Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU KESEHATAN SARAF REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

PRION DISEASE

Oleh:
Claudia Igreya Pattipeilohy
2015-83-062

Pembimbing:
Dr. dr. Bertha J. Que, Sp. S., M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Istilah prion, proteinaceous infectious particle,
diperkenalkan oleh Stanley Prusiner, pemenang
hadiah Nobel, pada tahun 1982 dengan menyebut
agen infeksi penyebab penyakit prion.

Penyakit prion, juga dikenal dengan


Transmissible Spongiform Encephalopathies.
Disebut spongiform encephalopathies karena
otak mamalia yang terkena penyakit ini tampak
seperti spons, akibat akumulasi vesikel yang
besar.

Prion merupakan suatu partikel protein infeksius


yang berbeda dari virus. Beberapa peneliti telah
mengindikasikan bahwa partikel ini tidak dapat
dinonaktifkan dengan menghidrolisis asam
nukleat seperti proses radiasi UV.

Vita KMM, Wanandi SI. Prion: the infectious protein in


neurodegenerative diseases. Med J Indones. 1999 Sep;8(3).
Heppner FL. Prion Disease [Internet]. 2001.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Vita KMM, Wanandi SI. Prion: the infectious protein in neurodegenerative
diseases. Med J Indones. 1999 Sep;8(3).
Penyakit prion, juga dikenal sebagai
Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis sebagai
agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Transmissible Spongiform
Ma Y, Ma J. review: Immunotherapy against Prion disease. Pathogens. Encephalopathies (TSEs), adalah
2020;9(216)
Lauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. Ed 3. California: Mc sekelompok gangguan neurodegeneratif
Graw Hill Education: 2013.
yang menyebabkan disfungsi neurologis
yang parah hingga menyebabkan
kematian.
EPIDEMIOLOGI
Insiden tahunan sCJD di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia adalah sekitar 1-2 kasus per
1.000.000 orang, tetapi insiden meningkat
seiring bertambahnya usia. Di Amerika Serikat,
sekitar 1 dari 6000 kematian disebabkan oleh
penyakit prion. Jumlah kasus vCJD di seluruh
dunia cukup rendah yaitu 232 kasus, per Juli
2020

Chen C, Dong X. Therapeutic


implications of prion diseases.
Biosafety and health. 2020 Sep 6.
Affandi IG. Penyakit Creutzfeldt-
Jakob. CDK. 2015;42(7).
Cosseddu GM, Agrimi U, Pinto J, Schudel AA. Advances in scrapie research.
Rev. sci. tech. off. Int. epiz. 2007;26(3)
ETIOLOGI

Sporadik Genetik Infeksi

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis sebagai


agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Ma Y, Ma J. review: Immunotherapy against Prion disease. Pathogens.
2020;9(216)
Lauser SL. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. Ed 3. California: Mc
Graw Hill Education: 2013.
PATOGENESIS

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis


sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Heppner FL. Prion Disease [Internet]. 2001.
McKintosh E, Tabrizi, Collinge J. prion diseases. Journal of
Neurovirology. 2003 Jan 24.
Cann AJ. Principles of Molecular Virology. Academic Press, San
Diego. 1997.
Aguzzi A, Helkenwalder M, Miele G. Progress and problems in the
biology, diagnostics, and therapeutics of prion disease. The Journal of
Clinical Investigation. 2004; 114
Eikelenboom P, Bate C, Gool WAV, Hoozemans JJM, Rozemuller JM
et al. neuroinflamation in Alzheimer’s disease and Prion disease.
GLIA. 2002;40
Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein
patologis sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009
Aug;15(2).
Heppner FL. Prion Disease [Internet]. 2001.
McKintosh E, Tabrizi, Collinge J. prion diseases. Journal
of Neurovirology. 2003 Jan 24.
Cann AJ. Principles of Molecular Virology. Academic
Press, San Diego. 1997.
Aguzzi A, Helkenwalder M, Miele G. Progress and
problems in the biology, diagnostics, and therapeutics of
prion disease. The Journal of Clinical Investigation.
2004; 114
Eikelenboom P, Bate C, Gool WAV, Hoozemans JJM,
Rozemuller JM et al. neuroinflamation in Alzheimer’s
disease and Prion disease. GLIA. 2002;40
Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis
sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Heppner FL. Prion Disease [Internet]. 2001.
McKintosh E, Tabrizi, Collinge J. prion diseases. Journal of
Neurovirology. 2003 Jan 24.
Cann AJ. Principles of Molecular Virology. Academic Press, San
Diego. 1997.
Aguzzi A, Helkenwalder M, Miele G. Progress and problems in the
biology, diagnostics, and therapeutics of prion disease. The Journal of
Clinical Investigation. 2004; 114
Eikelenboom P, Bate C, Gool WAV, Hoozemans JJM, Rozemuller JM
et al. neuroinflamation in Alzheimer’s disease and Prion disease.
GLIA. 2002;40
Udem S. Prion Disease. VP Wyeath Vaccines Discovery
JENIS PRION DISEASE
Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD)

Gejala klinis ditandai dengan timbulnya depresi,


Hanya 10-15% dari demensia, inkontinensia urin, gangguan motorik
kasus CJD yang bersifat sampai paralisis, tertawa yang tidak wajar, tremor,
herediter. gangguan bicara dan yang khas diikuti dengan
pneumonia.

CJD  dapat terjadi pada pria atau


Iatrogenic CJD diperkirakan ditransmisikan
wanita dengan rentang usia antara
lewat transplantasi kornea, implantasi
55-75 tahun.
durameter atau elektroda pada otak,
pemakaian instrumen bedah yang tercemar,
dan injeksi hormon pertumbuhan.

New variant Creutzfeldt-Jakob Disease


Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis
sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
(Nv CJD) terjadi akibat makan daging
Imran M, Mahmood S. review: An overview of human prion sapi yang terinfeksi BSE (mad cow
diseases. Virology journal. 2011;8(559).
Affandi IG. Penyakit Creutzfeldt-Jakob. CDK. 2015;42(7). disease).
Centers for Disease Control and Prevention. Prion Disease [Internet].
Available from : https://www.cdc.gov/prions/index.html
Centers for Disease Control and Prevention. Prion Disease [Internet].
Available from : https://www.cdc.gov/prions/index.html
Centers for Disease Control and Prevention. Prion Disease [Internet].
Available from : https://www.cdc.gov/prions/index.html
Centers for Disease Control and Prevention. Prion Disease [Internet].
Available from : https://www.cdc.gov/prions/index.html
Gerstmann-Straussler-Scheinker Syndrome (GSS)

Gejala klinis ditandai dengan cerebellar


ataxia, gangguan motorik, kehilangan
koordinasi otot, dan rusaknya cerebellum.
Demensia lebih jarang terjadi.

GSS dikenal bersifat familial, namun tidak


jelas apakah ada yang bersifat sporadis
juga. Angka kejadian GSS sekitar 2% dari
CJD.

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis sebagai


agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Kuru

“laughing death”

Stadium ambulant : jalan sempoyongan, disartria,


tremor, inkoordinasi ekstremitas

Stadium sedentary : tremor yang makin hebat,


ataxia (kehilangan koordinasi otot), kelabilan
emosi (tertawa terbahak-bahak dan depresi),
dementia

Stadium terminal : tidak dapat duduk tanpa dibantu,


ataxia makin hebat, inkontinensia urin, disfagia

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis sebagai


agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Konduru D, Hangsang C, Madhu ST. Bio – Cultural analysis of kuru disease in
Australian tribe. Imperial Journal of Interdisciplinary Research (IJIR).
2017;3(4)
Fatal Familial Insomnia (FFI)

Penyakit ini ditandai dengan insomnia,


disautonomia, demensia, sampai tidak dapat
membedakan antara realita dan mimpi. Tampak
atrofi yang berat pada thalamus.

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis


sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Tabernero C, Polo JM, Sevillano MD, Munoz R, Berciano J et al.
Fatal familial insomnia: clinical, neuropathological, and genetic
description of a Spanish family. J Neurosurg Psychiatry. 2000; 68.
Bovine spongiform encephalopathy (penyakit sapi gila)

Bovine spongiform encephalopathy (BSE)


pertama kali ditemui di Inggris pada
November 1986 pada sapi. Sapi-sapi
Agen BSE dapat ditularkan ke spesies
tersebut awalnya menjadi gelisah,
lain, seperti anak sapi, domba, kambing,
hiperestetik, dan tidak terkoordinasi.
dan tikus.
Kemudian mereka menjadi sulit untuk
ditangani, dan dalam beberapa kasus
mereka berkembang menjadi hiruk-pikuk,
yang menyebabkan nama "penyakit sapi
gila". Masa inkubasi rata-rata adalah 4-5 Pada manusia, ada tiga kemungkinan
tahun. jalur infeksi.

Pertama, dengan implantasi atau injeksi bahan


turunan sapi atau preparat yang berhubungan
dengan produk sapi, termasuk jahitan "catgut".

Kedua, pekerja dalam persiapan pakan ternak,


mungkin berisiko menghirup debu yang terinfeksi atau
mendapatkan agen secara konjungtiva.

Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis Infeksi melalui konsumsi adalah kemungkinan
sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Sigurdson CJ, Miller MW. Other animal prion disease. British Medical rute ketiga.
Bulletin. 2003;66.
Chronic Wasting Disease (CWD)

Tanda-tanda awal CWD pada rusa yang


terkena sangat tidak terlihat.

Terdapat penurunan berat badan,


perubahan perilaku (seperti hilangnya rasa
takut pada manusia), kepala menunduk
dan telinga yang terkulai.

Seiring perkembangan penyakit klinis,


tanda-tanda yang lebih terlihat seperti otot
wajah hipotonik, air liur berlebihan, poliuria
dan polidipsia muncul.

Sigurdson CJ, Miller MW. Other animal prion disease. British Medical Bulletin.
2003;66.
Transmissible Mink Encephalopathy (TME)

Masa inkubasi TME telah diperkirakan 7-12 bulan.

Awalnya, yang terinfeksi menampilkan perubahan


perilaku termasuk peningkatan agresivitas dan
hiperestesi yang berkembang menjadi ataksia,
kadang-kadang tremor atau berputar-putar, dan
menggigit diri atau objek secara kompulsif.

Tanda-tanda klinis biasanya berkembang dalam


beberapa minggu tetapi dapat berkisar dari 1
minggu hingga beberapa bulan sebelum kematian.

Sigurdson CJ, Miller MW. Other animal prion disease. British Medical Bulletin.
2003;66.
Scrapie

Gejala klinis dapat berupa perubahan perilaku,


kebutaan, ataksia, inkoordinasi,
hipereksitabilitas, dan tremor.

Pruritus yang intens adalah gejala paling umum yang


biasanya menyebabkan hilangnya wol dengan
menggosok dan mengikis, dan menghasilkan respons
menggigit yang khas dari hewan saat punggung
digaruk atau diberikan tekanan pada pangkal ekor.

Masa inkubasi scrapie adalah 2-5 tahun


Imran M, Mahmood S. Review: An
dan kematian terjadi dalam 2 minggu
overview of animal prion
diseases. Virology journal.
hingga 6 bulan setelah onset klinis.
2011;8(493).
Cosseddu GM, Agrimi U, Pinto J,
Schudel AA. Advances in scrapie
research. Rev. sci. tech. off. Int.
epiz. 2007;26(3)
Feline Spongiform Encephalopathy (FSE)

Manifestasi klinis dari penyakit ini meliputi


perubahan perilaku yang parah, depresi,
kegelisahan. Perubahan perilaku termasuk
rasa takut, agresivitas yang tidak biasa
atau sifat takut-takut yang tidak biasa. Cara
berjalan yang abnormal dan ataksia, juga
merupakan karakteristik FSE.

Imran M, Mahmood S. Review: An


overview of animal prion
diseases. Virology journal.
2011;8(493).
DIAGNOSIS
Pemeriksaan neuropatologi
Pemeriksaan Western blot
Pemeriksaan 14-3-3
Pemeriksaan RT-QuIC

Vita KMM, Wanandi SI. Prion: the infectious protein in


neurodegenerative diseases. Med J Indones. 1999 Sep;8(3).
Hendrawan S. Telaah lebih jauh terhadap prion: protein patologis
sebagai agen penyakit. Ebers Papyrus. 2009 Aug;15(2).
Connor A, Wang H, Appleby BS, Rhoads DD. Clinical laboratory
tests used to aid in diagnosis of human prion disease. Journal of
Clinical Microbiology. 2019 Oct;57(10).
Pentosan polysulfate (PPS)

Terapi Quinacrine
Flupirtine maleate
Doxycycline Resveratrol
Kongo merah
Curcumin

Imunoterapi

Chen C, Dong X. Therapeutic implications of prion diseases. Biosafety and


health. 2020 Sep 6.
PROGNOSIS

Prognosis biasanya sangat jelek.


Demensia total biasanya terjadi dalam 6
bulan, penderita menjadi benar-benar tidak
mampu merawat diri. Dalam waktu singkat
penyakit ini fatal, biasanya dalam 7 bulan.
Beberapa penderita bertahan hidup sampai
1-2 tahun setelah terdiagnosis.

Affandi IG. Penyakit Creutzfeldt-Jakob. CDK. 2015;42(7).


BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN Penyakit prion disebabkan oleh suatu
protein yang disebut dengan PrPSc (Prion
Protein Scrapie). PrPSc merupakan varian
dari PrPc (Prion Protein Cellular). PrPc ini
secara normal disintesis dalam tubuh
sebagian besar mamalia sebagai ekspresi
dari gen PrNP. PrP yang disintesis akan
berubah lipatannya menjadi PrPSc.
Selanjutnya PrPSc ini akan
terakumulasi di jaringan otak,
membentuk plak dan akhirnya akan
meninggalkan lubang seperti spons
pada otak

Gejala yang tampak menunjukkan kelainan


neurologikal. Diagnosis pasti dilakukan
dengan mendeteksi adanya agen prion
pada jaringan otak.
Berbagai ide terapi penyakit ini telah
dikembangkan, mulai dari terapi gen,
antibodi dan obat-obatan. 
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai