“PRION”
OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
encephalopathies / TSEs) dapat mempengaruhi manusia dan hewan. Penyakit ini dibedakan
oleh lama periode waktu inkubasi, karakteristik perubahan spongiform yang berhubungan
dengan dengan hilngkan neuron, dan kegagalan untuk menginduksi respon inflamasi. Agen
penyebab TSE dipercaya yaitu Prions. Istilah Prions dimaksudkan sebagai abnormal, agen
pathogen yang menular dan mampu menginduksi lipat abnormal dari spesifik protein normal
seluler disebut protein Prion yang banyak ditemukan pada otak. Fungsi dari protein Prion
normal masih belum sepenuhnya dipahami. Lipat abnormal (misfolding) dari protein Prion
menyebabkan kerusakan otak dan tanda gejala penyakit. Penyakit Prion biasanya terjadi
Prion disease merupakan suatu gangguan yang disebabkan oleh protein berbentuk tidak
normal yang disebut Prions, terjadi pada sporadic (Jakob-Creutzfeldt disease/CJD), genetic
(Geschwind, 2016).
B. Rumusan Masalah
3. Apa saja tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit Prion
C. Tujuan
3. Untuk mengetahui tindakan yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit Prion
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang bernama Alfons Jacob menggambarkan kasus pertama penyakit Prion pada
manusia pada tahun 1921, lalu tahun 1923 Jacob berpikir bila kasusnya sama seperti yang
ditangani oleh Hans Creutzfeldt di tahun 1920 dijelaskan terjadi pada seorang wanita muda.
Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit Jacob atau Jacob-Creutzfeldt disease sehingga
akhirnya, seorang peneliti bernama Clarence J.Gibbs mulai menggunakan istilah penyakit
Pada awal 1980-an, agen protein baru telah dilaporkan berhubungan dengan infeksi
scraple. Partikel protein kecil menular, yang kemudian disebut dengan Prion, berbeda dari
virus dan viroid karena tidak meniliki asam nukleat, baik DNA atau RNA (Partadiredja,
2007)
disebabkan oleh konversi dari protein Prion normal (PrPc, Prion-protein terkait, yang mana
C untuk bentuk seluler protein) dengan struktur primarily α-heliks menjadi bentuk abnormal
dari protein yang disebut Prion (PrPsc, yang mana Sc untuk scraple, penyakit Prion pada
domba dan kambing). Prion abnormal (proteinaceous infectious particle), memiliki struktur
spongiform /TSEs) dapat mempengaruhi manusia dan hewan. Penyakit ini dibedakan oleh
lama periode waktu inkubasi, karakteristik perubahan spongiform yang berhubungan dengan
hilangnya neuron, dan kegagalan untuk menginduksi respon inflamasi. Agen penyebab TSE
dipercaya yaitu Prions. Istilah Prions dimaksudkan sebagai abnormal, agen pathogen yang
menular dan mampu menginduksi lipat abnormal dari spesifik protein normal seluler disebut
protein Prion yang banyak ditemukan pada otak. Fungsi dari protein prion normal masih
belum sepenuhnya dipahami. Lipat abnormal dari protein prion menyebabkan kerusakan
otak dan tanda gejala penyakit. Penyakit prion biasanya terjadi cepat dan selalu bersifat fatal
(CDC, 2018).
Penyakit prion mempengaruhi manusia dan hewan. Pada hewan telah dilaporkan penyakit
ini hanya muncul diantara spesies mamalia. Penyakit prion pada hewn ada enam variasi
diantaranya; scrapie (pada domba dan kambing), transmissible mink encephalopathy (mink),
bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau penyakit sapi gila (sapi), chronic wasting
disease (rusa mule, elk), feline spongiform encephalopathy (kucing), dan exotic ungulate
encephalopathy (antelopes/mirip rusa). Pada manusia penyakit prion dibagi menjadi empat
syndrome (GSS syndrome), dan fatal familial insomnia (FFI) (Partadiredja, 2007)
Penyalit prion pada manusia terjadi di sebagian besar Negara maju dan ± 1-1,5 juta
manusia terinfeksi per tahun. Di Amerika Serikat dengan populasi penduduk 330 juta,
sekitar 400 kasus penyakit prion terdiagnosis per tahun (Maddox, Person & Minino, 2015).
Penyakit prion pada manusia 80-95% adalah sporadic Jacob-Creutzfeldt disease 10-15%
adalah genetic (biasanya familial), dan kurang dari 1% diperoleh pada sporadic Jacob-
Creutzfeldt disease, konversi PrP C ke PrP Sc diduga terjadi secara spontan (atau mungkin
melalui mutasi somatic dari PRNP). Pada penyakit prion genetic, diperkirakan bahwa mutasi
pada gen protein prion, PRNP, membuat PrP C lebih rentan terhadap perubahan konformasi
(misfolding) ke PrP Sc. Pada bentuk PrP Sc secara tidak sengaja menular pada manusia,
B. Penjelasan Biomedis
Penyakit sapi gila atau Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) memiliki sinonim
Mad cow dan sapi gila (Maria, 2004; CDC, 2012). Merupakan penyakit syaraf pusat sapi
berupa kelainan degenerasi sel syaraf sapi dewasa hingga jaringan otak mengalami
perubahan mirip spons (spongiform), Penyakit ini tidak ditularkan dari seekor sapi terinfeksi
ke sapi lain yang sehat. Sapi yang terinfeksi BSE disebabkan oleh konsumsi bahan pakan
yang mengandung “Prion” yaitu molekul protein tubuh hewan yang telah berubah
konfigurasi asam amino dan menyebabkan kerusakan pada susunan syaraf pusat individu
yang terinfeksi. Individu yang terinfeksi ditandai dengan perubahan tingkah laku mulai dari
ketakutan hingga bentuk agresif, hilangnya koordinasi, tidak mampu bangun, dan diikuti
dengan kematian.
Mad cow atau penyakit sapi gila baru muncul sekitar tahun 1990-an. Saat itu
penyebabnya belum jelas, apakah dari virus atau bukan. Prion ini umumnya menyerang
hewan ruminansia atau hewan yang mempunyai rumen (Smith and Bradley, 2003). Pada
sapi yang terinfeksi prion, protein ini banyak dapat terdeteksi di berbagai bagian tubuhnya
seperti di dalam daging, tulang, jeroan, hingga ke otak (Smith and Bradley, 2003).
Sumber agen yang menjadi media penularan dari hewan ke manusia ialah jaringan sapi
yang mengandung prion yang dikenal dengan specified risk material (SRM). Jaringan sapi
yang termasuk SRM diantaranya ialah distal ileum, otak, medulla spinalis, tonsil dan mata
(Kitamoto 2005).
Specified risk material awalnya masuk ke saluran pencernaan kemudian melakukan
penetrasi ke bagian distal ileum, yaitu pada daun Payer. Setelah itu prion menuju saraf
perifer dan terus ke sistem saraf pusat (SSP). Saat prion BSE 2 kontak dengan protein prion
normal (PrPC ), maka prion normal akan berubah struktur menjadi prion BSE (PrPSc). Fibril
akan bergabung membentuk plaque PrPSc . Kerusakan sel saraf yang disertai pembentukan
plaque akan menimbulkan vakuola-vakuola pada jaringan otak. Kerusakan syaraf yang
parah akan memunculkan gejala klinis pada individu yang terinfeksi (Yokoyama dan Tsutsui
2005).
Data dunia mengenai epidemiologi BSE hingga saat ini masih sangat terbatas. Negara-
negara di dunia yang dilaporkan positif BSE pada ternaknya adalah 22 negara (20 negara di
Eropa).Negara non-eropa di Asia yang dilaporkan adanya BSE adalah Jepang dan Israel di
Timur Tengah (Suardana dan Soejoedono, 2005) Penularan dari manusia ke manusia telah
dilaporkan melalui rute iatrogenik. Kebanyakan kasus terjadi pada pasien yang menerima
transfusi darah dari orang yang asimptomatis terinfeksi prion BSE. Rute iatrogenik lainnya
misalnya transplantasi organ. Selain itu peralatan yang terkontaminasi selama operasi juga
bisa menularkan prion BSE. Namun, dilaporkan transmisi antar manusia tidak terjadi
Pencegahan adalah cara terbaik pada penyakit prion. Tidak ada pengobatan kausalis,
resiko pada manusia akibat penggunaan produk dan alat medis yang berasal dari sapi
Minimalisasi resiko pada manusia akibat penggunaan produk dan alat medis yang berasal
dari manusia Resiko transmisi dari vCJD akibat konsumsi produk makanan yang berasal dari
hewan ruminansia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit prion atau penyakit encephalopathies dapat mempengaruhi manusia dan hewan.
Penyakit ini dibedakan oleh lama periode waktu inkubasi, karakteristik perubahan
spongiform yang berhubungan dengan hilangnya neuron, dan kegagalan untuk menginduksi
respon inflamasi. Agen penyebab TSE dipercaya yaitu prions. Istilah prions dimaksud
sebagai abnormal, agen pathogen yang menular dan mampu menginduksi lipat abnormal
dari spesifik protein normal seluler disebut protein prion normal masih belum spenuhnya
dipahami. Penyakit prion pada hewan adan enam variasi sedangkan pada manusia di bagi