Anda di halaman 1dari 6

PERCOBAAN 7

EKSTRAKSI MASERASI

A. Tujuan Percobaan
Mempelajari metode ekstraksi maserasi
Menentukan rendemen hasil maserasi
B. Dasar Teori
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut
kemudian terjadi kontak antara ekstrak dengan pelarut. Ekstraksi ada dua macam yaitu
ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair. Ekstraksi padat cair melibatkan zat yang
akan diekstrak berupa padatan (serbuk) dengan pelarut berupa cairan. Dalam ekstraksi
padat-cair kita kenal istilah ekstraksi dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin tidak
memerlukan bantuan energi panas dalam mengekstrak zat aktifnya, sedangkan
ekstraksi panas memerlukan pemanasan untuk mengekstrak zat aktifnya.
Ekstraksi dingin meliputi ekstraksi maserasi dan perkolasi. Ekstraksi maserasi
merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam simplisia dengan menggunakan
pelarut (penyari), disertai dengan beberapa kali pengocokan/pengadukan pada
temperatur ruangan. Untuk perbandingannya bisa menggunakan 10 bagian simplisia-
75 bagian pelarut (penyari). Adapun pengerjaannya sederhana. Lama perendaman
maserasi sekitar 3-7 hari.
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana, metode ini
dilakukan dengan cara merendam sampel dalam pelarut. Simplisia dihaluskan sesuai
dengan syarat farmakope biasanya dipotong-potong atau berupa serbuk halus kemudian
disatukan dengan bahan pengekstrak. Rendaman disimpan agar terlindung dari sinar
matahari langsung, hal ini bertujuan untuk mencegah reaksi yang di hidrolisis oleh
cahaya atau perubahan warna. Waktu perendaman berbedabeda biasanya berkisar
antara 4-10 hari. Hasil ekstraksi juga dipengaruhi oleh perbandingan sampel dengan
pelarut. Semakin besar perbandingan antara sampel dengan pelarut semakin besar hasil
yang diperoleh (Khopkar, 2003).
Dalam ekstraksi maserasi pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif tersebut akan larut ke pelarut. Karena
adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam sel, maka larutan terpekat akan keluar.
Keuntungan dari ekstraksi maserasi ini adalah cara pengerjaannya sederhana dan alat
yang digunakan mudah untuk didapat. Kekurangan ekstraksi maserasi ini adalah waktu
pengerjaan yang lama dan ekstraksi kurang sempurna (Ahmad, 2006). Remaserasi
merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% rendemen ekstrak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah toples, gelas ukur, gelas beaker, pipet tetes,
Bahan yang digunakan adalah daun jati belanda, daun iler, daun brotowali, daun
kemuning, etanol 70%, etanol 95%, daun

D. Prosedur Percobaan
Sebanyak 20 gram serbuk simplisia daun dilarutkan dalam 200 mL etanol 96%,
kemudian direndam selama 3 x 24 jam. Selanjutnya maseratnya dipisahkan dan
diuapkan pelarutnya dengan evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung
rendemennya.

E. Data Percobaan
Berat Berat
Jenis Volume %rendemen
Sampel awal ektrak
ekstraksi filtrat (ml) ekstrak
(gram) (gram)
PERCOBAAN 8
FRAKSINASI DAN KLT

A. Tujuan
Mempelajari fraksinasi dalam ekstraksi cair-cair
Mengidentifikasi quercetin dalam setiap fraksi
B. Dasar teori
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu ekstrak
dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang
umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol. Untuk
menarik lemak dan senyawa non polar digunakan nheksan, etil asetat untuk menarik
senyawa semi polar, sedangkan methanol untuk menarik senyawa-senyawa polar. Dari
proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan.
Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut
dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
larut dalam pelarut yang bersifat polar juga (Mutiasari, 2012).
Metode pemisahan yang digunakan umumnya adalah fraksinasi caircair, yaitu
metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling
bercampur, sehingga senyawa yang diinginkan dapat terpisah. Metode fraksinasi
lainnya yaitu fraksinasi yang dilakukan dengan menggunakan kolom kromatografi,
yakni berupa gelas pipa yang dilengkapi dengan kran dan penyaring didalamnya ukuran
kolom yang digunakan dapat disesuaikan dengan banyaknya sampel yang akan
dipisahkan. Glass wool atau kapas biasanya digunakan untuk menahan penyerap yang
diletakkan di dalam kolom pengisian kolom dilakukan dengan homogen (Harborne,
1996).
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,
cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi)
komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan
pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang
fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya
menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau
campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah
bahan yang penting dan dapat diekstraksi denganpelarut organic.
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya:
1. Ekstraksi Cair-cair
Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua
cairan pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu
terpisahkan menurut kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve
dissolve like)
2. Kromatografi
Kromatograsi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan
perbedaan migrasi komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase
gerak. pemisahan ini dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia umum dari
molekul seperti :
a. kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)
b. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus
(adsorbsi/penjerapan)
c. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatsirian)
Kromatografi lapis tipis adalah metode kromatografi cair yang paling
sederhana. Pada Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas serupa dalam
halfase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja
kapiler. Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada KLT, fase cair
lapisan tipis (tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat yang dilapiskan
kepada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tapi dapat
pula terbuat dari pelat polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan
dengan bantuan bahan pengikat, biasanya CaSO4 atau amilum.
Titik tempat campuran ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut
titik awal dengan cara menempatkan cuplikan itu disana disebut penotolan. Garis
depan pelarut adalah bagian atas fase gerak atau pelarut ketika ia bergerak
melaluilapisan, dan setelah pengembangan selesai , merupakan tinggi maksimum
yang diperoleh pelarut. Perilaku senyawa tertentu di dalam sistem kromatografi
tertentudinyatakan dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak
yang ditempuh oleh bercak sampel dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan
pelarut. Keduanya diukur dari titk awal dan harga Rf beragam mulai dari 0
sampai1.
Mobilitas relative dari komponen dinyatakan dalam satuan
retardationfactor (Rf) yang didefinisikan sebagai berikut:

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙


Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙

C. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain sonikator, gelas beaker, timbangan analitik, batang
pengaduk, cawan porcelain, kompor listrik, corong pisah, erlenmeyer, UVcabinet, botol
vial
Bahan yang digunakan antara lain serbuk simplisia daun pegagan, sambiloto, etil
asetat, kloroform, n-heksana, quercetin, etanol 96%, akuades, butanol, asam asetat
glasial, KLT

D. Prosedur percbaan
Fraksinasi
Ekstrak daun pegagan/sambiloto hasil sonikasi diencerkan menggunakan etanol/air
(1:1) sebanyak 50 mL dimasukkan dalam corong pisah ditambahkan dengan 25 mL n-
heksana digojok dilakukan sebanyak dua kali kemudian pisahkan fraksi n-heksana dan
etanol:air. Kemudian fraksi etanol:air ditambahkan etil asetat 25 ml sebanyak 2x.
Dipisahkan fraksi keduanya. Fraksi yang diperoleh kemudian diuapkan di waterbath
(fraksi etanol:air, fraksi n- heksana, fraksi etil asetat). Dari ekstrak terebut kemudian
ditimbang rendemennya dan diambil untuk diKLT.

Identifikasi dengan KLT


Standar quercetin dilarutkan dalam methanol dengan konsentrasi 1000 ppm. Kemudian
ditotolkan pada plat KLT. Tiga fraksi yang diperoleh dilarutkan dengan methanol 10
mL, juga ditotolkan pada KLT berukuran 4x8 cm.. Kemudian dielusikan pada eluen
(asam asetat glasial:n butanol:akuades (1:4:5) sebanyak 10 mL. Plat KLT dikeringkan
dan dilihat di bawah lampu UV pada 254 nm. Dihitung Rf dari masing-masing.
E. Data Percobaan
Fraksi Berat (gram) Nilai Rf Interpretasi
Fraksi 1(Etanol :
aquadest)
Fraksi 2 (n-
Heksan)
Fraksi 3 (Etyl
asetat)

Anda mungkin juga menyukai