (animal walfare).
Aspek-aspek yang menjadi ruang lingkup program biosekuritas adalah
a. upaya membebaskan adanya penyakit-penyakit tertentu
b. memberikan kondisi-kondisi lingkungan yang layak bagi hewan
c. mengamankan keadaan produk yang dihasilkan
d. mengamankan resiko bagi konsumen
e. resiko bagi karyawan yang terlibat dalam tatalaksana usaha peternakan
Tujuan Pelaksaan dari penerapan biosekuriti :
a. meminimalkan keberadaan penyebab penyakit
b. meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang
c. membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Komponen Utama dan Tindakan Umum Biosekuriti
a. Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu
area atau lingkungan.
b. Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa
oleh angkut, hewan selain ternak
c. Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh
feses.
Prinsip Biosekuriti
a. Persiapan dan pencegahan
b. Deteksi dini
c. Identifikasi agen biologi maupun kimiawi
d. Respons terhadap bioterorisme
e. Komunikasi
BIOSEKURITI PADA PETERNAKAN AYAM
Dalam peternakan, biosekuriti merupakan konsep integral yang mempengaruhi
suksesnya sistem produksi ternak khususnya dalam rangka mengurangi resiko karena
masuknya penyakit menular maupun tidak menular.
Adapun ruang lingkup biosekuriti peternakan yakni :
a. Biosekuriti konseptual adalah dasar seluruh program pengendalian penyakit seperti :
lokasi kandang suatu peternakan, pengaturan jenis dan umur ternak.
b. Biosekuriti structural adalah sesuatu yang berhubungan dengan konstruksi kandang,
arah kandang atau tata letak peternakan, alat sanitasi dan dekontaminasi, sarana dan
prasarana kandang.
c. Biosekuriti operasional merupakan implementasi sistem operasional dan prosedur
(SOP) manajemen untuk pengendalian penyakit.
Pelaksanaan program biosekuriti dalam peternakan ayam
a. Kontrol lalu lintas (orang dan kendaraan)
b. Vaksinasi
c. Pencatatan riwayan flok
d. Cara-cara pencucian kandang untuk kandang ayam broiler dan ayam petelur
e. Kontrol terhadap pakan dan air minum pada peternakan ayam
f. Cara pengolahan hasil produksi daging ayam
Biosekuriti pekerjaan rutin di dalam kandang :
a. Pembersihan nipple line
b. Pembersihan cooling pad
c. Pembersihan debu
d. Kebersihan saat seleksi telur

BIOSEKURITI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH


Faktor-faktor utama yang harus diperhatikan :
a. Sifat air : kesadaran, kandungan besi, dsb.
b. Jenis kotoran yaitu protein, lemak atau karbohidrat.
c. Bahan pembersih yang dipilih
d. Keadaan kotoran : lunak/basah, keras/kerak kering, dsb.

Proses Pembersihan :
a. Fungsi detergen (surfaktan) : melunakkan kotoran melalui pembasahan
b. Fungsi bahan penggosok : melepasksn kotoran
c. Fungsi pembilasan
Proses sanitasi. Selalu dilakukan setelah pembersihan karena :
a. Bahan sanitasi kimia
b. Populasi mikroorganisme
c. Air 80 C, 15 detik
d. Air 77 C, 1 menit
e. Bahan sanitasi dapat terinaktivasi oleh kotoran
Pengeringan :
a. Diangin angin pada rak bersih

Dosen : Dr. drh. Azhari, M.Si


PENERAPAN BIOSEKURITI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH)

Syarat rumah pemotongan hewan berdasarkan (SNI 01-6159-1999) yaitu :


1. Persyaratan Lokasi
Tidak berada di bagian kota padat penduduk sertanya tempatnya lebih rendah
dari pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan dan pencemaran
lingkungan.
2. Persyaratan Sarana
RPH harus dilengkapi dengan sarana jalan yang baik menuju RPH yang dapat
dilewati kendaraan pengakut hewan potong dan kendaraan daging. Memiliki sumber
air yang cukup dan bersih.
3. Persayaratan bangunan dan tata letak
Kompleks Rumah Potong Hewan harus terdiri dari utama kadnag penampung
dan istirahat, kandang isolasi, kantor administrasi dan kantor dokter hewan, tempat
istirahat karyawan, kantin dan mushola, dan tempat penyimpaan barang pribadi,
kamar mandi dan WC, sarana penanganan limbah, insenerator, tempat parker, rumah
jaga, gardu listrik, Menara air.
Saluran pembuangan limbah harus tertutup agar tidak menimbulkan bau. Dan tempat
penampungan limbah cair terbuka dilengkapi grill yang mudah dibuka tutup.
4. Syarat peralatan
Seluruh alat yang digunakan harus menggunakan bahan tidak mudah korosif,
mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat. Di dalam kandang harus
dilengkapi dengan rel dan alat penggantung karkas yang didesain khusus dan
disesuaikan dengan alur proses yang memudahkan pemotongan. Sarana untuk
mencuci tangan didesaim agar tangan tidak menyentuh kran air setelah mencuci
tangan, dilengkapi dengan sabun dan pengering. Harus disediakan sarana/perlatan
untuk mendukung tugas dan pekerjaan dokter hewan atau petugas yang berwenang
dalam menjamin mutu daging, sanitasi dan higine di RPH
5. Hygiene karyawan dan perusahaan
a. Pengawasan kesehatan masyarakat veteriner
b. Kendaraan pengangkut daging
c. Persyaratan ruang pendingin/pelayuan
d. Ruang beku
e. Ruang pembagian karkas dan pengemasan daging
f. Laboratorium
Dosen Pengampu: Dr. drh. Nurliana, M.Si
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP)
HACCP :

suatu sistem yang mengidentifikasi mengevaluasi dan mengendalikan bahaya-bahaya yang


signifikan dalam keamanan pangan (codex alimentarius commission, 1997)

“A system which identifies evaluates and control hazard which are significant for food safety”

Hasiil akhir yang diharapkan dari penerapan HACCP ini adalah produk yg berkualitas, penekannya
tertuju kepada keamanan peoduk yang dihasilkan.

Bahaya ( Hazard)

Unsur biologis, kimiawi, atau fisik atau kondisi dari pangan yang berpotensi menyebabkan
dampak buruk pada kesehatan (CAC, 1997) teridir dari bahaya biologik (biological hazard), bahaya
kimia (yangg terdiri dari unsur logam) (chemical hazad) dan bahaya fisik (physical hazard) yang
dapat mengganggu kesehatan manusia (konsumen)

Pengendalian bahaya-bahaya hazard dalam sistem HACCP dilakanakan dengan :

- Penerapan dan pengawasan higiene dan sanitasi (GHP/GMP dan SSOP) yang ditulis dalam
SOP
- Penerapan Tindakan pencegahan
- Penerapan CCP, batas kritis dan Tindakan koreksi (monitoring, verifikasi)

Prinsip Sistem HACCP :


1. Analisi Bahaya
2. Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP)
3. Penetapan batas kritis (misalkan, Salmonella, alkohol pada makanan haruslah 0 (zero)
4. Penetapan prosedur pemantauan
5. Penetapan Tindakan koreksi
6. Penetapan prosedur verifikasi
7. Penetapan rekaman dan dokumentasi

Urutan Logis HACCP :


1. Pembentukan tim HACCP
2. Pembuatan deskripsi produk
3. Identifikasi rencana penggunaan
4. Penyusunan diagram alir
5. Verifikasi (Konfirmasi) diagram alir di lapangan
6. Analisi Bahaya
7. Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP)
8. Penetapan batas kritis
9. Penetapan prosedur pemantauan
10. Penetapan Tindakan koreksi
11. Penetapan prosedur verifikasi
12. Penetapan rekaman dan dokumentasi

Penerapan HACCP sangat tergantung dari pada komitmen manajemen (terutama


pimpinan puncak) dan mendapat dukungan dari seluruh sumber daya manusia di industry
pangan tersebut.

Penetapan batas kritis didasarkan pada GMP dalam sistem manajemen keamanan pangan di
industri pangan

 Hazard Analysis Critical Control Points yakni


suatu sistem pencegahan dan pengendalian pada
HACCP tiap titik kendali kritis dalam suatu alur proses
produksi makanan.
 Sanitation Standard Operating Procedures yakni
SSOP prosedur standar implementasi program sanitasi
yang mencakup 8 kunci SSOP
 Good Manufacturing Practices yakni persyaratan
GMP dasar/umum tentang bangunan, fasilitas,
peralatan, pekerja dan proses.

Beberapa Peraturan Terkait GMP

1. Peraturan Ka BPOM No 11 tahun 2014 tentang tataca sertifikasi CPPOB


2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No HK 03.1.23.04.12.2206 tahun
2012 tentang cara produksi olahan yang baik untuk industri rumah tangga
3. Peraturan kemenperin no 75 M-IND/PER/7/2010 tentng pedoman cara produksi pangan
yang baik untuk makanan
4. Keputusan menteri kesehatan no 23/Menkes/SK//1978 tentng pedoman cara produksi yang
baik untuk makanan
5. CGMP-Current good manufacturing practices oleh USFDA.(21CFR (Code of fedral regulations)
part 117

TINGKATAN DALAM GMP (Kemenperin No. 75/M-IND/PPER/7/2010

1. Persyaratan “harus” (shall) meliputi persyaratan yang apabila tidak dipenuhi akan
mempengaruhi keamanan produk secara langsung.
2. Persyaratan “ seharusnya” (should) adalah persyaratan yang apabila tidak dipenuhi
berpotensi berpengaruh terhadap keamanan produk
3. Persyaratan “dapat” (can) adalah persyaratan yang apabila tidak dipenuhi kurang memiliki
pengaruh terhadap produk

Anda mungkin juga menyukai