HUKUM NEWTON
Gambar 1.1
Seri yang Digunakan Untuk Menenetukan Korelasi Matematika di
Gerak Lurus Berubah Beraturan
1.2 Dasar Teori
Isaac Newton, di ‘Principia’, salah satu penemuan terbaiknya
memberitahukan kita tentang tiga hukum dasar gerakan yang dikenal dengan 3
Hukum Newton (Hunt, 2017):
1. Hukum pertama Newton:
“Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan
nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang
mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan
kecepatan tetap”
Hukum ini dikenal sebagai Hukum dari Inersia
Rumus: ∑F = 0
Contoh pertama pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari
adalah saat kita berkendara dengan motor atau mobil, kemudian,
kendaraan itu berhenti mendadak. Maka, badan kita akan cenderung maju
kedepan atau terus melaju ke depan. Contoh keduanya adalah saat sebuah
kertas diletakkan dibawah gelas kaca dan kemudian ditarik dengan sangat
cepat, maka gelas akan tetap diam karena resultan gayanya sama dengan
nol (Anonim, 2011).
2. Hukum kedua Newton:
“Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah
percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
Rumus: ∑F = m . a (eq.1.1)
Contoh pertama pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari
adalah ketika kita menimba air dari sumur dengan katrol, katrol akan
dihubungkan dengan tali dan ember untuk menampung air. Contoh
keduanya adalah saat bermain kelereng, kelereng yang besar akan lebih
lambat menggelinding sedangkan yang kecil akan lebih cepat (karena
percepatan berbanding terbalik dengan massa) (Anonim, 2011).
3. Hukum ketiga Newton:
“Setiap aksi akan menimbulkan reaksi, jika suatu benda
memberikan gaya pada benda yang lain maka benda yang terkena gaya
akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang diterima
dari benda pertama, tetapi arahnya berlawanan“.
Rumus: F aksi = - F reaksi (eq.1.2)
Contoh pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika
kita mendayung perahu, pendayung akan mendayung perahu sebagai
aksinya, dan sebagai reaksinya, air akan mendorong perahu dengan gaya
yang sama seperti gaya yang diberikan oleh si pendayung. Contoh
keduanya adalah pada peristiwa peluncuran roket, gas panas yang
dipancarkan dari pembakaran dan pancaran ini menyebabkan timbulnya
gaya reaksi pada roket, yaitu gaya yang mengangkat serta mempercepat
roket meluncur (Anonim, 2011).
Untuk membuktikan kebenaran dari Hukum Newton terutama pada
hukum kedua, kita menggunakan system satu dimensi yang menyerupai
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Smart cart dan massa yang sedang tergantung oleh tali
1.3 Peralatan
Equipment
No. Name Code Type Configuration
Force:
Range ± 100 N
Resolution 0.1 N
Accuracy ± 2%
Max sampling rate 500
samples/s Smart Cart 1 pc
Position resolution ± 0.2 mm Hook 1 pc
Smart Cart
1. Blue ME-1241 Velocity: Rubber Bumper 1 pc
Max velocity ± 3 m/s Magnetic Bumper 1 pc
Max sample rate 100 USB cable 1 pc
samples/s
Acceleration:
Dynamics
Track
3. ME-8972 2 pcs
Feet
Super Pulley
ME-
with
5. 9448B Fits tables thick 0 – 2 cm 1 pc
Clamp
Aluminum
6. ME-9493 Length 1.2 m
Dynamics
Track
Braided
Physics
7. SE-8050 Withstands up to 133 N 1 reel
String
PASCO
Capstone
8.
Software
Vtheory = √2 as (eq.1.14)
Catat nilai dari Table 1.3 hingga Table 1.4 dan hitung nilai B dan A. Sketsa
hubungan
antara v (m / s) dan s (m) dalam tugas laporan
9. Kita perlu menambah massa Smart Cart dalam jumlah 20g dan kecepatan
sesaat
untuk menentukan akselerasi sebagai fungsi dari massa akselerasi. Tuliskan hasil
pengamatan pada Table 1.5 di bawah ini. Menganalisis perbandingan antar
percepatan yang diperoleh dari pengukuran t dengan persamaan (eq.1.12) dan
percepatan yang dihitung secara teoritis menggunakan persamaan (eq.1.8) dalam
tugas laporan Anda. Ketegangan dalam string dapat dilihat dari persamaan
(eq.1.8).
Buat sketsa hubungan antara akselerasi sebagai hasil pengukuran dan ketegangan
dalam string dalam tugas laporan Anda.
10. Kita perlu menetapkan massa total konstan untuk menentukan akselerasi
sebagai
fungsi gaya. Tambahkan 10g massa ke Smart Cart, lalu transfer 2g dari Smart
cart
ke Mass Hanger. Posisi telah diatur dalam jarak konstan (0,8 m). Massa tambahan
tidak boleh lebih dari 10g. Buat sketsa hubungan diantara akselerasi dan massa
menurut data yang dicatat pada Table 1.7 Catat nilai pada Tabel 1.7 dan hitung
nilai
B dan A pada Tabel 1.8. Buat sketsa hubungan antara a dan T dalam tugas
laporan.
1.1. Analisa
Tabel 1.1 Hubungan antara jarak dan waktu
aprac atheory gprac gtheory
s (m) t (s) δa (%) δg (%)
(m/s2) (m/s2) (m/s2) (m/s2)
0,4 2,328 0,147 0,369 3,895 9,8 60,162 60,255
0,5 2,657 0,141 0,369 3,736 9,8 61,788 61,877
0,6 2,960 0,137 0,369 3,630 9,8 62,872 62,959
0,7 3,243 0,133 0,369 3,524 9,8 63,956 64,040
0,8 3,508 0,130 0,369 3,445 9,8 64,769 64,846
Pada praktikum ini, kami mengamati hubungan antara jarak dan waktu
dalam kondisi tertentu. Selain itu, kita juga dapat membandingkan perbedaan
antara percepatan dan gaya gravitasi secara teori, dengan percepatan dan gaya
gravitasi secara nyata. Dari data yang tersedia, yaitu s = 0,4 m dan t= 2,328 s serta
m1= 0,01 kg dan m2= 0,255 kg, kita dapat menghitung percepatan secara praktek
dan teori dan gaya gravitasi secara praktek, yaitu:
2𝑠 𝑚1 𝑥 𝑔
aprac= 𝑡 2 atheory= (𝑚1+𝑚2)
2 𝑥 0,4 0,01 𝑥 9,8
= (2,328)2 = 0,01+0,255
0,8 0,098
= 5,419 = 0,265
= 3,895 m/s2
Selanjutnya kita dapat menghitung data yang lain dengan memasukkan
rumus ini. Berikut kami lampirkan pula grafik yang menunjukkan hubungan
antara jarak dan waktu.
Grafik 1.a
Grafik 1.b
Grafik 1.c
Grafik 1.d
Grafik 1.e
Hasil pertama yang diperoleh adalah semakin jauh jaraknya, semakin lama
waktu yang dibutuhkan oleh Smart Car untuk mencapai tujuannya. Hal ini juga
dapat kita lihat pada grafik, dimana kecepatan berbanding terbalik dengan waktu.
Hasil kedua yang diperoleh, semakin lama waktunya, maka percepatan
prakteknya akan menjadi semakin kecil. Hal ini sesuai dengan rumus percepatan
praktek dimana jarak berbanding lurus dengan percepatannya sementara waktu
berbanding terbalik.
Hasil ketiga yang diperoleh adalah, semakin kecil percepatannya, maka
gaya gravitasinya akan menjadi semakin kecil pula karena sesuai dengan rumus
gaya gravitasi praktek, yaitu gaya gravitasi praktek berbanding lurus dengan
pecepatan praktek. Selanjutnya, kita akan menghitung deviasi antara percepatan
dan gaya gravitasi secara teori dan secara praktek.
𝑎𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑎𝑝𝑟𝑎𝑐 𝑔𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑔𝑝𝑟𝑎𝑐
δa = x 100% δg= x 100%
𝑎𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦 𝑔𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
0,369−0,147 9,8−3,895
= x 100% = x 100%
0,369 9,8
= 60,162% = 60,255%
Selanjutnya kita bisa memperoleh hasil lainnya dengan menggunakan
rumus ini. Berdasarkan contoh diatas, dapat kita lihat bahwa deviasi yang terjadi
antara percepatan dan juga gaya gravitasi antara yang teori dan praktek sangatlah
tinggi, yaitu mencapai 60,162 % dan juga 60,255%. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan percobaan yang kurang akurat. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan hal ini, misalnya terdapat masalah pada tali di smart car, atau
permukaan lintasannya kurang licin.
Hasil keempat yang kami peroleh adalah semakin jauh perbedaan
percepatan atau gaya gravitasi teori dengan praktek, maka deviasinya akan
menjadi lebih besar pula. Hasil kelimanya adalah yang mempengaruhi suatu
percobaan bukan hanya faktor dari dalam seperti jarak, tetapi juga ada faktor-
faktor dari luar yang perlu kita buat seminimal mungkin.
Pada praktikum ini, kami mengamati hubungan antara regresi jarak dan
waktu dalam kondisi tertentu. Selain itu, kita juga dapat membandingkan
perbedaan antara regresi jarak, regresi waktu, regresi waktu yang dengan jarak,
dan regresi waktu yang dikuadratkan. Dari data yang tersedia, yaitu s = 0,4 m dan
t= 2,328 kita dapat menghitung regresi waktu yang dengan jarak dan regresi
waktu yang dikuadratkan, yaitu:
ln s x ln t= -0,916 x 0,845 (ln t)2= (0,845)2
= -0,774 = 0,714
Selanjutnya kita dapat menghitung data yang lain dengan memasukkan
rumus ini. Hasil pertama yang diperoleh adalah semakin jauh jaraknya, akan
semakin besar pula regresi jaraknya. Hasil kedua yang diperoleh adalah semakin
lama waktunya, akan semakin besar pula regresi waktunya. Hasil ketiga yang
diperoleh adalah semakin besar regresi jarak dan waktunya, akan semakin besar
pula regresi antara jarak dan waktu. Hal ini masuk akal karena sesuai dengan
rumusnya dimana regresi jarak berbanding lurus dengan regresi waktu. Hasil
keempat adalah semakin besar regresi waktu, regresi kuadrat waktunya akan
menjadi semakin besar. Selanjutnya kita akan menghitung konstanta dan
konstanta kemiringannya.
∑ ln 𝑥1 𝑥 ∑ ln 𝑦1−𝑛 (∑(ln 𝑥1 𝑥 ln 𝑦1)) ∑ 𝑙𝑛𝑦1 ∑ ln 𝑥1
b= 2 a= –b
(∑ ln 𝑥1) −𝑛 (∑(ln 𝑥1)2 ) 𝑛 𝑛
= -0,069
Hasil yang kelima adalah konstanta kemiringan yang diperoleh lebih besar
daripada konstanta. Hal ini dikarenakan rumus menghitung konstanta kemiringan
berbanding lurus dengan konstanta, sehingga konstanta yang akan menentukan
besarnya konstanta kemiringan.
Grafik 3.a
Grafik 3.b
Grafik 3.c
Grafik 3.d
Grafik 3.e
Hasil pertama yang diperoleh adalah seperti yang bisa kita lihat di grafik,
semakin lama waktunya, semakin tinggi kecepatan smart carnya. Hasil kedua
adalah semakin jauh jarak antara s1 dan s2, maka perubahan jaraknya akan
menjadi semakin besar. Begitu pula dengan semakin jauh perbedaan antara t1 dan
t2, maka perubahan waktunya akan menjadi semakin besar. Hasil ketiga adalah
kecepatan praktek bergantung pada perubahan jarak dan waktu. Semakin besar
perubahan jarak, maka kecepatan praktek akan menjadi semakin besar. Dalam
kasus ini, perubahan waktunya selalu konstan sehingga kecepatan praktek hanya
bergantung pada perubahan jarak.
Hasil keempat yang diperoleh adalah semakin besar jarak dan percepatan
teorinya, akan semakin besar pula kecepatan teorinya. Hal ini karena percepatan
teori dan jarak berbanding lurus dengan kecepatan teori. Selanjutnya kita dapat
menghitung deviasi kecepatan antara kecepatan teori dan praktek dengan
menggunakan rumus:
𝑣𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑣𝑝𝑟𝑎𝑐
δv= x 100%
𝑣𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
0,543−0,3
= x 100%
0,543
= 44,751%
Hasil kelimanya adalah deviasi yang diperoleh tidak teratur. Deviasi
dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan teori dan praktek yang terjadi. Sedangkan
pada percobaan kali ini, kecepatan prakteknya tidak naik atau turun dengan
konstan sehingga deviasinya juga turut berubah-ubah. Deviasi akan menjadi
semakin besar, jika perbedaan antara kecepatan praktek dan teorinya jauh. Berikut
adalah grafik yang menampilkan hubungan antara kecepatan dan waktu.
= -0,007 = -6,357
Hasil yang kelima adalah konstanta kemiringan yang diperoleh lebih besar
daripada konstanta. Hal ini dikarenakan rumus menghitung konstanta kemiringan
berbanding lurus dengan konstanta, sehingga konstanta yang akan menentukan
besarnya konstanta kemiringan.
Tabel 1.5 Hubungan antara percepatan dan massa
Additional Mass aprac atheory Ttheory
t (s) Tprac (N) δa (%)
on m2 (g) (m/s) (m/s) (N)
20 2.360 0.287 0.344 0.095 0.079 16.456
40 2.600 0.237 0.321 0.095 0.070 26.337
60 2.643 0.229 0.302 0.095 0.072 24.040
80 2.740 0.213 0.284 0.095 0.071 24.974
Dengan memasukan nilai jarak 0.8 meter, massa 1 = 10 gram, dan nilai
percepatan gravitasinya adalah 9.8 m/s2
2 ×0.8
aprac = (2.360)2
= 0.287 m/s2
0.01 × 9.8
atheory = 0.01+(0.255+0.02)
= 0.344 m/s2
Setelah mendapatkan hasil dari kedua percepatan secara teori dan prakteknya,
selanjutnya kita dapat menghitung nilai dari T (tegangan tali) antara m1 dan m2
yang dibatasi dengan katrol. Karena permukaan antara dynamics track dan smart
car licin, artinya kita dapat menganggap bahwa gaya gesekan kedua benda
tersebut adalah nol. Dengan menggunakan hukum Newton II, yaitu
ΣF = m x a
Karena tegangan tali yang akan dihitung adalah T2, berarti memakai massa dari
m2. Persamaannya adalah sebagai berikut:
ΣF = m2 x a
Tprac = m2 x aprac
= 0.275 x 0.287
= 0.079 Newton
Ttheory = m2 x atheory
= 0.275 x 0.344
= 0.095 Newton
Setelah kita mendapatkan hasil dari, kita dapat menghitung nilai deviasi dengan
persamaan sebagai berikut:
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑋𝑝𝑟𝑎𝑐
δx = × 100%
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
a theory−𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑐
δa = × 100%
𝑎 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
0.344−0.287
= × 100%
0,344
= 16.456%
Nilai deviasi yang cukup besar disebabkan hasil dari pengukuran waktu yang
kurang maksimal. Seharusnya waktu saat penambahan m2 = 20 g tidak boleh
lebih dari 2.156 sekon agar nilai deviasi bisa mendekati 0%.
Grafik 5.a
Grafik 5.b
Grafik 5.c
Grafik 5.d
Pada tabel 1.6 bertujuan untuk menghitung regresi dari hubungan antara
percepatan dan massa. Dalam perhitungan matematis regeresi berguna untuk
mengetahui nilai dari variable yang terikat dan yang tak terikat. Untuk mencari
nilai dari B dan A, pertama-tama kita harus mengetahui persamaannya terlebih
dahulu, persamaannya adalah sebagai berikut:
(𝛴 𝑋𝑖)((𝛴 𝑌𝑖)−𝑛(𝛴 𝑋𝑖.𝑌𝑖)
B= (𝛴 𝑋𝑖)2 −𝑛 𝛴(𝑋𝑖)2
𝛴 𝑌𝑖 𝛴 𝑋𝑖
a= −B
𝑛 𝑛
A = ℮𝑎
Dengan n = jumlah data
(−4.761)((−5.708)−4(6.763)
B= (−4.761)2 −4 (5.687)
= - 1.423
−5.708 −4.761
a= – (-1.423)
4 4
= 2.351
A = ℮2.351
= 0.044
Dari perhitungan di atas didapat hasil dari masing-masing nilai B dan A berturut-
turut adalah -1.423 dan 0.044. Nilai perhitungan yang kurang maksimal atau
kurang akurat dikarena beberapa faktor antara lain, meja yang sedikit begoyang,
getaran suara yang disekitar percobaan, udara dalam ruangan, sampai kepada
kesalahan teknis lainnya.
Pada percobaan untuk tabel 1.7 bertujuan untuk membuktikan hubungan antara
percepatan dengan gaya. Perbedaan dengan percobaan yang sebelumnya adalah
adanya pemindahan beban per 2 gram dari smart cart (m2) ke hanger (m1)
dimulai dari 2 gram sampai 8 gram. Pemindahan massa m2 ke m1 bertujuan untuk
membuktikan bahwa bila m2 dikurangkan, sedangkan m1 ditambahkan dengan
nilai yang dipindahkan sama serta untuk mendapatkan data yang berbeda dari
percobaan yang sebelumnya. Untuk perhitungan pada percobaan ini, kita
mengambil data pada baris pertama dengan t = 2.030 sekon saat massa yang
ditransfer adalah 2 g. Artinya m2 = 255 + 8 = 263 gram, sedangkan m1 = 10 + 2 =
12 gram. Terlebih dahulu kita tuliskan rumus dari percepatan:
2𝑠
aprac = 𝑡 2
𝑚1 . 𝑔
atheory = (𝑚1+𝑚2)
Lalu masukan nilai jarak 0.8 meter dan nilai percepatan gravitasinya adalah 9.8
m/s2
2 ×0.8
aprac = (2.030)2
= 0.388 m/s2
(0.01+0.002) × 9.8
atheory = (0.01+0.002)+(0.255+0.008)
= 0.428 m/s2
Diperoleh hasil untuk aprac dan atheory, didapatkan hasil dengan percepatan yang
lebih cepat dari sebelumnya karena adanya pemindahan massa dar m2 (smart
cart) ke m1 (hanger) yang membuat hanger melaju lebih cepat ke bawah serta
membuat nilai dari akselerasinya meningkat. Setelah kita mendapatkan nilai dari
percepatannya, maka kita dapat menghitung berapa nilai T (tegangan tali) baik
yang praktek maupun teori dengan menuliskan gaya gesekan antara smart cart
dengan dynamics track sama dengan nol (licin sempurna). Perhitungannya
menggunakan rumus Hukum Newton II, yaitu
ΣF = m x a
Karena tegangan tali yang akan dihitung adalah T2, berarti memakai massa dari
m2. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Tprac = m2 x aprac
= 0.263 x 0.388
= 0.102 Newton
Ttheory = m2 x atheory
= 0.263 x 0.428
= 0.112 Newton
Setelah kita mendapatkan hasil dari, kita dapat menghitung nilai deviasi dengan
persamaan sebagai berikut:
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑋𝑝𝑟𝑎𝑐
δx = × 100%
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
a theory−𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑐
δa = × 100%
𝑎 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
0.428−0.388
= × 100%
0,428
= 9.207%
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦−𝑋𝑝𝑟𝑎𝑐
δx = × 100%
𝑋𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
T theory−𝑇 𝑝𝑟𝑎𝑐
δT = × 100%
𝑇 𝑡ℎ𝑒𝑜𝑟𝑦
0.112−0.102
= × 100%
0,112
= -5.925%
Nilai deviasi yang didapatkan oleh keduanya cukup bagus karena masih di bawah
10% untuk δa dan di bawah 0% untuk δT . Bila ingin mendapatkan nilai deviasi
sama dengan 0% baik untuk δa maupun δT, seharusnya waktunya sekitar 1.933
sekon saat massa yang ditrasfer adalah 2 g.
Grafik 7.a
Grafik 7.b
Grafik 7.c
Grafik 7.d
Dari percobaan di atas, data tersebut sesuai dengan bunyi Hukum Newton
yang kedua, yaitu “Percepatan dari suatu benda akan sebading dengan jumlah
gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik
dengan massanya”. Saat percepatannya meningkat, nilai dari gayanya ikut
meningkat. Sebaliknya bila percepatannya menurun, nilai dari gayanya juga ikut
menurun. Hal ini sesuai dengan bunyi Hukum Newton II. Terbukti semakin
banyak massa yang ditransfer dari m2 ke m1, berpengaruh terhadap kenaikan
percepatan pada sistem tersebut.
= 1.046
−2.610 −7.999
a= – (-1.046)
4 4
= 1.439
A = ℮1.439
= 4.219
Berdasakan perhitungan di atas didapat hasil dari masing-masing nilai B
dan A berturut-turut adalah 1.046 dan 4.219. Nilai perhitungan yang kurang
maksimal atau kurang akurat dikarena beberapa faktor antara lain, meja yang
terkena goncangan, udara yang di dalam ruangan, pemasangan beban pada hanger
yang kurang benar, hingga kepada kesalahan teknis lainnya.