Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA III

“PEMISAHAN SECARA PARTISI (PEMISAHAN CAIR-CAIR)”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1C

Kartika Sekar Ayu S. 11171020000057

Fatimah Nur Fauziyah 11171020000062

Nadya Shafira 11171020000063

An-Nisa Patimah Az-Zahra 11171020000064

Aliya Zahra 11171020000065

Luna Septie Pramudita 11171020000066

FARMASI 2017

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OKTOBER/2019

I. TUJUAN
Melakukan pemisahan ekstrak bahan alam berdasarkan perbedaan kelarutannya dalam
pelarut organik.

II. DASAR TEORI

Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan
menggunakan pelarut lain (biasanya organik) (Khamidinal, 2009).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan
preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat
yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet
sampai yang paling rumit berupa alat “Counter Current Craig” (Khamidinal, 2009).
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan
menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair (Yazid ,2005).
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid,
hormon, antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam
larutan air.
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar
perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur.
Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut
organik, dan sebaliknya (Almin,2007).
Partisi (ekstraksi cair-cair) merupakan metode pemisahan berdasarkan sifat
kelarutan komponen target dan distribusinya di dalam dua pelarut yang saling tidak
bercampur. Senyawa yang bersifat polar akan tertarik ke pelarut polar, senyawa
semipolar akan tertarik ke pelarut semipolar dan senyawa nonpolar akan tertarik ke
pelarut nonpolar (Khopkar, 2002).
Pemisahan senyawa yang bersifat polar, semipolar dan nonpolar dapat
dilakukan dengan metode partisi menggunakan corong pisah. Pengocokan bertujuan
untuk memperluas area permukaan kontak antara pelarut yang tidak bercampur. Syarat
pelarut untuk metode partisi adalah memiliki kepolaran yang sesuai dengan bahan yang
diekstrak dan harus terpisah setelah pengocokan (Harvey, 2000).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan pelarut
pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong pemisah,
kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi solut pada
kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan
yang berada di bawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan
analisis selanjutnya (Almin, 2007).
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini terjadi,
maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara kuantitatif.
Namun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan berulangkali
menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit (Underwood, 2001).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat campur,
ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fase pada
kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai
hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukkan bahwa suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga
angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur
tertentu. Menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan
ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini
tidaklah eksak.Yang benar, dalam pengertian termodinamik, angka banding aktivitas
bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia
dalam satu fase memelihara suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu
dalam fase cair yang lain.Di sini menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1.
Tetapan sejati KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A (Zenta, 2006).
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut
kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak
saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa
yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar
terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan
perkakas pengaduk) (Zenta, 2006).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah.
Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti bahwa
bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera disingkirkan dari bidang batas.
Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu
kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang
cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain (Yazid, 2005).
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan
terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris-iris menjadi bagian
yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring.
Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi
soxhlet.Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut godog. Kemudian peralatan
ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan
memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak (Yazid, 2005).

III. METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Corong pemisah
2. Corong

b. Bahan
1. Ekstrak temu hitam
2. n–heksana
3. Etil asetat

B. Cara Kerja

a. Partisi dengan n-heksana


1. Dilarutkan ekstrak dengan metanol yang telah didapatkan dari proses ekstraksi
dilarutkan dengan sedikit metanol sehingga bisa dituang ke dalam corong
pemisah.
2. Dimasukkan n-heksana ke dalam corong pemisah yang telah berisi ekstrak
tumbuhan 15 ml, digoncangkan selama beberapa menit dengan sesekali
membuka katup corong pemisah untuk mengeluarkan gas yang terkumpul
didalamnya. Dibiarkan beberapa lama sampai terlihat bidang batas antara
pelarut n-heksana dan metanol.
3. Bila tidak terlihat bidang batas ditambahkan sedikit air, digoncang lagi dan
dibiarkan sampai terlihat bidang batas.
4. Dipisahkan dua pelarut terpisah tersebut dengan mengambil terlebih dahulu
lapisan bawah dengan membuka kran corong pemisah.
5. Diambil lapisan bawah sampai bidang batas pemisahan dengan lapisan I.
6. Dilakukan partisi ini berulang kali sampai pelarut n-heksana yang dihasilkan
bening yang dapat digunakan sebagai indikasi bahwa tidak ada lagi senyawa
nonpolar yang bisa larut ke dalam pelarut tersebut.

b. Partisi dengan etil asetat


1. Lapisan metanol yang tersisa ditambahkan dengan pelarut asetat.
2. Dilakukan pemisahan komponen ekstrak dengan cara yang sama dengan cara
pemisahan dengan n-heksana. Sehingga didapatkan ekstrak senyawa semi polar
yang terdapat dalam pelarut etil asetat.
3. Sisa dan partisi merupakan senyawa yang larut dalam pelarut polar.
4. Setiap ekstrak hasil partisi heksana, etil asetat dan sisa partisi kemudian
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga mendapatkan 3
ekstrak kental yaitu ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol.

IV. HASIL

n-heksana Etil asetat Metanol


Berat ekstrak 3,911 g 3,378 g 0,951 g
Aroma Bau khas Bau khas Bau khas
Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman Coklat kehitaman

V. PEMBAHASAN
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara senyawa aktif dalam sampel
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing bahan baik polar, semi polar dan non
polar. Metode yang digunakan dalam fraksinasi kali ini yaitu fraksinasi cair-cair,
dengan menggunakan corong pisah. Corong pisah digunakan dengan mencampurkan
dua fase pelarut, kemudian digoyangkan atau digojok searah untuk membuat dua fase
tercampur. Sesekali buka keran untuk mengeluarkan gas yang ada didalam corong
pisah. Diamkan dengan posisi vertikal tunggu hingga terjadi pemisahan antara dua fase
tersebut. Setelah terjadi pemisahan buka keran corong secara hati-hati untuk
mengontrol campuran yang sedang dipisahkan. Pada saat membuka corong, tutup
corong pisah dibuka untuk mengeluarkaan gas dalam corong. Senyawa yang bersifat
polar akan  berada di fase bawah dan senyawa yang bersifat non polar akan berada di
fase atas. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan berat jenis antar pelarut.
Pada praktikum kali ini dilakukan pemisahan senyawa ekstrak Curcuma
aeruginosa menggunakan tiga pelarut yaitu metanol, n heksan dan etil asetat. Metanol
merupakan pelarut polar yang memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Etil asetat merupakan pelarut semi
polar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar.
Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semi polar dari tumbuhan. N-
heksan merupakan Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar.
Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak.
Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan
zat terlarut sama-sama polar , akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat
terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil
Prinsip dari fraksinasi cair-cair adalah pencampuran 2 zat cair yang tak dapat
bercampur. Karena dalam mengekstraksi pelarut yang digunakan adalah metanol, maka
ekstrak yang akan fraksinasi terlebih dahulu dilarutkan dengan metanol hingga larut.
Tujuannya adalah agar ekstrak yang akan dipisahkan tidak menempel pada dinding
corong pisah sehingga fraksi yang didapat maksimal. Larutan ekstrak metanol
dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan n heksan yang merupakan pelarut
non polar dengan perbandingan larutan metanol dan n heksan 1:1. Akan terbentuk
bidang batas antara dua larutan, hal ini dilakukan berulang hingga larutan n-heksan
menjadi bening. Fase metanol yang berada dibawah dikeluarkan melalui keran corong
pisah, sedangkan larutan n-heksan dikeluarkan melalui mulut corong. Hal ini dilakukan
agar senyawa polar dan non polar tidak tercampur.
Pada larutan etil asetat dilakukan hal yang serupa dengan n-heksan sampai
terbentuk bidang batas, apabila tidak terlihat adanya bidang batas dapat ditambahkan
sedikit air ke dalam corong pisah untuk mempermudah melihat bidang batas. Ekstrak
temu hitam (Curcuma aeruginosa) yang larut dengan metanol akan ada pada bagian
bawah dan ekstrak n-heksan akan ada pada bagian atas, hal ini dikarenakan ekstrak
metanol memiliki berat jenis yang lebih besar daripada ekstrak n-heksan. Proses
fraksinasi dengan n-heksan dilakukan berulang hingga n heksan dalam corong pisah
berwarna bening. Hal ini menandakan tidak ada lagi senyawa non polar yang dapat
ditarik oleh n-heksan. Setelah bening, campurkan larutan metanol yang sudah di fraksi
dengan n-heksan dengan etil asetat yang merupakan pelarut semi polar. Namun,
berbeda dengan n-heksan, pelarut etil asetat memiliki berat jenis yang lebih besar
dibandingkan metanol sehingga senyawa yang larut dalam pelarut etil asetat akan
berada diatas larutan metanol.
Hasil akhir terdapat tiga larutan yaitu metanol, n-heksan dan etil asetat. Tiga
larutan tersebut di evaporasi selama 40 menit sehingga didapatkan ekstrak kental
metanol sebanyak 0,951 g, n-heksan sebanyak 3,911 g dan etil asetat sebanyak 3,378 g.
VI. KESIMPULAN
1. Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara senyawa aktif dalam sampel
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing larutan atau adanya perbedaan berat
jenis.

2. Metahol merupakan pelarut polar, Etil asetat merupakan pelarut semi polar dan
baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semi polar dari tumbuhan. Sedangkan
N-heksan merupakan Pelarut nonpolar.

3. Ekstrak temu hitam (Curcuma aeruginosa) yang larut dengan metanol akan ada
pada bagian bawah dan ekstrak n-heksan akan ada pada bagian atas, hal ini
dikarenakan ekstrak metanol memiliki berat jenis yang lebih besar daripada ekstrak
n-heksan. Sedangkan pelarut etil asetat memiliki berat jenis yang lebih besar
dibandingkan metanol sehingga senyawa yang larut dalam pelarut etil asetat akan
berada diatas larutan metanol.

4. Hasil akhir pada praktikum k ali ini pada tanaman temu ireng didapatkan ekstrak
kental dari metanol sebanyak 0,951 g, n-heksan sebanyak 3,911 g dan etil asetat
sebanyak 3,378 g dengan bau yang khas dan ekstrak berwarna coklat kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA

Harbone. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB.


Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Laddha. 1976. Transport Phenomena in Liquid-Liquid Ekstraktion. New Delhi: Tata
Mcgrow. Hill Publishing Co. Ltd.
R.A. Day dan A.L. 2001. Underwood.Quantitative Analysis. Terj. Iis Sopyan. Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai