Anda di halaman 1dari 23

1. SOP apa saja yang harus di kuasai dalam bekerja dan uraikan!

Jawab :
Dikutip dari :
 
Silvana, A. D., & Mindiharto, S. (2022). Evaluasi Sop Dan Penerbitan Sertifikat Produksi Pangan Indusrti Rumah Tangga
(Spp-Irt) Di Kabupaten Tuban. Journal of Public Health Science Research, 2(1), 22-27
Purwasih, R. 2021. Implementasi Aspek GMP, SSOP, dan Sistem HACCP pada UMKM Oncom Dawuan. Agrointek J.
Teknol. Ind. Pertan. 15, 69–79. https://doi.org/10.21107/agrointek.v15i1.6 837
 
Buchori, A. P. (2022). Upaya Penyusunan SOP (Standard Operating Procedure) pada Praktik Pelayanan di UMKM Capcin
Mbanana (Doctoral dissertation, Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya).
 
Bab III Cara Pengolahan Makanan Yang Baik, Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011
tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga.https://kesehatan.jogjakota.go.id/berita/id/215/cara-produksi-pangan-olahan-yang-
baik-cppob-/
:
Pengelolaan makanan harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan mulai
dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan. Khusus
untuk pengolahan makanan harus memperhatikan kaidah cara pengolahan
makanan yang baik.
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

1. Pemilihan bahan makanan


a. Bahan dalm keadaan baik dan fress,tidak berubah warna dan tidak berjamur
b. Bahan tambahan makan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku
- Makanan yg di kemas harus berlabel dan tertera tgl kadarluarsa mkanan
- Jika tidak dalam kemasan hrus dalam keadaan baru,tidak basi dan tidak mrngandung bahan
berbahaya
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

2. Penyimpanan bahan makanan


Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lain maupun bahan berbahaya. Perhatikan penyimpanan
dengan prinsip first in first out(FIFO) dan first expired first
out(FEFO). Gunakan tempat atau wadah sesuai dengan bahan
makanan dan sesuaikan suhu penyimpanan. Perhatikan pula ketebalan
bahan makanan dan kelembaban ruangan yang berkisar antara 80-
90%. Bahan makanan tidak boleh menempel langsung di lantai(jarak
15 cm), dinding(jarak 5 cm) maupun langit-langit(jarak 60 cm).
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

3. Pengolahan makanan
Merupakan proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan jadi/masak
atau siap santap dengan memperhatikan cara pengolahan makanan yang baik, yaitu :
Tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi untuk
mencegah resiko pencemaran
a. .Menu disusun dengan memperhatikan pesanan, ketersediaaan bahan, keragaman variasi
makanan, dan lamanya pengolahan.
b. Bahan dipilih untuk membuang bahan yang rusak.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan harus dilakukan sesuai tahapan.
d. Peralatan harus dari bahan tara pangan, tidak larut dalam suasana asam atau basa, tidak
mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun.
e. Dahulukan memasak makanan yang tahan lama
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

4. Penyimpanan makanan jadi/masak

Makanan jadi disimpan agar tidak rusak atau busuk/basi dan


memenuhi persyaratan bakteriologis dengan angka kuman E.coli
0/gram. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first
out(FIFO) dan first expired first out(FEFO). Wadah penyimpanan
harus terpisah untuk setiap jenis makanan dan dapat menutup
sempurna. Makanan matang harus dipisahkan dengan bahan mentah.
Tidak boleh dilupakan juga suhu penyimpanan makanan harus sesuai .
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

5. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan harus memperhatikan higiene, tidak
bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun, menggunakan
kendaraan khusus pengangkut makanan, dan wadah makanan harus
tertutup.
Prinsip higiene sanitasi pengolahan makanan

5. Penyajian makanan
- Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik
dan uji biologis. Uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan penyebab
keracunan.
- Penyajian juga harus memperhatikan jarak antara tempat pengolahan
dengan tempat penyajian.
- Wadah makanan harus terpisah dan tertutup.
- Setiap makanan harus memiliki 1 porsi sampel/contoh yang digunakan
sebagai konfirmasi bila terjadi gangguan atau tuntutan konsumen. Sampel
disimpan pada suhu 10oC selama 1x24 jam.
2. Peraturan – Peraturan apa saja yang harus di pahami intern (perusahaan
tempat bekerja) dan ekstern (pemerintah, OHSAS, ISO, HSE, dll)

Jawab :
1. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Industri Terapan, 1.2 (2022) http://jurnal-tmit.com/index.php/home/article/view/14
2. Buku Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Badan Standardisasi Nasional, 2019
https://perpustakaan.bsn.go.id/repository/5c963c3bb81c996466ddccfc1845ff0a.pdf
3. Pedoman Laporan Berkelanjutan 2022 Sustainability Report https://web.pln.co.id/statics/uploads/2023/08/SR-PLN-
2022_0706_230802_202929.pdf
4. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia No. 1 Tahun 2021
https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1616488753_PERMENLHK% 20NO%2001%20TH%202021%20ttg
%20PROPER.pdf
5. Pengembangan Prosedur Kerja Terintegrasi K3 Pembangunan Struktur Baja Dengan Pemanfaatan Sistem Drone Dalam
Pengawasan Kerja 2022
 3. kePrinsip – prinsip kerja apa saja yang harus dikuasai dalam lingkungan kerja

1. Kebisingan

 Pengendalian kebisingan berupaya untuk meminimalkan atau menghilangkan sumber


kebisingan; mencegah perambatan, penguatan, dan gema kebisingan; serta melindungi
pekerja dari paparan kebisingan.
Langkah pertama dalam pengendalian kebisingan adalah mengidentifikasi sumber
kebisingan. Hal ini sulit dilakukan dalam lingkungan industri karena banyaknya
sumber kebisingan. Beberapa metode dapat digunakan secara bersamaan yaitu
mendapatkan spektrum frekuensi dari octave band analyzer, mematikan berbagai
komponen peralatan di pabrik, menggunakan muffler atau penutup untuk mengisolasi
sumber kebisingan, dan memeriksa area di sekitar peralatan dengan sound level meter
untuk menunjukkan area di mana yang dominan sumber bisingnya. Selanjutnya
ditentukan metode pengendalian kebisingan yang sesuai apakah pengendalian secara
teknik, administratif, atau penggunaan alat pelindung diri.
 
Hirarki pengendalian kebisingan sebagai berikut:

1. Mencegah atau menahan keluarnya risiko bahaya bising pada sumbernya (pengendalian
teknik).
2. Mengendalikan paparan dengan mengatur jadwal kerja untuk mengurangi waktu yang
dihabiskan pekerja di area bahaya (pengendalian administratif).
3. Mengendalikan paparan menggunakan penghalang antara pekerja dan sumber bahaya (alat
pelindung diri).

 
  2. Pencahayaan
Sistem Pencahayaan/Silau
Pencahayaan Alami Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang bersumber dari cahaya
matahari secara langsung atau terang langit. Pencahayaan alami yang digunakan yaitu
pencahayaan alami pada siang hari, berupa terang langit, bukan sinar matahari secara
langsung. Bertujuan untuk menghindari efek radiasi dari sinar matahari dalam
pencahayaan. Kebutuhan pencahayaan alami pada setiap ruangan yang ada di sirkuit
tentunya berbeda-beda, namun pencahayaan alami akan lebih banyak diterapkan.
Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan juga diperlukan pada malam hari berupa lampu
untuk menerangi ruangan, maupun siang hari untuk ruangan yang membutuhkan
pencahayaan buatan.
 
  lain:
1. Mengakomodasi kegiatan rutin.
2. Mengakomodasi kegiatan non rutin.
3. Risiko B3
Berikut merupakan prosedur identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya antara

3. Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.


4. Perilaku manusia, kemampuan dan faktor manusia lainnya.
5. Mengidentifikasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan personel di tempat kerja.
6. Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja penyedia jasa.
7. Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang disediakan oleh penyedia
jasa atau pihak lain.
8. Modifikasi pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk
perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatannya.
9. Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian risiko dan
penerapan pengendaliannya. 
  Tahap-tahap pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dalam PP Nomor 5 Tahun 2021
termasuk dalam kategori kegiatan usaha dengan resiko tinggi.

1. Mengumpulkan limbah B3 sesuai dengan nama dan karakteristik limbah B3 yang tercantum
dalam persetujuan lingkungan.
2. Memfungsikan tempat penyimpanan Limbah B3 sebagai tempat penyimpanan limbah B3.
3. Menyimpan limbah B3 yang dikumpulkan ke dalam tempat penyimpanan limbah B3 sesuai
dengan kapasitas tempat penyimpanan limbah B3.
4. Melakukan penyimpanan limbah B3 sesuai dengan ketentuan.
5. Melakukan Penyimpanan limbah B3 paling lama 90 (sembilan puluh hari).

Maka berdasarkan PP Nomor 5 Tahun 2021 tersebut diatas disimpulkan bahwa limbah B3
yang dihasilkan dari kegiatan usaha perlu adanya perlakuan khusus karena termasuk
kategori resiko tinggi.
 
  4. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu terapan yang mengacu pada banyak disiplin ilmu yang saling berkaitan, seperti
rekayasa, psikologi, kebersihan kerja, dan fisiologi (Parker, 2022).
Hal tersebut tidak terlepas dari prinsip ergonomi yang memungkinkan lingkungan kerja didesain
sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya cedera. McConnellsburg, (2020) mengemukakan
ada 10 Prinsip Dasar Ergonomi yaitu:
1. Bekerja dalam posisi netral.
2. Kurangi Penggunaan kekuatan yang berlebihan.
3. Dekatkan benda kerja atau peralatan yang sering digunakan.
4. Bekerja pada ketinggian yang tepat.
5. Kurangi gerakan yang tidak perlu.
6. Minimalkan kelelahan yang disebabkan oleh beban statis.
7. Minimalkan tekanan pada titik tertentu Ketidaknyamanan dapat terjadi ketika alat atau permukaan
mengenai tubuh pada titik yang sama secara rutin.
8. Memberikan ruang yang cukup pada area kerja.
9. Bergerak dan melakukan peregangan sepanjang hari.
10. Menjaga kenyamanan lingkungan kerja Lingkungan kerja sangat bervariasi tergantung pada industri dan
pekerjaan yang dilakukan.
  4. Tercemar debu, partikulat kimia

Timbal (Pb) adalah salah satu jenis logam berat yang mudah dibentuk serta memiliki sifat kimia yang
aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak berkarat. Pb berasal dari berbagai
sumber yaitu: alami, industri dan trasnportasi (Gusnita, 2012). Secara alami kadar Pb di udara
berkisar 0,0001- 0,001µg/m3 .
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil proses pembakaran dengan
jalan memberi muatan listrik padanya. Electrostatic Precipitator (ESP) merupakan salah satu alternatif
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup
besar. Dengan menggunakan electro static precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari
cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16
% (efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%). Cara kerja pada electrostatic precipitator (ESP), yaitu:
1. Melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode
dengan collector plate, flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada
saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi
bermuatan negatif (-)
2. Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collector plate). Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik dari
collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper),
dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo dengan cara di vakum atau dihembuskan.
 
  5. Proses (Pelaksanaan)
Jawab Star
 
 
Memilih bahan
 
baku
 
  Menyiapkan
  bahan baku

Proses
pengolahan/Meng
olah instan
 
 
menyimpan
 
 
  Titik proses merupakan tempat utama dalam proses pengolahan
Menyajikan
 Dikarnakan di titik proses merupakan tempat kerja utama yang terdapat peralatan
peralatan produksi utama sehingga pada titik ini kecelakaan kerja dan PAK rawan
terjadi
 
 
6. Carilah alur proses kerja dari topik mahasiswa masing – masing!
Jawab :

PRA - PROSES
Measuring, Formulasi, Pre - Mix, Filtrasi, Fermentasi
 
PROSES
Mixing, Frying, Filtrasi, Coaling, Cooking, Steaming, Sampling, Sorting
 
SORTIR
Kemasan : Botol, Sachet, Plastik > Pengemasan Sekunder > Gudang Produk Jadi
 
Sumber :
Swastika, B., Wibowo, P. A., & Abidin, Z. (2022). Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terhadap produktivitas kerja karyawan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 11(02), 197-204
 
 
7. Tulislah indikator – indikator dalam pengendalian lingkungan sesuai dengan topik mahasiswa!
Jawab :

1. Penetapan nilai ambang batas iklim lingkungan kerja dengan mempertimbangkan alokasi waktu kerja dan istirahat dalam satu
siklus kerja (8 jam per hari) serta rata-rata laju metabolik pekerja serta nilai koreksi pakaian kerja
2. Nilai ambang batas bahan kimia yang terdiri dari TWA (Time Weighted Average), STEL (Short Term Exposure Limit), dan
Ceiling.
3. Penetapan indikator pajanan biologi sebagai nilai acuan
konsentrasi bahan kimia yang terabsorpsi, hasil metabolisme (metabolit) bahan kimia yang terabsorpsi, atau efek yang
ditimbulkan oleh bahan kimia tersebut yang digunakan untuk mengevaluasi pajanan biologi dan potensi risiko kesehatan
pekerja.
4. Persyaratan pencahayaan yang spesifik untuk setiap jenis area/pekerjaan atau aktifitas tertentu pada berbagai jenis industri baik
dalam atau luar gedung industri.
5. Persyaratan faktor fisik lainnya seperti getaran seluruh tubuh dalam periode 24 jam dengan crest factor 6-9, radiasi radio
frekuensi dan gelombang mikro (30 kHz - 300 GHz), dan laser.
6. Persyaratan faktor biologi mengenai nilai maksimal bakteri dan jamur yang terdapat di udara ruang kantor industri.
Jurnal :
Monita, S. (2020). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3), Kedisiplinan Kerja, Dan Pengawasan Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan (Studi Kasus Pada Pt. Gasindo Citra Perwira Kab. Bandung) (Doctoral dissertation, Universitas Komputer
Indonesia).
 
 
8. Indikator Pembuatan Instrumen      

   
Komponen  
Penilaian
   
Keterangan

Jawab : B C K

Dikutip dari:  
      Tersedia kotak P3K
namun isinya tidak lengkap
   
Kotak P3K
Putra, A. P., & Nurlaela, L. (2018). Alat Pemadam Kebakaran      
 

Kondisi sanitasi higiene dan K3 (kesehatan Alat pemadam ada


tapi hanya terdapat 1 di hot kitchen

dan keselamatan kerja).


     
   
Cerobong asap Cerobong asap terdapat diatas kompor, menghindari panas yang
Jurnal Teknik, Universitas Negeri Surabaya, 7(2), 1–12. keluar dari proses memasak
     
   
Alarm otomatis
 
Ada di bagian hot
kitchen
         
Emergency light Tidak ada emergengy light
Sekering otomatis untuk antisipasi arus pendek       Ada di bagian butcher
 

     
   
Pakaian kerja Pakaian sesuai
standart dapur
     
   
Sepatu kerja Sepatu menggunakan
safety shoes sesuai dengan standart
     
   
  Pintu keluar sekaligus pintu masuk dan terhubung juga dengan
Pintu exit bagian steward
     
   
Tangga darurat Terdapat tangga darurat tepat di samping lift
     
   
Lantai Lantai berwarna gelap, permukaan kasar, dan tidak licin
      Penerangan untuk hot kitchen
 
mengandalkan bohlam lampu saja, untuk cold kitchen terhubung
Penerangan dengan restoran, untuk butcher terdapat jendela kaca yang
memungkinkan memberi penerangan
di siang hari
      Dapur berada di lantai 5 dan jauh dari sumber
 
kebisingan
Kebisingan
      Arus kerja kurang baik, karena luas dapur yang kurang dan jarak
 
antara ruang kosong dan meja alat hanya
Arus kerja cukup untuk 1 orang
 
9. Tampilkan data yang berkaitan dengan kecelakaan kerja yang mungkin terjadi ditinjau dari jenis

 
– jenis Data Implementasi

Jawab :
No
Penyakit Akibat Kerja
5R Untuk Mencegah Penyakit Akibat Kerja Pada Gigi, Mulut Dan Saluran
Pernafsan Di Industry Informal Sragen
Sumber : Data Primer (Haris Setyawan dan Ipop Sjariah, 2015)

Aktivitas Aspek Lingkungan Dampak P S R Ketegori


dan bahaya Insiden
  Melakukan Kulit terpapar          
1. Pewarnaan zat Dermatitis 4 4 12 High
tanpa APD
  Terpapar asap Menghirup uap zat Gangguan        
2. saat pewarna pernapasan 4 3 12 High
bekerja
      Keracunan,        
  gangguan
  Makan minum
  pada gigi,
       
3. Zat pewarna tertelan mulut dan 3 3 9 Medium
saat bekerja
saluran
pencernaan
  Merokok Menghirup Gangguan        
4. saat bekerja uap zar pewarna pernapasan 3 3 9 Medium
 
10A. Uraikan langkah – langkah dalam monitoring lingkungan bising!
Jawab :

Untuk mengontrol kebisingan di tempat kerja dengan benar, langkah-langkah berikut harus
dilakukan:
1. Identifikasi sumber suara (yaitu, sumber getar atau aliran aerodinamis)
2. Identifikasi jalur kebisingan dari sumber ke pekerja
3. Tentukan tingkat suara setiap sumber
4. Tentukan kontribusi relatif terhadap kebisingan berlebihan dari setiap sumber dan lanjutkan
untuk memberi peringkat sumber yang sesuai. Sumber dominan harus selalu diprioritaskan dan
dikendalikan terlebih dahulu untuk mendapatkan redaman kebisingan yang signifikan.
5. Pahami batas paparan yang dapat diterima seperti yang tertulis dalam undang- undang kesehatan
dan keselamatan dan temukan pengurangan suara yang diperlukan.
6. Cari tahu solusi sambil mempertimbangkan tingkat redaman suara, pengoperasian, pengendalian
produktivitas, dan biaya.
 
10B. Carilah video penyebab tuli di lingkungan kerja bising > NAB
Jawab :
https://www.youtube.com/watch?v=dbx8lYQKMpg
 
 
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai