Anda di halaman 1dari 5

Prion

Prion adalah pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. Prion tidak dapat dimusnahkan dengan panas, radiasi, atau formalin. Prion menyebabkan berbagai penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD), dan bovine spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua penyakit ini menyerang otak atau sistem syaraf lainnya, mematikan, dan belum dapat disembuhkan. Namun sebuah vaksin telah dikembangkan untuk tikus dan sedang dikembangkan lebih lanjut untuk manusia.

Bovine spongiform encephalopathy


Bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau lebih dikenal sebagai penyakit sapi gila adalah penyakit neurodegeneratif mematikan yang menjangkiti ternak. Penyakit ini juga tampaknya dapat menular kepada manusia. Tidak seperti penyakit lainnya yang disebarkan oleh mikroba, BSE disebabkan oleh sejenis protein yang berubah bentuk dan dinamai prion. Prion-prion ini kemudian menyerang sel-sel otak. Penularan BSE adalah melalui makanan ternak yang terkontaminasi.

PENYAKIT KURU
Penyakit kuru adalah suatu penyakit yang mematikan karena terjadi kerusakan pada sistem saraf pusat terutama daerah otak kecildan yang berhubungan dengan otak kecilhingga anggota tubuh menjadi kaku dan gerakan tidak terkontrol,berjalan tertatih-tatih disertai gangguan emosi,dimana penderita tiba-tiba tertawa. pada stadium lanjut,bisa terjadi kemunduraninteligensia;sedangkan pada stadium terminal,otot-otot penderita lemah,tidak bisa berbicara,tidak bisa berjalan,tidak mampu menelan,dan tidak bereaksi terhadap lingkungan.Kematian biasanya terjadi setelah3-12 bulan sakit,akibat radang paru dan borok daerah punggung(decubitus). Penyakit kuru pertama di laporkan pada tahun 1915,dimana ditemukan pada1-5penduduk yang mengikuti upacara ritualmenghormati nenek moyang mereka yang sudah meninggal.Penyakit ini terdapat di daerah pegunungan di Papua Nugini yang menyebar sangat terbatas pada keluarka yang kawindengan kerabat dekat dahulunya.Penulis lainnya mengemukakan bahwa penyakit kuru erat hubungannya dengan kebiasaan penduduk menghisap jaringan otak moyangnyayang meninggal dengan harapan dapat mewarisi kharismanya.Penyakit ini mirip dengan penyakitscrapie yang terjadi pada biri-biri. Sampai tahun 60an penyakit ini merupakan prevalen,terutama bagi wanita dan anak-anak upacara menghormati nenek moyang yang sudah <4tahun.Tetapi belakangan inipenyakit kuru sudah jarang di temukan,terutama sejak dilarangnya upacara menghormatinenek moyang yang sudah meninggal,upacara mana dulunya diiringi kanibalisme (memakan daging orang yang sudah meninggal). Penyakit kuru mematikan dan tidak ada pengobatan khusus.

scrapie
Scrapie adalah penyakit pada domba dewasa yang ditemukan sejak abad ke-18, tersebar luas di daerah subtropis, dan dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti rida (Eslandia), la tremblante (Perancis), euky pine, goggles, cuddie trot, scratchie, rubbers, shaking (Inggris), traberkrankheit, reiberkrankheit (Jerman), dan surlokor (Hongaria). Scrapie juga ditemukan di AS, Kanada, Spanyol, Belanda, Siprus, Swiss, Afrika Selatan, India, dan Jepang. Dalam jumlah sedikit, scrapie pernah ditemukan pada kambing. Selama dua abad, scrapie hanya dikenal menular dari domba ke domba. Domba yang terserang scrapie akan terganggu sarafnya sehingga muncul kegatalan hebat, gerakan menabrak benda tanpa terkendali seperti gila, dan selalu berakhir dengan kematian. Masa inkubasi penyakit ini sangat lama, sampai beberapa tahun.

Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit Creutzfeldt-Jakob adalah gangguan saraf degeneratif yang amat jarang dan tak tersembuhkan.

Penyebab
Penyakit ensefalopati spongiform menular ini disebabkan oleh prion, sehingga sering disebut sebagai penyakit prion. Penyakit prion lainnya termasuk Sindrom Gerstmann-Strussler-Scheinker(GSS), insomnia familial fatal dan kuru pada manusia, juga ensefalopati spongiform sapi yang umum dikenal sebagai penyakit sapi gila, chronic wasting disease (CWD) pada rusa, dan scrapiepada domba. Prion yang dipercaya menyebabkan Creutzfeldt-Jakob memperlihatkan setidaknya 2 konformasi yang stabil. Konformasi dalam keadaan asli itu larut air dan ada dalam sel yang sehat. Sampai2006, fungsi biologisnya tak diketahui. Keadaan konformatif lainnya kurang larut air dan mudah membentuk agregat protein. Orang juga bisa terjangkit Creutzfeldt-Jakob melalui mutasi gen (perlu didefinisikan), yang hanya terjadi dalam 5-10% dari semua kasus. Prion Creutzfeldt-Jakob berbahaya karena meningkatkan pelipatan protein asal ke dalam keadaan sakit, yang menyebabkan meningkatnya prion tak larut pada sel yang terjangkit. Massa protein yang salah lipat ini mengacaukan fungsi sel dan menyebabkan kematiannya. Mutasi pada gen untuk protein prion bisa menyebabkan kesalahan lipat sebagian besar regio alfa-heliks ke lembar beta yang terlipat. Perubahan konformasi ini melumpuhkan kemampuan protein mengalami pencernaan. Sekali prion ditransmisikan, protein cacat itu menyerang otak dan diproduksi di putaran umpan balik yang disokong sendiri, menyebabkan penyebaran eksponensial prion, kematian dalam beberapa bulan, meski beberapa orang diketahui hidup selama-lamanya 2 tahun.

Stanley Prusiner dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1997 untuk penemuan prionnya. Lebih dari 1 dasawarsa, ahli patologi saraf Universitas Yale Laura Manuelidis meragukan penjelasan penyakit itu. Pada bulan Januari 2007 ia dan koleganya menerbitkan artikel di Proceedings of the National Academy of Science dan melaporkan bahwa mereka menemukan partikel serupa virus (namun sejauh ini tak menemukan asam nukleat) pada kurang dari 10% galur sel yang terinfeksi scrapie dan pada galur sel tikus yang ditulari agen Creutzfeldt-Jakob dari manusia.[1]

Gejala
Gejala pertama Creutzfeldt-Jakob adalah demensia yang berlangsung cepat, menimbulkan kehilangan ingatan, perubahan kepribadian dan halusinasi, yang disertai dengan masalah fisik seperti menurunnya kecakapan berbicara, gerakan tertegun-tegun (mioklonus), disfungsi keseimbangan koordinasi (ataksia), perubahan gaya berjalan, postur yang kaku, dan serangan jantung. Durasi penyakit ini bervariasi, namun Creutzfeldt-Jakob yang sporadik (tak diwarisi) bisa fatal dalam beberapa bulan bahkan minggu (Johnson, 1998). Pada beberapa orang, gejala itu bisa berlanjut selama beberapa tahun. Pada sebagian besar pasien, gejala tersebut diikuti dengan gerakan tak sadar dan munculnya pelacakan elektroensefalogram diagnostik khas. Gejala Creutzfeldt-Jakob disebabkan oleh kematian sel saraf otak yang berkelanjutan, yang dikaitkan dengan bertambahnya protein prion abnormal. Saat jaringan otak penderita Creutzfeldt-Jakob diperiksa di bawah mikroskop, banyak lubang kecil terlihat di mana keseluruhan area sel saraf mati. Kata 'spongiform' pada 'ensefalopati spongiform menular' merujuk pada kemunculan 'pori' pada jaringan otak.

Diagnosis
Diagnosis Creutzfeldt-Jakob dicurigai bila ada gejala klinik dan tanda yang khas seperti demensia yang berlangsung cepat dengan mioklonus. Pengamatan lanjutan kemudian dapat dilakukan untuk mendukung diagnosis termasuk

Elektroensefalografi sering ada gambaran paku trifasik yang khas Analisis cairan serebrospinal untuk protein 14-3-3 MRI otak sering menunjukkan intensitas sinyal tinggi di nucleus caudatus dan putamen secara bilateral pada gambar diapit T2.

Gambar Diffusion Weighted Imaging (DWI) paling sensitif. 24% kasus DWI hanya menunjukkan hiperintensitas korteks; 68% abnormalitas korteks dan subkorteks; dan 5% hanya anomali subkorteks.[6] Keterlibatan talamus dapat ditemukan pada sCJD (Creutzfeldt-Jakob sporadik), malahan lebih kuat dan konstan daripada vCJD.[7] Dalam sepertiga pasien sCJD, endapan "protein prion (scrapie)," PrPSc, dapat ditemukan di otot rangka dan/atau limpa. Diagnosis vCJD dapat didukung dengan biopsi amandel, yang mengandung PrpSc dalam jumlah banyak; namun, biopsi jaringan otak lebih bersifat menentukan.

Clinical and Pathologic Characteristics:[8]

Karakteristik

CJD klasik

CJD varian

Usia kematian rata-rata

68 tahun

28 tahun

Durasi sakit rata-rata

4-5 bulan

13-14 bulan

Tanda dan gejala klinik

Demensia; Gejala psikiatri/perilaku tanda mencolok; disestesias nyeri; Tanda neurologis awal neurologis yang terlambat

Gelombang elekteroensefalogram yang tajam secara berkala

Sering ada

Sering tiada

Hiperintensitas sinyal di nucleus caudatus dan putamen pada difusi apit dan FLAIR MRI

Sering ada

Sering tiada

"Tanda pulvinar" di MRI

Tak dilaporkan

Ada dalam >75% kasus

Analisis imunohistokimia jaringan otak

Akumulasi bervariasi.

Akumulasi protein prion resisten protease yang mengancam

Keberadaan agen di jaringan getah bening

Tak mudah dideteksi

Mudah dideteksi

Pertambahan rasio glikoform pada analisis imunoblot protein prion resisten protease

Tak dilaporkan

Akumulasi protein prion resisten protease yang mengancam

Adanya plak amiloid di jaringan otak

Bisa ada

Bisa ada

Tanda abnormal di talamus posterior pada gambaran yang diapit T2 dan difusi serta sekuensi penemuan inversi yang yang dilemahkan oleh cairan pada gambaran MRI otak; dalam konteks klinik yang cocok, tanda ini spesifik untuk vCJD. (Sumber: CDC)

Penanganan
Sampai 2007, tidak ada pengobatan untuk Creutzfeldt-Jakob, sebuah penyakit mematikan, dan pencarian pengobatan terus berlanjut. Sebuah pengobatan eksperimental diberikan kepada bocah tanggung asal Irlandia Utara, Jonathan Simms, di awal Januari 2003.[9] Pengobatan itu, disebut pentosan polisulfat (PPS) dan digunakan untuk menangani sistitis interstisial, diinfuskan keventrikel lateral pasien dalam otak. PPS tak nampak menghentikan penyakit yang berkembang, dan fungsi serta jaringan otak terus hilang. Namun, pengobatan ini diduga memperlambat perkembangan penyakit yang sebaliknya tak dapat ditangani ini, dan mungkin menyebabkan kelangsungan hidup lebih panjang dari yang diharapkan pada 7 pasien yang diamati.[10] CJD Therapy Advisory Group kepada UK Health Departments meanasihatkan bahwa data itu tidak cukup mendukung klaim bahwa pentosan polisulfat efektif dan mengusulkan bahwa penelitian lanjutan pada hewan lebih.[11] Sebuah tinjauan pada tahun 2007 dari perawatan dengan PPS terhadap 26 pasien tak menemukan bukti kemujaraban karea kurangnya kriteria obyektid yang disetujui.[12] Para ilmuwan telah meneliti menggunakan interferensi RNA untuk memperlambat pertumbuhan scrapie pada tikus. RNA memblokir produksi protein yang mengubah proses CreutzfeldtJakob menjadi prion. Penelitian ini tidak mungkin menuju terapi manusia selama beberapa tahun.[13]

Anda mungkin juga menyukai