CCB Rifampicin menurunkan konsentrasi CCB dengan Monitor respon dan meningkatkan dosis CCB jika diperlukan
Nifedifin meningkatkan metabolisme CCB di dinding usus
Amlodipin
Verampamil
β-blocker
Propranolol Rifampicin menurunkan konsentrasi β-blocker dengan
Carvedilol induksi enzim Metabolisme β- blocker cepat di hati ( mis propranolol ) diperkirakan akan mempengaruhi enzim efek
(↓AUC carvedilol 70%) yang menginduksi rifampicin. β - bloker hilang dan tidak berubah di urin ( misalnya atenolol ) tidak
berefek. Pantau respons pasien (tekanan darah,tanda-tanda / gejala disfungsi hati ) dan menyesuaikan
dosis β - blocker jika diperlukan
Dilaporkan 2 isolat berinteraksi dengan enalsapril, Monitor kontrol tekanan darah ketika ditambahkan atau menarik rifampicin, menyesuaikan dosis ACEI
ACEI dengan gejala klinik sedang jika diperlukan kontrol ulang
Captopril
Enalapril
lisinopril
ANALGESIK
Parasetamol Meningkatkan klirens pct Pentingnya kajian study klinik
NSAID
Diklofenak Menurunnya serum diklofenak Dosis diklofenak perlu ditingkatkan, perlu study lanjut
Ibuprofen Aspirin,ibuprofen Tidak ada interaksi. Aspirin dan ibuprofen lebih baik.
Aspirin
Tramadol
Opiods Rifampisin Menurunkan konsentrasi opiods Monitor ketat dengan kontrol, dosis opiods yang diperlukan untuk meningkatkan dan evaluasi
Morpin penghentian rifampicin
kodein
Antifungal Hal ini dapat mengurangi atau menghilangkan efek antijamur, tergantung pada agen yag menginfeksi.
Itrakonazol Menurunkan konsentrasi di serum darah serum rifampisin juga dapat berkurangi dengan penggunaan bersamaan ketoconazole, dan Obat harus
Ketokonazol diberikan 12 jam terpisah untuk meminimalkan interaksi ini
CONTRACEPTIVES
Oral contraceptives (OC)
Ethinylestradiol Rifampisin mengurangi efektivitas dengan menginduksi Pilihan kontrasepsi yang sangat bisa diandalkan ketika diberikan bersaman dengan rifampisin.
Levonorgestrel enzim dan mengubah kesetimbangan flora normal usus, Perdarahan dan bercak umumnya terjadi dan pembuahan dan kehamilan tidak dapat dicegah.
Norgestrel yang pada gilirannya, mengubah sirkulasi enterohepatik Harus TIDAK diberikan bersaman
obat
Progestogen
kontrasepsi suntik Rifampisin mengurangi efektivitas dengan menginduksi alternatif yang lebih aman – suntik. Hal ini dikarenakan bentuk Interaksi dapat diatasi dengan
Medroxyprogesterone acetate enzim memperpendek interval suntikan antara 8 minggu untuk medroxyprogesterone acetate dan 6 minggu
Norethisterone enanthate untuk norethisterone enanthate
ARV AGENTS
Efavirenz (EFV) Rifampisin mengurangi efektivitas EFV dengan Rifampisin dapat digunakan dengan EFV tanpa modifikasi dosis
menginduksi enzim
Ritonavir Rifampisin mengurangi efektivitas ritonavir dengan Disarankan Pemantauan fungsi hati
(Kaletra) menginduksi enzim Dewasa: menambahkan ritonavir 300 mg setiap 12 jam untuk dosis Kaletra ketika pasien menggunakan
rifampicin dan selama 1 bulan setelah selesai
terapi TB
Anak-anak: hanya swap dari Kaletra ke ritonavir
Nevirapine (NVP) Rifampisin mengurangi efektivitas NVP dengan Alternatif: Jika berusia lebih dari 3 tahun dan lebih dari 10 kg,
menginduksi enzim beralih ke efavirenz. Jika berusia di bawah 3 tahun atau di bawah 10 kg, beralih ke ritonavir jika sesuai.
Perubahan dosis mungkin tidak diperlukan dengan penggunaan bersamaan, tetapi waspada apabila efek
Zidovudine Rifampisin meningkatkan clerance AZT berkurang
ANTI-EPILEPTICS
Carbamazepine Konsentrasi meningkat, toksisitas carbamazepine Memantau pasien untuk tanda-tanda toksisitas carbamazepine, termasuk ataksia, nistagmus, diplopia,
meningkat dengan menghambat metabolisme sakit kepala, muntah, apnea, kejang dan koma
carbamazepine ketika isoniazid dan rifampicin diberikan
bersama-sama,
Monitor konsentrasi valproat dan pasien untuk mengontrol kejangan. penyesuaian dosis mungkin
diperlukan
Rifampisin menurunkan konsentrasi valproate dengan
Asam Valproic meningkatkan klirens
Keju
Ikan tuna
Sardin
Alokohol
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Tuberculosis Fact Sheet
no. 104. Available at:
http//www.who.Tuberculosis.htm.
Accesed April on 1, 2016.
2. Rasjid R. Patofisiologi dan
diagnostik tuberkulosis paru.
Dalam: Yusuf A, Tjokronegoro A.
Tuberkulosis paru pedoman
penataan diagnostik dan terapi.
Jakarta, Balai Penerbit FKUI,
1985:1-11.
3. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis,
eds 9. Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
2005.
4. Aditama TY, Luthni E. Buku
petunjuk teknik pemeriksaan
laboratorium tuberkulosis, eds 2.
Jakarta, Laboratoirum
Mikrobiologi RS Persahabatan
dan WHO Center for
Tuberculosis, 2002.
5. Hopewell PC, Bloom BR.
Tuberculosis and other
mycobacterial disease. In:
Murray JF, Nadel JA. Textbook
of respiratory medicine 2nd ed.
Philadelphia, WB Saunders Co,
1994;1095-100.
6. McMurray DN. Mycobacteria and
nocardia. In: Baron S. Medical
microbiology 3rd ed. New York,
Churchil Livingstone, 1991; 451-
8.
7. Rosilawati ML. Deteksi
Mycobacterium tuberculosis
dengan reaksi berantai
Polimerasa / Polymerase Chain
Reaction (PCR). Tesis Akhir
Bidang Ilmu Kesehatan Ilmu
Biomedik Program Pasca
Sarjana Universitas Indonesia.
Jakarta, 1998.
8. Netter FH. Respiratory system.
In: Divertie MB, Brass A. The
Ciba colletion of medical
illustrations. CIBA
Pharmaceuticals Company,
1979:189.
9. Winariani. Pedoman
penanganan tuberkulosis paru
dengan resistensi multi obat
(MDR-TB). Kumpulan naskah
ilmiah tuberkulosis. Pertemuan
Ilmiah Nasional Tuberkulosis
PDPI, Palembang 1997.
.