Anda di halaman 1dari 40

Sep Oct Nov F.

TERAPI
Dec Jan GANGGUAN
Feb Mar AprSISTEM
May Jun Jul Aug

SYARAF ,KULIT,THT A
“FARMAKOTERAPI PARKINSON”
Dosen Pengampu : apt.Dra.Syilfia Hasti,M.Farm B

Kelompok 3 (S16B) : C

Annisa Amalyah 1801047


Annisa Rahmawati 1901119 D
E. Kalilah Dzakira Falindy 1801052
Rahmat Utomo 1801068
Yolanda Ulmi Sadila 1801080 E
Syalshabillah 1801074

F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Definisi C

2020-2021
E

F
Definisi

Parkinson adalah salah satu penyakit kronis dan progresif yang


mengenai saraf di otak dengan gejala ekspresi wajah datar seperti
menggunakan topeng disertai keluarnya air liur pasien secara berlebihan,
gerakan yang melambat, gemetar, dan kekakuan. Selain itu, pasien juga
mengalami gangguan dalam berjalan, menurunnya keterampilan, tulisan
tangan yang tidak teratur, tubuh membungkuk, dan ketidakseimbangan.
Dijelaskan lagi oleh LeWitt (2008) bahwa pasien usia lanjut dapat
mengalami demensia jika penyakit Parkinson terus berkelanjutan.
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Etiologi C

2020-2021
E

F
Etiologi

Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan selsel saraf pada basal ganglia sehingga
pembentukan serta sumber dopamine menjadi sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran dari basal
ganglia itu sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan karena faktor keturunan, trauma,
infeksi, pengobatan, terpapar racun, atherosklerosis dan tumor basal ganglia (Ginsberg Lionel, 2008).

Usia
Insiden meningkat dari 10 Geografi
per 10.000 penduduk Faktor resiko yang
pada usia 50 sampai 200 mempengaruhi
dari 10.000 penduduk Periode
perbedaan angka Flukultasi jumlah
pada usia 80 tahun. Hal secara geografis ini penderita pnyakit
ini berkaitan dengan termaksud adanya arkinson tiap periode
reaksi mikrogilial yang perbedaan genetik, mungkin berhubungan
mempengaruhi kekebalan terhadap dengan hasil
kerusakan neurona, penyakit dan paparan pemaparan lingkungan
terutama pada substansi terhadap faktor yang episodik, misalnya
nigra, pada penyakit lingkungan. proses infeksi,
parkinson. indistrialisasi ataupun
gaya hidup.
Etiologi

Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada
keluarga meningkatkan faktor resiko Faktor lingkungan.
penderita menderita penyakit parkinson Xenobiotik berhubungan erat
sebesar 8,8 kali pada usia lebih dari 70
dengan paparan pestisida yang
tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70
tahun, Meskipun sangat jarang. jika
dapat menimbulkan kerusan
disebakan oleh keturunan, gejala mitokondria.
parkinsonisme tampak pada usia relatif
muda.

Pekerjaan Diet
Lebih banyak orang dengan paparan Komsumsi lemak dan kalori tinggi
mental yang lebih tinggi dan lama. meningkatkan stress oksidatif,
7.Infeksi salah satu mekanisma kerusakan
Paparan virus influensa intrautero turut neuronal pada penyakit parkinson.
menjadi faktor faktor presdiposis penyakit Sebaliknya kopi merupakan
parkinson melalui kerusakan substansia neuroprotektif.
nigra.
Etiologi

Trauma kepala
Cidera kranio serebral
bisa menyebakan
penyakit parkinson,
meski perannya
masih belum jelas
benar. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan
depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stress
dihubungkan dengan penyakit
parkinson karena pada stress dan
depresi terjadi peningkatan turnover
kotekolamin yang memacu stress
oksidati
Etiologi

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak


dan faktor-faktor lainnya seperti :

Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di


otak memberikan respon gejala penyakit
Parkinson

Etiologi yang mendasarinya mungkin


berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas,
atau penyebab lain yang tidak diketahui.

Parkinson juga disebabkan oleh obat antara


lain: reserpin (serpasil), phenithiszzives,
butrophenous (contohnya haloperidol).
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Epidemiologi C

2020-2021
E

F
Epidemiologi

Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang progresif dan
prevalensinya terus meningkat. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif
tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit Parkinson lebih sering ditemui
pada umur lanjut dan jarang ditemukan pada individu yang berumur kurang dari 30 tahun.
Sebagian besar penyakit Parkinson ditemukan pada umur 40-70 tahun, dengan rata-rata
pada umur 58-62 tahun dan hanya sekitar 5% yang terjadi pada umur di bawah 40 tahun.
Insidensi penyakit Parkinson lebih tinggi pada laki-laki, ras kulit putih dan individu yang
berada di daerah industri tertentu, insidensi yang lebih rendah ditemukan pada populasi
Asia dan kulit hitam Afrika. Faktor lingkungan juga terbukti memiliki peranan penting
dalam terjadinya penyakit ini (Lukas, dkk., 2018)

Di Indonesia belum ada data prevalensi penyakit Parkinson yang pasti, namun
diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita penyakit Parkinson. Penyakit ini lebih
banyak ditemukan pada pria dari pada wanita dengan angka perbandingan 3:2
(Joesoef,2001).
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Patofisiologi C

2020-2021
E

F
Patofisiologi
Patofisiologi

1. Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang masif

akibat kematian neuron di substansia nigra pars kompakta. Respon motorik

yang abnormal disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari

neuritransmiter dopamin. Kerusakan progresif lebih dari 60% pada neuron

dopaminergik substansia nigra merupakan faktor dasar munculnya penyakit

Parkinson.

2. Jika jumlah neuron dopaminergik hilang lebih dari 70 % maka gejala penyakit

parkinson akan mulai muncul. Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar

dopamin maka nukleus subtalamikus akan over-stimulasi terhadap globus palidus

internus (GPi). Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan

terhadap thalamus. Kedua hal tersebut diatas menyebabkan under-stimulation

korteks motorik
Patofisiologi

Secara umum, 2 temuan neuropatologis mayor pada penyakit parkinson adalah:

1. Hilangnya pigmentasi neuron dopamin pada substantia nigra

Substansia nigra merupakan suatu regio kecil di otak yang terletak sedikit diatas medula spinalis. Bagian

ini menjadi pusat kontrol atau koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan neurotransmitter

yang disebut dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh pergerakan otot dan keseimbangan badan yang

dilakukan oleh sistem saraf pusat. (Sudoyo et al, 2009).

Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak terutama dalam

mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta kelancaran komunikasi (bicara). Pada penyakit

parkinson sel-sel neuron di substansia nigra pars kompakta mengalami degenerasi, sehingga produksi dopamin

menurun, akibatnya semua fungsi neuron di sistem saraf pusat menurun dan menghasilkan kelambatan gerak

(bradikinesia), kelambatan bicara, dan berfikir (bradifrenia), tremor dan kekakuan (rigiditas). (Sudoyo et al, 2009)
Patofisiologi

2. Lewy bodies

Ditemukannya Lewy bodies dalam

substantia nigra adalah karakteristik penyakit

parkinson. Alpha-synuclein adalah komponen

struktural utama dari Lewy bodies.


Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Manifestasi klinis C

2020-2021
E

F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Gelaja subjektif A

● kekakuan pada otot B

● pegal-pegal atau kram otot


C
● gangguan keterampilan
● kegelisahan
D
● gejala sensorik (parestesia), dan
● gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). E

F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Manifestasi Klinis A

Tremor Rigiditas Hilangnya refleks postural


B
• Biasanya merupakan gejala pertama
pada penyakit Parkinson dan bermula Rigiditas timbul sebagai reaksi Keadaan ini disebabkan kegagalan
pada satu tangan kemudian meluas terhadap regangan pada otot agonis integrasi dari saraf propioseptif dan
pada tungkai sisi yang sama. Kemudian dan antagonis. Salah satu gejala dini labirin dan sebagian kecil impuls dari C
sisi yang lain juga akan turut terkena. akibat rigiditas ialah hilang gerak mata, pada level talamus dan ganglia
Kepala, bibir dan lidah sering tidak asosiatif lengan bila berjalan. basalis yang akan mengganggu
terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Rigiditas disebabkan oleh kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan
Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 meningkatnya aktivitas motor neuron ini mengakibatkan penderita mudah D
gerakan per detik dan terutama timbul alfa. jatuh
pada keadaan istirahat dan berkurang
bila ekstremitas digeraka
E

F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Manifestasi Klinis A

Bradikinesia Sikap
B
Gerakan volunter menjadi Depresi
Pada stadium yang lebih lanjut Sekitar 40% penderita penyakit
lambat dan memulai suatu sikap penderita dalam posisi Parkinson terdapat gejala
gerakan menjadi sulit kepala difleksikan ke dada, bahu depresi. Hal ini dapat C
membongkok ke depan, punggung disebabkan kondisi fisik
melengkung kedepan, dan lengan penderita yang mengakibatkan
tidak melenggang bila berjalan keadaan yang menyedihkan
seperti kehilangan pekerjaan, D
kehilangan harga diri dan
merasa dikucilkan

F
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Diagnosis C

2020-2021
E

F
Diagnosis

Gejala lain mungkin


termasuk: ketcepatan
menurun, kesulitan timbul
dari kursi, ketidakstabilan
Diagnosis penyakit postural, gaya berjalan
parkinson dapat meriah, disartria, kesulitan Beberapa kondisi lain
ditegakkan dengan menelan, wajah berkurang harus disingkirkan,
ekspresi, pembekuan saat seperti Parkinsonisme
terdapat bradikinesia
memulai gerakan, yang diinduksi obat
(bersama dengan (misalnya, diinduksi oleh
hipofonia, mikrografi,
tremor saat istirahat kandung kemih gangguan, antipsikotik, antiemetik
dan / atau rigiditas), sembelit, perubahan fenotiazin, atau
asimetri yang tekanan darah, demensia, metoklopramid), tremor
menonjol, dan a kecemasan, depresi, esensial, degenerasi
kantuk, insomnia, apnea ganglionik kortikobasal,
respon positif
tidur obstruktif. atrofi sistem multipel,
terhadap dan kelumpuhan
pengobatan supranuklear progresif.
dopaminergik
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Penatalaksana C

2020-2021
E

F
Penatalaksana

Tujuan Terapi Parkinson

Menjaga kemandirian, activity daily living (ADL),


dan quality of life (QOL) pasien parkinsonism
dengan cara mengurangi gejala parkinsonian,
meminimalkan perkembangan fluktuasi respon,
serta meminimalkan terjadinya efek samping terkait
penggunaan obat antiparkinsonian.

Menunda terapi farmakologi sampai


Pendekatan terapi muncul gejala yang memiliki dampak
saat ini buruk pada kualitas hidup pasien
parkinson.
Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug

Penatalaksana terapi non farmakologi A

Intervensi yang paling B


Perubahan gaya hidup harus umum dilakukan adalah
dimulai sedini mungkin dan
menjaga nutrisi, kondisi
diterapkan selama menjalani fisik, dan interaksi sosial. C
terapi parkinsonism

D
•Terapi berbicara dapat membantu
dalam menelan dan kemampuan Diet seimbang dan dapat
berbicara. mengkonsumsi multivitamin E
•Dengan menjaga interaksi sosial, harian bila pasien tidak
dapat membantu keseluruhan menjadi makan dengan baik.
baik F
Penatalaksana

Fase pada Terapi Parkinson :


1. Perubahan gaya hidup, nutrisi, serta
latihan fisik.
2. Terapi Farmakologi
3. Pembedahan bila pasien gagal menjalani
terapi farmakologi
Penatalaksana

Terapi Perubahan Gaya Hidup, Nutrisi, serta Latihan


Fisik
Perubahan gaya hidup harus dimulai sedini mungkin dan
diterapkan selama menjalani terapi parkinsonism karena
dapat meningkatkan ADL, gaya berjalan, keseimbangan,
dan kesehatan mental. Intervensi yang paling umum
dilakukan adalah menjaga nutrisi, kondisi fisik, dan
sosial

Terapi berbicara dapat membantu dalam menelan dan


kemampuan berbicara. Program latihan dan
memperbanyak aktivitas di siang hari dapat
meminimalkan terjadinya tidur siang yang berlebihan
agar tidur nyenyak dimalam hari.
Penatalaksana

Terapi Perubahan Gaya Hidup, Nutrisi, serta Latihan


Fisik
• Modifikasi pola makan dapat mengatasi konstipasi,
mual, tidak teraturnya absorpsi obat, dan
meminimalkan risiko hilangnya berat badan.

• Pasien parkinsonis harus didorong untuk


melakukan peregangan, penguatan, dan latihan
keseimbangan. Terapis dapat mengajari pasien
kemampuan yang dapat meningkatkan pergerakan
dan mengurangi risiko jatuh. Terapi pekerjaan
dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
kemampuan untuk tetap aktif. Dengan menjaga
interaksi sosial, dapat membantu keseluruhan
menjadi baik. Oleh karena itu, pasien harus
melawan cobaan mundur dari aktivitas.
Penatalaksana
Penatalaksana terapi farmakologi
1) Pengobatan gejala awal penyakit parkinson

• Pasien dengan gejala awal penyakit parkinson dapat


dipertimbangkan untuk pengobatan dengan levodopa
yang dikombinasi dengan inhibitor dopa dekarboksilase.
Kombinasi ini memberikan manfaat terbesar dengan efek
merugikan jangka pendek yang paling sedikit.
• Obat antikolinergik sebaiknya tidak digunakan sebagai
pengobatan lini pertama pada pasien penyakit parkinson.
Obat antikolinergik digunakan untuk pengobatan tremor
saat istirahat. Namun, tidak terlalu efektif untuk
bradikinesia, kekakuan, gangguan cara berjalan atau fitur
lain dari penyakit parkinson. Oleh karena itu,
antikolinergik biasanya disediakan untuk pengobatan
tremor yang tidak terkontrol dengan obat-obat
dopaminergik.
Penatalaksana
Penatalaksana terapi farmakologi
2) Pengobatan parkinson tahap lanjut

1. Agonis dopamin (oral/transdermal) dapat


dipertimbangkan untuk pengelolaan komplikasi motorik
pada pasien penyakit Parkinson lanjut.
2. Inhibitor monoamine oxidase B dapat dipertimbangkan
untuk pengobatan komplikasi motorik pada pasien
penyakit Parkinson lanjut.
3. Inhibitor Catekol-o-metil transferase (COMT) dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan penyakit
parkinson tingkat lanjut yang memiliki fluktuasi
motorik. Inhibitor catekol-o-metil transferase (COMT)
seperti entacapone dan tolcapone juga dapat digunakan
untuk meningkatkan waktu paruh levodopa, sehingga
memberikan efek levodopa ke otak dalam waktu yang
lebih lama
Penatalaksana
Penatalaksana terapi farmakologi
Algoritma Penatalaksana Parkinson

Sumber : Dipiro et al, 2017


Terapi Farmakologi
Antikolinergik

Amantadine

L-Dopa dan Carbidopa

Monoamine Oxidase B Inhibitors

Catechol-O-Methyltransferase Inhibitors

Dopamine Agonist

Sumber : Dipiro et al, 2017


Penatalaksana Terapi Farmakologi

Antikolinergik 1) Triheksilfenidil
Dosis: 
• Obat antikolinergik dapat 1 mg/hari, dinaikkan bertahap. Dosis
memperbaiki tremor dan terkadang pemeliharaan 5-15 mg/hari, terbagi dalam 3-4
gejala distonik pada beberapa kali pemberian.
orang pasien. Dapat digunakan
Untuk Lansia : dosis di batas bawah dari kisaran
sebagai monoterapi atau dalam
dosis.
hubungannya dengan obat
antiparkinson lainnya. 2) Benzotropine
Dosis: 
• Efek samping antikolinergik
1. Dosis untuk Parkinson Idiopatik
termasuk mulut kering, penglihatan
Dewasa: Dosis awal 0,5-1 mg sebelum tidur.
kabur, sembelit, dan retensi urin.
2. Dosis untuk Parkinson yang Disebabkan oleh
Reaksi yang lebih serius termasuk
kelupaan, kebingungan, sedasi, Obat Lain
depresi, dan kecemasan. Dewasa: Dosis awal 1-4 mg diberikan 1-2 kali
sehari
• Contoh obat : Triheksilfenidil dan
3. Parkinson Postencephalitic
Benzotropin
Dewasa: Dosis awal 0,5-2 mg sebelum tidur.
Dosis maksimumnya adalah 6 mg/hari.
Penatalaksana Terapi Farmakologi

Amantadine
Amantadine sering memberikan
manfaat sederhana untuk tremor,
rigiditas, dan bradikinesia, tetapi
paling sering digunakan untuk
diskinesia yang diinduksi L-dopa.

Efek samping termasuk sedasi, mulut


kering, halusinasi, pusing, dan
kebingungan. Livedo reticularis
Dosis :
(bintik-bintik difus pada kulit di
100 mg dua kali sehari. Pasien dengan ekstremitas atas atau bawah).
penyakit serius atau menerima obat
antiparkinson lainnya: 100 mg sekali sehari
selama ≥1 minggu, kemudian tingkatkan
menjadi 100 mg dua kali sehari jika dibutuhkan
Penatalaksana Terapi Farmakologi

Levodopa Carbidopa
Levodopa adalah obat untuk menangani Untuk meredakan gejala penyakit
gejala penyakit Parkinson, seperti tubuh Parkinson, 25 mg carbidopa
gemetar, tubuh menjadi kaku, dan dikombinasikan dengan 100 mg levodopa
kesulitan untuk bergerak. dan 200 mg entacapone. Dosisnya
Dewasa: Dosis awal 125 mg dua kali adalah 1 tablet setiap kali minum, dengan
sehari. Setelah itu dosis dapat dosis maksimal 8 tablet sehari
ditingkatkan setiap 3-7 hari. Dosis
maksimum 8 g per hari

Mengobati penyakit Parkinson jika


dikombinasikan bersama benserazide Dewasa: Dosis awal levodopa
Dewasa: Dosis awal 50 mg, 3-4 kali sebanyak 100 mg diminum 3 kali
sehari. Dosis pemeliharaan: 400-800 mg
sehari. Dosis pemeliharaan: 750 mg
per hari.
Lansia: Dosis awal 50 mg, sekali sehari. -2 gram levodopa setiap harinya.
Penatalaksana Terapi Farmakologi

Monoamine Oxidase B Inhibitors


Bekerja dengan mekanisme
meningkatkan konsentrasi norepinefrin,
5-HT, dan dopamine dalam neuron
sinaps melalui penghambatan sistem
enzim monoamine oxidase (MAO)
Contoh : Selegiline

Dosis Selegiline: 
10 mg pada pagi hari atau 5 mg pada saat
sarapan dan tengah hari; LANSIA, untuk
menghindari efek confusion awal dan
agitasi, terapi dapat dimulai dengan dosis
2,5 mg, terutama pada lansia
Penatalaksana
Monoamine Oxidase B Inhibitors
Entacapon
sebagai tambahan pada levodopa dengan
Catechol-O-Methyltransferase Inhibitors inhibitor dekarboksilase dopa pada
Contoh nya adalah entacapone dan tolcapone. penyakit parkinson.
Mencegah pemecahan perifer levodopa, dengan Dosis: 
cara menghambat katekol-0-metiltransferase, • 200 mg dengan setip dosis levodopa
sehingga lebih banyak levodopa yang sampai ke dengan inhibitor dekarboksilase dopa,
otak. maksimal 2 gram sehari.
Tolcapon
100 mg 3 kali sehari, dengan selang waktu 6
jam setiap dosis; maksimal 200 mg 3 kali
sehari pada kondisi terpaksa. Dosis harian
pertama sebaiknya diminum pada waktu yang
sama dengan levodopa dengan inhibitor
dekarboksilase dopa. Dapat dilanjutkan lebih
dari 3 minggu hanya jika terjadi perbaikan
yang bermakna.
Penatalaksana Terapi Farmakologi

Dopamin Agonist
1. Bromokriptin 2. Pramipexole
Indikasi:  Indikasi: 
parkinsonisme (bukan karena obat). penyakit parkinson, yang digunakan
Dosis:  tunggal maupun sebagai terapi tambahan
minggu pertama 1-1,25 mg malam dengan levodopa.
hari. Minggu kedua 2-2,5 mg malam Dosis: 
hari, minggu ketiga 2,5 mg 2 kali dosis awal, 264 mcg per hari dalam dosis
sehari, minggu keempat 2,5 mg 3 kali terbagi 3, gandakan dosis setiap 5-7 hari
sehari, kemudian tingkatkan 2,5 mg hingga 1,08 mg per hari dalam dosis
setiap 3-14 hari sesuai dengan terbagi 3; bila diperlukan dosis dapat
respons sampai kisaran lazim 10-40 dinaikkan lagi sebesar 540 mcg per hari
mg sehari; bersama makanan. dengan interval mingguan; maksimal 3,3
mg per hari dalam dosis terbagi 3. Dosis
pemeliharaan : 264 mcg sampai 3,3 mg
sehari.
Penatalaksana Terapi Farmakologi

Dopamin Agonist
4. Pramipeksol
3. Ropinirole Indikasi: 
Indikasi:  Penyakit parkinson, yang digunakan
Parkinson idiopatik, sebagai tunggal maupun sebagai terapi tambahan
monoterapi maupun terapi tambahan dengan levodopa.
levodopa Dosis: 
Dosis:  Dosis awal, 264 mcg per hari dalam dosis
Dosis awal, 2 mg sekali sehari selama terbagi 3, gandakan dosis setiap 5-7 hari
satu minggu, dilanjutkan dengan titrasi hingga 1,08 mg per hari dalam dosis
dosis yaitu 4 mg sekali sehari selama terbagi 3; bila diperlukan dosis dapat
minggu kedua, 6 mg sekali sehari dinaikkan lagi sebesar 540 mcg per hari
selama minggu ketiga dan 8 mg sekali dengan interval mingguan; maksimal 3,3
sehari dalam minggu keempat. mg per hari dalam dosis terbagi 3. Dosis
pemeliharaan : 264 mcg sampai 3,3 mg
sehari.
Referensi
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., & DiPiro, C. V. 2017. Pharmacotherapy Handbook,
Tenth Edition. In McGraw-Hill Companies.

Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI)


Gunawan, G., Dalhar, M., Kurniawan, S.N., 2017. Review Parkinson dan Terapi Stem Sel.

Joesoef AA. Patofisiologi dan managemen penyakit parkinson. Dalam: Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan V. FK. Unair , 2001 : 27 – 53

Lukas, A., Subagya, Setyopranoto, I. 2018. Korelasi antara ansietas, depresi, dan gangguan kognitif
terhadap kualitas hidup penderita penyakit Parkinson. Berkala Neurosains, Vol. 17, No 3.

Sudoyo,a.W.Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai