0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
37 tayangan13 halaman
1. Metode penapisan fitokimia digunakan untuk mengidentifikasi kandungan kimia tumbuhan dengan cara uji warna menggunakan pereaksi khusus. Terdapat tiga golongan senyawa utama yaitu senyawa fenol, terpenoid, dan senyawa nitrogen.
2. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen kimia tumbuhan menggunakan pelarut. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain jenis sampel, waktu,
1. Metode penapisan fitokimia digunakan untuk mengidentifikasi kandungan kimia tumbuhan dengan cara uji warna menggunakan pereaksi khusus. Terdapat tiga golongan senyawa utama yaitu senyawa fenol, terpenoid, dan senyawa nitrogen.
2. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen kimia tumbuhan menggunakan pelarut. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain jenis sampel, waktu,
1. Metode penapisan fitokimia digunakan untuk mengidentifikasi kandungan kimia tumbuhan dengan cara uji warna menggunakan pereaksi khusus. Terdapat tiga golongan senyawa utama yaitu senyawa fenol, terpenoid, dan senyawa nitrogen.
2. Ekstraksi digunakan untuk memisahkan komponen kimia tumbuhan menggunakan pelarut. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain jenis sampel, waktu,
Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, krna pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan : metodenya sederhana dan cepat peralatan yang digunakan sesedikit mungkin selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti. Golongan senyawa kimia dapat ditentukan dengan cara: uji warna penentuan kelarutan bilangan Rf ciri spektrum UV namun secara umum penentuan golongan senyawa kimia dilakukan denga cara uji warna dengan menggunakan pereaksi yang spesifik karena dirasakan lebih sederhana. Senyawa kimia berdasarkan asal biosintesis, sifat kelarutan, gugus fungsi digolongkan menjadi : Senyawa fenol, bersifat hidrofil, biosintesisnya berasal dari asam shikimat terpenoid, berasal dari lipid, biosintesisnya berasal dari isopentenil pirofosfat asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat senyawa nitrogen, bersifat basa dan bereaksi positif terhadap ninhidrin atau dragendorf gula dan turunannya makromolekul, umumnya memiliki bobot molekul yang tinggi Sedangkan berdasarkan biogenesisnya senyawa bahan alam dikelompokkan menjadi : Asetogenin : flavonoid, lipid, lignan, dan kuinon karbohidra : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida isoprenoid : tepenoid, steroid, karotenoid senyawa mengandung nitrogen : alkaloid, asam amino, protein, dan nukleat Dari semua kelompok senyawa, skrining fitokimia umumnya hanya dilakukan terhadap kelompok senyawa fenol, terpenoid, dan senyawa nitrogen.
1. senyawa fenol Senyawa fenol ditandai dengan struktur cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. cendrung mudah larut dalam air, contoh senyawa : polifenol, flavonoid, tanin dan quinon
2. senyawa terpenoid terpenoid tersusun dari molekul unit isoprena (C5), digolongkan berdasarkan jumlah isoprena dari senyawa tersebut, seperti: monoterpen, dua isopren (C10), tiga isopren (C15), empat (C20), C25, C30, C35, C40 : monoterpen (C10) dan seskuiterpen (C15) : mudah menguap, komponen minyak atsiri diterpen (C20) : lebih sukar menguap triterpen (C30) : sterol dan saponin (senyawa yang tidak menguap) pigmen karetonoid : tetraterpenoid (C40) 3. senyawa nitrogen senyawa nitrogen yang ada pada tumbuhan seperti : asam amino, amina, alkaloid, glikosida, sianogen, porfirin, purin, piridin, sitokinin dan klorofil (pigmen porifirin), tetapai kelah terbesar dari senyawa nitrogen adalah alkaloid.
Masalah pada skrining fitokimia biasanya adalah kesalahan menafsirkan hasil analisis pengujian/skrining, seperti : reaksi positif palsu adalah hasil pengujian menyatakan ada (positif), tapi sebenarnya tidak ada (negatif), hal ini bisa disebabkan kesalahan alat, atau pengaruh senyawa yang memiliki kesamaan sifat maupun struktur atom yang identik reaksi negatif palsu adalah hasil pengujian menyatakan tidak ada (negatif), tapi sebenarnya ada (positif), hal ini bisa disebabkan kurang sensitifnya alat, atau karena kadar didalam bahan uji terlalu sedikit, atau bahan ujinya (ekstrak simplisia) tidak memenuhi syarat, oleh karena itu senyawa yang tadinya ada hilang/rusak karna reaksi enzimatik maupun hidrolisis. 2. Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran (Suyitno, 1989). Tehnik ekstraksi lainnya misalnya menggunakan air untuk mengambil pigmen alami dari tumbuhan, seperti: daun, dll. Contoh: Ekstraksi pigmen biru dari daun tanaman Baphicacanthus cusia Brem dan Indigofera tintoria Linn (Tanaman asli negeri Gajah Thailand). ekstraksi betasianin pada tanaman suku Amarantaceae dapat dilakukan dengan 2 tahap yaitu ekstraksi dengan menggunakan air kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metanol 80%. Namun ekstraksi pewarna alami dengan metanol, diragukan aspek keamanan pangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah: Tipe persiapan sampel Waktu ekstraksi Kuantitas pelarut Suhu pelarut Tipe pelarut
Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi: 1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu
3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Prinsip ekstraksi sebagai berikut:
- Prinsip Maserasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan- bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut : Modifikasi maserasi melingkar Modifikasi maserasi digesti Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat Modifikasi remaserasi Modifikasi dengan mesin pengaduk Metode Soxhletasi Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon Keuntungan metode ini adalah: - Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung. - Digunakan pelarut yang lebih sedikit - Pemanasannya dapat diatur Kerugian dari metode ini: - Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas. - Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya. - Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
- Prinsip Perkolasi Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
- Prinsip Soxhletasi Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
- Prinsip Refluks Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap- uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
- Prinsip Destilasi Uap Air Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri. Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
- Prinsip Rotavapor Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5- 10 C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.
3. Fraksinasi
Di alam senyawa kimia umumnya terdapat dalam bentuk campuran, oleh sebab itu diperlukan pemisahan, fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran zat tersebut, pemisahan dilakukan tehnik yang bermacam macam seperti kromatografi (KKt, KLT, KCKT, KCV, KK, KGC) dan ekstraksi cair-cair. terkadang digunakan kombinasi keduanya, seringkali dilakukan secara berulang- ulang agar didapat fraksi zat yang lebih banyak.
Metode fraksinasi/pemisahan umumnya: 1. Ekstraksi Cair-cair Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa tertentu terpisahkan menurut kesesuaian sifat dengan cairan pelarut (prinsip solve dissolve like).
2. Kromatografi Kromatograsi adalah teknik pemisahan zat dari campuran berdasarkan perbedaan migrasi komponen-komponen tersebut dari fase diam oleh fase gerak. pemisahan ini dilakukan berdasarkan sifat fisika-kimia umum dari molekul seperti : 1. kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan) 2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbsi/penjerapan) 3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) 4. UJI KEMURNIAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan , dan kromatografi preparatif hanya dilakukan juka diperluk- an fraksi murni dari campuran. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah : (1) Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan), (2) Kecender -ungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi, penjerapan), dan (3) Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian) . Pemisahan atau pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah kromatografi kertas (KKT), Kromatografi lapis tipis (KLT), Kromatogfrafi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Metode pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik atau gabungan teknik tersebut.
1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kedua cara ini serupa dalam hal fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler. Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif Proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan. Kromatotron Proses isolasi yang terjadi berdasarkan adsorpsi dan partisi. Adsorpsi adalah senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda yang menyebabkan terjadi pemisahan.
2. Kromatografi Gas Cair (KGC) Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute dengan fase diam. Fase diam berupa gas akan mengelusi solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50-350C) bertujuan untuk menjamin bahwa solute akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi. Ada 2 jenis kromatografi gas : 1. Kromatografi gas-cair (KGC) Pada KGC ini, fase diam yang digunakan adalah cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solute akan terlarut dalam fase diam. Mekanisme sorpsi- nya adalah partisi. 2. Kromatografi gas-padat (KGP) Pada KGP ini, digunakan fase diam padatan (kadang-kadang polimerik). Mekanisme sorpsi-nya adalah adsorpsi. 3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) KCKT dapat disamakan dengan KGC dalam hal kepekaan dan kemampuan menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif dengan sekali kerja saja. Perbedaannya adalah fase diam yang terikat pada polimer berpori terdapat pada kolom baja tahan karat yang bergaris tengah kecil dan fase gerak cair mengalir akibat tekanan yang besar. Maka, dari berbagai kromatografi diatas, penggunaan untuk kualitatif dapat digunakan KKt dan KLT serta KGC dan KCKT. Untuk penggunaan kuantitatif dan untuk pemurnian (isolasi) maka dapat dipertimbangkan penggunaan beberapa metode berikut, yaitu : KLT preparatif, kromatografi kolom (termasuk kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi).
4. KROMATOGRAFI KOLOM Pelarut (fase gerak) dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita, senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom. Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al 2 O 3 , dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam : Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi
5. KROMATOGRAFI KERTAS Kromatografi kertas atau KKt pada hakekatnya adalah KLT pada lapisan tipis selulosa atau kertas. Cara ini ditemukan jauh sebelum KLT dan tetap dipakai secara efektif selama bertahun-tahun untuk pemisahan molekul biologi seperti asam amino, gula dan nukleotida. Metode ini merupakan metode KCC dengan fase diam cair, biasanya air pada serabut kertas. KKt tidak memerlukan pelat pelindung dan kertas dapat mudah diperoleh dengan dalam bentuk murni sebagai kertas saring. Lapisan selulosa harus dicetak lebih panjang dari pada serabut pada lapisan selulosa yang lazim, menyebabkan lebih banyak terjadi difusi kesamping dan bercak lebih besar Akhirnya lapisan selulosa lebih rapat dan pelarut lebih cenderung mrngalir melaluinya. lebih cepat menghasilkan pemisahan lebih tajam (Roy, 1991). Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan. Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut ( www.Indigo. Com ,1994).
5. ISOLASI PREPENTIF Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen- komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan. Kromatografi lapis tipis preparatif . Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan memakai peralatan sangat sederhana ialah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP).Walaupun KLTP dapat memisahkan dalam jumlah gram,sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah miligram. KLT preparatif dilakukan dengan menggunakan lapisan tebal (sampai 1 mm) sebagai pengganti lapisan penyerap yang tipis (Harborne, 1987) Pada kromatografi lapis tipis preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tanwarna, dan penyerap yang mengandung senyawa pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penyerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi kromatografi lapis tipis kuantitatif (Gritter, 1991) Pengembangan plat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Keefisienan pemisahan dapat ditingkatkan dengan cara pengembangan berulang. Harus diperhatikan bahwa semakin lama senyawa berkontak dengan penyerap maka semakin besar kemungkinan penguraian (Hostettman, 1995) Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina. Analisis preparatif ditujukan untuk memisahkan analit dalam jumlah yang banyak lalu senyawa yang telah dipisahkan ini dianalisis lebih lanjut, misalkan dengan spektrofotometri atau dengan teknik kromatografi lain. Pada KLT preparatif ini, sampel ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu dikembangkan dan dideteksi dengan cara yang non-destruktif. Bercak yang mengandung analit yang dituju selanjutnya dikerik dan dilakukan analisis selanjutnya a) Penyerap (adsorben) Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan penyerap terhadap kualitas pemisahan tetapi ketebalan yang sering dipakai adalah 0,5 -2 mm . ukuran pelat kromatografi biasanya 20x20 cm atau 20x40 cm . pembatasan ketebalan ukuran lapisan dan ukuran pelat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Penyerap yang paling umu ialah silica gel dan dipakai untuk pemisahan campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Untuk pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penyerap niaga yang tersedia. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran tingkat mutu KLT. (Hostmann. 1995 : 9) Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli dengan sudah terlapisi penyerap (biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat pralapis). Keuntungan membuat pelat sendiri ialah bahwa ketebalan dan susnan lapisan dapat kia atur sendiri. Jadi, perak nitrat, senyawa dapr, dsb. Dapat dicampur dengan penyerap pembuatan lapisan penyerap. (Hostettmann. 1995 : 9) Pembuatan lapisan penyerap yang diperlukan dapat dikerjakan denganmemakai salah satu dari alat penyaput niaga yang banyak jenisnya misalnya dari camag, desaga dsb. Petunjuk untuk penggunaan pelat biasanya terdapat pada kemasan penyerap yang bersangkutan. (Hostettmann. 1995 : 9 b) Penotolan Cuplikan cuplikan dilarutkan dengan sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri (heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika tidak atsiri terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahann bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan (pipet) tetapi lebih baik dengna penotolan otomatis (camag, desaga, dsb). Untuk pita yang terlalu lebar, dapat dilakukan pemekatan dengan cara pengembangan memakai palerut polar sampai kira-kira 2 cm diatas tempat totolan . kemudian pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut yang diinginkan (Stahl 1967). Pelat pralapis khusus dengan daerah pemekatan dapat dibeli. (Hostettmann. 1995 : 9) c) Isolasi Senyawa Yang Sudah Terpisah Kebanyakan penyerap KLTP mengandung indikator fluoresensi yang membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang dipisahkan menyerap siunar UV. Akan tetapi beberapa indicator menimbulkan masalah bereaksi dengan asam kadang-kadang asam asetat. Untuk senyawa yang tidak menyerap UV ada beberapa pilihan : Menyemprot dengan air (misalnya saponini) Menutup pelat dengan sepotong kaca meyemprot salah satu sisi dengna pereaksi semprot. Menambahkan senyawa pembanding Pita yang kedudukanya telah diketahui dikerok dari pelat dengan spatula atau pengerok berbentuk tabung yang disambungkan ke pengumpul vakum. Cara terakhir tidak dapt dilakukan untuk senyawa peka karena penyerap yang mengandung senyawa yang sudah murni terus menerus kena aliran udara dan risiko kena otooksidasi selalu ada. Cara mengumpulkan mana pun yang dipakai, senyawa harus diekstrasi dari penyerap dengan pelarut yang paling kurang polar yang mungkin (sekitar 5 ml pelarut untuk 1 gram penyerap). Harus diperhatikan bahwa makin lama senyawa berkontak denga penyerap makin besar kemungkinan penguraian. Ekstrak disaring melalui frit kaca berkeporian 4 dan kemudian melalui membran 0,2-0,45 m. (Hostettmann. 1995 : 11)
d) Keuntungan Dan Kerugian KLTP keuntungan : Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis preparatif. Kerugian: Ketebalan dari lempeng menyebabkan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama dibadingkan dengan KLT pada umumnya e) Dasar Pertimbangan Penggunaan KLTP : Pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT), zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik ataulogam secara merata. Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-anorganik dan bahan ion anorganik dapat dilakukan beberapa menit dengan alat yang harganya tidak terlalu mahal
6. Isolasi Minyak Atsiri Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Penyulingan (destilasi) Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu : a. Penyulingan dengan air b. Penyulingan dengan air dan uap c. Penyulingan dengan uap
2. Ekstraksi/ penyarian dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3. Enflurage Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu, misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak mengubah aktivitas enzim.
4. Penyarian dengan lemak padat Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari bunga-bungaan a. tanpa pemanasan (enfleurage) b. dengan lemak panas (maserasi)
5. Pemerasan Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak tahan pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel- sel yang mengandung minyak lemak pecah dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendamannya relatif besar.
6. Penyarian dengan gas CO 2
Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yang baik dalam CO 2 . Cara Pengujian Kimia : a. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat coklat hitam b. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer kuning c. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % coklat tua d. 2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % kuning