Islam tidak datang hanya untuk menjanjikan balasan di akhirat.
Islam datang untuk menata
kehidupan dunia dan akhirat manusia. Orang yang berbuat baik akan dibalas oleh Allah di dunia sebelum nanti di akhirat. َس ِن َما كَانُواْ َي ْع َملُون َ ً صا ِلحا ً ِمن ذَك ٍَر أَ ْو أُنثَى َوه َُو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّهُ َحيَاة َ ْطيِبَةً َو َلنَجْ ِزيَ َّن ُه ْم أَجْ َرهُم بِأَح َ َم ْن َع ِم َل “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97) Di dalam ayat itu Allah jelas menjanjikan balasan di dunia dengan kehidupan yang baik di dunia sebelum balasan yang lebih besar di akhirat. Memang kita selalu menghitung kebaikan Allah dengan hitungan materi. Padahal banyak pemberian Allah yang lebih mahal dari itu. Ada seorang selama 40 tahun selalu berdoa untuk diberi kekayaan namun tidak juga terkabul. Sebenarnya bukan karena Allah tidak ingin mengabulkan sesuatu yang baik untuk hambanya. Seperti seorang ibu yang tidak memberi makanan tertentu pada anaknya yang sedang sakit, bukan karena tidak sayang namun karena ibunya tau makanan itu akan membuat anaknya semakin sakit. Saat kita berdoa meminta sesuatu seperti harta dari Allah, kita merasa doa itu tidak terkabul karena harta yang kita minta tak kunjung datang. Padahal, bisa saja doa itu Allah kabulkan dengan kebaikan-kebaikan lainnya seperti menghindarkan bahaya dari kita. Andai Allah memberikan apa yang kita minta sementara bencana itu tetap datang, maka semua harta yang kita miliki akan habis tak bersisa. Bahkan kita bisa lebih sengsara karena bencana tersebut. Berbagai bencana yang Allah hindarkan ini tidak pernah masuk dalam logika materi kita. Padahal itu lebih mahal dari sekedar harta. Padahal yang kita dapat di dunia adalah berupa kemudahan dalam setiap urusan, kesehatan, harta dan hal-hal yang mungkin tak pernah kita sadari bahwa itu adalah hasil dari kebaikan kita. 8. Kebaikan itu untuk diri kita sendiri Cara kedelapan, ini adalah cara terakhir yang membuat seseorang tidak bisa mencari alasan lagi untuk tidak berbuat baik. Seorang yang berakal pasti mencintai dirinya. Seorang yang mencintai dirinya pasti ingin selalu berbuat baik untuk dirinya sendiri. Sedangkan Allah telah menjelaskan bahwa perbuatan baik yang kita lakukan untuk orang lain juga akan bermanfaat untuk diri kita sendiri. Kebaikan yang kita berikan akan kembali pada diri kita sendiri. سأْت ُ ْم فَلَ َها َ َ سنت ُ ْم ِِلَنفُسِ ُك ْم َوإِ ْن أ َ ْسنت ُ ْم أَح َ ْإِ ْن أَح “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS.Al-Isra’: 7)