Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

SCIE6069037 – PHYSICS I

Oleh Kelompok 1:

1. Adriyan Wahyu Pradhana 2602290630


2. Engga Tri Ferdiansyah 2602292244
3. Jaka Hidayat Yusuf 2602289905
4. Sonia Muchlis 2602290762
5. Willasta Hariadi Surbakti 2602292313

Kelas :
AKDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023

Internal
Bab 1 – Newton’s Law
Nama Asisten : Arvel Marcellio Wahyudi
1. Explain the Newton’s Law and give 2 examples of the its daily application for each of
the law
A. Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi:


“Saat suatu benda sedang diam, maka benda akan tetap diam dan benda yang sedang
bergerak lurus beraturan akan terus bergerak lurus beraturan, jika resultan gaya yang
bekerja sama dengan nol.”

F R =0
Contoh penerapan Hukum I Newton dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita menarik
kertas yang di atasnya terdapat uang logam dengan sangat cepat. Uang logam tersebut tidak
akan ikut tertarik bersama kertas, melainkan akan tetap berada pada tempatnya semula.
Sesuai dengan bunyi Hukum I Newton yakni benda yang sedang diam akan tetap diam jika
resultan gaya yang bekerja sama dengan nol.
Contoh lainnya adalah ketika kita sedang naik mobil yang melaju dengan kecepatan konstan.
Ketika mobil tersebut mengerem mendadak, maka tubuh kita akan terdorong ke depan secara
otomatis. Hal ini sesuai dengan bunyi Hukum I Newton yaitu benda yang sedang bergerak
lurus beraturan akan terus bergerak lurus beraturan, jika resultan gaya yang bekerja sama
dengan nol.
B. Hukum II Newton
Hukum II Newton berbicara mengenai hubungan antara gaya konstan
benda terhadap percepatan yang timbul pada benda tersebut, serta hubungan antara massa
benda terhadap percepatan yang ada akibat gaya konstan benda.
Hukum II Newton berbunyi:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda sebanding dengan resultan gayanya dan berbanding terbalik dengan massa bendanya.”

F
a⃗ = R
m
Contoh penerapan Hukum II Newton adalah ketika kita mendorong mobil mainan. Jika kita
mendorong mobil mainan tersebut dengan semakin kuat, maka akan semakin cepat pula
mobil mainan itu bergerak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hukum II Newton
bahwa semakin besar gaya yang diberikan pada benda, maka semakin besar pula percepatan
benda.
Tapi, ketika kita memberi beban di atas mobil mainan tersebut, lalu kita dorong dengan
kekuatan yang sama dengan sebelum diberi beban, maka gerak mobil mainan tersebut nggak
akan secepat tadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hukum II Newton bahwa semakin besar
massa benda, maka semakin kecil percepatan benda. Jadi, kalau massa bendanya lebih besar,
maka gaya yang diberikan pada benda juga harus lebih besar.
C. Hukum III Newton

Hal tersebut sesuai dengan Hukum III Newton yang berbunyi:

“Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya pada
benda A yang besarnya sama, namun dengan arah yang berlawanan.”

F Aksi =−⃗
F Reaksi
Contoh penerapan Hukum III Newton adalah yang tadi sudah kita bahas di awal, yaitu ketika
kita memukul atau mendorong dinding. Saat memukul atau mendorong dinding, kita bisa
merasakan tekanan yang sama besarnya dengan kekuatan yang kita berikan ke arah dinding
Internal
tersebut. Nah, kekuatan yang kita berikan ke dinding tersebut adalah gaya aksi,
sementara kekuatan yang bisa kita rasakan dari dinding tersebut adalah gaya reaksi.
Selain itu, contoh penerapan lainnya adalah roket air. Roket air dapat meluncur ke atas
karena adanya gaya dorong air ke bawah. Nah, gaya dorong ke bawah ini adalah gaya aksi.
Lalu, sebagai akibatnya, lantai memberikan gaya dorong yang sama besar ke arah berlawanan
dengan arah gaya aksi tadi, yaitu ke arah atas. Nah, gaya dorong lantai ke atas inilah yang
disebut sebagai gaya reaksi.
2. Draw and analyze the model of the system used in the experiment and its acting forces

Percobaan hukum newton tentang gerak ini bertujuan untuk menentukan nilai percepatan
troli yang dihitung menggunakan persamaan hukum II newton dan gerak lurus berubah
beraturan, untuk mengetahui hubungan jarak dan waktu, kecepatan dan waktu, massa dan
percepatan, serta gaya dan percepatan. Metode yang digunakan adalah merangkai alat,
menentukan jarak lintasan pada papan luncur, menarik dan melepaskan trolly dengan
memanipulasi jarak lintasan, waktu peluncuran, dan massa dari troli dan beban gantung.

Gaya ditinjau dari troli bermassa m2 benda diatas papan luncur digerakkan oleh beban 𝑊=
𝑚.𝑔. Troli mengalami pergerakan dan mempunyai percepatan tertentu saat digantungkan
beban m1. Berlaku hukum Newton II dan gaya gesekan pada roda trolly diabaikan, yang dapat
dituliskan :
∑ F=m. a
T 1+T 2 +w 1=Δ m . a
m1 . g=(m ¿ ¿ 2+m2)a ¿

Sehingga untuk mencari percepatan yang dialami trolly dapat dirumuskan :


m1 . g
a theor =
m1 + m2

Dari persamaan ini, dapat diketahui gaya gravitasi berdasarkan penelitian dengan rumus
a (m1+ m2 )
g prac=
m1

Karena troli tersebut bergerak dengan percepatan a, jika jarak yang ditempuh dan waktunya
diukur akan berlaku :
1 2
s= . a . t
2
Internal
Atau dapat dituliskan sebagai berikut :
2s
a prac =
t2

Troli yang bergerak pada lintasan dengan jarak tertentu dalam jangka waktu tertentu
memiliki persamaan kecepatan (v) sebagai berikut :
Δs
V prac =
Δt

Karena troli bergerak dengan kecepatan yang tidak konstan dengan keadaan awal troli diam
maka persamaan GLBB yang berlaku, yaitu :
V theo= √ 2. a . s

Beban troli yang diikatkan dalam satu rangkaian dengan beban gantung akan menyebabkan
gaya tegangan pada tali penghubung dengan pada beban m dengan percepat tertentu memiliki
rumus
T prac=m . a

Dengan menggabungkan rumus percepatan yang dialami trolly maka tegangan tali pada
beban m dapat dirumuskan :
m1 . m2
T theory = g
m 1+ m2

Gerak pada troli merupakan prinsip gerak lurus berubah beraturan dimana jarak yang
ditempuh benda disetiap satuan waktu tidak sama besar, tetapi arah gerak tetap.

3. Explain whay m2 was transferred to ml in experiment 4 relate to its total mass and
system acceleration
Massa pada m2 dipindahkan ke m1 untuk melakukan pengujian perbandingan massa
terhadap percepatan nya, karena pada m1 dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan besar massa
pada m2 juga berkurang yang menyebabkan semakin besar massa pada m1 maka semakin
besar juga percepatannya

4. Analyze the experiment data result and relate it to the theory for each experiment
4.1. Analisa Table 1.1
Pada hasil percobaan tabel 1.1 yang mana kecepatan awal sama dengan 0 dan diberikan beban tetap
sebesar 10gr pada hanger tersebut, dengan variable jarak sebagai peubahnya.didapatkan percobaan
sebagai berikut:
1. Pada saat jarak 0,4 meter dan membutuhkan waktu meluncur 1,42 s.
2. Saat jarak ditambah ke 0,5 meter waktu yang dibutuhkan untuk meluncur saat penggantung
dilepaskan 1,61 s
3. Kemudian jarak tersebut diubah menjadi 0,6 meter, kemudian beban penggantung dilepaskan maka
didapat waktu 1,78 s.
4. Saat variabel jarak diubah kembali ke 0,7 meter, waktu yang dibutuhkan smart cart untuk meluncur
adalah 1,93 s.
Internal
5. Terakhir pada saat jarak diubah menjadi 0,8 meter, maka didapat waktu yang ditemput oleh smart
cart adalah 2,08 s.

Pada hasil percobaan terhadap jarak dan waktu tersebut bisa didapat besar percepatannya
(𝑎prac) dengan menggunakan rumus berikut:
1 2
s= a .t
2

Sehingga didapat hasil perhitungan dengan rumus tersebut sesuai dengan tabel berikut:
s (m) t (s) aprac
(m/s2)

0,4 1,42 0,39675

0,5 1,61 0,38578

0,6 1,78 0,37874

0,7 1,93 0,37584

0,8 2,08 0,36982

Besar nya percepatan gravitasi practicum, bisa didapat dengan menggunakan rumus:
a prac (m1−m2)
g prac =
m1

Di mana m1 sebesar 10 gr dan m2 255gr sesuai pada prosedur percobaan, sehingga didapat
hasilnya sesuai dengan yang ada pada kolom 𝑔𝑝𝑟𝑎𝑐.

Sebagai perbandingan terhadap (𝑎prac) maka (𝑎theory) perlu dihitung dengan rumus berikut:
m1 . g
a theory =
m1 +m 2

Di mana m1 sebesar 10 gr dan m2 255gr sesuai pada prosedur percobaan, dan g sebesar 9,8
m/s2.

Untuk mencari nilai error atau seberapa jauh hasil antara praktikum dengan teori digunakan
rumus standar deviasi berikut:

Dari hasil percobaan pada tabel 1 terlihat bahwa, semakin jauh jarak yang ditempuh maka
semakin besar pula percepatan nya. Besar standar deviasi dari praktikum tersebut paling
mendekati antara praktikum dengan teori adalah saat percobaan s = 0,8 m.

4.2. Analisa Table 1.2


Pada percobaan untuk Tabel 1.2, dapat dilihat jarak mempengaruhi waktu yang ditempuh
dan juga kecepatan untuk sampai ke katrol. Sebagaimana rumusan nya adalah
Δs
v=
Δt

Dimana didapat v prac pada tabel sebagai berikut


Internal
s (m) t2 t1 Δt Δs vprac
(second) (second) (second) (m) (m/sec)

0,4 1,46 1,45 0,01 0,0005 0,500

0,5 1,65 1,64 0,01 0,0056 0,560

0,6 1,82 1,81 0,01 0,0062 0,620

0,7 1,98 1,97 0,01 0,0067 0,670

0,8 2,13 2,12 0,01 0,0069 0,690

Sebagai perbandingan antara praktik dan teori, maka untuk mencari v secara teori bisa
menggunakan rumusan berikut
v=√ 2. a . s

Dari perhitungan tersebut didapat V secara teori sebagai berikut


s (m) t2 t1 Δt Δs vprac vtheory (m/sec)
(second) (second) (second) (m) (m/sec)

0,4 1,46 1,45 0,01 0,0005 0,500 0,5439200829

0,5 1,65 1,64 0,01 0,0056 0,560 0,6081211399

0,6 1,82 1,81 0,01 0,0062 0,620 0,666163332

0,7 1,98 1,97 0,01 0,0067 0,670 0,7195386363

0,8 2,13 2,12 0,01 0,0069 0,690 0,7692191581

Dari hasil tersebut terlihat bahwa ada perbedaan perhitungan antara V secara praktik dan
teori. Besar nya bperbedaan ini bisa dihitung menggunakan

Internal
vprac vtheory (m/sec) δv(%)
(m/sec)

0,500 0,5439200829 8,07%

0,560 0,6081211399 7,91%

0,620 0,666163332 6,93%

0,670 0,7195386363 6,88%

0,690 0,7692191581 10,30%

4.3. Analisa Table 1.3


Pada table 1.3 dilakukan percobaan untuk mengetahui hubungan antara percepatan dan
massa, dengan jarak ke katrol dibuat konstan yaitu 0,8 m. Massa pada smartcart
ditambah 20g pada setiap percobaan.

Pada saat percobaan dengan jarak 0,8 m dan massa yang semakin bertambah maka bisa
didapat besar waktu yang ditemput untuk sampai ke katrol. Sehingga bisa diketahui
besar aprac dengan menggunakan rumusan berikut
2s
a prac= 2
t

Maka didapat besar nilai aprac sebagai berikut


Additional t (s) aprac (m/s)
Mass
on m2 (g)

20 g 2,23 0,3217438517

40 g 2,26 0,3132586733

60 g 2,41 0,2754773506

80 g 2,48 0,2601456816

Sebagai perbandingan antara praktik dan teori, maka untuk mencari besar percepatan
secara teori bisa menggunakan rumusan berikut
m1 . g
a theory =
m1 +m 2

Internal
Maka didapat untuk hasil nya sesuai pada table berikut
Additional t (s) aprac (m/s) atheory (m/s)
Mass
on m2 (g)

20 g 2,23 0,3217438517 0,3438596491

40 g 2,26 0,3132586733 0,3213114754

60 g 2,41 0,2754773506 0,3015384615

80 g 2,48 0,2601456816 0,284057971

Dari hasil tersebut terlihat bahwa ada perbedaan perhitungan antara akselerasi secara
praktik dan teori. Besar nya perbedaan ini bisa dihitung menggunakan

Maka didapat untuk hasil nya sesuai pada tabel berikut


Additional t (s) aprac (m/s) atheory (m/s) Ttheory (N) Tprac (N)
Mass
on m2 (g)

20 g 2,23 0,3217438517 0,3438596491 0,09456140351 0,08847955921

40 g 2,26 0,3132586733 0,3213114754 0,09478688525 0,09241130864

60 g 2,41 0,2754773506 0,3015384615 0,09498461538 0,08677536544

80 g 2,48 0,2601456816 0,284057971 0,09515942029 0,08714880333

4.4. Analisa Table 1.4


Pada Tabel 1.4 merupakan hasil dari percobaan untuk melihat perbandingan antara
percepatan dan gaya. Pada percobaan ini terdapat massa sebesar 10 g pada smartcart yang
masing-masing nanti nya massa tersebut akan dipindahkan ke massa yang digantung
dengan jarak konstan yaitu 0,8 m. Kemudian didapat besar waktu yang ditemput dari
masing-masing percobaan.

Dengan diketahui nya waktu tersebut maka bisa kita dapatkan akseleras, tension dan
besar standar deviasinya dengan menggunakan rumusan berikut
2s
a prac = 2
t
m1 . g
a theory =
m1 +m 2

Internal
Mass that Tprac Ttheory t (s) aprac atheory δT(%) δa(%)
2 2
Transferred (N) (N) (m/sec ) (m/sec )
from Smart
Cart to mass
hanger

2g 0,1062057476 0,1123146067 1,96 0,4164931279 0,4404494382 5,44% 5,44%

4g 0,1287716197 0,1300594796 1,78 0,5049867441 0,5100371747 0,99% 0,99%

6g 0,142852141 0,1475424354 1,69 0,5602044746 0,578597786 3,18% 3,18%

8g 0,1634353469 0,1647692308 1,58 0,640922929 0,6461538462 0,81% 0,81%

5. Kesimpulan untuk tiap eksperimen


5.1 Kesimpulan Tabel 1.1
1. Besar jarak mempengaruhi besar waktu yang ditempuh
2. Semakin lama waktu yang ditempuh maka besar percepatan berkurang karena waktu
berbanding terbalik dengan percepatan
3. Begitu pula dengan besar gravitasi praktikum, karena berbanding lurus dengan percepatan
maka semakin kecil nilai percepatan maka semakin kecil pula besar nilai gravitasinya
4. Besar standar deviasi percepatan semakin mendekati 0 apabila jarak yang ditempuh besar
artinya ketepatan nilai teori dengan praktik semakin besar
5. Besar standar deviasi gravitasi semakin mendekati 0 apabila jarak yang ditempuh besar
artinya ketepatan nilai teori dengan praktik semakin besar atau mendekati 9,8 m/s2
5.2 Kesimpulan Tabel 1.2 1.
1. Semakin panjang jarak yang ditempuh maka membutuhkan waktu yang lebih lama
2. Apabila besar jarak meningkat maka kecepatan yang dibutuhkan untuk sampai ke titik
akhir
meningkat.
5.3 Kesimpulan Tabel 1.3 1.
1. Percepatan dipengaruhi oleh massa
2. Semakin besar massa nya maka percepatan benda tersebut semakin kecil

Internal
3. Meningkatkan besar massa berbanding lurus dengan peningkatan yang ditempuh untuk
mencapai titik akhir
4. Massa mempengaruhi tegangan tali
5. Semakin berat massa nya maka tegangan tali juga semakin besar.
5.4 Kesimpulan Tabel 1.4 1.
1. Percepatan dan gaya dipengaruhi oleh besar massar yang digantung atau m1 dan gaya
gravitasi
2. Tegangan tali akan semakin besar bila besar massa yang digantung meningkat
3. Waktu yang ditempuh akan semakin sedikit seiring dengan bertambahnya massa karena
pengaruh gaya yang lebih besar
4. Kecepatan atau kelajuan jika m1 lebih besar dari m2 akan meningkat
5. Hasil nilai teori dan praktikum untuk tegangan tali dan percepatan tidak jauh berbeda
khususnya untuk percobaan dengan m1 = 4 g dan 8 g.

Internal
Internal
Internal
Internal
Bab 2 – Introduction To Electrical Instrument and Concept
Nama Asisten : Arvel Marcellio Wahyudi

Analyze each experiment that you have done. In your analysis, give a complete explanation about:

1. Resistance of a resistor, Capacitance of a capacitor, and Inductance of an inductor


 Resistance of a resistor
Resistance of a resistor dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai "hambatan sebuah resistor".
Hambatan sebuag resistor merupakan suatu kemampuan benda mencegah atau menghambat aliran
arus listrik. Satuan hambatan adalah ohm (Ω).
Hambatan sebuah resistor ditentukan oleh berbagai faktor, termasuk sifat-sifat fisiknya seperti
panjang, luas penampang, dan material. Resistor yang lebih panjang umumnya memiliki hambatan
yang lebih tinggi, sedangkan resistor yang lebih lebar dengan luas penampang yang lebih besar
memiliki hambatan yang lebih rendah. Jenis material yang digunakan juga mempengaruhi
hambatan, karena setiap material memiliki sifat yang berbeda dalam menghantarkan listrik.
Hambatan sebuah resistor dapat dihitung menggunakan Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa
hambatan (R) sama dengan tegangan (V) pada resistor dibagi dengan arus (I) yang mengalir
melaluinya. Secara matematis, dapat ditulis sebagai:
V
R=
I
Resistor digunakan secara luas dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol aliran arus, membatasi
tingkat arus, dan menciptakan penurunan tegangan. Resistor adalah komponen penting dalam
berbagai perangkat listrik dan elektronik.

 Capacitance of a capacitor
Kapasitansi sebuah kapasitor adalah besaran yang menunjukkan kemampuan kapasitor untuk
menyimpan muatan listrik. Kapasitansi diukur dalam satuan farad (F). Kapasitansi merupakan
sebutan untuk kemampuan suatu kapasitor dalam menampung muatan electron. Besar kapasitansi
suatu kapasitor (C) adalah pembagian antara muatannya (q) dengan tegangannya (V), atau:
q
C=
V

 Inductance of an inductor
Induktansi sebuah induktor adalah besaran yang menunjukkan kemampuan induktor untuk
menyimpan energi dalam bentuk medan magnetik saat arus listrik mengalir melaluinya. Induktansi
diukur dalam satuan henry (H). Induktansi menyebabkan timbulnya gerak-gerak listrik di dalam
rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang melewati rangkaian atau akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian tetangga yang dihubungkan secara magnetis. Pada kedua keadaan tersebut,

Internal
perubahan arus yang berarti ada perubahan medan magnetic, yang kemudian menghasilkan gerak-
gerak listrik.

2. Resistor, Capacitor, and Inductor


• Resistor
Resistor adalah komponen pasif dalam rangkaian elektronik yang digunakan untuk mengatur atau
membatasi aliran arus listrik. Resistor menawarkan resistansi atau hambatan terhadap arus listrik yang
mengalir melaluinya. Resistansi diukur dalam satuan ohm (Ω). Resistor sering digunakan dalam
rangkaian elektronik untuk mengontrol tegangan, arus, dan daya yang mengalir dalam komponen
lainnya.

 Capacitor
Kapasitor adalah komponen elektronik yang digunakan untuk menyimpan dan melepaskan energi
listrik secara sementara. Kapasitor terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan isolator
yang disebut dielektrik. Kapasitor bekerja dengan mengumpulkan muatan listrik di antara dua
konduktor, yang menyebabkan perbedaan potensial antara mereka.
Kapasitor dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti penyaringan sinyal, penyimpanan energi,
pembentukan filter, dan pengatur waktu. Kapasitor diukur dalam satuan farad (F), meskipun satuan
yang lebih umum digunakan dalam praktiknya adalah mikrofarad (μF), nanofarad (nF), dan picofarad
(pF) tergantung pada besaran kapasitansi yang lebih kecil. Kapasitor juga memiliki karakteristik
seperti tegangan nominal, toleransi, dan faktor kerugian yang perlu diperhatikan saat memilih dan
menggunakan kapasitor dalam rangkaian elektronik.
Fungsi Kapasitor meliputi:
a. Sebagai penyimpan sebuah arus atau tegangan listrik
b. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian osilator
c. Sebagai isolator yang bisa menghambat arus DC

 Inductor
Induktor adalah komponen elektronik yang digunakan untuk menyimpan energi dalam bentuk medan
magnetik. Induktor terdiri dari kumparan kawat yang melingkari inti magnetik. Ketika arus listrik
mengalir melalui kumparan, medan magnetik dihasilkan di sekitar inti, dan energi disimpan dalam
medan magnetik tersebut.
Induktor memiliki sifat hambatan terhadap perubahan arus listrik yang mengalir melaluinya. Hal ini
disebabkan oleh sifat induktansi, yaitu resistansi terhadap perubahan arus. Ketika arus berubah,
induktor menghasilkan tegangan balik yang menghambat perubahan arus tersebut.
Fungsi Kapasitor meliputi:
a. Menahan arus bolak balik
Internal
b. Menyimpan arus listrik dalam bentuk medan magnet
c. Meneruskan atau meloloskan arus searah (DC)
d. Tempat terjadinya gaya magnet.

3. AC and DC Voltage and its sources


Arus AC adalah jenis arus listrik yang mengalir dengan pola bolak-balik atau bergantian. Arus ini
mengalir maju dan mundur dalam siklus periodik. Arus AC dihasilkan oleh sumber daya seperti
generator listrik yang menghasilkan tegangan AC. Contoh umum arus AC adalah listrik rumah tangga
yang diterima dari jaringan listrik publik.
Arus AC memiliki keunggulan karena dapat ditransmisikan dengan efisien melalui jaringan listrik,
memungkinkan penggunaan transformator untuk menyesuaikan tegangan, dan dapat digunakan untuk
menggerakkan motor listrik yang lebih efisien. Namun, peralatan elektronik yang membutuhkan arus
searah biasanya memerlukan penyesuaian atau konversi tegangan menggunakan peralatan seperti catu
daya atau konverter.
Sumber utama arus AC adalah generator listrik. Generator listrik mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik dengan menggunakan prinsip induksi elektromagnetik. Generator listrik yang paling umum
digunakan adalah generator sinkron, yang menghasilkan tegangan dan arus AC.

Arus DC (Arus searah) adalah jenis arus listrik yang mengalir dalam satu arah yang konstan. Ini berbeda
dengan arus AC (Arus Bolak-balik) yang mengalir maju dan mundur secara periodik. Arus DC memiliki
arah aliran yang tetap dari terminal positif ke terminal negatif.
Sumber umum dari arus DC adalah baterai, akumulator, dan sel surya. Baterai dan akumulator
menghasilkan arus DC melalui reaksi kimia di dalamnya. Mereka menyediakan sumber energi portabel
untuk perangkat elektronik seperti laptop, ponsel, dan peralatan rumah tangga.
Beberapa karakteristik arus DC adalah:
a. Arus DC mengalir dalam satu arah yang tetap dari terminal positif ke terminal negatif. Arah ini tidak
berubah seiring waktu.
b. Arus DC memiliki tegangan yang konstan atau stabil. Nilai tegangan DC tidak berubah dalam waktu
yang singkat, kecuali ada perubahan pada sumber daya atau perangkat yang terhubung.
c. Arus DC tidak dapat dengan mudah didistribusikan jarak jauh seperti arus AC. Dalam jaringan
listrik, arus DC cenderung digunakan dalam aplikasi terbatas seperti peralatan elektronik, sistem
komunikasi, dan kendaraan listrik.
d. Arus DC memiliki efisiensi yang relatif tinggi karena tidak mengalami kerugian daya yang
disebabkan oleh perubahan arah atau induksi medan elektromagnetik seperti pada arus AC.
e. Arus DC dapat memiliki tingkat tegangan dan arus yang tetap, atau dapat diubah melalui
penggunaan regulator tegangan atau sirkuit elektronik.

Internal
Arus DC digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk elektronika, kendaraan listrik, sistem komunikasi,
dan aplikasi industri yang membutuhkan aliran listrik yang stabil dan searah.

4. Active and Passive components


Komponen aktif adalah komponen elektronik atau perangkat yang mampu menghasilkan, mengontrol,
atau memanipulasi sinyal listrik atau energi listrik. Komponen aktif biasanya memerlukan sumber daya
eksternal, seperti tegangan atau arus, untuk beroperasi dan melakukan fungsi-fungsinya. Mereka dapat
memodulasi atau mengubah karakteristik sinyal listrik yang melewatinya.
Berikut ini adalah beberapa contoh komponen aktif yang umum digunakan dalam elektronika:
a. Transistor, salah satu komponen aktif yang paling penting dan sering digunakan. Transistor dapat
berfungsi sebagai penguat (amplifier), saklar (switch), atau osilator.
b. Op-Amp, sebuah penguat yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan penguatan yang tinggi.
c. IC, sebuah rangkaian terpadu yang terdiri dari beberapa komponen elektronik, termasuk transistor,
dioda, resistor, dan kapasitor yang terintegrasi menjadi satu chip silikon.

Komponen pasif adalah komponen elektronik yang tidak dapat menghasilkan atau mengontrol energi
listrik. Mereka tidak memerlukan sumber daya eksternal dan biasanya tidak memiliki kemampuan untuk
memperkuat atau memanipulasi sinyal listrik. Komponen pasif digunakan untuk menyediakan,
membatasi, dan mengubah karakteristik sinyal listrik dalam rangkaian elektronik.
Berikut ini adalah beberapa contoh komponen pasif yang umum digunakan dalam elektronika:
a. Resistor, komponen pasif yang digunakan untuk mengatur aliran arus dalam rangkaian. Resistor
menyediakan resistansi atau hambatan terhadap arus listrik. Mereka digunakan untuk mengendalikan
arus, membagi tegangan, menyesuaikan gain dalam penguatan sinyal, dan berbagai fungsi lainnya.
b. Kapasitor, komponen pasif yang dapat menyimpan dan melepaskan muatan listrik. Mereka terdiri
dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan isolator (dielektrik). Kapasitor digunakan dalam
berbagai aplikasi, seperti penyimpanan energi, penyaringan sinyal, memperbaiki faktor daya, dan
pembangkit osilasi.
c. Induktor, komponen pasif yang menghasilkan medan magnet ketika arus mengalir melaluinya.
Mereka terdiri dari kumparan kawat yang menghasilkan hambatan terhadap perubahan arus listrik.
Induktor digunakan dalam aplikasi seperti filter, osilator, sumber tegangan stabil, dan penyimpan
energi.
d. Transformator, komponen pasif yang terdiri dari dua atau lebih kumparan kawat yang saling
terhubung melalui medan magnet. Transformator digunakan untuk mengubah tegangan AC dari satu
tingkat ke tingkat lain tanpa mengubah frekuensi. Mereka umumnya digunakan dalam distribusi
listrik, sumber daya, dan aplikasi audio.

5. Polar and Non-Polar components


Internal
Komponen polar adalah jenis komponen elektronik yang memiliki polaritas, yang berarti mereka
memiliki orientasi khusus dalam pemasangan atau penggunaan dalam rangkaian. Komponen polar harus
dipasang dengan benar sesuai dengan polaritasnya untuk memastikan fungsi dan kinerja yang tepat.
Salah pemasangan polaritas pada komponen polar dapat mengakibatkan kerusakan atau kinerja yang
buruk dalam rangkaian elektronik.
Berikut ini adalah beberapa contoh komponen polar yang umum digunakan:
a. Dioda, memiliki penanda pada badan fisiknya, seperti garis atau titik pada katoda (terminal negatif)
atau anoda (terminal positif). Dalam beberapa dioda, polaritas ditandai melalui penanda seperti tanda
panah atau huruf pada komponen.
b. Kapasitor polar, kapasitor yang memiliki polaritas pada terminalnya. Jika dipasang dengan salah,
kapasitor polar dapat meledak atau mengalami kerusakan.
c. Elektrolitik capacitor, kapasitor polar yang menggunakan elektrolit sebagai dielektriknya. Kapasitor
elektrolitik polar memiliki terminal positif (anoda) dan terminal negatif (katoda).

Komponen non-polar (non-polarized components) adalah jenis komponen elektronik yang tidak memiliki
polaritas dan dapat dipasang secara bebas tanpa memperhatikan arah atau orientasi tertentu. Komponen
non-polar dapat dipasang dengan cara apa pun dalam rangkaian tanpa mempengaruhi fungsi atau kinerja
komponen tersebut.
Berikut ini adalah beberapa contoh komponen non-polar yang umum digunakan:
a. Resistor: resistor tidak memiliki polaritas dan dapat dipasang dengan bebas dalam rangkaian. Tidak
ada perbedaan dalam kinerja resistor tergantung pada arah atau orientasinya.
b. Kapasitor non-polar: Beberapa jenis kapasitor, seperti kapasitor keramik atau film, adalah komponen
non-polar yang dapat dipasang secara bebas dalam rangkaian.
c. Induktor non-polar: Induktor juga termasuk dalam komponen non-polar. Induktor non-polar tidak
memiliki orientasi khusus dalam pemasangan dan dapat dipasang tanpa memperhatikan arah aliran
arusnya.
d. Saklar (Switch): Saklar merupakan komponen non-polar yang digunakan untuk menghubungkan atau
memutuskan aliran listrik dalam rangkaian. Mereka dapat dipasang tanpa memperhatikan arah atau
orientasi tertentu.

6. Open and close circuit


Open circuit (sirkuit terbuka) adalah keadaan dalam rangkaian listrik di mana aliran arus terputus atau
terhenti karena tidak adanya jalur kontinu yang menghubungkan dua terminal atau komponen dalam
sirkuit. Dalam open circuit, hambatan atau penghalang dalam sirkuit menghentikan aliran arus, sehingga
menghasilkan tegangan yang tinggi di antara dua titik yang terputus.
Ketika sirkuit terbuka terjadi, tidak ada aliran arus yang melalui sirkuit tersebut. Kondisi ini biasanya
disebabkan oleh salah satu dari beberapa hal berikut:
Internal
a. Putusnya koneksi kabel: Jika kabel penghubung antara dua terminal atau komponen putus atau
terputus, maka sirkuit menjadi terbuka dan arus tidak dapat mengalir melalui kabel tersebut.
b. Komponen terputus: Jika komponen dalam sirkuit, seperti resistor, kapasitor, atau induktor,
mengalami kerusakan atau terlepas dari sirkuit, maka sirkuit akan menjadi terbuka. Komponen yang
terputus tidak lagi memberikan jalur yang kontinu untuk aliran arus.
c. Buka pada saklar: Jika saklar dalam posisi terbuka, maka tidak ada aliran arus yang mengalir melalui
sirkuit tersebut. Buka pada saklar dapat disebabkan oleh kerusakan, kesalahan dalam pengoperasian,
atau saklar yang sengaja diposisikan dalam posisi terbuka.
Dalam open circuit, tegangan yang diberikan pada terminal yang terputus biasanya akan meningkat. Hal
ini disebabkan oleh ketidakseimbangan tegangan antara titik yang terputus, karena tidak ada aliran arus
yang mengalir untuk mengkompensasi atau menurunkan tegangan.

Close circuit (sirkuit tertutup) adalah keadaan dalam rangkaian listrik di mana aliran arus dapat mengalir
secara terus-menerus melalui jalur yang terhubung secara kontinu antara dua terminal atau komponen
dalam sirkuit. Dalam close circuit, arus dapat mengalir dari sumber daya listrik melalui komponen dan
kembali ke sumber daya dalam jalur yang tidak terputus.
Ketika sirkuit tertutup terjadi, aliran arus dapat mengalir dengan lancar melalui jalur yang terhubung
dalam sirkuit tersebut. Ini biasanya terjadi ketika semua komponen dan koneksi dalam sirkuit berfungsi
dengan baik dan tidak ada putus atau gangguan dalam jalur arus.
Dalam close circuit, arus listrik dapat mengalir dan menghasilkan efek yang diinginkan, seperti
penerangan lampu, pemanasan elemen pemanas, atau operasi perangkat elektronik lainnya. Close circuit
penting dalam menjaga kelancaran aliran arus dan memastikan fungsi yang tepat dalam sirkuit listrik.

7. Explain the function of Multimeter.


Multimeter adalah alat ukur yang serbaguna dan digunakan untuk mengukur berbagai parameter listrik
seperti tegangan, arus, dan hambatan. Fungsi utama multimeter adalah untuk membantu dalam
pengujian, pemeliharaan, dan pemecahan masalah dalam berbagai aplikasi elektronik, elektromekanik,
dan listrik.
Berikut adalah beberapa fungsi utama multimeter:
a. Pengukuran Tegangan: Multimeter dapat digunakan untuk mengukur tegangan listrik pada berbagai
tingkat, seperti tegangan AC (arus bolak-balik) dan tegangan DC (arus searah). Ini berguna untuk
memeriksa tegangan pada sumber daya listrik, baterai, atau komponen lain dalam rangkaian.
b. Pengukuran Arus: Multimeter dapat digunakan untuk mengukur arus listrik yang mengalir dalam
rangkaian. Ini membantu dalam menentukan besarnya arus yang dikonsumsi oleh komponen atau
memeriksa arus dalam rangkaian listrik.

Internal
c. Pengukuran Hambatan: Multimeter juga dapat digunakan untuk mengukur hambatan dalam
rangkaian. Ini membantu dalam menentukan nilai hambatan komponen seperti resistor atau untuk
menguji kontinuitas dalam jalur kabel atau sambungan.
d. Pengukuran Frekuensi: Beberapa multimeter juga dilengkapi dengan kemampuan untuk mengukur
frekuensi sinyal listrik. Ini berguna dalam memeriksa frekuensi gelombang osilator atau dalam
pemecahan masalah sirkuit yang melibatkan sinyal frekuensi tinggi.
e. Pengujian Dioda: Multimeter yang dilengkapi dengan mode pengujian dioda dapat digunakan untuk
menguji dioda dalam rangkaian. Ini membantu dalam memeriksa apakah dioda berfungsi dengan
baik atau rusak.
f. Kontinuitas: Multimeter dapat digunakan untuk menguji kontinuitas dalam jalur kabel atau
sambungan. Ini membantu dalam memastikan adanya jalur kontinu dan memeriksa apakah ada putus
dalam sirkuit.

Selain fungsi utama di atas, multimeter modern sering kali dilengkapi dengan fitur tambahan seperti
pengukuran kapasitansi, temperatur, dan pengujian transistor. Beberapa multimeter juga memiliki fitur
otomatisasi dan koneksi ke komputer untuk analisis dan pengarsipan data.
Multimeter adalah alat yang sangat berguna dalam bidang elektronika, pemeliharaan peralatan listrik,
dan pemecahan masalah sirkuit. Mereka membantu teknisi dan ahli listrik dalam melakukan pengukuran
yang akurat dan mendapatkan informasi penting tentang kondisi listrik dalam rangkaian.
8. Multimeter measuring concept
Multimeter, juga dikenal sebagai multitester atau VOM (volt-ohm-milliammeter),
adalah perangkat elektronik yang serbaguna digunakan untuk mengukur berbagai
besaran listrik. Biasanya multimeter menggabungkan beberapa fungsi menjadi satu
instrumen, termasuk mengukur tegangan, arus, dan resistansi.

Di dalam alat ini terdapat sebuah kumparan yang terbuat dari bahan tembaga.
Kumparan tersebut diletakkan di antara dua kutub yaitu Utara dan Selatan. Pada
kumparan tersebut terdapat sebuah jarum ukur atau jarum meter sebagai penunjuk
skala. Apabila dua ujung kumparan tersebut dialiri oleh arus lisrik, maka jarum jam
akan bergerak menuju skala tertentu. Multimeter memiliki peran yang sangat penting
karena dapat mengecek kondisi suatu rangkaian listrik. Kesalahan yang terjadi dapat
diketahui dengan tingkat akurasi yang tinggi. Mulitmeter dapat bekerja berdasarkan
prinsip kumparan putar magnet permanen. Pada alat ukur kumparan putar, besaran
listrik diubah menjadi gaya gerak pada jarum penunjuk. Prinsip kerja multimeter
dengan kumparan putar hanya dapat digunakan pada pengukuran besaran listrik arus
searah.
9. Kesimpulan
1. Multimeter bisa digunakan untuk mengukur besaran arus, tegangan dan resistansi
Internal
pada suatu rangakaian
2. Resistor terbuat dari bahan karbon, sehingga dengan menggunakan isian pensil dan
panjang yang berbeda bisa terukur besaran resistansinya
3. Besaran tegangan dan arus akan terbagi sesuai dengan besaran resistansinya
4. Arus masuk yang terukur sama dengan arus yang keluar dari suatu rangkaian
5. Besaran arus atau tegang yang diterima oleh LED harus diperhitungkan misal
dengan pemilihan besar nilai resistor, sehingga besaran arus dan tegangan yang
diterima LED sesuai dengan standar agar LED tidak cepat putus

Internal
Internal
Internal
Bab 3 – Series, Parallel Circuit and Ohm’s Law
Nama Asisten : Arvel Marcellio Wahyudi

Analyze each experiment that you have done. In the analysis, give the explanation about:
1. Ohm’s Law
Hukum Ohm adalah prinsip dasar dalam kelistrikan yang menggambarkan
hubungan antara tegangan, arus, dan resistansi dalam suatu rangkaian listrik. Hukum
Ohm ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Georg Simon Ohm pada tahun
1827. Hukum Ohm biasanya ditulis dengan:

V
I=
R

Dimana:
I = Kuat Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
R = Hambatan (ohm)

Menurut Hukum Ohm, tegangan (V) dalam suatu rangkaian listrik sebanding secara
langsung dengan arus (I) yang mengalir melaluinya, dan sebanding secara terbalik
dengan resistansi (R) dari rangkaian tersebut. Dengan kata lain, semakin besar tegangan
yang diterapkan pada suatu rangkaian, maka arus yang mengalir akan semakin besar jika
resistansinya konstan. Begitu pula, semakin besar resistansi dalam suatu rangkaian,
maka arus yang mengalir akan semakin kecil jika tegangan tetap.

Internal
2. The relation between Voltage (V), Current (I), and Resistance (R)
Hubungan antara tegangan (V), arus (I), dan resistansi (R) dinyatakan oleh Hukum
Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir melalui suatu konduktor
sebanding secara langsung dengan tegangan yang diterapkan padanya dan sebanding secara
terbalik dengan resistansi konduktor tersebut.Pada tabel 3.2 dilakukan percobaan
pengukuran pada arus dengan nilai hambtan berubah-ubah dan nilai tegangan yang tetap.

Terlihat bahwa nilai hambatan di sini mempengaruhi nilai arus. Sesuai dengan
rumusan Hukum Ohm dimana hambatan berbanding terbalik dengan arus, maka
percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada.
1) Tegangan (Voltase)
Tegangan merupakan hasil perkalian antara arus dengan hambatan listrik.
Tegangan listrik terbentuk adanya aliran-aliran arus listrik dengan hambatan
listrik. Tegangan listrik terbagi dua bagian yaitu tegangan listrik searah (Direct
Voltage) dan tegangan listrik bolak-balik (Alternating Voltage). Satuan dari
tegangan adalah Voltage.
V=I×R
Besaran ini mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk
menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada
perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra
rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
2) Arus Listrik
Arus listrik merupakan jumlah muatan yang mana bergerak melewati
penampang suatu penghantar dalam tiap satuan waktu. Arus listrik yakni
berbanding lurus dengan muatan dan berbanding terbalik dengan waktu. Pada
persamaan lain, arus listrik berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding
terbalik dengan hambatan. Arus listrik mengalir jika terdapat beban pada
suatu

Internal
rangkaian tertutup. Dari rumus I = V/ R, kita dapat melihat bahwa
hubungan antara arus adalah berbanding lurus dengan voltase. Sedangkan
terhadap hambatan adalah berbanding terbalik. Ini berarti, bahwa semakin
besar voltase, semakin besar pula arus yang akan mengalir dalam
rangkaian. Tetapi dengan semakin besarnya hambatan, maka arus yang
mengalir akan tertekan proporsional terhadap nilai hambatan.
3) Hambatan
Elektron-elektron yang mengalir di penghantar cenderung
mengalami gesekan dan perlawanan. Perlawanan ini lah yang disebut
dengan "Resistansi atau Hambatan". Sesuai dengan namanya, hambatan
bersifat menghambat arus listrik (laju elektron yang mengalir) dan efek
dari penghambatan ini bisa menimbulkan energi lain seperti panas,
cahaya. Hambatan disimbolkan dengan huruf "R" dan memiliki satuan
"Ohm".

V
R=
I

Dari hubungan tersebut dapat disimpulkan bahwa


a. Semakin besar tegangan listrik, maka semakin besar arus listrik yang
mengalir pada sebuah penghantar dalam suatu rangkaian tertutup, dengan
nilai hambatan yang sama
b. Semakin kecil tegangan listrik, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir
pada sebuah penghantar dalam suatu rangkaian tertutup, dengan nilai
hambatan yang sama
c. Semakin besar nilai hambatan, maka semakin kecil arus listrik yang mengalir
pada sebuah penghantar dalam suatu rangkaian tertutup dengan tegangan
yang sama.
d. Semakin kecil nilai hambatan, maka semakin besar arus listrik yang mengalir
pada sebuah penghantar dalam suatu rangkaian tertutup dengan tegangan
yang sama.
1. Describe the characteristic of Serial Circuit
Karakteristik rangkaian seri:
a. Semua komponen disusun dalam satu deret atau satu baris.
b. Tidak ada percabangan jalur pada rangkaian.
c. Arus yang mengalir pada tiap komponen adalah sama.

Internal
d. Tegangan pada tiap komponen bergantung pada nilai resistor.

Sesuai pada karakteristik serial circuit tersebu Pada tabel 3.3 terlihat arus yang
mengalir sama dengan nilai tegangan berbeda saat dilakukan pengukuran pada
titik- titik resistor.

2. Describe the characteristic of Parallel Circuit


Karakteristik rangkaian paralel :
a. Masing-masing cabang dalam rangkaian parallel adalah rangkaian individu.
b. Arus masing- masing cabang adalah tergantung besar tahanan cabang.
c. Sebagaian besar tahanan dirangkai dalam rangkaian paralel,
tahanan total rangkaian mengecil, oleh karena itu arus total lebih besar.
d. Tegangan pada masing-masing cabang resistor bernilai sama.

Sesuai pada karakteristik serial circuit tersebut Pada tabel 3.4 terlihat arus yang
mengalir berbeda dengan nilai tegangan yang sama saat dilakukan pengukuran
pada titik-titik resistor.

3. The application of serial and parallel circuit


Rangkaian seri biasanya sering digunakan pada perangkat seperti radio, TV dan
komputer. Keuntungan rangkaian seri adalah rangkaiannya sederhana dan hemat
kabel, sehingga untuk membuatnya pun cukup mudah. Sedangkan, kerugiannya
bisa kita lihat apabila salah satu lampu diputuskan (mati), maka lampu yang
lainnya juga akan ikut mati.
Rangkaian paralel juga dikenal dengan nama rangkaian bercabang (sejajar,
yakni rangkaian yang alat-alat listriknya tersusun sejajar. Contoh rangkaian
listrik paralel adalah listrik dalam rumah, kantor dan pabrik.

4. Kesimpulan pada percobaan ke-3

Internal
1. Tegangan pada suatu rangkaian listrik semakin besar, maka nilai arus yang terukur
juga semakin besar
2. Nilai hambatan akan berbanding terbalik dengan nilai arus yang terukur. Apabila
hambatan yang digunakan semakin besar maka arus yang terukur juga lebih kecil.

3. Karakteristik utama dari sebuah rangkaian seri adalah untuk arus nilainya sama,
sedangkan nilai tegangan yang terukur pada tiap-tiap titik hambatan akan berbeda
nilainya.
4. Karakteristik utama dari sebuah rangkaian paralel adalah nilai arus yang terukur
pada tiap-tiap titik hambatan akan berbeda nilainya, sedangkan untuk tegangan
nilainya sama.

Internal
Internal
Internal

Anda mungkin juga menyukai