PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengembangkan produk sediaan farmasi yang mengandung bahan aktif
meloksikam yang dimodifikasi menjadi dispersi padat dalam bentuk sediaan tablet
sebagai antiinflamasi sehingga dapat dengan segera meredakan gejala yang dialami
pasien.
1.3 Manfaat
Makalah pengembangan produk ini dapat membantu mahasiswa untuk
memahami tahapan dan segala hal yang diperlukan untuk mengembangkan suatu
produk farmasi khususnya dalam mengembangkan produk meloksikam yang
dimodifikasi menjadi dispersi padat dalam bentuk sediaan tablet.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Meloksikam
Meloksikam adalah suatu obat golongan AINS turunan oksikam yang sering
digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis, pengobatan jangka pendek pada
serangan akut eksaserbasi osteoarthritis, dan terapi simtomatis terhadap ankilosma
spondilitis (Sweetman, 2009). Mekanisme kerja meloksikam yaitu dengan
menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan dengan menghambat isoenzim
siklooksigenase–1 dan lebih dominan menghambat siklooksigenase–2 pada jalur
asam arakidonat. Pada gangguan rheumatoidartritis dan osteoartritis dosis lazim
meloksikam adalah 7,5 mg per hari dan dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari
(Drugs.com, 2007).
3
Efek samping yang timbul dengan pemberian meloksikam diantaranya
dispepsia, nyeri abdomen, diare, pusing, perut kembung, gastritis, konstipasi,
pruritus, ruam dan dermatitis (Sweetman, 2009).
4
2.2.2 Metode Preparasi Sistem Dispersi Padat
2.2.2.1 Metode Peleburan (melting method)
Dispersi padat yang dibuat dengan metode peleburan dilakukan dengan cara
memanaskan secara langsung campuran obat dan pembawa hingga melebur,
kemudian leburan ini didinginkan dengan cepat hingga memadat. Selanjutnya
massa padat dihaluskan dan diayak. Keuntungan metode ini yaitu sederhana dan
ekonomis sedangkan kerugiannya tidak sesuai untuk bahan yang tidak tahan
pemanasan.
Metode peleburan atau fusi, pertama kali diusulkan oleh Sekiguchi dan Obi
melibatkan persiapan campuran fisik obat dan pembawa air-larut dan pemanasan
secara langsung sampai meleleh. Campuran mencair kemudian dipadatkan dengan
cepat di mandi-es di bawah kuat mengaduk. Massa padat akhir ini dihancurkan,
dilumatkan dan disaring. Tepat ini telah mengalami banyak modifikasi
menuangkan meleleh homogen dalam bentuk lapisan tipis ke piring ferit atau pelat
baja stainless dan didinginkan dengan mengalirkan udara atau air di sisi berlawanan
dari piring Selain itu, kejenuhan-super dari zat terlarut atau obat dalam sistem sering
dapat diperoleh oleh pendinginan yang mencair dengan cepat dari suhu tinggi.
Dalam kondisi seperti itu, molekul solut ditangkap dalam matriks pelarut oleh
proses pembekuan seketika. Teknik quenching memberikan dispersi halus banyak
kristalit bila digunakan untuk campuran eutektik sederhana.
Namun berbagai zat, baik obat-obatan dapat terurai selama proses fusi yang
mempekerjakan suhu tinggi. Hal ini juga dapat menyebabkan penguapan obat
volatile atau pembawa volatile selama proses fusi pada suhu tinggi. Beberapa cara
untuk mengatasi masalah ini bisa memanaskan campuran fisik dalam wadah
tertutup atau mencair di bawah hampa udara atau dalam gas inert kehadiran seperti
nitrogen untuk mencegah degradasi oksidatif obat atau carrier (Janssens et al.,
2012).
5
dapat mencegah peruraian bahan obat atau pembawa, karena penguapan pelarut
organik dilakukan pada suhu rendah. Sedangkan kerugiannya yaitu tidak ekonomis,
sukarnya menguapkan pelarut secara sempurna, adanya pengaruh pelarut pada
terhadap kestabilan kimia bahan obat dan sukarnya menghasilkan bentuk kristal.
Dalam metode ini, campuran fisik obat dan pembawa dilarutkan dalam pelarut
umum, yang merupakan diuapkan sampai film, yang jelas bebas pelarut yang
tersisa. Film ini selanjutnya dikeringkan dengan berat konstan. Keuntungan utama
dari metode dekomposisi termal pelarut obat atau pengangkut dapat dicegah karena
suhu relatif rendah diperlukan untuk penguapan pelarut organik. Namun, beberapa
kelemahan yang terkait dengan metode ini seperti :
Biaya tinggi persiapan.
Kesulitan dalam benar-benar menghilangkan pelarut cair.
Pengaruh buruk kemungkinan jejak pelarut pada kestabilan kimia.
Pemilihan pelarut volatile umum.
Kesulitan mereproduksi bentuk kristal.
Di samping itu, kejenuhan super zat terlarut dalam sistem padat tidak dapat
dicapai kecuali dalam suatu sistem yang menunjukkan (Janssens et al.,
2012).
6
2.3 Polimer Polietilen Glikol (PEG)
Polietilen glikol adalah polimer yang dapat dirumuskan oleh formula
HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH. Nilai n dapat berkisar dari 1 sampai nilai yang
sangat besar, karena itu berat molekul dari PEG ini dapat berkisar antara 150-
10.000. Senyawa yang memiliki berat molekul dari 150-700 berbentuk cairan,
dimana senyawa yang berat molekulnya 1.000-10.000 berbentuk padatan. Senyawa
glikol dengan berat molekul yang rendah biasanya digunakan untuk larutan kental
dimana campuran glikol ini biasanya dimanfaatkan sebagai basis salep larut air
(Grosser, et al., 2011).
Polietilen glikol 400 adalah polietilen glikol H(O-CH2-CH2)n OH dimana
harga n antara 8,2 dan 9,1. Pemerian: cairan kental jernih, tidak berwarna atau
praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan: larut dalam
air, dalam etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon
aromatik, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik. Bobot
molekul rata-rata: 380-420. Kandungan Lembab: Sangat higroskopis walaupun
higroskopis turun dengan meningkatnya bobot molekul, titik beku 4-8ºC (Depkes
RI, 1979).
Polietilen glikol 4.000, 6.000 dan 8.000 berbentuk serbuk putih dengan
tekstur seperti lilin dan berwarna seperti parafin. Sangat larut dalam air dan dalam
diklorometan, dan sedikit larut dalam alkohol (Sweetman, 2009).
7
2.4 Kapsul Gelatin Keras
Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam
bahan obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai yan dapat
larut (Depkes RI, 1995). Cangkang umumnya terbuat dari gelatin selain itu juga
dapat dihasilkan dari starch atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul
keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) hingga nomor paling besar (000),
kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Tabel II.1 Ukuran Kapsul dalam gram dan mL (Gad S.C.,2008)
Ukuran Kapsul Volume (mL) Berat (gram)
000 1,37 1,096
00 0,95 0,760
0 0,68 0,544
1 0,50 0,400
2 0,37 0,296
3 0,30 0,240
4 0,21 0,168
5 0,13 0,104
Kapsul gelatin keras terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian tutup dan induk.
Umumnya, ada lekuk khas pada bagian dan induk, untuk memberikan penutupan
yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya dilekatkan sepenuhnya, yang
mencegah terbukanya cangkang kapsul yang telah diiisi selama proses transportasi
dan penanganan.
Pelekatan kapsul gelatin keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar
dibuka tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi kapsul dengan
membatasi masuknya udara. Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu prose
dengan cara mencelup pin ke dalam larutan gelatin, kemudian lapisan gelatin
dikeringkan, dirapikan dan dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan
tutup dilekatkan. kapsul cangkkang keras umumnya diisi dengan serbuk, butiran
atau granul. Butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan
8
penyalut yang memberikan profil extended release atau bersifat enterik (Ansel,
1989).
2.4.1 Formulasi Kapsul dan Pemilihan Ukuran Kapsul
Umumnya kapsul gelatin keras dipakai untuk menampung isi antara sekitar 65
mg – 1 gram bahan serbuk, termasuk bahan obat dan bahan pengencer lain yang
diperlukan. Mula-mula ditentukan jumlah obat yang akan dimasukkan kedalam
sebuah kapsul dan baru kemudian jumlah bahan pengisi atau bahan inert bila ada,
berdasarkan kebutuhan tambahan dalam formulasi atau untuk memisahkan
komponen kimia yang tidak tersatukan dalam formulasi atau sebagai pelincir untuk
memudahkan mengalirnya serbuk ketika menggunakan mesin pengisi kapsul yang
otomatis. Magnesium stearat biasanya dipakai sebagai pelincir pada pembuatan
kapsul dan tablet untuk memudahkan mengalirnya bahan obat masuk ke dalam
mesin pembuat kapsul atau tablet. Bahan-bahan padat yang akan ditempatkan
dalam kapsul, harus tercampur sempurna sebelum kapsul dapat diisi. Harus
dipertimbangkan masalah kepadatan dan ukuran partikel serbuk-serbuk yang
diberikan dalam kombinasi bila akan diisikan ke dalam kapsul. Campuran serbuk-
serbuk lebih menyatu bila ukuran partikel dan kepadatannya hampir sama.
Dalam industri dengan skala kecil atau besar, formula yang disiapkan adalah
jumlah obat dan pengisi yang dibutuhkan untuk dimasukkan ke dalam sejumlah
kapsul yang diinginkan. Jumlah bahan inert yang digunakan tergantung pada
ukuran atau kapasitas kapsul yang dipilih. Apabila formulasi dari bahan obat tidak
memerlukan pengisi untuk menambahkan jumlah partikelnya, maka ukuran kapsul
dapat ditetapkan setelah pengembangan dan persiapan formulasi. Agar kapsul dapat
terisi dengan baik, maka bagian badan kapsul yang diisi oleh campuran obat dan
bagian tutupnya diselubungkan serapat-rapatnya. Selain sebagai penutup, bagian
tutup dapat berfungsi sebagai penekan dan penahan, oleh karena ukuran kapsul
harus dipilih sesuai kebutuhan.
9
165.000 kapsul perjam per unit. Pengamatan secara periodik dilakukan selama
proses produksi dengan cara mengambil kapsul yang sedang diproduksi dan
ditimbang untuk mengamati jumlah seluruh serbuknya dan menetapkan kadar dari
bahan aktifnya
2.5 Eksipien
2.5.1 Magnesium stearat
10
Magnesium stearat tidak dapat digunakan untuk produk yang mengandung
aspirin, beberapa vitamin, dan sebagian besar garam alkaloid. Sifat magnesium
yang hidrofobik dapat memperlambat disolusi pada obat dengan bentuk sediaan
padat, maka sedapat mungkin digunakan konsentrasi yang kecil dalam formulasi.
Terdapat titik kritis pada proses disolusi kapsul yang menggunakan magnesium
stearat sebagai bahan pembantunya. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama
pencampuran magnesium stearat maka semakin besar sifat hidrofobik yang
dihasilkan sehingga tidak dapat terdispersi setelah cangkang kapsul terlarut, oleh
karena itu jumlah konsentrasi dan lama pencampuran magnesium stearat perlu
diperhatikan (Kibbe 2003). Magnesium stearat umumnya dipakai sebagai pelincir
pada pembuatan kapsul unutk memudahkan mengalirnya bahan obat masuk ke
dalam mesin pembuat kapsul. (Ansel,1989).
2.5.2 Laktosa Monohidrat
11
BAB III
FORMULASI
3.2 Formula
Formula serta bahan – bahan yang digunakan untuk membuat sediaan kapsul yang
berisi bahan aktif meloksikam dispersi padat terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Formula meloksikam dispersi padat
Nama bahan Fungsi Komposisi per dosis
tunggal (mg)
Meloksikam Bahan aktif 15 mg
PEG 4000 Polimer 45 mg
Untuk 1 (satu) kapsul diperoleh 60 mg meloksikam dispersi padat setara dengan meloksikam
15 mg (Shahroodi et al., 2008).
12
Tabel 3.2 Rancangan formula kapsul meloksikam
No. Nama Bahan Fungsi % Jumlah dalam Jumlah dalam
Penggunaan 1 kapsul (mg) 10.000 kapsul (kg)
1 Dispersi padat Bahan aktif 24 60 0,6
dan polimer
2 Laktosa Pengisi 75,5 190 1,9
3 Magnesium Glidan 0,5 1,3 0,013
Stearat
Total 100 251,3 2,513
13
BAB IV
PROSEDUR PEMBUATAN
4.1 Peralatan
1. Alat timbang
Digunakan untuk menimbang bahan baku yang diperlukan sesuai dengan
formula. Penimbangan dilakukan di ruang khusus untuk penimbangan.
Setiap penimbangan dilakukan di bawah pengawasan IPC.
2. Alat pembuat Dispersi padat
Digunakan untuk meleburkan PEG 4000 dan mencampurkan bahan obat,
hingga proses pendinginan menjadi terbentuk dispersi padat
3. Drum mixer dengan agitator
Digunakan untuk melakukan pencampuran kering bahan aktif dan bahan
tambahan, sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul. Pada drum mixer,
kecepatan dan waktu dapat diatur sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
4. Filling machine
Digunakan untuk pengisian bahan ke dalam cangkang kapsul. Jenis mesin
pengisi kapsul yang digunakan yaitu mesin pengisi otomatis. Pada mesin
pengisi otomatis setiap proses dilakukan dalam satu rangkaian secara
otomatis. Proses tersebut meliputi pembukaan cangkang kapsul, pengisian
cangkang kapsul, dan penutupan cangkang kapsul.
5. Polishing machine
Polishing machine terdiri dari sikat dengan bulu-bulu halus yang digunakan
untuk menghilangkan debu dan mengkilapkan kapsul. Sisa debu atau serbuk
dihilangkan dengan vacuum.
6. Mesin blistering
Mesin ini digunakan untuk mengemas produk ruahan ke dalam kemasan
primer berbentuk blister. Suhu, kecepatan dan tekanan pada mesin ini dapat
diatur sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan untuk menghasilkan
kemasan yang diinginkan.
14
4.2 Proses produksi
A. Penimbangan
Meloksikam : 0,15 kg
PEG 4000 : 0,45 kg
Laktosa : 1,9 kg
Mg Stearat : 0,013 kg
15
Alur pembuatan Dispersi padat dapat dilihat pada gambar 4.1
Didispersikan
obat + polimer
16
Tahap selanjutnya adalah memproses disperse padat yang telah terbentuk
dengan bahan tambahan laktosa dan magnesium stearat dalam drum mixer dengan
memperhatikan titik kritisnya yaitu waktu dan kecepatan pencampuran. Campuran
siap diisikan ke dalam cangkang kapsul yang juga telah dinyatakan lulus oleh
bagian QC.
Pada awal pengisian, dilakukan penyesuaian terlebih dahulu untuk
mendapatkan bobot yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Secara
periodik, petugas IPC melakukan uji keseragaman bobot kapsul. Setelah proses
pengisian cangkang kapsul selesai, dilakukan proses polishing untuk
membersihkan debu yang menempel pada bagian luar cangkang kapsul. Kemudian
dilakukan proses sorting, untuk memisahkan kapsul yang kosong/tidak terisi.
Produk ruahan yang dihasilkan dikarantina dan dilakukan pemeriksaan
organoleptis, keseragaman bobot/keseragaman kadar, waktu hancur dan disolusi.
Kapsul yang telah dinyatakan lulus selanjutnya dikemas. Seluruh proses yang
dilakukan selama produksi, mulai dari penimbangan, pencampuran, pengisian
cangkang, sampai pada pengemasan didokumentasikan dalam catatan batch. Alur
proses produksi kapsul meloksikam dapat dilihat pada gambar 4.2
17
timbang BO + Pembuatan Karakterisasi,
polimer dispersi padat keseragaman kadar
Kebenaran BBO +
bahan tambahan
Lubrikan +
pengisi
Pencampuran
(Drum mixer)
Sorting kapsul
Keseragaman kadar,
(Sorting machine) keseragaman bobot,
disintegrasi, disolusi
Produk ruah dikarantina
Gudang
distribusi
18
4.3 Karakterisasi Dispersi padat
A. Ukuran partikel
Distribusi ukuran partikel sampel meloksikam diukur dengan Malvern Mastersizer
2000,Malvern Ltd. Untuk pengukuran, sampel didisipersikan di udara dan
diagglomerasikan pada tekanan 1 bar. Ukuran partikel didispersikan di anatara
rentan 0,02 – 2,000 mikron. Dan proses pengukuran di replikasi 3 kali (Shahroodi
et al.,2008).
B. DSC
Analisis termal dilakukan dengan DSC (Differential Scanning Calorimetry).
Sekitar 10 mg dan 2,5 mg murni Meloksikam pada plat untuk pengukuran,
kemudian sampel dipanaskan 25 - 300C pada tingkat pemanasan 30C/ menit
(Shahroodi et al.,2008).
C. Radiasi sinar X
Dispersi padat dan campuran fisik ketoprofen-PEG 4000 dengan atau tanpa
penambahan Meloksikam dikarakterisasi secara difraksi sinar-X serbuk
menggunakan difraktometer Rigaku Miniflex sumber Cu Kα, tegangan 30 kV, arus
15 mA dan kecepatan 2°/menit (Chiou et al., 1971).
19
Tabel IV.1 Persentase penyimpangan berat untuk kapsul (British Pharmacopoeia
Commission, 2007)
Berat rata-rata kapsul (mg) Persentase penyimpangan (%)
< 300 10
≥ 300 7,5
4.5 EPC/QC
4.5.1 Uji disintegrasi
Alat : disintegration tester
Sampel : 12 kapsul
Prosedur : mengacu pada prosedur disintegrasi uncoated tablet di USP.
1. Diletakkan 1 kapsul dalam tiap keranjang disintegrasi, dan jika ditentukan
tutup dengan cakramnya.
2. Dijalankan disintegration tester dengan menggunakan media yang
ditentukan, dengan suhu 37 ± 2 °C
3. Pada akhir waktu pengujian, angkat keranjang disintegrasi, dan amati
kapsul.
Persyaratan : Semua kapsul harus hancur/terdisintegrasi. Jika 1 atau 2 kapsul
tidak hancur, maka ulangi pengujian dengan tambahan 12 sampel. Persyaratannya
adalah tidak kurang dari 16 dari 18 sampel harus hancur/terdisintegrasi.
20
4.5.2 Uji disolusi
Uji disolusi kapsul meloksikam ini dilakukan dalam kondisi sesuai farmakope
indonesia 5 :
Alat : tipe I (tipe basket) 75 rpm
Waktu : 30 menit
Media : cairan dapar pH 7,5
Sampel : 6 kapsul
Medium : 900 ml, Dapar fosfat pH 7,5 yang dibuat dengan
melarutkan 6,81 g kalium fosfat monobasa P dalam 800 ml
air, atur pH hingga 7,5 dengan penambahan natrium
hidroksida 0,5 N dan encerkan dengan air hingga 1000 ml.
Larutan Standard : Masukkan 33,3 mg referen standard USP meloksikam
kedalam labu ukur 100 mL secara kuantitatif. Tambahkan
5.0 mL methanol, 1,0 mL NaOH dan encerkan dengan
media disolusi sampai tepat tanda dan kocok sampai larut.
Ambil 5,0 mL larutan ke dalam labu ukur 100 mL, encerkan
dengan media disolusi sampai tanda. Ambil 25.0 mL dari
larutan yang terbentuk kedalam labu ukur 50 mL, encerkan
dengan media disolusi sampai tepat tanda.
Larutan Uji : Gunakan alikuot yang disaring melalui penyaring yang
sesuai dengan porositas 10 μm. Buang beberapa ml filtrat
pertama.
Prosedur :Tentukan persentase jumlah meloksikam yang terdisolusi
menggunakan spektrofotometer yang sesuai, pada panjang
gelombang maksimum sekitar 362 nm, menggunakan kuvet
1 cm pada larutan uji dibandingkan dengan larutan standart
dan media disolusi sebagai blanko. Hitung persentase
meloksikam yang terdisolusi menggunakan persamaan
berikut ini:
21
Au : absorbansi larutan uji
As : absorbansi larutan standard
Cs : konsentrasi larutan standard dalam mg/mL
Lc : kekuatan tablet yang tertera dalam label obat.
Kriteria penerimaan : tidak kurang dari 70% meloksikam terdisolusi dalam 30
menit.
4.5.3 Kebocoran kemasan
1. Masukkan blister yang sudah berisi kapsul ke dalam desikator vakum yang berisi
air.
2. Hidupkan vakum dengan tekanan 10 inch Hg, selama 2 menit.
3. Didiamkan 3 menit dalam keadaan vakum.
4. Diambil blister dari desikator, bersihkan bagian luar blister dari air.
Buka blister untuk mengetahui terjadi/tidaknya kebocoran.
4.5.4 keseragaman kadar Meloksikam dalam kapsul
Alat yang digunakan : HPLC
Sampel : sejumlah granul setara dengan 15 mg meloksikam
Prosedur : Sesuai dengan metode penetapan kadar Bab V.
Persyaratan : Meloksikam mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C14H13N3O4S2, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
22
BAB V
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
BAB V
PENGEMBANGAN METODE ANALISA
23
5.1.1 Pembuatan Fase Gerak
a. Larutan A :
Larutkan 2,0 g amonium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air, dan atur pH
hingga 7,0±0,1 dengan penambahan asam fosfat P.
b. Larutan B :
Campuran metanol P-isopropanol P (650:100).
c. Fase Gerak :
Buat variasi campuran Larutan A-Larutan B (63:37). Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi
5.1.2 Pembuatan Larutan Baku
Timbang saksama sejumlah Meloksikam BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, larutkan dalam 1 ml natrium hidroksida 1 N dan 30 ml metanol P,
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml natrium hidroksida 1 N dan encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
Larutan baku Pipet 15 ml Larutan baku persediaan kedalam labu tentukur
25-ml, dan encerkan dengan air sampai tanda.
5.1.3 Pembuatan Larutan Uji
Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan lebih
kurang 100 ml natrium hidroksida 1 N, kocok untuk mendispersikan tablet, dan
tambahkan 800 ml metanol P. Sonikasi selama lebih kurang 15 menit, kemudian
aduk selama 30 menit. Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Saring larutan
dan gunakan filtrat.
Larutan uji Pipet 15 ml Larutan uji persediaan ke dalam labu tentukur 25-
ml, dan encerkan dengan air sampai tanda.
5.1.4 Sistem Kromatografi
Detektor : Visible PhotoDiode-Array Detector
Kolom : Kolom RPC-18 (10 mm x 4 mm I.D)
Laju aliran : 0,8 mL/menit
Panjang Gelombang : 229nm dan 315nm
Simpangan baku relatif : 2,0 %
24
5.1.5 Penetapan Kadar Meloksikam dalam kapsul
Disuntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 25 µm)
larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatografi, kemudian diukur respon puncak
utama. Dihitung jumlah dalam mg, dengan rumus :
C ru
Kadar Meloksikam = 500 x x
3 𝑟𝑠
Keterangan :
C = konsentrasi meloksikam standar dalam larutan baku (mg/mL)
Ru = peak respon meloksikam dalam larutan uji
Rs = peak respon meloksikam dalam larutan baku
25
kadar yang diperoleh
× 100 %
kadar yang sebenarnya
v. Akurasi dihitung untuk tiga hari yang berbeda, dihitung rata – rata
persen recoverynya. Persyaratan % Recovery = 98 – 102 % dengan
persyaratan % KV < 2%.
c. Selektivitas
Selektivitas/ spesifisitas adalah kemampuan membedakan antara
senyawa analit dengan derivat/ degradan/ metabolit atau senyawa
pengganggu lainnya.
Cara menguji dengan melakukan overlay antara spektra larutan
baku standar meloksikam dengan spektra larutan sampel. Kemudian
dilakukan perhitungan match factor (MF) dan resolusi. Match factor > 900
metode dikatakan selektif.
d. Limit Deteksi (LOD)
Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam contoh
yang masih dapat dideteksi atau jumlah analit yang terkecil yang dapat
memberikan respon yang signifikan dibandingkan blanko tanpa adanya
pengaruh dari alat (USP 36,2014).
Perhitungan LOD dapat dilakukan berdasarkan perhitungan signal
to noise dari spektra instrumen HPLC sebesar 3:1 atau dapat menggunakan
sampel konsentrasi terendah dan dihitung nilai SD dari residual maupun
intersep (ICH Q2A, 1994; ICH Q2B, 1996).
e. Limit Kuantitas (LOQ)
Limit Kuantitas adalah konsentrasi analit yang dapat ditetapkan
dengan presisi/repeatibilitas yang masih dapat diterima pada kondisi
pengujian tertentu. Limit kuantitas adalah parameter penetapan kadar untuk
konsentrasi terendah dari bangunan matrik contoh dan biasanya digunakan
untuk menentukan impurity bagi produk yang tidak bagus (USP 36,2014).
Perhitungan LOQ dapat dilakukan berdasarkan perhitungan signal
to noise dari spektra instrumen HPLC sebesar 10:1 atau dapat menggunakan
sampel konsentrasi terendah dan dihitung nilai SD dari residual maupun
intersep (ICH Q2A, 1994; ICH Q2B, 1996).
26
f. Linieritas
Linieritas adalah kemampuan dari suatu metode uji untuk
menghasilkan hasil uji yang proporsional terhadap kepekatan analit dalam
contoh dalam jangkauan kepekatan tertentu. Lineritas suatu metode dapat
diperoleh dengan memplot hasil uji terhadap kepekatan analit, biasanya
ditetapkan dengan perhitungan garis regresi dengan metodeleast
square (kuadrat terkecil) dari hasil uji terhadap kepekatan analit. Slope dari
garis regresi terhadap variabel menghasilkan perhitungan matematik dari
linearitas (USP 36,2014).
Larutan baku kerja rentang linearitas meloksikam 50 – 500 mg/L
diukur absorbansinya dan dihitung persamaan garis regresi dengan x adalah
kadar larutan baku dan y adalah absorban, dilakukan replikasi 3 kali.
Kriteria penerimaan r > 0,999 persamaan dapat dikatakan linear.
g. Ruggedness
Ruggedness adalah tingkat kemampuan dari hasil uji yang diperoleh
melalui analisis sampel yang sama dengan perbedaan waktu (hari)
analisis. Ruggedness dapat ditetapkan dengan analisis sejumlah sampel
yang sama pada kondisi laboratorium yang berbeda, analis yang berbeda
dengan kondisi operasional dan laboratorium yang mungkin berbeda tetapi
masih dapat dalam batas-batas parameter yang telah ditetapkan untuk
metode tersebut. Ruggedness digunakan untuk mendapatkan suatu stabilitas
dari metode analitik (USP 36,2014).
h. Robustness
Robustness adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk tidak
terpengaruh oleh perubahan kecil, seperti variasi yang sengaja dibuat dalam
parameter metode analisis. Serta dapat memberikan indikasi kehandalannya
dalam penggunaan secara normal (USP 36,2014).
27
5.2 Cleaning Validation
Cleaning validation atau validasi pembersihan peralatan dilakukan untuk
membuktikan bahwa proses pembersihan telah efektif dan konsisten dalam
menghilangkan sisa-sisa bahan aktif dari proses produksi sebelumnya maupun sisa-
sisa bahan pembersih dan mikroorganisme. Tujuan validasi pembersihan peralatan
adalah untuk mencegah adanya cross contamination dan untuk membuktikan
efektifitas prosedur pembersihan. Validasi ini dilakukan pada tiga batch produk
yang sama berturut-turut terhadap alat-alat produksi dan pengemasan primer,
terutama pada bagian yang kontak langsung dengan produk (Priyambodo, 2007).
Cleaning validation pada sediaan kapsul meloksikam dispersi padat
menggunakan metode direct surface sampling (swab method), hal ini disebabkan
karena area yang sulit dibersihkan dan dapat dijangkau, dapat dievaluasi, level
kontaminasi atatupun residu dapat di tetapkan berdasarkan surface area dan residu
yang tidak larut dapat di sampling dengan penghapusan secara fisik (Nozal et al,
2000).
28
BAB 6
UJI STABILITAS
6.1 Tujuan
Tujuan dilakukan uji stabilitas adalah untuk menentukan shelf life produk dan
petunjuk penyimpanan pada label suatu produk, yang dikemas dalam bahan
pengemas spesifik, disimpan pada kondisi dan waktu penyimpanan yang telah
ditentukan (Asean Guideline on Stability Study of Drug Product, 2005).
6.2 Pelaksanaan
29
6.4 Rencana pengambilan sampel
30
Maka jumlah yang dibutuhkan :
= 4 x 100 kapsul
= 400 kapsul
= 40 blister (@blister 10 kapsul)
= 4 box
6.6.2 Real time
1. Appearance : 0* kapsul
2. Water content : 10 kapsul
3. Disintegrasi : 6 kapsul
4. Disolusi : 6 kapsul
5. Content & impurity : 10 kapsul
6. Kekerasan : 10 kapsul
7. Kerapuhan : 50 kapsul
Jumlah total : 92 kapsul dibulatkan menjadi 100 kapsul
Frekuensi tes : 10 kali
Maka, jumlah yang dibutuhkan :
= 10 x 100 kapsul
= 1000 kapsul
= 100 blister (@blister 10 kapsul)
= 10 box
Sehingga total sampel yang digunakan dalam uji stabilitas ini ;
= 4 box + 10 box
= 14 box (@blister 10 kapsul)
31