Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PRAKTIKUM

SCIE6069037 – PHYSICS II

Oleh Kelompok 2:

1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254

Kelas : ANDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 1 – Newton’s Law
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya

1. Explain the Newton’s Law and give 2 examples of its daily application for each of the
law.
Hukum Newton atau Hukum Gerak Newton adalah tiga prinsip dasar yang
menjelaskan perilaku benda dalam gerakan. Hukum-hukum ini dirumuskan oleh Sir Isaac
Newton pada akhir abad ke-17 dan masih banyak digunakan dalam fisika hingga saat ini.
Berikut penjelasan lengkap dan dua contoh aplikasi harian untuk setiap hukum:
1. Hukum Pertama Newton (Hukum Inersia)
Hukum I Newton menyatakan bahwa ”Semua benda cenderung
mempertahankankeadaannya: benda yang diam tetap diam dan benda yang bergerak,
tetap bergerakdengan kecepatan konstant.” Hukum I Newton mendefinisikan adanya
sifat kelembaman benda, yaitu keberadaan besaran yang dinamai massa. Karena sifat
kelembaman ini makabenda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Keadaan
gerak direpresentasikan oleh kecepatan. Jadi, sifat kelembaman mengukur
kecenderungan benda mempertahankan kecepatannya. Makin besar kelembaman
yang dimiliki benda maka makin kuatbenda mempertahankan sifat kelembamannya.
Atau diperlukan pengganggu yang lebih besar untuk mengubah kecepatan benda.
Makin besar massa maka benda makin lembam.Itulah penyebabnya bahwa kita sangat
sulit mendorong benda yang memiliki massa lebih besar darimapa benda yang
memiliki massa lebih kecil.
Singkatnya, hukum newton 1 adalah jika sebuah benda yang diam akan tetap
diam, dan sebuah benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan
dalam garis lurus, kecuali ada gaya eksternal yang bekerja padanya.
Contoh :
a. Ketika kendaraan berhenti mendadak, penumpang di dalamnya cenderung
terdorong ke depan. Ini disebabkan oleh hukum inersia, di mana tubuh cenderung
mempertahankan keadaan diamnya saat kendaraan bergerak dengan kecepatan
konstan.
b. Saat sebuah bus membelok, penumpang di dalamnya terdorong ke sisi yang
berlawanan dari arah belokan. Hal ini disebabkan oleh hukum inersia, di mana
tubuh cenderung mempertahankan kecepatan dan arah geraknya, sehingga
penumpang terdorong ke sisi yang berlawanan saat bus berbelok.
2. Hukum Kedua Newton (Hukum Perubahan Gerak)
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa percepatan suatu benda sebanding
dengan gaya yang diberikan padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Rumus matematika dari hukum kedua Newton adalah
∑F = m x a
di mana,
• F adalah gaya yang diberikan
• m adalah massa benda, dan
• a adalah percepatan benda.
Contoh :
a. Ketika kita mendorong kereta dorong yang berat, semakin besar gaya yang kita
berikan, semakin cepat kereta tersebut bergerak. Hal ini sesuai dengan hukum
kedua Newton, di mana gaya yang diberikan pada benda mempengaruhi
percepatannya.
b. Saat kita memukul bola dengan tenaga yang berbeda, bola tersebut akan memiliki
perubahan kecepatan yang berbeda. Hukum kedua Newton menjelaskan bahwa
semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar pula percepatan yang dialami
oleh benda.

3. Hukum Ketiga Newton (Hukum Aksi dan Reaksi)


Hukum ketiga Newton menyatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang
sama besarnya namun berlawanan arah. Jika benda pertama melakukan gaya pada
benda kedua(gaya aksi), maka benda kedua melakukan gaya yang sama besar pada
benda pertama tetapi arahnya berlawanan (gaya reaksi).
Contoh :
a. Ketika kita berenang di kolam renang, setiap kali kita mendorong air dengan
tangan atau kaki, air memberikan gaya yang sama besar namun berlawanan arah
pada tubuh kita. Inilah yang membuat kita bisa bergerak maju saat berenang.
b. Saat kita menendang bola, bola memberikan gaya reaksi pada kaki kita. Gaya
reaksi ini membuat kita merasakan dorongan balik pada kaki kita. Itulah
sebabnya mengapa kita bisa merasakan kekuatan saat menendang bola. [1]
2. Draw and analyze the model of the system used in the experiment and its acting force
Percobaan hukum newton memiliki tujuan untuk menentukan nilai percepatan troli
yang dihitung menggunakan persamaan hukum II newton dan gerak lurus berubah
beraturan, tujuannya untuk mengetahui hubungan antara jarak dan waktu, kecepatan dan
waktu, massa dan percepatan, serta gaya dan percepatan.
Model sistem yang digunakan dalam percobaan menggunakan seperangkat alat
troli tipe PASCO ME-1241 dan dengan model lintasan bidang datar. Metode yang
digunakan adalah merangkai alat, menentukan jarak lintasan pada papan luncur, menarik
dan melepaskan trolly dengan memanipulasi jarak lintasan, waktu peluncuran, dan massa
dari troli dan beban gantung. Perhatikan gambar berikut yang terdapat pada buku
pedoman.

Gaya ditinjau dari troli bermassa m2 benda diatas papan luncur digerakkan oleh
beban W = m.g. Troli mengalami pergerakan dan memiliki percepatan tertentu ketika
diberikan beban m1. hukum newton II dan gaya gesek pada trolly bisa di abaikan, rumus
dituliskan sebagai berikut.

∑𝐹𝐹 = 𝑚𝑚 x 𝑎𝑎

𝑇𝑇1 − 𝑇𝑇2 + 𝑤𝑤1 = 𝛥𝛥𝛥𝛥x 𝑎𝑎

𝑚𝑚1. 𝑔𝑔 = (𝑚𝑚1 + 𝑚𝑚2)𝑎𝑎

Menghitung percepatan pada trolly :

m1 .g
Atheory = m1+m2
Dari persamaan ini, dapat diketahui gaya gravitasi berdasarkan penelitian
dengan rumus:

ɑ(m1+m2)
gprac = m1

Dikarena troli tersebut bergerak dengan percepatan a, jika jarak yang ditempuh
dan waktunya diukur maka:
∆𝑉𝑉 𝑣𝑣2−𝑣𝑣1
𝑎𝑎� = = 𝑡𝑡2−𝑡𝑡1
∆𝑡𝑡

Dalam kasus ini, terdapat beberapa persamaan yang berlaku:


• Kecepatan (v) smart cart
𝑚𝑚1.𝑔𝑔
𝑣𝑣 = 𝑡𝑡
(𝑚𝑚1+𝑚𝑚2)

Di mana,
• v adalah kecepatan smart cart
• m1 adalah massa smart cart
• m2 adalah massa beban gantung
• g adalah percepatan gravitasi bumi, dan
• t adalah waktu

Pada saat beberapa percobaan dilakukan, smart cart bergerak dengan kecepatan
tidak konstan dengan keadaan awal troli diam. Maka berlaku persamaan GLBB.

𝑉𝑉𝑉𝑉2 = 𝑉𝑉𝑉𝑉2 +2. 𝑎𝑎. 𝑠𝑠


𝑉𝑉𝑉𝑉2 = 0 + 2. 𝑎𝑎. 𝑠𝑠

𝑉𝑉𝑉𝑉ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒= √2. 𝑎𝑎. 𝑠𝑠

Vt = V0 + a.t
S = V0t + (1/2)at2

Di mana,
• S adalah jarak yang ditempuh
• V0 adalah kecepatan awal
• a adalah percepatan, dan
• t adalah waktu

• Persamaan gaya pada tali penghubung


Beban troli yang diikatkan dalam satu rangkaian dengan beban gantung akan
menyebabkan gaya tegangan pada tali penghubung dengan pada beban m dengan
percepat tertentu memiliki rumus 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎.

T = (m.g) + (m.a)

Dengan menggabungkan rumus percepatan yang dialami trolly maka


tegangan tali pada beban m dapat dirumuskan:
𝑇𝑇 = 𝑚𝑚2. 𝑎𝑎
𝑚𝑚1.𝑔𝑔
𝑇𝑇 = 𝑚𝑚2 (𝑚𝑚1+𝑚𝑚2)
(𝑚𝑚1.𝑚𝑚2)
𝑇𝑇theory = 𝑔𝑔
(𝑚𝑚1+𝑚𝑚2)

Di mana,
• T adalah gaya tegangan pada tali
• m adalah massa muatan smart cart
• g adalah percepatan gravitasi bumi, dan
• a adalah percepatan smart cart

• Gaya total pada smart cart:


Ft = Fg + (m.a)
Di mana,
• Ft adalah gaya total pada smart cart
• Fg adalah gaya gravitasi yang bekerja pada smart cart (m.g)

Dalam gerakan smart cart, prinsip gerak lurus berubah beraturan berlaku,
di mana jarak yang ditempuh oleh smart cart dalam setiap satuan waktu tidak sama
besar, tetapi arah gerak tetap.
Dalam percobaan ini, percepatan smart cart ditentukan oleh massa smart
cart, massa beban gantung, dan percepatan gravitasi bumi. Kecepatan smart cart
dihitung berdasarkan persamaan kecepatan yang diberikan, dan gaya pada tali
penghubung dan gaya total pada smart cart dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan massa, percepatan, dan gaya gravitasi yang bekerja.dan gerak
yang terjadi pada troli merupakan gerak lurus yang berubah beraturan. Dimana
jarak yang yang ditempuh tidak sama besarnya, tetapi arah gerak tetap.

3. Explain why m2 was transferred to m1 in experiment 4 related to its total mass and
system’s acceleration.
Pada percobaan pembuktian hukum Newton dengan troli pintar dilakukan
transfer beban dari troli ke beban gantung pada percobaan ke-4. Percobaan ini
dilakukan untuk membuktikan dengan total massa yang sama pada kedua benda akan
mengalami perubahan waktu dan percepatan jika dilakukan perubahan komposisi
massa pada masing-masing beban. Dengan total massa yang sama, jika beban dari troli
dipindahkan ke gantungan secara parsial maka waktu troli untuk melaju akan semakin
kecil dengan nilai percepatan (a) yang semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena beban
pada gantungan yang ditambah dari beban troli akan menambah gaya tarik beban
gantung akan semakin besar sehingga percepatan yang dihasilkan troli akan semakin
besar pula.
Agar dapat menentukan percepatan menjadi sebuah fungsi gaya, Maka
diperlukan massa total yang konstan. Jika ditambahkan massa total sebesar 10g pada
glider dan pada hanger sebesar 2g sampai 8g akan membuat massa total dan percepatan
tali mengalami perubahan. Jika massa awal pada flider adalah 255g, maka berat massa
setelah diberikan tambahan massa adalah 265. Jika masa awal hanger adalah sebesar
10g dan mula mula diberikan 2g masa pada hanger, Maka masa glider akan berubah
menjadi 263g. selanjutnya diberikan kembali massa hanger sebesar 2g(sampai menjadi
8g massa pada hanger) maka massa glider keseluruhan adalah sebesar 257g. Perubahan
massa tersebut mengakibatkan berubahnya juga percepatan yang terjadi. Semakin
banyak massa Hanger yang ditambahkan pada glider tersebut maka semakin tinggi
percepatannya. Sehingga percepatannya akan menjadi lebih besar.

4. Analyze the experiment data result and relate it to the theory for each experiment.
Dalam Hukum II Newton, dinyatakan bahwa percepatan benda berkaitan
langsung dengan gaya yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Percobaan yang dilakukan memberikan bukti bahwa Hukum II Newton terjadi
dalam percobaan tersebut. Contohnya, pada percobaan 4, gaya (T) yang dihasilkan oleh
troli meningkat seiring dengan peningkatan percepatan (a) troli. Di sisi lain, pada
percobaan 3, ketika massa troli (m2) ditambahkan, percepatan troli mengalami
penurunan.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) merupakan jenis gerakan di mana
kecepatan benda berubah karena adanya percepatan tetap. Percepatan tetap berarti bahwa
percepatan selalu konstan seiring dengan waktu. Pada percobaan 1, ditemukan bahwa
waktu yang dibutuhkan oleh objek untuk melewati suatu jarak berbanding lurus dengan
jarak yang ditempuh, dan hal ini menghasilkan percepatan yang konstan. Pada percobaan
2, juga diamati bahwa dengan adanya percepatan dan waktu yang konstan, kecepatan
objek meningkat seiring dengan peningkatan panjang lintasan.
• Analisis Hasil Data Percobaan
Table 1.1 Relation between Distance and Time

Pada tabel 1.1 dapat diketahui semakin lama waktu yang terjadi pada system
beban m1 menarik smart cart maka pergerakan smart cart akan semakin jauh. Akan tetapi
percepatan system (a) dan percepatan gravitasi (g) tidak selalu sama, hal tersebut bisa
dikarenakan adanya pengaruh yang sangat kecil antara roda smart cart terhadap jalur
pergerakannya, serta gesekan tali pada katrol penghubung.
Jarak dengan kecepatan adalah laju konstan benda, dirumuskan sebagai berikut.
S = v.t
Jika mengalami percepatan, dirumuskan sebagai berikut.
S = ½ a.t2
Oleh sebab itu, smart chart akan semakin menjauh pergerakannya jika waktu yang terjadi
pada beban m1 menarik smart chart semakin lama.
Table 1.2 Relation Between Velocity and Time.

Pada tabel 1.2 merupakan percobaan hubungan antara velocity dan time, semakin
jauh smart cart bergerak (s), diperlukan waktu yang semakin lama, sehingga kecepatan
gerak juga akan bernilai semakin cepat, ditunjukan pada nilai kecepatan praktikum vs
nilai kecepatan secara teori yang semakin bertambah besar seiring jarak yang ditempuh
yang juga dipengaruhi percepatan yang terjadi pada sistem.
Persamaannya ;
V = a.t + Vo
Kecepatan dan waktu itu berbanding terbalik. Jika suatu benda bergerak lambat
(kecepatan kecil) maka waktu tempuhnya akan semakin lama, begitu juga sebaliknya jika
benda bergerak cepat (kecepatan besar) waktu tempuh akan semakin singkat.

Table 1.3 Relation between Acceleration and Mass, s = 0,8 m

Pada tabel 1.3 pertambahan massa pada beban yang ditarik (m2) akan
memberikan pengaruh berupa terjadinya perlambatan (a-) untuk mencapai jarak
pergerakan sejauh s = 0,8m. Semakin berat beban yang ditarik (m2) menyebabkan waktu
yang diperlukan untuk mencapai s = 0,8 m semakin lama, selain itu pertambahan massa
pada beban m2 menyebabkan gaya tarikan yang dibutuhkan semakin besar sesuai TTheory,
sementara pada perhitungan Tprac terjadi fluktuasi data, hal tersebut bisa disebabkan
diabaikannya nilai friksi gesekan bernilai sangat kecil antara roda smart cart (m2)
terhadap jalurnya, namun gesekan tersebut sedikit mempengaruhi besanya gaya tarik
yang dilakukan benda m1.
Persamaannya ;
W=m.g
Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda adalah konstan, maka percepatan benda
berbanding terbalik dengan massanya. Semakin besar massa benda, percepatan akan
berkurang jika gaya total adalah tetap.

Table 1.4 Relation between Acceleration and Force, s = 0,8 m

Pada tabel 1.4 merupakan percobaan hubungan antara acceleration dan force s
= 0.8m, semakin besar nilai m benda dengan kecepatan yang berbeda memiliki nilai T
yang besar, maka berlaku sebaliknya.
Persamaannya ;
A = F/m

5. Write your conclusions for each experiment (at least 5).


Berdasarkan percobaan pada praktikum ke-1, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada percepatan yang konstan, semakin besar jarak lintasan yang ditempuh, maka
waktu yang dibutuhkan untuk melewati lintasan tersebut akan semakin besar. Dalam
percobaan 1, variasi jarak lintasan antara 0,4 m hingga 0,8 m menghasilkan waktu
tempuh antara 1,42 s hingga 2,08 s pada percepatan konstan. Rata-rata
percepatannya adalah 0,3815 m/s2 dengan deviasi sebesar -3,128%.
2. Kecepatan dan waktu memiliki hubungan yang berbanding terbalik, sedangkan
kecepatan dan jarak memiliki hubungan yang berbanding lurus. Semakin singkat
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak tertentu, maka kecepatan akan
semakin besar. Sebaliknya, semakin lama waktu yang dibutuhkan, maka kecepatan
akan semakin rendah.
3. Percepatan gerakan troli dipengaruhi oleh massa beban (m2) yang digantungkan.
Semakin besar massa beban, maka percepatan troli juga akan semakin besar. Begitu
pula sebaliknya, jika massa beban semakin kecil, maka percepatan troli akan
semakin rendah. Dengan kata lain, percepatan berbanding lurus dengan massa
beban.
4. Percepatan suatu objek dipengaruhi oleh gaya (F) yang bekerja pada objek tersebut.
Semakin besar gaya yang diberikan, maka percepatan yang dihasilkan juga akan
semakin besar. Hal ini terbukti dalam percobaan 4, di mana jika gaya yang diberikan
pada troli semakin besar, maka percepatan troli juga akan semakin cepat. Dengan
demikian, percepatan berbanding lurus dengan gaya.
5. Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda adalah konstan, maka percepatan
benda berbanding terbalik dengan massanya. Semakin besar massa benda,
percepatan akan berkurang jika gaya totalnya adalah tetap.
6. Meskipun total massa kedua objek sama, perubahan komposisi massa pada masing-
masing objek akan menghasilkan perbedaan gaya. Dengan total massa yang sama,
jika sebagian beban dari troli dipindahkan ke gantungan, waktu yang dibutuhkan
oleh troli untuk bergerak akan menjadi lebih singkat dengan nilai percepatan yang
lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengubah komposisi massa pada
masing-masing beban, gaya yang dihasilkan oleh kedua objek akan berubah
tergantung pada posisi objek yang mendapatkan tambahan beban.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Laporan Praktikum Sementara


Computer Engineering Laboratory
Experiment Sheet

Praktikum NIM Paraf


Practicum : Physics II Student ID : Asisten*
Percobaan 2602303885 Assistant
Experiment : 1 2602295750 Sign
Topik 2602301665
2602300441
2602303254

Nama
Student Name :
Ariella
Topic : Newton’s Law Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Tanggal
Date : 17-06-2023
Asisten Kelas
Assistant : Class : ANDA
1. Zianur Rahman Agya– TK033

*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan
Praktikum Sementara (LPS)Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet

Table 1.1 Relation between Distance and Time


aprac gtheory
atheory (m/s) gprac (m/s^2)
s (m) t(s) (m/s) (m/s^2) δa(%) δg(%)

0,4 1.42 0.39675 0.3698113208 10.51378695 9.8 -7.28% -7.28%


0,5 1.61 0.38578 0.3698113208 10.22337101 9.8 -4.32% -4.32%
0,6 1.78 0.37874 0.3698113208 10.03661154 9.8 -2.41% -2.41%
0,7 1.93 0.37584 0.3698113208 9.959998926 9.8 -1.63% -1.63%
0,8 2.08 0.36982 0.3698113208 9.800295585 9.8 0.00% 0.00%

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Table 1.2 Relation Between Velocity and Time.


t2 t1 Δt Δs vprac vtheory
s (m) δv(%)
(second) (second) (second) (m) (m/sec) (m/sec)
0,4 1.46 1.45 0.01 0.005 0.500 0.5439200829 8.07%
0,5 1.65 1.64 0.01 0.0056 0.560 0.6081211399 7.91%
0,6 1.82 1.81 0.01 0.0062 0.620 0.666163332 6.93%
0,7 1.98 1.97 0.01 0.0067 0.670 0.7195386363 6.88%
0,8 2.13 2.12 0.01 0.0069 0.690 0.7692191581 10.30%

Table 1.3 Relation between Acceleration and Mass, s = 0,8 m

Masa Ftegang
Tambahan t (s) aprac (m/s) atheory (m/s) Ttheory (N) Tprac (N) δa(%) tali
(N)
on m2 (g)
20 g 2.23 0.3217438517 0.3438596491 0.09456140351 0.08847955921 6,43% 17,2656
40 g 2.26 0.3132586733 0.3213114754 0.09478688525 0.09241130864 2,51% 36,1008
60 g 2.41 0.2754773506 0.3015384615 0.09498461538 0.08677536544 8,64% 51,2082
80 g 2.48 0.2601456816 0.284057971 0.09515942029 0.08714880333 8,42% 68,2776

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Table 1.4 Relation between Acceleration and Force, s = 0,8 m

Massa
yang
Ditransfe
atheory
r dari Tprac (N) Ttheory (N) t (s) aprac (m/sec2) δT (%) δa (%)
(m/sec2)
glider ke
penahan
beban

2g 0.1062057476 0.1123146067 1.96 0.4164931279 0.4404494382 5.44% 5.44%


4g 0.1287716197 0.1300594796 1.78 0.5049867441 0.5100371747 0.99% 0.99%
6g 0.142852141 0.1475424354 1.69 0.5602044746 0.578597786 3.18% 3.18%
8g 0.1634353469 0.1647692308 1.58 0.640922929 0.6461538462 0.81% 0.81%

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
LAPORAN PRAKTIKUM
SCIE6069037 – PHYSICS II

Oleh Kelompok 2:

1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254

Kelas : ANDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 2 – Introduction to Electrical Instruments and Concept
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya

Analyze each experiment that you have done. In your analysis, give a complete explanation
about:
1. Resistance of a Resistor, Capacitance of a Capacitor, and Inductance of an Inductor
a. Resistence of a Resistor
Resistansi adalah kemampuan suatu benda mencegah dan menghambat aliran
arus listrik. Dengan kata lain resistansi adalah sifat konduktor yang dapat menentukan
jumlah arus dan yang melewatinya ketika beda potensial diterapkan di atasnya. Satuan
dari resistansi adalah Ohm (Ω). Resistansi merupakan perbandingan antara tegangan
(beda potensial) dengan arus yang melewati konduktor.
R = V/I
Semakin besar nilai resistansi pada suatu aliran listrik maka nilai arus juga akan
semakin berkurang karena resistansi tersebut. Resistansi memiliki hubungan dengan
arus dan tegangan tetapi hanya dipengaruhi oleh:
1. Panjang penghantar, semakin panjang penghantar/kawat maka semakin besar
nilai resistansinya.
2. Luas penghantar, semakin luas penampang penghantar maka akan semakin
kecil nilai resistansinya
3. Bahan penghantar, jenis bahan penghantar juga mempengaruhi resistansinya.
Contohnya tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah dibandingkan
baja
4. Suhu, semakin meningkat suhu pada penghantarnya maka semakin tinggi nilai
resistansinya

b. Capacitance of Capacitor
Kapasitansi kapasitor merupakan kemampuan sistem kerja benda atau
komponen (kapasitor) dalam menjalankan penyimpanan arus listrik. Kapasitansi dapat
diartikan sebagai perbandingan tetap antara muatan Q yang biasanya disimpan dalam
kapasitor dengan beda potensial antara kedua konduktornya. Umumnya bentuk dari
piranti penyimpan arus listrik adalah sebuah kapasitor dua lempeng atau plat. Jika
muatan di lempeng adalah +Q dan -Q dengan V adalah tegangan antar lempeng, maka
rumus kapasitansi adalah:
C= Q/V
Keterangan:
• C adalah kapasitansi (Farad);
• Q adalah muatan yang diukur (Coulomb);
• V adalah voltase yang diukur (Volt)

c. Inductance of an Inductor
Induktansi merupakan sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan
timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri, sedangkan apabila
potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian
lain disebut sebagai induktansi bersama. Induktansi memiliki simbol L
v = L(du/dt)
dimana,
• v adalah GGL yang ditimbulkan dalam volt
• i adalah arus listrik dalam ampere
Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan
sehingga tidak ada GGL yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan
(linier) sehingga GGL yang dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah).

2. Resistor, Capacitor and Inductor


a. Resistor
Komponen listrik yang berfungsi untuk menghambat aliran arus listrik.
Resistansi diukur dalam satuan ohm (Ω) dan menentukan sejauh mana resistor
menghambat arus listrik. Nilai Resistansi (R) berbanding lurus dengan Tegangan (V)
dan berbanding terbalik dengan Arus (I).
Gambar 1 Jenis Resistor

b. Kapasitor
Kapasitor berfungsi untuk menyimpan dan melepaskan muatan listrik.
Kapasitor terdiri dari dua lempeng konduktor yang dipisahkan oleh bahan dielektrik.
Ketika tegangan diterapkan pada kapasitor, muatan listrik menumpuk di lempeng-
lempeng tersebut. Dalam menghitung Kapasitor, persamaan yang digunakan yaitu Q =
CV, dimana Q adalah muatan listrik, C adalah kapasitas kapasitor dan V adalah
tegangan.

Gambar 2 Capacitor

c. Induktor
Induktor berfungsi untuk menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.
Induktor terdiri dari kumparan kawat yang melingkar di sekitar inti feromagnetik.
Ketika arus mengalir melalui kumparan, medan magnet terbentuk di sekitar induktor.
Gambar 3 Inductor

Pada percobaan kedua, yaitu percobaan pengukuran tegangan AC


menggunakan osiloskop pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa pengukuran tegangan
dilakukan dengan menggunakan frekuensi 200 Hz dan 1KHz. Dari pengukuran tersebut
diperoleh hasil signal osiloskop menunjukkan periode yakni 4.838 ms untuk frekuensi
200 Hz dan 996 μs untuk frekuensi 1KHz. Oleh karena itu, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa semakin besar frekuensi yang digunakan maka semakin kecil periode yang
dihasilkan.

3. AC and DC Voltage and Its Sources


• Sumber arus listrik AC kependekan dari Alternating Current, dikenal dengan arus
bolak-balik karena merupakan sumber arus yang dihasilkan oleh generator dan PLN.
Arus AC ini dikatakan bolak-balik karena arus yang mengalir tidak tetap yaitu dari
positif ke negatif dan dari negatif ke positif. Arus bolak-balik listrik dihasilkan oleh
sumber arus bolak-balik seperti dinamo sepeda, genset, dan stop kontak arus bolak-
balik. Arus listrik AC akan membentuk suatu gelombang yang dinamakan dengan
gelombang sinus atau lebih lengkapnya sinusoida. Tegangan standar yang diterapkan
di Indonesia untuk listrik bolak-balik 1 (satu) fasa adalah 220 volt.

Pada percobaan tabel 2.1 diatas mengukur AC voltage menggunakan


oscilloscope. Hasilnya didapatkan bahwa oscilloscope dapat menampilkan gelombang
AC dengan frekuensi yang berbeda dari waktu ke waktu. Semakin besar frekuensi (f),
semakin kecil periodenya (T) dan sebaliknya
• Tegangan DC (direct current) yakni listrik mengalir secara searah. Sumber yang
menghasilkan arus searah disebut sumber arus searah. Pada awalnya aliran arus pada
listrik DC dikatakan mengalir dari ujung positif menuju ujung negatif. Para ahli
menunjukkan bahwa pada arus searah merupakan arus yang alirannya dari negatif
(elektron) menuju kutub positif. Aliran-aliran ini menyebabkan timbulnya lubang-
lubang bermuatan positif yang terlihat mengalir dari positif ke negatif. Contoh sumber
arus ini, yaitu baterai, aki, elemen volta, dan dinamo searah.
Dalam eksperimen ini, dilakukan pengukuran tegangan AC menggunakan
Digital Multimeter untuk mengukur tegangan, arus, dan resistansi. Beberapa
multimeter bahkan dapat mengukur kapasitansi, Hfe atau faktor penguat pada
transistor, dan sinyal frekuensi. Prinsip kerja multimeter ini melibatkan sebuah
kumparan yang terbuat dari tembaga. Kumparan ini terletak di antara dua kutub, yaitu
kutub utara dan kutub selatan. Di dalam kumparan tersebut terdapat sebuah jarum ukur
atau jarum meter yang berfungsi sebagai penunjuk skala. Ketika arus listrik mengalir
melalui dua ujung kumparan, jarum akan tergerak menuju skala tertentu. Dalam
percobaan ini, tegangan sumbernya adalah 3 Vrms/60 Hz. Hasil pengukuran dicatat
dalam Tabel 2.2. Pada mode V AC, hasilnya adalah 3.052 V AC, sedangkan pada mode
V DC, hasilnya adalah 32.5 mV DC seperti tabel dibawah ini.

4. Active and Passive Components


Komponen elektronik aktif (Active Components) adalah komponen yang dapat
mengontrol aliran listrik. Sebagian besar papan sirkuit elektronik memiliki setidaknya satu
komponen aktif. Beberapa contoh komponen elektronik aktif adalah transistor, dioda, IC
(integrated circuit).
a. Dioda merupakan komponen Elektronika Aktif yang berfungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah
sebaliknya.
b. Transistor adalah komponen Elektronika Aktif yang berfungsi sebagai Penguat,
Penyearah, Pengendali, Mixer dan Osilator.
c. Integrated Circuit atau sering disingkat dengan IC adalah Komponen Elektronika
Aktif yang terdiri dari gabungan ratusan bahkan jutaan Transistor, Resistor dan
komponen lainnya yang diintegrasi menjadi sebuah rangkaian elektronika dalam
sebuah kemasan kecil.
Komponen elektronik pasif (Passive Component) adalah komponen yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengendalikan arus melalui sinyal listrik lain. Contoh
komponen elektronik pasif adalah kapasitor, resistor, dan induktor.
a. Resistor, untuk menghambat aliran arus listrik.
b. Kapasitor, untuk menyimpan dan melepaskan energi dalam bentuk medan listrik.
c. Induktor, untuk menyimpan dan melepaskan energi dalam bentuk medan magnetik.
d. Transformator, untuk mengubah tegangan dan arus listrik.

Perbedaan utama antara komponen aktif dan pasif adalah kemampuan komponen
aktif untuk mengendalikan aliran listrik, sedangkan komponen pasif hanya memodifikasi
atau menyimpan energi. Komponen aktif membutuhkan sumber energi tambahan untuk
beroperasi, sementara komponen pasif tidak memerlukannya.

5. Polar and Non-Polar Components


Komponen polar dan non-polar merujuk pada karakteristik polaritas dalam konteks kimia
dan elektronika. Polarisasi mengacu pada distribusi muatan listrik di dalam suatu molekul
atau komponen. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua jenis komponen tersebut:
1. Komponen Polar
Komponen polar memiliki polaritas, yang berarti ada perbedaan muatan listrik
antara ujung positif dan negatif komponen tersebut. Ini terjadi ketika muatan listrik
dalam molekul atau komponen tidak terdistribusi secara merata. Biasanya, komponen
polar terdiri dari atom yang memiliki perbedaan elektronegativitas yang signifikan.
Beberapa contoh komponen polar meliputi:
a. Kapasitor elektrolitik: Terdiri dari dua elektroda dengan lapisan dielektrik polar
seperti elektrolit. Elektrolit memungkinkan konduksi ionik dan menyebabkan
polaritas.
b. Molekul air (H2O): Molekul air terdiri dari atom hidrogen yang lebih positif dan
atom oksigen yang lebih negatif. Ini menghasilkan polaritas molekul air.

2. Komponen Non-Polar
Komponen non-polar tidak memiliki polaritas, yang berarti muatan listrik
terdistribusi secara merata di seluruh komponen. Ini terjadi ketika muatan listrik dalam
molekul atau komponen terdistribusi secara simetris. Beberapa contoh komponen non-
polar meliputi:
a. Resistor: Komponen ini memiliki muatan listrik yang terdistribusi merata dan
tidak ada perbedaan muatan yang signifikan antara ujungnya.
b. Kapasitor film: Terdiri dari dua elektroda dengan lapisan dielektrik non-polar
seperti film plastik. Muatan listrik terdistribusi secara merata pada kedua
elektroda.

Non-Polar adalah Kapasitor yang nilainya tetap dan tidak berpolaritas. Jika
didasarkan pada bahan pembuatannya maka kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari
kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyster dan kapasitor keramik.
a. Kapasitor Keramik (Ceramic Capacitor)
Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari keramik dan berbentuk bulat tipis
ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi
dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai
Kapasitor Keramik berkisar antara 1 pf sampai 0.01µF.
b. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester
dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam
rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)
c. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan
pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar antara 300pf sampai 4µF. Kapasitor
Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam
Rangkaian Elektronika.
d. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan
Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50 pF sampai 0.02µF.
Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.

Polar adalah kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan
Negatif, Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator
(ELCO) dan Kapasitor Tantalum.
1. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk tabung atau silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat
dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan
Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit
berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF).
2. Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti
halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit.
Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan
Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+).

6. Open and Close Circuit


Rangkaian terbuka (Open Circuit) adalah rangkaian listrik atau elektronik yang
tidak memiliki jalur lengkap untuk arus listrik mengalir dari sumber ke beban atau
komponen lain. Sebuah rangkaian terbuka dapat dibuat dengan sengaja, misalnya dengan
memutus kabel menjadi dua, atau dapat terjadi secara tidak sengaja, seperti ketika sakelar
dibuka atau terjadi korsleting. Dalam elektronika dan teknik listrik, rangkaian terbuka juga
dapat merujuk pada diskontinuitas dalam jaringan linier, yang menghasilkan impedansi
tak terbatas. Hal ini menyebabkan semua energi yang mengalir melalui jaringan
menghilang sebagai panas pada simpul rangkaian terbuka.
Salah satu contoh rangkaian terbuka ketika kita membuat rangkaian untuk
menghidupkan dan mematikan lampu. Yang dimana baterai menjadi supply tegangan
DC, lampu terhubung sebagai beban, resistor sebagai hambatan dan sakelar pemutus arus.
Saat sakelar di buka, maka arus listrik tidak mengalir dari sumber tegangan (baterai) ke
beban (lampu).
Dibawah ini merupakan gambar rangkaian listrik terbuka.

Gambar 4 Rangkaian Listrik Terbuka


Ciri – ciri dari rangkaian terbuka yakni memiliki satu atau lebih jalur yang salah
untuk mengalirkan arus listrik. Bahkan jika catu daya memiliki setidaknya satu rute yang
rusak, itu masih disebut sebagai rangkaian terbuka. Tanpa jalur yang lengkap untuk listrik
mengalir melalui rangkaian, tidak mungkin beban apa pun yang terhubung ke rangkaian
ini menerima daya dari sumbernya.
Dengan kata lain, jika suatu perangkat atau peralatan ditenagai oleh rangkaian
terbuka, maka perangkat tersebut akan segera berhenti bekerja. Oleh karena itu, selama
ada jalur arus listrik yang terputus di dalam rangkaian terbuka, elektron tidak dapat
bergerak menuju terminal positif baterai karena aliran mereka terputus.

Rangkaian Tertutup (Close Circuit) adalah rangkaian listrik atau elektronik yang
memungkin aliran arus mengalir dari sumber energi ke beban yang terhubung atau
komponen lain karena jalur loop tertutup. Menurut para ahli rangkaian tertutup dapat di
gambarkan sebagai sirkuit tanpa adanya jalur terputus atau kita dapat mengatakan
rangkaian sebagai rangkaian tertutuo jika tidak ada pemutus dalam jalur rangkaian aliran
listrik dari sumber ke beban.
Contoh dari rangkaian listrik tertutup sama dengan contoh rangkaian terbuka di
atas. Namun yang membedakannya adalah pada rangkaian tertutup tidak ada jalur yang
terputus.
Dibawah ini merupakan gambar rangkaian listrik tertutup.

Gambar 5 Rangkaian listrik Tertutup

Rangkaian tertutup memberikan jalur yang untuk arus listrik, artinya elektron dapat
mengalir dengan lancar dari satu ujung ke ujung lainnya. Hal ini memungkinkan tegangan
dan daya dihasilkan di seluruh terminal beban selama terhubung dengan cara yang benar.
➢ Perbedaan Rangkaian Listrik Terbuka dan Tertutup
1. Perbedaan yang signifikan antara rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup
adalah bahwa pada rangkaian tertutup, tidak ada jalur yang terputus, sedangkan
rangkaian terbuka memiliki setidaknya satu jalur yang terputus. Rangkaian
terbuka adalah kerusakan pada jalur aliran arus. Ada dua kemungkinan penyebab
terjadinya rangkaian terbuka – ada kabel yang rusak atau tidak tersambung sama
sekali. Rangkaian tertutup, di sisi lain, tidak memiliki jalur yang putus dan dapat
ditelusurike titik asalnya jika diperlukan. Perbedaan utama lainnya antara kedua
rangkaian terletakpada fungsinya: Dalam rangkaian terbuka, ketika muatan listrik
bergerak melalui kabel, mereka melakukannya hanya sampai titik tertentu dengan
kerusakan; di luar area ini, tidak akan ada yang terjadi (tidak ada pergerakan
muatan). Berbeda dengan perilaku arus yang bergerak tanpa ragu sampai mereka
terhambat sesuatu yang menghalangi mereka keluar dari jalurnya (seperti benda
padat), rangkaian tertutup tidak mengizinkan aliran arus apa pun kecuali melalui
loop tertutup.
2. Pada rangkaian terbuka, arus mengalir dari sumber listrik ke beban, tetapi karena
putusnya kabel, arus tidak mengalir kembali ke sumber listrik. Dalam rangkaian
tertutup, arus mengalir dalam aliran dan kembali ke sumber listrik.
3. Pada rangkaian terbuka, energi listrik tidak mengalir; namun, energi dapat
ditransfer dari sumber ke beban melalui rangkaian tertutup.
4. Rangkaian terbuka memberikan jumlah resistansi tertinggi karena beberapa
faktor. Di sisi lain, rangkaian tertutup memberikan jumlah resistansi minimum.

7. Explain the Function of Multimeter


Multimeter digital juga dikenal sebagai digital multitester atau AVO meter
(Ampere, Volt, dan Ohm meter). Multimeter ada dua macam, yaitu multimeter analog dan
multimeter digital. Masing-masing multimeter tersebut dapat mengukur listrik AC maupun
listrik DC. Multimeter analog atau multimeter jarum adalah alat ukur untuk mengukur kuat
arus, tegangan, dan hambatan listrik yang menggunakan tampilan jarum yang bergerak ke
range-range yang diukur dengan probe.
Multimeter memiliki 3 fungsi ukur utama yaitu sebagai alat ukur arus (ampere meter),
tegangan, dan resistansi.
1. Untuk mengukur arus listrik sehingga disebut ampere meter. Pada multimeter terdiri
dari dua jenis ampere meter yaitu ampere meter DC dan ampere meter AC. Ampere
meter disini sebagai saklar selektor yang berfungsi sebagai batas ukur maksimum
sehingga arus yang akan diukur harus diperkirakan dibawah batas ukur multimeter
yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kerusakan pada
multimeter. Dapat ditunjukan pada tabel 2.5 dibawah ini.

2. Untuk mengukur tegangan listrik sehingga disebut volt meter. Volt meter juga sebagai
saklar selektor yang berfungsi sebagai batas ukur maksimum sehingga tegangan yang
akan diukur harus diperkirakan dibawah batas ukur multimeter yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada multimeter. Dapat ditunjukan pada tabel 2.4
dibawah ini.

3. Untuk mengukur nilai resistansi suatu resistor sehingga disebut ohm meter.
Multimeter analog disini berfungsi sebagai multiplier sedangkan pada multimeter
digital berfungsi sebagai batas ukur maksimum suatu resistansi yang dapat dihitung
oleh multimeter tersebut.

8. Multimeter Measuring Concepts


Multimeter memiliki cara kerja yang cukup unik. Di dalam alat ini terdapat sebuah
kumparan yang terbuat dari bahan tembaga. Kumparan tersebut diletakkan di antara dua
kutub yaitu Utara dan Selatan. Pada kumparan tersebut terdapat sebuah jarum ukur atau
jarum meter sebagai penunjuk skala. Apabila dua ujung kumparan tersebut dialiri oleh arus
listrik, maka jarum jam akan bergerak menuju skala tertentu. Langkah-langkah yang harus
dilakukan saat menggunakan alat ukur ini adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan terlebih dahulu jarum penunjuk yang memperlihatkan skala pengukuran.
2. Perhatikan pula pengaturan knob atau saklar yang digunakan untuk mengatur fungsi
Ampere, Voltage, ataupun Ohm. Lalu lakukan setting juga pada skala x1, x10 atau
yang lainnya. Pastikan knob pada posisi Off saat sudah tidak digunakan lagi.
3. Tentukan lubang untuk memasukkan kabel jack sesuai dengan fungsi yang diinginkan.
Terdapat dua lubang yaitu (+) dan (–) yang nantinya menunjukkan polaritas dari
tegangan atau probe.
4. Cek kembali apakah baterai telah terpasang dengan baik. Pastikan kondisi baterai
tersebut masih bagus dan berkualitas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan fungsi Ampere, Voltage, atau
Ohm:
1. Saat mengukur arus (Ampere), pastikan saklar pada posisi DCA. Putarlah saklar
selector pada posisi atau skala di atas arus yang diukur. Hal ini untuk menghindari
kerusakan sekring, Pastikan Power Supply terhubung ke beban. Silakan baca hasil
pengukuran di layar display.
2. Untuk mengukur Tegangan, pastikan saklar berada di posisi AVC. Kemudian pilih
skala pengukuran yang tepat. Jika tidak mengetahui nilai tegangan yang akan diukur,
sebaiknya memilih skala tertinggi untuk menghindari kerusakan. Terakhir hubungkan
Probe ke dalam terminal yang akan diukur. Silakan baca hasilnya di display.

Untuk percobaan 2.2 dilakukan percobaan pengukuran arus AC dan DC


menggunakan multimeter digital (DMM). Terbukti bahwa multimeter digital dapat
mengukur tegangan arus AC maupun DC seperti pada tabel diatas.

3. Pada saat mengukur Hambatan (Ohm), pastikan saklar di posisi tersebut. Lalu pilih
skala yang diukur. Hubungkan Probe ke dalam komponen Resistor dan bacalah
hasilnya di display.

Pada percobaan 2.3 diatas, semakin panjang penghantar/kawat maka


semakinbesar nilai resistansinya.
Dan dari gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa untuk mengukur arus, maka
multimeter dipasang secara seri dengan peralatan yang akan diukur. Probe + multimeter
disambungkan ke sumber arus dan probe – disambungkan ke beban. Selanjutnya beban
disambungkan ke terminal – dari sumber arus.
Untuk mengukur tegangan DC, multimeter dipasang paralel dengan sumber
tegangan. Perhatikan probe multimeter agar tidak terbalik saat melakukan pengukuran.
Probe + disambungkan ke terminal + dari sumber tegangan dan probe – disambungkan
ke terminal – sumber tegangan.
Untuk mengukur tegangan AC, multimeter dipasang paralel dengan sumber
tegangan AC. Polaritas probe multimeter tidak berpengaruh sehingga tidak masalah jika
terbalik. Untuk mengukur resistansi, multimeter dihubungkan langsung ke resistor yang
akan diukur dan polaritas probe multimeter dapat diabaikan.

Gambar 6 Multimeter Measuring Concepts

9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Eksperimen (Open and Close Circuit), dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dalam rangkaian terbuka, aliran listrik terputus, yang mengakibatkan lampu LED mati.
Sebaliknya, pada eksperimen pembanding dengan rangkaian tertutup, aliran listrik
mengalir dan menyebabkan lampu LED menyala.
2. Pada data eksperimen 2.1:
• Osiloskop adalah alat pengukur yang digunakan untuk menampilkan gelombang
AC dan DC.
• Amplitudo dan frekuensi gelombang yang dihasilkan dipengaruhi oleh sumber
tegangan.
• Semakin besar frekuensi (f), semakin kecil periodenya (T) dan sebaliknya. Hal ini
karena jika frekuensi meningkat, artinya gelombang berulang lebih sering terjadi
dalam satu detik, sehingga periode waktu antara siklus gelombang yang berurutan
menjadi lebih pendek.
3. Pada data eksperimen 2.2:
• Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan AC dan DC.
• Jika ingin mengukur tegangan AC, harus menggunakan mode AC dan jika DC
harus menggunakan mode DC.
4. Pada data eksperimen 2.3:
• Multimeter dapat digunakan untuk mengukur resistansi.
• Resistansi akan semakin besar seiring dengan meningkatnya jarak. Saat jaraknya 1
cm, R adalah 324 k Ω dan saat jaraknya 5 cm, Resistansinya adaah 13M Ω.
5. Pada data eksperimen 2.4:
Dalam rangkaian listrik campuran, sifat tegangan pada rangkaian campuran dapat
diamati, seperti:
• Tegangan dapat berbeda pada setiap elemen atau komponen yang terhubung.
Sehingga nilai VR1, VR2, VR3, VR4 dan Vled adalah berbeda.
• Karena R2 dan R3 yang disusun parallel memiliki resistansi yang sama, maka VR2
dan VR3 pun sama.
6. Dalam rangkaian data eksperimen 2.5, aliran arus awalnya adalah AB. Kemudian arus
tersebut dibagi menjadi dua cabang. Di titik CD, cabang arus yang telah dibagi
digunakan untuk menerangi LED dan dihambat sehingga nilainya menjadi rendah. Di
titik EF, cabang arus yang telah dibagi belum digunakan untuk LED dan dihambat
sehingga nilainya lebih besar daripada di titik CD. Dan titik GH adalah tempat di mana
pembagian arus sebelumnya berakhir.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Laporan Praktikum Sementara


Computer Engineering Laboratory
Experiment Sheet

Praktikum NIM 2602303885 Paraf


Practicum : Physics II Student ID
2602295750 Asisten*
2602301665 Assistant
Sign
2602300441
2602303254

Percobaan Nama Ariella


Experiment :2 Student Name Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Topik
Topic : Introduction to Electrical
Tanggal
Instrument and Concept Date : 23 Juni 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA…….………….
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet

Practicum Schematic Figure

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Table 2.1
Frequency Period
200 Hz 4,838 ms
1 KHz 996 µs

To draw a signal shown by the oscilloscope, give the information


for x axis and y axis (volt/div and time/div)

Table 2.2 Measurement Mode

V Mode AC V Mode DC
3,052 32,5 mV

Table 2.3 Pencil 2B Resistance

Distance (cm) R
0 0
1 324 kΩ
2 1.2 MΩ
3 3.9 MΩ
4 6.5 MΩ
5 13 MΩ
6 -
7 -

Table 2.4 Voltage Measurement

VR1 VR2 VR3 VR4 VLED


4,84 V 0,5 V 0,5 V 380 mV 1,982 V

Table 2.5 Current Measurement

IAB ICD IEF IGH

12,18 mA 6,11 mA 6,16 mA 12,27 mA

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
LAPORAN PRAKTIKUM
SCIE6069037 – PHYSICS II

Oleh Kelompok 2:

1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254

Kelas : ANDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 3 – Series, Parallel Circuit and Ohm’s Law
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya

1. Ohm’s Law
Hukum Ohm adalah prinsip dasar dalam elektronika yang menjelaskan hubungan
antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam sebuah rangkaian listrik. Hukum Ohm
ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Georg Simon Ohm.
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar tegangan listrik pada sebuah
penghantar berbanding lurus dengan arus listrik yang mengaliri penghantar. Sebuah
penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai hambatan tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas tegangan yang diberikan terhadap penghantar atau nilai
hambatannya haruslah konstanta tetap. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, dikarenakan adanya penghantar ohmic, dan non-ohmic, tetapi
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm dapat diekspresikan dengan persamaan:

Gambar 1 Rumus Hukum Ohm

Dimana :
• V = Voltage (Beda potensial atau tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
• I = Current (Arus listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
• R = Resistance (Hambatan atau resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))

Hukum Ohm sangat banyak digunakan termasuk Hukum Kirchhoff. Hukum Ohm
menunjukkan hubungan antara Tegangan (V atau E), Arus (I), dan Resistansi (R). Jadi, kita
menambahkan hukum Joule untuk menyempurnakan roda hukum ohm. Hukum Joule
menyatakan bahwa daya adalah perkalian antara tegangan dan arus. Hasilnya, kombinasi
keduanya akan memberi kita 12 rumus dengan 2 variabel yang diketahui. Oleh karena itu,
kita mendapatkan roda hukum ohm di bawah ini bersama dengan unit pengukurannya.
Gambar 2 Roda Hukum Ohm

Batasan Hukum Ohm


Hukum Ohm juga memiliki keterbatasan. Hukum ini telah diturunkan dengan asumsi bahwa
hambatan tidak tergantung pada arus. Sehingga, hambatan atau resistansi selalu tetap dan
tidak tergantung pada arus (I). Artinya, hukum Ohm tidak berlaku untuk fluida, materi
semikonduktor, maupun isolator. Material yang tidak memenuhi hukum Ohm disebut
sebagai material non- Ohmik. Berikut adalah grafik arus dan beda potensial bagi material
non-Ohmik.

2. The Relation Between Voltage (V), Current (I), and Resistance (R)
Hubungan antara tegangan (V), arus (I), dan resistansi (R) dalam sebuah rangkaian
listrik dijelaskan oleh Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan (V) yang
diterapkan pada suatu konduktor sebanding secara langsung dengan arus (I) yang mengalir
melaluinya, dan berbanding terbalik dengan resistansi (R) dari konduktor tersebut.
Dalam rumus matematika, hubungan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
V=IxR
Artinya, tegangan (V) pada suatu konduktor adalah hasil dari perkalian antara arus (I) yang
mengalir melalui konduktor tersebut dan resistansi (R) dari konduktor tersebut.

Secara praktis, hukum Ohm memberikan pemahaman bahwa jika tegangan


ditingkatkan pada suatu rangkaian dengan resistansi yang konstan, arus yang mengalir
melalui rangkaian juga akan meningkat. Sebaliknya, jika resistansi ditingkatkan pada suatu
rangkaian dengan tegangan yang konstan, arus yang mengalir melalui rangkaian akan
menurun.
Hukum Ohm juga dapat dinyatakan dalam bentuk rumus lain untuk mencari nilai-
nilai yang tidak diketahui. Misalnya, jika ingin mencari nilai arus (I), rumusnya menjadi:
I=V/R
Jika ingin mencari nilai resistansi (R), rumusnya menjadi:
R=V/I

Jumlah arus listrik dalam suatu rangkaian dipengaruhi oleh tegangan yang diberikan
dan resistansi rangkaian. Dalam praktikum 3, sirkuit terdiri dari baterai yang digunakan
untuk menyalakan lampu dan sirkuit ini terhubung dengan kutub baterai. Hubungan antara
tegangan, arus, dan resistansi ini dijelaskan oleh hukum Ohm.
Hubungan antara tegangan, arus, dan resistansi memiliki keterkaitan yang kuat
dalam perhitungan rangkaian listrik. Hukum Ohm menggambarkan pengaruh tegangan
terhadap arus dan resistansi dalam suatu rangkaian. Perubahan nilai salah satu parameter
tersebut akan mempengaruhi nilai komponen lainnya.
1. Voltage (V)
Tegangan listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan
listrik dari satu tempat ke tempat lain.
2. Current (I)
Arus listrik adalah laju aliran muatan listrik melalui suatu titik atau bagian dalam
rangkaian dan diukur dalam Ampere.
3. Resistance (R)
Resistansi atau hambatan listrik mengukur sejauh mana suatu objek atau komponen
dalam rangkaian menentang aliran atau menghambat arus listrik.

The Relation Between Voltage (V) and Current (I)


Hubungan antara tegangan dan arus listrik adalah berbanding lurus. Arus mengacu
pada aliran elektron, sedangkan tegangan mengacu pada gaya yang mendorong elektron
untuk mengalir. Pada resistansi yang tetap, semakin besar tegangan (V) yang diberikan,
semakin besar pula arus listrik (I) yang mengalir melalui rangkaian. Sebaliknya, semakin
kecil tegangan (V), maka arus listrik (I) juga akan lebih kecil.
Gambar 3 The Relation Between Voltage (V) and Current (I)

The Relation Between Current (I) and Resistance (R)


Jika resistansi (R) meningkat, dengan tegangan (V) yang tetap, arus (I) akan
menurun. Artinya, semakin tinggi resistansi dalam rangkaian, semakin kecil arus listrik
yang mengalir melaluinya.
Sebaliknya, jika resistansi (R) berkurang, dengan tegangan (V) yang tetap, arus (I)
akan meningkat. Dengan demikian, semakin rendah resistansi dalam rangkaian, semakin
besar arus listrik yang mengalir melaluinya.
Hubungan ini menunjukkan bahwa resistansi dalam suatu rangkaian mempengaruhi
besar kecilnya arus listrik yang mengalir melalui rangkaian. Resistansi yang tinggi akan
menghambat aliran arus, sementara resistansi yang rendah akan memfasilitasi arus listrik
yang lebih besar.

Gambar 4 The Relation Between Current (I) and Resistance (R)

Dari data pada tabel 3.2 dibawah ini yang menggambarkan hasil praktikum, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara besar arus listrik
dan resistansi. Dalam situasi ketika tegangan meningkat dengan resistansi yang tetap,
arus listrik juga meningkat. Sebaliknya, jika tegangan tetap dan resistansi meningkat,
arus listrik akan semakin menurun.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terdapat hubungan langsung antara
arus yang mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan, dan hubungan terbalik
dengan resistansi. Jika tegangan ditingkatkan, maka arus juga akan meningkat (arus
berbanding lurus dengan tegangan). Dalam praktikum yang dilakukan, resistansi terus
meningkat dengan tegangan yang konstan, sehingga arus listrik semakin menurun (arus
berbanding terbalik dengan resistansi).

3. The Characteristic of Serial Circuit


Rangkaian seri adalah tipe rangkaian listrik di mana komponen-komponen
terhubung secara berurutan, dengan ujung satu komponen terhubung dengan ujung
berikutnya. Dalam rangkaian seri, arus listrik mengalir melalui setiap komponen secara
berurutan, dan arus yang sama mengalir melalui setiap komponen.
Berikut adalah beberapa karakteristik dari rangkaian seri:
1. Arus Sama
Dalam rangkaian seri, arus listrik yang mengalir melalui setiap komponen memiliki nilai
yang sama. Hal ini terjadi karena arus hanya memiliki satu jalur untuk mengalir melalui
komponen-komponen yang terhubung secara berurutan.
2. Tegangan Terbagi
Tegangan di seluruh rangkaian seri terbagi di antara komponen-komponen yang
terhubung. Tegangan total dari sumber listrik dibagi di antara komponen-komponen,
dengan masing-masing komponen menerima sebagian tegangan yang lebih kecil.
3. Resistansi Kumulatif
Resistansi total dalam rangkaian seri adalah jumlah resistansi dari setiap komponen
yang terhubung. Resistansi total dalam rangkaian seri dapat dihitung dengan
menjumlahkan resistansi individual dari komponen-komponen tersebut.
4. Arus Sama pada Setiap Komponen
Karena arus yang sama mengalir melalui setiap komponen dalam rangkaian seri, nilai
arus pada setiap komponen juga sama. Dalam hal ini, komponen dengan resistansi yang
lebih tinggi akan mengalami penurunan tegangan yang lebih besar dan menghasilkan
jumlah panas yang lebih tinggi.
5. Penambahan Tegangan
Tegangan di setiap komponen dalam rangkaian seri akan ditambahkan. Oleh karena itu,
tegangan total di rangkaian seri adalah jumlah dari tegangan di setiap komponen.
6. Penghentian Rangkaian
Jika salah satu komponen dalam rangkaian seri terputus atau tidak berfungsi, maka
rangkaian akan terbuka dan arus tidak dapat mengalir melalui komponen-komponen
yang lain.

4. The Characteristic of Parallel Circuit


Rangkaian paralel adalah jenis rangkaian listrik di mana komponen-komponen
terhubung secara paralel, dengan ujung positif komponen terhubung dengan ujung positif
yang lain, dan ujung negatif komponen terhubung dengan ujung negatif yang lain. Dalam
rangkaian paralel, arus listrik membagi dan mengalir melalui setiap komponen secara
terpisah.
Berikut adalah beberapa karakteristik dari rangkaian paralel:
1. Tegangan
Tegangannya sama untuk masing-masing resistor dalam rangkaian paralel karena hanya
ada dua titik umum yang menghubungkan semua resistor, dan voltase atau tegangan
antara titik umum selalu sama. Tegangan, atau perbedaan potensial listrik, adalah energi
per satuan muatan; diukur dalam volt pada voltmeter.
2. Arus
Arus listrik bisa menempuh banyak jalur melalui sirkuit paralel. Arus total sama dengan
jumlah masing-masing cabang arus individual. Arus total rangkaian dapat dihitung
dengan persamaan:
I = V / (1 / R1 + 1 / R2 + … + 1 / Rn)
dimana I adalah arus total, V adalah tegangan dan R1, R2 dan seterusnya adalah
hambatan dari setiap cabang individu. Arus diukur dalam ampere dengan ammeter.
3. Hambatan
Hambatan atau Resistansi total untuk rangkaian paralel harus kurang dari resistansi
cabang individu dibagian manapun. Resistansi diukur dalam ohm. Cara menghitung
resistansi total dengan membagi arus total dengan voltase, berikut persamaanya:
I=V/R
dikenal sebagai Hukum Ohm. Hal ini dapat ditulis ulang sebagai:
R=V/I
Jika tidak mengetahui tegangan dan arus total, hitunglah resistansi total dari tahanan
masing-masing cabang dengan persamaan:
1 / R = 1 / R1 + 1 / R2 + 1 / R3 + … + 1 / Rn.
4. Daya Tahan Sirkuit
Pembukaan cabang individu hanya menghentikan arus di cabang itu. Bagian cabang
lainnya akan terus bekerja karena arus memiliki banyak jalur yang bisa ditempuh di
seluruh sirkuit.
5. Pembelahan Aliran
Jika salah satu komponen dalam rangkaian paralel terputus atau tidak berfungsi,
komponen lainnya masih dapat berfungsi dan menerima arus listrik.
6. Pembagian Tegangan
Tegangan total dari sumber listrik dibagi di antara komponen-komponen dalam
rangkaian paralel. Setiap komponen menerima tegangan yang sama dengan tegangan
total.

5. The Application of Serial and Parallel Circuit


Rangkaian serial dan paralel adalah dua konfigurasi umum yang digunakan dalam
sistem kelistrikan dan elektronik. Setiap konfigurasi memiliki aplikasi dan karakteristik
uniknya sendiri.
Aplikasi rangkaian seri dan paralel sebagai berikut.
a. Sirkuit Seri
1. Sistem Komunikasi
Sirkuit serial biasanya digunakan dalam sistem komunikasi, seperti transmisi data
serial antar komputer, mikrokontroler, dan perangkat lain. Komunikasi serial
memungkinkan transmisi data sedikit demi sedikit melalui satu jalur komunikasi.
2. Sensor dan Detektor
Banyak sensor dan detektor, seperti sensor suhu, sensor cahaya, dan sensor tekanan,
terhubung dalam konfigurasi serial. Hal ini memungkinkan elemen penginderaan
individu untuk ditangani dan dipantau secara terpisah.
3. Pengkabelan Jarak Jauh
Sirkuit serial cocok untuk pengkabelan jarak jauh karena kesederhanaannya dan
kemampuan untuk mengirimkan data melalui satu jalur. Ini membuatnya cocok untuk
aplikasi seperti sistem pemantauan jarak jauh atau sistem kontrol terdistribusi.
4. Penerangan Lampu
Rangkaian lampu sehari-hari menggunakan rangkaian seri di mana beberapa lampu
terhubung secara berurutan. Jika salah satu lampu dalam rangkaian mati, maka semua
lampu akan padam karena aliran arus terputus.
5. Rangkaian Baterai
Rangkaian baterai yang terdiri dari sel-sel baterai terhubung secara seri untuk
meningkatkan tegangan total. Contohnya, beberapa baterai dalam senter atau
kendaraan listrik dihubungkan secara seri untuk memberikan tegangan yang
diperlukan.

b. Sirkuit Paralel
1. Distribusi Daya
Sirkuit paralel banyak digunakan dalam sistem distribusi daya. Daya listrik yang
dihasilkan pada suatu sumber, seperti pembangkit listrik, didistribusikan melalui jalur
paralel ke berbagai konsumen. Ini memastikan bahwa setiap konsumen menerima
daya yang dibutuhkan tanpa mempengaruhi yang lain.
2. Pengkabelan Rumah dan Gedung
Pengkabelan outlet listrik, sakelar, dan peralatan di rumah dan gedung biasanya
dilakukan dalam konfigurasi paralel. Ini memungkinkan beberapa perangkat diberi
daya secara mandiri dan bersamaan.
3. Beban Listrik dengan Persyaratan Tegangan Berbeda
Sirkuit paralel berguna saat menghubungkan beban listrik dengan persyaratan
tegangan berbeda. Setiap beban dapat dihubungkan ke cabangnya sendiri di sirkuit
paralel, yang memungkinkannya beroperasi pada level tegangan yang diperlukan.
4. Steker Listrik
Soket listrik yang digunakan di rumah dan kantor memiliki rangkaian paralel, di mana
setiap soket terhubung secara paralel ke sumber daya listrik. Hal ini memungkinkan
penggunaan beberapa perangkat listrik yang terhubung secara bersamaan tanpa
mempengaruhi kinerja satu sama lain.
5. Rangkaian Saklar
Dalam rangkaian saklar, beberapa lampu atau perangkat dapat dikendalikan secara
independen menggunakan saklar yang terhubung secara paralel. Setiap saklar
memberikan jalur terpisah untuk aliran arus menuju perangkat yang terkait.

6. Compare The Result That You Get From The Practicum With The Simulation and
The Theory
Untuk membandingkan antara hasil dari praktikum dan teori dijelaskan sebagai berikut.
Untuk Tabel 3.1 berlaku rumus → I = V / R

Untuk Tabel 3.2 berlaku rumus → I = V / R

Analisis berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2, yaitu:


a. Hukum Ohm menyatakan bahwa hubungan antara beda potensial (V), kuat arus
listrik (I), dan hambatan rangkaian (R) dapat dijelaskan dengan persamaan:
V = I.R.
b. Jika arus listrik mengalir melalui suatu penghantar, kuat arus tersebut berbanding
lurus dengan tegangan listrik yang terdapat antara kedua penghantar tersebut.
c. Hukum Kirchhoff yang pertama, juga dikenal sebagai Hukum Arus Kirchhoff
atau Kirchhoff's Current Law, berkaitan dengan arah arus dalam menghadapi titik
percabangan dalam suatu rangkaian.

Untuk Tabel 3.3 berlaku rumus → I = V / R → RT.I = R1.I + R2.I + R3.I

Analisis berdasarkan tabel 3.3, yaitu:


a. Pada rangkaian seri, nilai arus akan tetap konstan pada setiap beban.
b. Ketika tegangan memasuki rangkaian seri, itu terbagi di antara jumlah tahanan yang
ada.
c. Jika salah satu beban atau bagian rangkaian terputus atau tidak terhubung, aliran arus
akan berhenti.
d. Semakin besar nilai tahanan, semakin besar tegangan yang mengalir melaluinya.
e. Pada rangkaian seri, jumlah tegangan yang masuk sama dengan jumlah tegangan
yang keluar. Dapat dirumuskan dengan persamaan:
Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 ...

Untuk Tabel 3.4 berlaku rumus →


Analisis berdasarkan tabel 3.4, yaitu:
a. Ketika arus memasuki rangkaian paralel, itu terbagi secara proporsional sesuai dengan
nilai tahanan atau hambatan. Karakteristik rangkaian paralel adalah bahwa arus pada
setiap cabang akan terbagi sesuai dengan besar kecilnya nilai beban.
Itotal = I1 + I2 + I3 + I4 +I5……
b. Beda potensial atau tegangan pada setiap cabang percabangan tetap konstan, dan besar
tegangan pada setiap cabang sama dengan tegangan total rangkaian.

c. Jika salah satu cabang tahanan paralel terputus, arus hanya terputus pada cabang
tahanan tersebut. Cabang rangkaian lainnya tetap berfungsi tanpa terganggu oleh
cabang yang terputus.
d. Tegangan pada setiap beban listrik dalam rangkaian paralel sama dengan tegangan
sumber.

7. Kesimpulan :
Berdasarkan data analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hukum Ohm mempelajari aliran arus listrik dalam suatu rangkaian yang tertutup. Aliran
arus listrik terjadi karena adanya perbedaan potensial antara dua titik pada penghantar.
Peralatan elektronik dapat berfungsi karena arus listrik mengalir dari sumber tegangan
yang terhubung ke peralatan tersebut, sehingga tercipta perbedaan potensial.
2. Pada rangkaian seri, nilai arus akan tetap konstan pada setiap beban. Jumlah tegangan
yang masuk sama dengan jumlah tegangan yang keluar. Dapat dirumuskan dengan
persamaan:
Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 ...
3. Ketika tegangan memasuki rangkaian seri, itu terbagi di antara jumlah tahanan yang
ada.
4. Ketika arus memasuki rangkaian paralel, itu terbagi secara proporsional sesuai dengan
nilai tahanan atau hambatan. Karakteristik rangkaian paralel adalah bahwa arus pada
setiap cabang akan terbagi sesuai dengan besar kecilnya nilai beban.
Itotal = I1 + I2 + I3 + I4 +I5……
5. Beda potensial atau tegangan pada setiap cabang percabangan tetap konstan, dan besar
tegangan pada setiap cabang sama dengan tegangan total rangkaian.
6. Jika salah satu cabang tahanan paralel terputus, arus hanya terputus pada cabang
tahanan tersebut. Cabang rangkaian lainnya tetap berfungsi tanpa terganggu oleh
cabang yang terputus.
7. Rangkaian seri adalah rangkaian pembagi tegangan dan rangkaian pararel adalah
rangkaian pembagi arus.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Laporan Praktikum Sementara


Computer Engineering Laboratory
Experiment Sheet

Praktikum NIM : 2602303885 Paraf


Practicum : Physics II Student ID
Asisten*
2602295750
Assistant
2602301665 Sign
2602300441
2602303254

Percobaan Nama : Ariella


Experiment :3 Student Name Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Topik
Topic : Series, Parallel Circuit .
Tanggal
And Ohm’s Law Date : 01 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet

Table 3.1 The Relation between V and I with R constant

V I
1V 0.92
2V 1.94
3V 3.07
4V 3.85
5V 5.11
6V 5.85
7V 7.04
8V 8.12
9V 9.29
10 V 10.13

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Table 3.2 The Relation Between I and R with V constant


R VR (V) I (A)
100 10 101.2
220 10 44.6
470 10 21.63
560 10 17.98
680 10 14.8
1000 10 10.04
1200 10 8.3
2000 10 5
3000 10 3.35
4700 10 2.15

Table 3.3
Voltage Current
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.89 V - - 6 mA - -
B 1.97 V 3.95 V - 2 mA 2 mA -
C 0.978 V 1.931 V 3V 0.98 mA 0.98 mA 0.98 mA

Table 3.4
Voltage Current
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.92 V - - 6 mA - -
B 5.92 V 5.92 V - 6 mA 3 mA -
C 6.06 V 6.06 V 6.05 V 6.1 mA 3.04 mA 1.98 mA

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
LAPORAN PRAKTIKUM
SCIE6069037 – PHYSICS IV

Oleh Kelompok 2:

1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254

Kelas : ANDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 4 – Kirchoff Voltage-Current Law and Potentiometer
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
1. Kirchoff Voltage Law and Kirchoff Current Law
Jawab :
1.1 Kirchoff Current Law atau Hukum Kirchoff I
Biasanya digunakan dalam rangkaian yang memiliki multi node dan memiliki
beberapa titik percabangan yang akan membagi arus listrik sehingga sering disebut
sebagai hukum percabangan (junction rule). Kuat arus merupakan jumlah muatan
yang mengalir pada suatu pengantar dalam selang waktu tertentu, sehingga muatan
listrik sifatnya kekal. Hal ini berarti bahwa muatan listrik yang masuk sama dengan
muatan listrik yang keluar.
Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa “Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke
titik cabang akan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.” Pada
gambar di bawah bahwa jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus keluar.

Rumus Hukum Kirchoff 1:

1.2 Kirchoff Voltage Law


Biasanya digunakan dalam rangkaian yang tidak bercabang dan digunakan
untuk menganalisis beda potensial dari rangkaian tertutup sehingga sering disebut
juga dengan hukum simpal (loop rule). Hukum Kirchoff II menyatakan bahwa
“Jumlah keseluruhan voltasi di sekitar loop tertutup yang ada dalam suatu rangkaian
mempunyai besar yang sama dengan nol.” Pada gambar di bawah bahwa total
tegangan rangkaian tidak terdapat energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau
semua energi listrik akan diserap dan digunakan.
Rumus Hukum Kirchoff II :

Gambaran Hukum Kirchoff II

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa total tegangan rangkaian adalah
-Vs1 + V1 + V2 + V3 = 0
berarti tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau semua
energi listrik akan diserap dan digunakan.

2. The difference between potentiometer and resistor


2.1 Potensiometer
Potensiometer adalah komponen elektronik yang dapat disesuaikan untuk
mengatur tegangan atau resistansi dalam rangkaian. Potensiometer terdiri dari
resistor tubuh dengan sistem bergerak atau diputar. Dengan memutar atau
menggeser sistem potensiometer, posisi kontak pada tubuh resistor berubah,
sehingga nilai resistansi antara kontak bergerak dan tetap dapat disesuaikan,
menghasilkan tegangan output tertentu. Potensiometer dapat berbentuk linier atau
logaritmik tergantung pada hubungan antara keluaran dan rasio tegangan masukan
dengan sudut rotasi.

Tipe-tipe Potensiometer

2.2 Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain
untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai
resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara
kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut dibagi lurus dengan
arus yang mengalir. Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik
dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering
digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam komponen dan film,
bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti
nikel-kromium).

Tipe-tipe Resistor

Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang
dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise),
dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan ke dalam sirkuit hibrida dan papan
sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan tempatkan kaki bergantung pada
desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan
kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar. Variabel resistor juga dapat
disesuaikan sesuai kebutuhan. Di dalam tubuhnya, terdapat satu atau dua kontak
logam bergerak yang dapat diatur. Dengan mengubah posisi kontak tersebut,
resistansi antara dua ujung resistor dan kontak dapat diubah sesuai kebutuhan.
Resistansi yang dapat diatur ini memungkinkan pengaturan tegangan dan arus
dalam sirkuit elektronik.
Berikut adalah perbedaan antara potensiometer dan resistor:
1. Fungsi
• Potensiometer: memberikan keluaran tegangan yang dapat diatur
tergantung pada posisi penggeser atau wiper yang dapat diatur.
Potensiometer berperan sebagai pembagi tegangan, memungkinkan
Anda untuk mengatur resistansi antara terminalnya untuk
mengontrol tegangan di sepanjangnya.
• Resistor: untuk mengatur aliran arus dengan nilai resistansi yang
telah ditentukan.
2. Sifat Variabel:
• Potensiometer: memiliki resistansi yang dapat diatur sesuai dengan
posisi wipernya, dapat mengubah nilai resistansi potensiometer
dengan memutar wiper, yang memungkinkan kita untuk mengatur
keluaran tegangan yang diinginkan.
• Resistor: memiliki resistansi tetap yang ditentukan oleh warna kode
pada badannya. Nilai resistansinya tidak dapat diubah atau diatur
setelah diproduksi.
3. Penggunaan
• Potensiometer: digunakan sebagai pengatur level, volume, atau nilai
sinyal dalam berbagai aplikasi elektronik, seperti pada pengendalian
volume pada perangkat audio, kontrol kecerahan pada lampu, atau
sebagai sensor dalam beberapa perangkat.
• Resistor: digunakan untuk membatasi aliran arus, menurunkan
tegangan, mengatur arus pada LED, melindungi komponen lain dari
arus yang berlebihan, dan banyak aplikasi lainnya di dalam dan luar
sirkuit elektronik.
4. Jumlah Terminal
• Potensiometer: memiliki tiga terminal: dua terminal tetap (ujung
resistor) dan satu terminal yang dapat diatur (wiper).
• Resistor: Resistor hanya memiliki dua terminal: satu terminal
masukan dan satu terminal keluaran.
5. Tipe Penyambungan:
• Potensiometer: dapat disambungkan dalam rangkaian baik sebagai
potensiometer variabel atau sebagai resistor tetap, tergantung pada
bagaimana Anda menghubungkan terminalnya.
• Resistor: selalu disambungkan dalam rangkaian untuk memberikan
resistansi tetap sesuai dengan kebutuhan sirkuit.

3. Potentiometer and how it works


Potentiometer atau Pot atau Pot Meter adalah resistor variabel 3 terminal dimana
resistansi dapat divariasikan secara manual untuk dapat mengontrol aliran arus listrik.
Potensiometer bertindak sebagai pembagi tegangan yang dapat disesuaikan.
Potensiometer bekerja dengan memvariasikan posisi kontak geser melintasi resistansi
yang seragam. Dalam potensiometer, seluruh tegangan input diterapkan di seluruh
panjang resistor, dan tegangan output adalah penurunan tegangan antara kontak tetap
dan geser seperti yang ditunjukkan di bawah ini.

Cara kerjanya:
1. Konstruksi
Potensiometer umumnya terdiri dari elemen resistif, penggeser, dan tiga
terminal. Elemen resistif adalah pita panjang dari bahan penghantar, sering kali
terbuat dari kawat konduktif atau komposisi karbon. Penggeser adalah titik kontak
yang dapat bergerak dan menggeser sepanjang elemen resistif. Tiga terminal
terhubung ke kedua ujung elemen resistif dan penggeser, masing-masing.
2. Resistansi Variabel
Ketika knob potensiometer diputar, penggeser bergerak sepanjang elemen
resistif, mengubah posisinya di sepanjang pita. Akibatnya, panjang jalur resistif
yang terhubung ke rangkaian berubah, menyebabkan variasi resistansi efektif antara
terminal penggeser dan salah satu terminal tetap.
3. Pembagi Tegangan
Potensiometer beroperasi sebagai pembagi tegangan. Saat posisi penggeser
berubah, rasio resistansi di kedua sisi penggeser juga berubah. Ini mengubah
tegangan jatuh di potensiometer. Ketika penggeser berada lebih dekat ke satu
terminal, resistansi di arah tersebut menjadi lebih kecil, menghasilkan tegangan
yang lebih tinggi di terminal penggeser. Sebaliknya, jika penggeser berada lebih
dekat ke terminal lainnya, resistansi di arah tersebut menjadi lebih besar,
menghasilkan tegangan yang lebih rendah di terminal penggeser.
4. Aplikasi
Potensiometer memiliki berbagai aplikasi dalam elektronika dan sistem listrik.
Salah satu penggunaan umum adalah untuk mengatur volume pada perangkat audio
seperti amplifier dan speaker. Dengan mengatur potensiometer, Anda dapat
mengubah jumlah sinyal yang melewati rangkaian, sehingga mengubah volume
suara. Potensiometer juga digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan, mengatur
kecepatan motor, dan mengontrol berbagai parameter dalam rangkaian elektronik.

4. Analyze every circuit


4.1 Kirchoff's Current Law (KCL)
Hukum Arus Kirchhoff, yang biasa disingkat sebagai KCL (Kirchhoff's Current
Law), adalah salah satu dari dua hukum dasar dalam analisis rangkaian listrik yang
dikembangkan oleh fisikawan Jerman, Gustav Kirchhoff. Hukum ini menjelaskan
tentang hukum kekekalan muatan listrik pada simpul atau persimpangan dalam
suatu rangkaian listrik tertutup.
• Jumlah arus masuk sama dengan jumlah arus keluar
Pada suatu simpul atau persimpangan dalam rangkaian listrik, jumlah
total arus yang masuk ke simpul tersebut harus sama dengan jumlah total
arus yang keluar dari simpul tersebut. Ini berarti muatan listrik tidak dapat
"terbuang" atau "menghilang" di simpul tersebut; muatan masuk harus sama
dengan muatan keluar.
• Hukum kekekalan muatan
Hukum KCL didasarkan pada prinsip kekekalan muatan listrik. Muatan
listrik tidak bisa diciptakan atau dihancurkan dalam rangkaian tertutup; itu
hanya bisa mengalir dan dialihkan dari satu tempat ke tempat lain. Oleh
karena itu, jumlah total arus di setiap simpul dalam rangkaian harus selalu
sama dengan nol.
Rumus dari Hukum Arus Kirchhoff adalah sebagai berikut.
Σ I_in = Σ I out
Di mana,
• Σ I_in adalah jumlah total arus yang masuk ke simpul, dan
• Σ I_out adalah jumlah total arus yang keluar dari simpul.

Hasil praktikum:

Menghitung Itotal atau Ixy


Vps = 5 V

Dari perhitungan diatas, total kuat arus dari A ke B sebesar 21,36 mA. Dari
hasil dari praktikum didapat arus total (IXY) sebesar 20,62 mA. Berdasarkan hasil
tersebut, ada sedikit perbedaan antara teori dan praktikum. Perbedaan inilah yang
diakibatkan oleh toleransi pada resistor. Karena sesuai dengan teori nilai toleransi
pada resistor bisa sebesar 5%, 10%, dan lain-lain.

• Arus pada titik CD dengan menghitung tegangan pada R1 sebesar 2,1 V dan
R2 adalah 2.86 V.

• Arus pada titik C sampai ke D adalah dengan membagi arus dan


hambatannya, yaitu 2.86 / 520 = 5.5 mA. Tidak jauh berbeda karena pada
pada hasil praktikum, ICD adalah 5,22 mA.

• Selanjutnya membuktikan arus pada EF yaitu dengan 2.86/1000 = 2,86 mA.


Pada hasil praktikum didapat IEF yaitu 2,77 mA. Hasilnya tidak berbeda
jauh dengan teori.

Kemudian membuktikan arus pada GH yaitu dengan 2.86/220 = 13 mA. Dari


hasil praktikum, di dapat 13.32 mA. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diartikan
bahwa arus yang masuk = arus yang keluar. Sesuai dengan hukum Kirchoff's
Current.

4.2 Kirchoff’s Voltage Law (KVL)


Hukum Tegangan Kirchhoff, yang sering disingkat sebagai KVL (Kirchhoff's
Voltage Law), adalah salah satu dari dua hukum dasar dalam analisis rangkaian
listrik yang dikembangkan oleh fisikawan Jerman, Gustav Kirchhoff. Hukum ini
menjelaskan tentang hukum kekekalan energi potensial dalam suatu rangkaian
listrik tertutup.
• Jumlah tegangan dalam loop tertutup adalah nol
Dalam rangkaian listrik tertutup atau loop, jumlah total tegangan yang
ada dalam loop tersebut harus selalu sama dengan nol. Tegangan yang
dimaksud adalah potensial listrik yang diukur antara dua titik dalam sirkuit,
seperti antara dua simpul atau dua titik dalam rangkaian tertentu.
• Hukum kekekalan energi
Hukum KVL didasarkan pada prinsip kekekalan energi potensial.
Ketika muatan listrik mengalir dalam sirkuit tertutup, energi potensialnya
berubah saat melintasi elemen-elemen sirkuit seperti resistor, baterai, atau
komponen lainnya. Namun, jumlah total energi potensial yang berubah atau
diubah harus nol dalam loop tertutup karena energi potensial tidak diciptakan
atau dihancurkan dalam rangkaian tertutup, hanya dialihkan dari satu elemen
ke elemen lainnya.
Rumus dari Hukum Tegangan Kirchhoff adalah sebagai berikut.
Σ V_loop = 0
Di mana:
• Σ V_loop adalah jumlah total tegangan dalam loop tertutup.
• 0 adalah nilai nol yang menyatakan bahwa total tegangan adalah nol
dalam loop tertutup.

Menghitung tegangan saat Vps = 5 V.


VR1 = R1 x I = 470 x 0.0006 A = 0,282 V
VR2 = R2 x I = 1000 x 0.0006 A = 0.6 V
VR3 = R3 x I = 2000 x 0.0006 A = 1.2 V
VR4 = R4 x I = 4700 x 0.0006 A = 2.82 V
Hasil praktikum menunjukkan tegangan VR1 sebesar 0,287 V, sedangkan
berdasarkan teori diperoleh tegangan VR1 sebesar 0,282 V. VR2 pada praktikum
0.623 V dan pada teori diperoleh VR2 sebesar 0.6 V. Antara hasil praktikum dan
teori hasilnya hampir sama.

4.3 Potensiometer
Potensiometer adalah suatu komponen elektronika yang digunakan untuk
mengukur atau mengatur potensial listrik atau tegangan. Potensiometer sering juga
disebut sebagai "poten" atau "pote" dalam percakapan sehari-hari. Potensiometer
memiliki berbagai aplikasi, seperti mengatur tingkat volume pada perangkat audio,
mengatur kecerahan layar pada perangkat elektronik, dan sebagai alat pengukur
tegangan atau potensial dalam sirkuit elektronik.
Potensiometer terdiri dari elemen resistif yang panjangnya dapat diubah secara
mekanis dengan memutar porosnya. Elemen resistif ini sering kali berupa kawat
logam atau karbon dengan nilai resistansi tertentu. Poros yang dapat diputar pada
potensiometer dihubungkan ke pengendali, dan dengan memutar pengendali
tersebut, panjang jalur resistif yang terhubung ke sirkuit akan berubah.
Ketika poros potensiometer diputar, nilai resistansi yang terhubung ke sirkuit
akan berubah, sehingga mengubah tegangan keluaran dari potensiometer. Ini
memungkinkan pengguna untuk mengatur tingkat tegangan atau potensial sesuai
kebutuhan. Tegangan keluaran dari potensiometer dapat diukur atau digunakan
dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol berbagai komponen atau fungsi.
Dengan menggunakan potensiometer, kita dapat mengatur dan mengontrol
besaran listrik, seperti volume, kecerahan, atau parameter lain yang memerlukan
pengaturan tegangan secara manual.

Pada rangkaian di atas, potensiometer ditempatkan di titik AC. Dikarenakan


potensiometer memiliki 3 kaki yaitu ABC, sehingga kaki pertamanya sebagai A,
kaki kedua sebagai B, dan kaki ketiganya sebagai C.
Saat mengukur di titik BC, seluruh lintasan atau resistansi digunakan.
Sehingga nilai L sebagai panjang lintasan menjadi lebih besar, dan mengakibatkan
resistansi di titik BC menjadi besar.

Dalam tabel diatas, besar nilai VBC adalah 9,8 V. Jika VAB dan VBC
dijumlahkan, hasilnya adalah VAC. Jadi, kita dapat menghitung 1 sumber dulu
misalnya VAB kemudian VBC, sehingga VAC adalah penjumlahan antara VAB dan
VBC. Dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut.
VAB + VBC = VAC
8.8 mV + 9.8 V = 9.8 V

Ketika berada pada keadaan searah jarum jam (CW), potensiometer diputar
hingga tidak dapat diputar lagi. Wiper yang ada di B menyentuh BC dan seluruh
lintasannya digunakan, sehingga resistansi di AB menjadi sangat besar, yaitu setara
dengan nilai maksimalnya 10 KΩ. Hal ini menyebabkan arus yang ditahan semakin
banyak, sehingga tegangannya menjadi besar pula, yaitu dapat dilihat dari hasil
praktikum bahwa nilai VAB adalah 9,95 V.
Selanjutnya, ketika berada pada keadaan tengah, wiper berada pada titik B,
titik sehingga titik AB dan BC memegang setengah nilai maksimal, yaitu 5KΩ
masing-masing. VAB dan VBC pada keadaan middle mungkin tidak seimbang. Dapat
dilihat dari data praktikum, nilai VBC adalah 2,11 V, yang berbeda jauh dengan nilai
VBC pada keadaan CCW.
Jadi dari rangkaian tersebut dapat kita ketahui bahwa fungsi potensiometer
pada rangkaian tersebut berfungsi sebagai pengatur nilai hambatan yang ada pada
rangkaian tersebut atau tegangan keluaran dari potensiometer dapat diukur atau
digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol berbagai komponen atau
fungsi.

5. Compare the result that you get from the practicum with the theory
Jawab :
5.1 Kirchoff’s Current Law

Untuk mengetahui nilai arus pada rangkaian dan membuktikan perhitungan, kita
cari hambatan dan tegangan terlebih dahulu. Dibawah ini terdapat perhitungan
untuk membuktikan data berdasarkan teori dan praktikum.

• Rs = 100 Ω
• Rparalel
1 1 1 1
= 520 + +
𝑅 1000 220
1 220.000+114.400+520.000
=
𝑅 114.400.00
1
= 0,0074
𝑅
1
𝑅 = 𝑅0,0074
𝑅 = 135 Ω

a. Vps = 5 V
𝑉𝑝𝑠 5
• Itotal = 100+135 = 235 = 0,021 mA
• VR1 = R1 x It
= 100 x 0,021 mA
= 2,1 V
• VRp = 2,86 V
2,86
• ICD = 520 = 0,0055 = 0,006 V
2,86
• IEF = 1000 = 0,0028 = 0,003 V
2,86
• IGH = = 0,013 V
220
4,96
• IXY = = 0,021 V
235

b. Vps = 10 V
𝑉𝑝𝑠 10
• Itotal = 100+135 = 235 = 0,043 mA
• VR1 = R1 x It
= 100 x 0,043 mA
= 4,3 V
• VRp = 5,72 V
5,72
• ICD = 520 = 0,011
5,72
• IEF = 1000 = 0,0057 = 0,006
5,72
• IGH = = 0,026
220
10,02
• IXY = = 0,042
235

Menghitung Rangkaian Paralel 1

Menghitung Rangkaian Seri 1

Menghitung Rangkaian Paralel 2


Menghitung Rangkaian Seri 2

Menghitung Tegangan
c. Jika Vps = 5 V

d. Jika Vps = 10 V
Dari data praktikum, Ixy pada saat 5 V dan 10 V adalah 20.62 mA dan 42.754
mA. Berdasarkan perhitungan diatas, Ixy pada 5 V dan 10 V adalah 21.3 mA dan
42.7 mA. Nilai antara teori dan praktikum hampir sama, perbedaan tersebut biasanya
karena adanya toleransi pada resistor dan lainnya.

5.2 Kirchoff Voltage Law

Dari rangkaian tersebut, setelah mengetahui arah aliran arus dari positif ke
negatif, kita menemukan bahwa arahnya adalah searah jarum jam. Kita dapat
mengetahui arah tersebut searah atau berlawanan arah jarum jam dapat dilihat dari
tanda negatif (-) berada di garis paling bawah, itu menandakan bahwa sumber yang
pertama kali dihubungkan adalah yang bernilai negatif.
Sesuai dengan teori, rangkaian dapat direpresentasikan sebagai berikut.
-Vs + VR1 + VR2 + VR3 + VR4
Kita ketahui bahwa tegangan yang masuk adalah 5V, dan kita buktikan apakah
tegangan yang masuk sama dengan tegangan yang keluar, kita dapat
menjumlahkan tegangan pada setiap resistor (VR1 + VR2 + VR3 + VR4)
VR1 + VR2 + VR3 + VR4 = 5 V
0,287 + 0,623 + 1,233 + 2,935 = 5 V
5,078 V = 5 V (nilai hampir sama)
Perbedaan ini disebabkan oleh ketidakpresisian dalam pengaturan manual
power supply yang digunakan. Pengaturan power supply tidak dapat diatur secara
sempurna hingga tepat 5 V, sehingga terdapat sedikit perbedaan antara tegangan
yang dimaksudkan (5 V) dengan nilai aktual yang diukur oleh multimeter.

Menghitung data praktikum dan teori.


• Rtotal = R1 + R2+ R3 + R4 + R5
= 470 + 1000 + 2000 + 4700
= 8.170 Ω
a. Vps = 5 V
• Itotal = V/R
= 5/8.170
= 0,000612
= 6,120 x 10-4 A

VR1 = I x R1
= 0,000612 x 470
= 0,2876 = 0,288 V

VR2 = I x R2
= 0,000612 x 1000
= 0,612 V

VR3 = I x R3
= 0,000612 x 2000
= 1,224 V

VR4 = I x R1
= 0,000612 x 4.700
= 2,876 V

b. Vps = 10 V
• Itotal = V/R
= 10/8.170
= 0,00122399
= 1,224 x 10-3 A

VR1 = I x R1
= 0,00122399 x 470
= 0,575 V

VR2 = I x R2
= 0,00122399 x 1000
= 1,2239 = 1,224 V

VR3 = I x R3
= 0,00122399 x 2000
= 2,4479 = 2,448 V

VR4 = I x R1
= 0,00122399 x 4.700
= 5,7527 = 5,753 V

Jadi, setelah melakukan perhitungan berdasarkan teori, didapatkan hasil


yang menunjukkan bahwa data dari praktikum dan hasil perhitungan teoritis
memiliki nilai yang hampir sama.

5.3 Voltage Divider Using Potentiometer

Berdasarkan data pada tabel di atas, terdapat kondisi CCW (Counter-


Clockwise), saat potensiometer diputar berlawanan arah jarum jam. Ketika mencari
voltase di titik AB, nilai di titik tersebut memiliki resistansi yang sangat kecil atau
mendekati 0. Sehingga, tegangan di titik AB sangat kecil, yaitu 8,8 mV. Hal ini
disebabkan jika nilai resistansi (R) kecil, maka tegangan (V) juga akan kecil karena
mengingat V = I.R.
Kemudian, nilai VBC sebesar 9,8 V apabila nilai resistansi besar nilai V pun
akan besar. Tegangan ini besar karena di titik BC, lintasannya maksimal (berputar
sampai titik maksimal dan semua lintasannya terhubung). Titik BC juga
dihubungkan dengan lampu, tegangan saat lampu menyala menghasilkan arus yang
cukup besar.
Untuk menghitung rangkaian diatas, kita perlu analisis salah satunya
terlebih dahulu. Misalnya kita hitung untuk VAB, kemudian Vbc. Sehingga VAC
merupakan penjumlahan antara keduanya. Dapat dibuktikan dengan berikut ini.
VAC = VAB + VBC
9.8 = 0.0088 + 9.8
9.8 = 9.8088 (hampir sama)

Kemudian dalam potensiometer saat porosnya diputar searah jarum jam


(CW), panjang jalur resistif yang terhubung ke sirkuit akan bertambah atau
meningkat. Dengan bertambahnya panjang jalur resistif yang terhubung, nilai
resistansi yang terlihat oleh sirkuit juga akan bertambah. Akibatnya, tegangan
keluaran dari potensiometer akan berubah sesuai dengan perubahan nilai resistansi.
Pada kondisi CW, potensiometer diputar searah jarum jam hingga tidak bisa diputar
lagi. Wiper di titik B menyentuh BC dan seluruh lintasannya digunakan, sehingga
resistansi di AB menjadi sangat besar, yaitu sebesar nilai maksimal 10 KΩ. Hal ini
menyebabkan tegangan VAB menjadi besar, yaitu 9,95 V. Sementara itu, wiper di
titik BC tidak memiliki jarak dengan lintasannya, sehingga resistansinya menjadi
sangat kecil. Sehingga, tegangan di BC juga menjadi sangat kecil mendekati 0.
Karena tegangan di BC sangat kecil, arus juga menjadi kecil, sehingga lampu yang
terhubung di BC akan mati.
Sementara pada kondisi middle, wiper berada pada titik tengah B, titik AB
dan BC memegang setengah dari nilai maksimal, yaitu 5 KΩ masing-masing. Jika
lampu menerima arus yang terlalu besar, lampu akan rusak BC dihubungkan secara
seri dengan lampu dan resistor 1 KΩ. Karena potensiometer memegang
setengahnya pada kondisi middle, lampu yang terhubung akan menyala redup. Hal
ini dapat dilihat dari tabel, dengan nilai VBC sebesar 2,11 V yang sangat berbeda
dengan VBC pada kondisi CW.
Setelah dilakukan pembuktian, melalui data praktikum dan data teori dapat
diketahui bahwa komponen - komponen dalam rangkaian memiliki nilai tepat atau
nilai pasti sesuai dengan yang diharapkan. Pada teori, saat kondisi CCW VAC
sebesar 10 V sedangkan pada praktikum VAC sebesar 9.8 V. Kemudian saat
kondisi middle / tengah dan CW, VAC pada teori adalah 10 V dan pada praktikum
9.95 V.
Setelah dilakukan pengujian menggunakan alat khusus resistansi dari
komponen listrik memiliki toleransi atau ketidakpastian yang menyebabkan nilai
mengalami perbedaan atau perubahan, ketidakpresisian dalam pengaturan manual
power supply yang digunakan juga dapat berpengaruh karena pengaturan tidak
dapat diatur dengan sempurna. Selain itu, perubahan nilai uji pada komponen listrik
juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penuaan pada
komponen tersebut.

6. Write the conclusion for this experiment


Setelah melakukan percobaan mengenai Kirchoff Voltage-Current Law and
Potentiometer, dapat kami tarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
a. Besarnya resistansi hambatan mempengaruhi arus dan tegangan pada sebuah
rangkaian.
b. Jika nilai resistor semakin besar maka nilai voltase pada suatu rangkaian resistor
juga akan semakin besar.
c. Pada rangkaian seri, nilai arus pada setiap titik pada rangkaian akan tetap sama dan
nilai voltase berbeda-beda pada setiap resistor tergantung besar hambatannya.
d. Pada rangkaian paralel, setiap resistor yang di paralelkan memiliki nilai voltase
yang sama. Namun, besar arus akan memiliki perbedaan sesuai dengan besarnya
hambatan pada resistor. Jika hambatan resistor semakin besar, maka kuat arus yang
melaluinya akan semakin kecil.
e. Dengan praktikum ini juga membuktikan Hukum Kirchoff Arus yang menyatakan
bahwa total arus yang masuk ke dalam simpul dalam rangkaian tertutup sama
dengan total arus yang keluar dari simpul tersebut.
f. Dalam penerapan Hukum Kirchoff II pada percobaan ini, dapat menghitung
tegangan dalam rangkaian seri dengan mengamati bahwa jumlah seluruh tegangan
jatuh (tegangan pada setiap beban R) dalam rangkaian seri sama dengan total
tegangan yang diterapkan pada rangkaian seri tersebut. Ini dapat dinyatakan dalam
persamaan Vps = VR1 + VR2 + VR3 + VR4.
g. Eksperimen juga melibatkan penggunaan potensiometer sebagai alat pengukur
tegangan yang sangat berguna. Dengan potensiometer dapat menghasilkan
perubahan tegangan yang tepat, sehingga memungkinkan kami untuk mengukur
tegangan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Kelebihan potensiometer dalam
menyesuaikan resistansinya memberikan fleksibilitas yang besar dalam mengukur
tegangan pada berbagai titik dalam rangkaian.
h. Potensiometer berfungsi sebagai pengatur nilai resistansi yang dapat disesuaikan
sebelum mencapai lampu (beban). Saat poros potensiometer diputar ke arah kiri
(Counter Clock Wise), lampu akan menyala terang karena resistansinya (R)
menjadi kecil dan arusnya (I) menjadi besar. Sebaliknya, saat poros potensiometer
diputar ke arah kanan (Clock Wise), lampu akan mati karena resistansinya (R)
menjadi besar dan arusnya (I) menjadi kecil.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Laporan Praktikum Sementara


Computer Engineering Laboratory
Experiment Sheet

Praktikum NIM : 2602303885 Paraf


Practicum : Physics II Student ID
Asisten*
2602295750
Assistant
2602301665 Sign
2602300441
2602303254

Percobaan Nama
Experiment :4 Student Name : Ariella
Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Topik
Topic : Kirchhoff’s
Voltage-Current Law Tanggal
and Potentiometer Date : 14 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet

Table 4.1

VPS (V) IAB ICD IEF IGH IXY


5V 20.60 mA 5.22 mA 2.77 mA 13.32 mA 20.62 mA
10V 47.754 mA 11.009 mA 5.724 mA 26.021 mA 42.754 mA

Table 4.2
VPS I VR1 VR2 VR3 VR4
5V 0.6 mA 0.287 V 0.623 V 1.233 V 2.935 V
10 V 1.224 mA 0.575 V 1.224 V 2.448 V 5.752 V
Table 4.3
Potentiometer I VAB VBC VAC
CCW 9.2872 A 8.8 mV 9.8 V 9.8 V
Middle 1.2398 mA 7.71 V 2.11 V 9.95 V
CW 1.3866 x 10-18 A 9.95 V 0.004 mV 9.95 V

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
LAPORAN PRAKTIKUM
SCIE6069037 – PHYSICS II

Oleh Kelompok 2:

1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254

Kelas : ANDA

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 5 – Load Effect, Maximum Power Transfer, and Superposition
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya

Analyze each experiment that you have done. In the analysis, give the explanation
about:
1. The internal resistance of a supply and its effect
Semua sumber tegangan memiliki resistansi diantara terminal yang biasa disebut
sebagai internal resistance. Pengaruh dari hal ini adalah muatan di sirkuit menghilangkan
sebagian energi listrik pada catu daya itu sendiri. Hal tersebut dapat dirasakan dengan catu
daya yang menjadi hangat saat mengalirkan arus.
Resistansi internal pada sumber tegangan (contohnya baterai atau sumber listrik
lainnya) adalah resistansi yang terdapat di dalam sumber tegangan itu sendiri. Setiap
sumber tegangan memiliki resistansi internal yang berbeda-beda tergantung jenis dan
kondisi sumber tersebut.
Resistansi internal ini menyebabkan terjadinya penurunan tegangan atau potensial
ketika arus mengalir melalui sumber tegangan tersebut. Ketika arus melewati sumber
tegangan, sebagian tegangan akan terbuang karena adanya resistansi internal di sumber
tersebut.
Misalnya, ketika kita menghubungkan beban seperti resistor atau perangkat elektronik ke
sumber tegangan, resistansi internal dapat menyebabkan tegangan keluaran dari sumber
menjadi lebih rendah daripada tegangan yang seharusnya.
Contoh :
➔ Jika baterai memiliki tegangan nominal 9 volt dan resistansi internal menyebabkan
penurunan tegangan sebesar 1 volt, maka tegangan yang diterima oleh beban akan
menjadi 8 volt (9 volt - 1 volt).

Selain itu, resistansi internal juga dapat menyebabkan baterai menjadi lebih panas
saat mengalirkan arus yang tinggi, karena terjadi kehilangan energi dalam bentuk panas
akibat resistansi internal.
Berikut adalah beberapa efek dari resistansi internal pada sebuah sumber tegangan (seperti
baterai atau sumber listrik lainnya):
1. Penurunan Tegangan Keluaran
Salah satu efek utama dari resistansi internal adalah penurunan tegangan
keluaran sumber tegangan. Ketika arus mengalir melalui sumber tegangan,
sebagian tegangan akan terbuang akibat resistansi internal. Akibatnya, tegangan
yang diterima oleh beban atau perangkat yang terhubung ke sumber tegangan akan
lebih rendah dari tegangan nominal sumber tersebut.
2. Pengurangan Daya Maksimum
Resistansi internal dapat menyebabkan hilangnya energi dalam bentuk
panas saat arus mengalir melalui sumber tegangan. Ini berarti bahwa sumber
tegangan akan mampu memberikan daya maksimum yang lebih rendah daripada
jika resistansi internalnya lebih rendah.
3. Penurunan Kapasitas
Resistansi internal juga dapat mempengaruhi kapasitas atau daya tahan
sumber tegangan. Semakin tinggi resistansi internal, semakin cepat daya sumber
tegangan akan habis ketika digunakan untuk menyuplai daya pada beban atau
perangkat.
4. Pemanasan
Arus yang mengalir melalui resistansi internal dapat menyebabkan
pemanasan pada sumber tegangan. Jika arus yang mengalir sangat tinggi,
pemanasan ini dapat menjadi lebih signifikan dan bahkan menyebabkan kerusakan
pada sumber tegangan.
5. Tegangan Tidak Stabil
Resistansi internal dapat menyebabkan fluktuasi tegangan keluaran sumber
tegangan, terutama ketika arus yang mengalir melalui sumber berubah-ubah. Ini
dapat mengakibatkan tegangan keluaran yang tidak stabil, yang mungkin tidak
diinginkan dalam beberapa aplikasi elektronik.
6. Mempengaruhi Kinerja Perangkat Elektronik
Beberapa perangkat elektronik sangat sensitif terhadap perubahan
tegangan. Resistansi internal yang tinggi pada sumber tegangan dapat
menyebabkan ketidakstabilan atau kinerja yang buruk pada perangkat-perangkat
tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan resistansi internal ketika


merancang atau menggunakan sumber tegangan, karena hal ini dapat mempengaruhi
kinerja dan stabilitas perangkat yang menggunakan tegangan dari sumber tersebut.
Beberapa perangkat elektronik yang sensitif terhadap resistansi internal, misalnya
perangkat yang membutuhkan tegangan yang stabil, mungkin memerlukan sumber
tegangan dengan resistansi internal yang rendah.

2. The relation between the resistance of the load and the voltage of the load
Efek pembebanan adalah akibat dari proses pengukuran oleh alat ukur Ammeter
dan Voltmeter yang menyebabkan berkurangnya nilai arus yang mengalir pada sebuah
rangkaian tersebut karena arus yang mengalir pada rangkaian terbagi oleh nilai hambatan.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

Hubungan antara hambatan beban dan tegangan beban dijelaskan oleh Hukum
Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir melalui rangkaian akan
berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan di seluruh rangkaian dan berbanding
terbalik dengan hambatan rangkaian.
Dengan kata lain, jika kita meningkatkan hambatan beban, tegangan beban akan
berkurang. Sebaliknya, jika kita mengurangi hambatan beban, tegangan beban akan
meningkat. Artinya, semakin besar hambatan beban, semakin sedikit arus yang mengalir
dan akibatnya tegangan yang diterima oleh beban akan lebih rendah. Sebaliknya, jika
hambatan beban lebih kecil, arus yang mengalir akan lebih besar dan tegangan beban akan
meningkat. Jadi, dalam rangkaian listrik, perubahan nilai hambatan beban akan
mempengaruhi besar tegangan yang diterima oleh beban tersebut.
Pada alat ukur tersebut energi atau arus pada tahanan digunakan untuk
mengoperasikan alat ukur tersebut. Dimana semakin diperbesarnya load effect maka
hambatan dan tegangan akan semakin kecil. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini mengenai
load effect hasil praktikum dan perhitungan hasil teori.
Teori tersebut sama dengan hasil pada saat praktikum, dimana semakin besar RL
maka VR1 semakin kecil. Tetapi semakin besar RL, maka VRL akan semakin besar pula.
Jika sebuah suplai diberikan beban, maka tegangan pada beban akan tergantung pada nilai
beban.
- Perubahan nilai yang kita ukur akibat dari alat ukurnya. Misalnya sensitivitas dari
multimeter, toleransi power supply yang sulit diputar.
- Semakin besar nilai sebuah beban, aka tegangan yang jatuh pada beban akan
semakin besar.
- Syarat untuk mendapat tegangan beban yang besar adalah RL > R1.

3. The relation between the load and the power


Hubungan antara beban (load) dan daya (power) terkait erat dan diatur oleh Hukum
Daya (Power Law) dalam rangkaian listrik. Hukum Daya menyatakan bahwa daya yang
dihabiskan oleh beban dalam sebuah rangkaian listrik adalah hasil dari perkalian antara
tegangan (V) yang diterapkan pada beban dan arus (I) yang mengalir melalui beban
tersebut. Rumus Hukum Daya:
P=VxI
Di mana:
• P adalah daya yang dihabiskan oleh beban (watt)
• V adalah tegangan yang diterapkan pada beban (volt)
• I adalah arus yang mengalir melalui beban (ampere)
Dari rumus tersebut, kita dapat melihat bahwa daya yang dihabiskan oleh beban
bergantung pada tegangan dan arus yang mengalir melaluinya. Jika tegangan atau arus
berubah, maka daya yang dihabiskan oleh beban juga akan berubah sesuai dengan
perubahan tersebut.
Ketika tegangan tetap dan arus meningkat, daya akan meningkat secara
proporsional. Begitu juga, jika arus tetap dan tegangan meningkat, daya juga akan
meningkat secara proporsional.
Hubungan antara beban dan daya adalah bahwa daya yang dihabiskan oleh beban
bergantung pada nilai hambatan (resistansi) beban tersebut. Semakin besar hambatan
beban, semakin besar daya yang dihabiskan oleh beban tersebut.
Hitungan teori dan praktikum

- Pada saat voltage dinaikan atau meningkat, semakin besar kuat arus dan daya listrik
akan semakin besar.

4. Power and the maximum power


Daya (power) dalam rangkaian listrik merujuk pada jumlah energi yang dihabiskan
atau dihasilkan oleh suatu beban (misalnya, resistor) dalam bentuk panas atau pekerjaan
listrik. Daya diukur dalam watt (W) dan dihitung menggunakan rumus:
P=VxI
di mana ;
• V adalah tegangan yang diterapkan pada beban
• I adalah arus yang mengalir melalui beban

Daya maksimum (maximum power) terjadi ketika resistansi beban (RL) sama
dengan resistansi internal sumber tegangan (Rd) atau resistansi internal dari sumber daya
itu sendiri. Dalam situasi ketika RL = Rd, daya yang dihabiskan oleh beban mencapai nilai
maksimum yang mungkin dicapai.
Teorema Transfer Daya Maksimum (Maximum Power Transfer Theorem)
menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi daya maksimum, resistansi beban harus sama
dengan resistansi internal sumber tegangan. Ketika RL = Rd, efisiensi transfer daya dari
sumber ke beban mencapai nilai tertinggi, sehingga daya yang dihasilkan oleh beban juga
menjadi maksimum.
Jika RL berbeda dari Rd (RL ≠ Rd), maka daya yang dihabiskan oleh beban akan
lebih rendah dari daya maksimum yang bisa dicapai, dan sebagian daya akan hilang
sebagai kehilangan panas dalam resistansi internal sumber tegangan.
Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi maksimum dan memaksimalkan daya
yang dihabiskan oleh beban, resistansi beban harus disesuaikan agar sama dengan
resistansi internal sumber daya (RL = RD).
Jika berdasarkan grafik diatas, transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi
beban sama dengan nilai resistansi sumber, RD = RL. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
hasil praktikum berikut ini.

Berdasarkan data tersebut, daya paling maksimum didapat pada hambatan 300
ohm. Hal itu dapat terjadi pada saat hambatan luar sama dengan hambatan luar (RL = RD).
Daya pada Rangkaian Seri

Daya pada Rangkaian Paralel

Berdasarkan tabel diatas, daya pada rangkaian parallel lebih besar dibandingkan pada
rangkaian seri.
1. Daya pada Rangkaian Seri
Dalam rangkaian seri, daya pada setiap resistor dihitung menggunakan rumus
P = I2 x R. Karena arus (I) dalam rangkaian seri sama di seluruh resistor, maka daya
pada setiap resistor akan berbeda tergantung pada nilai resistansinya (R). Resistansi
yang lebih tinggi akan menghabiskan lebih banyak daya daripada resistansi yang lebih
rendah.
Daya total dalam rangkaian seri adalah penjumlahan daya pada setiap resistor
dalam rangkaian. Karena nilai resistansi di sirkuit seri ditambahkan, daya totalnya
lebih rendah daripada daya pada rangkaian paralel dengan nilai resistansi yang sama.

2. Daya pada Rangkaian Paralel


Dalam rangkaian paralel, daya pada setiap resistor dihitung menggunakan
rumus P = V2 / R. Karena tegangan (V) di seluruh resistor sama (dalam rangkaian
paralel), maka daya pada setiap resistor akan berbeda tergantung pada nilai
resistansinya (R). Resistansi yang lebih rendah akan menghabiskan lebih banyak daya
daripada resistansi yang lebih tinggi.
Daya total dalam rangkaian paralel dihitung dengan menambahkan daya pada
setiap resistor. Karena resistansi di rangkaian paralel terbagi dan tegangan yang sama
diberikan pada setiap resistor, daya totalnya lebih besar daripada daya pada rangkaian
seri dengan nilai resistansi yang sama.

5. The concept of superposition and the usage


Konsep superposisi adalah analisis rangkaian yang digunakan untuk
menyelesaikan jaringan di mana dua atau lebih sumber hadir dan terhubung. Teorema
superposisi menyatakan bahwa “Dalam setiap jaringan atau sirkuit linier dan bilateral yang
memiliki banyak sumber independen, respons suatu elemen akan sama dengan jumlah
aljabar respons elemen tersebut dengan mempertimbangkan satu sumber pada satu waktu.”
Strategi yang digunakan dalam teorema superposisi adalah menghilangkan semua
kecuali satu sumber daya dalam jaringan pada satu waktu. Kemudian, menggunakan teknik
analisis rangkaian seri dan paralel untuk menentukan penurunan tegangan dan arus dalam
jaringan yang dimodifikasi untuk setiap sumber daya secara terpisah.
Proses ini kemudian diulangi secara berurutan dengan mengevaluasi sirkuit secara
individual untuk setiap sumber tegangan dan arus dalam sistem. Setelah masing-masing
analisis individu selesai, nilai tegangan dan arus semua "dilapiskan" di atas satu sama lain
(ditambahkan secara aljabar) untuk menemukan penurunan tegangan dan arus aktual
dengan semua sumber aktif.
Untuk menghitung kontribusi masing-masing sumber dalam rangkaian, sumber
lain harus diganti atau dihilangkan tanpa mempengaruhi hasil akhir. Ini dilakukan dengan
mengganti sumber tegangan dengan hubung singkat. Saat melepas sumber tegangan,
nilainya disetel ke nol. Saat menghapus sumber saat ini, nilainya disetel ke tak terbatas.
Ini dilakukan dengan mengganti sumber arus dengan rangkaian terbuka.
Secara singkatnya, untuk menggunakan metode superposisi pada rangkaian dengan dua
sumber tegangan, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi:
1. Rangkaian harus linear
Artinya, perubahan yang terjadi dalam rangkaian tidak boleh bersifat drastis.
Rangkaian linear terdiri dari komponen resistif (R), induktif (L), dan kapasitif (C).
2. Rangkaian harus bilateral
Ini berarti rangkaian dapat dibalik atau dirotasi tanpa mengubah sifat dan arah aliran
arusnya.

Jika kedua syarat ini terpenuhi, langkah-langkah menggunakan metode superposisi adalah
sebagai berikut:
1. Hilangkan salah satu sumber tegangan terlebih dahulu: Misalnya, matikan (anggap nol)
salah satu sumber tegangan, sehingga hanya ada satu sumber yang beroperasi dalam
rangkaian. Hitung arus dalam rangkaian dengan hanya satu sumber tegangan aktif.
2. Hitung arus: Dengan satu sumber tegangan aktif, hitung arus di seluruh rangkaian
menggunakan metode analisis yang sesuai seperti Hukum Ohm, Hukum Kirchoff, atau
metode lainnya.
3. Hitung arus total: Ulangi langkah 1 dan 2 untuk sumber tegangan lainnya. Dalam
langkah ini, sumber tegangan yang pertama dinonaktifkan, dan sumber tegangan yang
kedua menjadi aktif. Hitung arus di seluruh rangkaian sekali lagi.
4. Jumlahkan arus dari setiap sumber: Akhirnya, jumlahkan arus yang dihitung dari
masing-masing sumber tegangan untuk mendapatkan arus total dalam rangkaian ketika
kedua sumber aktif secara bersamaan.

6. The limit of the using of superposition


Teorema tidak berlaku untuk rangkaian non-linear seperti transistor, dioda,
dll. Transistor atau elemen non-linear lainnya tidak boleh digunakan dalam rangkaian,
karena dapat menyebabkan perubahan yang tidak linier atau membuka arus pada
rangkaian. Persyaratan linearitas menunjukkan bahwa teorema superposisi hanya
berlaku untuk menentukan tegangan dan arus tetapi bukan daya.
Penerapan teorema superposisi membutuhkan dua atau lebih sumber dalam
rangkaian. Superposisi dalam matematika hanya benar ketika vektor dapat ditambahkan
secara linear u pada kasus pada perangkat non-linear, tegangan dan arus tidak
berbanding lurus melainkan memiliki perilaku berbeda pada arus besar atau sangat
kecil.
Berikut adalah beberapa batasan atau limitasi dalam menggunakan metode superposisi
dalam analisis rangkaian:
1. Elemen non-linear
Ketika rangkaian mengandung elemen non-linear seperti transistor, dioda, atau
elemen semikonduktor lainnya, metode superposisi tidak dapat digunakan karena
karakteristiknya yang tidak linier terhadap perubahan sumber
2. Sumber saling tergantung
Jika sumber-sumber tegangan atau arus dalam rangkaian saling tergantung atau
berinteraksi satu sama lain, metode superposisi tidak berlaku. Contohnya, ketika
sumber tegangan tergantung pada arus atau tegangan lain dalam rangkaian, analisis
menggunakan superposisi tidak akurat.
3. Sumber arus tergantung pada tegangan
Metode superposisi tidak dapat digunakan jika sumber arus bergantung pada
tegangan dalam rangkaian. Karena ketika satu sumber tegangan dimatikan untuk
analisis superposisi, sumber arus juga akan dimatikan dan menghasilkan nilai nol,
sehingga analisis menjadi tidak tepat.
4. Sumber dengan gangguan
Ketika menghadapi sumber yang tidak stabil atau terganggu, metode superposisi
tidak akan memberikan hasil yang akurat karena setiap analisis hanya
mempertimbangkan satu sumber secara individu dan mengabaikan interaksi dengan
sumber lainnya.
5. Hanya untuk rangkaian linear
Metode superposisi berlaku hanya untuk rangkaian linear, di mana perubahan yang
terjadi tidak bersifat drastis. Rangkaian linear terdiri dari komponen resistif (R),
induktif (L), dan kapasitif (C), dan tidak mengandung elemen non-linear.

7. The calculation of super position experiment


Untuk menghitung hasil eksperimen menggunakan metode superposisi, langkah-
langkahnya sebagai berikut.
1. Tentukan Rangkaian: Identifikasi rangkaian listrik yang akan dianalisis menggunakan
metode superposisi. Pastikan rangkaian tersebut terdiri dari sumber tegangan atau arus
linier independen, serta resistansi, sehingga memenuhi syarat untuk metode
superposisi.
2. Identifikasi Sumber: Catat dan identifikasi semua sumber tegangan atau arus yang ada
dalam rangkaian. Misalnya, tegangan dari baterai atau arus dari generator.
3. Matikan Sumber Satu per Satu: Untuk menerapkan metode superposisi, matikan
(anggap nol) satu sumber tegangan atau arus pada satu waktu. Ini berarti bahwa sumber
yang dimatikan tidak memberikan kontribusi apapun pada analisis. Selain itu, tetap
aktifkan sumber-sumber lainnya yang tidak dimatikan.
4. Hitung Arus atau Tegangan: Dengan sumber yang dimatikan, hitung arus atau
tegangan dalam rangkaian menggunakan metode analisis yang sesuai seperti Hukum
Ohm atau Hukum Kirchoff.
5. Ulangi Langkah 3 dan 4: Lakukan langkah 3 dan 4 untuk setiap sumber yang ada dalam
rangkaian. Artinya, matikan satu sumber tegangan atau arus pada satu waktu dan
hitung arus atau tegangan yang terjadi dalam rangkaian. Jangan lupa untuk selalu
mempertahankan sumber-sumber lainnya yang tidak dimatikan aktif.
6. Jumlahkan Hasil: Setelah melakukan perhitungan untuk setiap sumber secara terpisah,
jumlahkan hasil dari masing-masing analisis. Hasil akhir adalah nilai arus atau
tegangan total dalam rangkaian ketika semua sumber aktif bersama-sama.
Dapat dilihat dari perhitungan teori berikut ini.
8. Compare the result that you get from the practicum with the theory
a. Dalam eksperimen 5.1 – Load Effect
Teori :
Praktikum :

Dari perhitungan teori yang sudah kami lakukan, hasilnya sama dengan hasil
pada saat praktikum, dimana semakin besar RL maka VR1 semakin kecil dan VRL
semakin besar.
Kita ambil contoh RL 560 ohm.
• Dalam perhitungan praktikum
- I = 6.2 x 10-3 A
- VR1 = 6.45 V
- VRL = 3.523 V

• Dalam perhitungan teori


- I = 6.41 x 10-3 A
- VR1 = 6.41 V
- VRL = 3.590 V

Nilai antara perhitungan pada teori dan praktikum hampir sama. Biasanya
perubahan nilai yang kita ukur akibat dari alat ukurnya. Misalnya sensitivitas dari
multimeter, toleransi power supply yang sulit diputar.
Sesuai dengan teori, ketika sumber tegangan (PS) mengalirkan arus, tegangan
keluaran yang terukur akan lebih rendah daripada tegangan tanpa beban. Perbedaan ini
disebabkan oleh penurunan tegangan akibat resistansi internal (dikali dengan arus dan
resistansi). Hasil praktikum memverifikasi bahwa tegangan keluaran yang terukur
memang lebih rendah daripada tegangan tanpa beban.
Semakin besar RL, maka VRL akan semakin besar pula tetapi VR1 akan semakin
kecil. Jika sebuah suplai diberikan beban, maka tegangan pada beban akan tergantung
pada nilai beban.
- Semakin besar nilai sebuah beban, aka tegangan yang jatuh pada beban akan
semakin besar.
- Syarat untuk mendapat tegangan beban yang besar adalah RL > R1.
b. Eksperimen 5.2 – Power Transfer
Teori :

Praktikum :

Kita ambil contoh:


➔ Vps = 2 V
• Dalam perhitungan praktikum
- I = 1.98 mA
- P = 3.96 mW
• Dalam perhitungan teori
- I = 2 mA
- P = 4 mW

➔ Vps = 10 V
• Dalam perhitungan praktikum
- I = 10.05 mA
- P = 100.5 mW
• Dalam perhitungan teori
- I = 10 mA
- P = 100 mW
Berdasarkan data tersebut, nilai pada data teori dan praktikum sama dan
perhitungan adalah benar. Semakin besar nilai tegangan dari sumber tegangan (Vps)
dan arus (I), akan semakin besar pula daya pada beban (power load). Hasil praktikum
membuktikan bahwa daya pada beban yang terukur memang semakin tinggi seiring
dengan nilai tegangan (V) dan arus (I) yang meningkat.

c. Eksperimen 5.3 – Maximal Power Transfer


Teori :
Praktikum :

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa daya paling maksimum
didapat pada hambatan 300 ohm yaitu 21.7 mW dan pada perhitungan teori hasilnya
adalah 20.83 mW. Hal itu dapat terjadi pada saat hambatan luar sama dengan hambatan
luar (RL = RD).
Berdasarkan teori, mencari nilai resistansi beban (RL) yang menyebabkan
transfer daya maksimum, yaitu ketika RL memiliki nilai yang sama dengan resistansi
internal sumber tegangan (R1). Hasil praktikum memverifikasi bahwa daya yang
dipindahkan maksimum terjadi ketika nilai resistansi beban (RL) sama dengan nilai
resistansi internal (R1), yaitu 300 Ω. Jika resistansi lebih besar dari 300 Ω, daya yang
dipindahkan tidak dapat lebih tinggi. Ini karena situasi ketika RL = Rd, daya yang
dihabiskan oleh beban mencapai nilai maksimum yang mungkin dicapai.

d. Dalam eksperimen 5.4 – Power on Series Circuits


Teori:
Praktikum :

Berdasarkan teori rangkaian seri, perhitungan resistansi (R) adalah


penjumlahan resistansi R1 dan R2 (R = R1 + R2). Setelah melakukan perhitungan
menggunakan rumus tersebut dengan nilai R1 = 1kΩ dan R2 = 1kΩ, diperoleh nilai R
= 2kΩ. Selanjutnya, menghitung tegangan (V) menggunakan rumus V = I x R, dengan
nilai arus (I) sebesar 4 mA, maka diperoleh nilai tegangan V = 4V. Terakhir, untuk
menghitung daya (P), digunakan rumus P = V x I, dengan hasil P = 16 mW. Hasil
praktikum sesuai dengan perhitungan teori.
Dalam rangkaian seri, daya pada setiap resistor dihitung menggunakan rumus
P = I2 x R. Daya total dalam rangkaian seri adalah penjumlahan daya pada setiap
resistor dalam rangkaian. Karena nilai resistansi di sirkuit seri ditambahkan, daya
totalnya lebih rendah daripada daya pada rangkaian paralel dengan nilai resistansi
yang sama.

e. Dalam eksperimen 5.5 – Power on Parallel Circuits


Teori:
Praktikum :

Berdasarkan teori rangkaian paralel, perhitungan resistansi (R) dilakukan


dengan rumus yang sesuai, menghasilkan nilai R = 0.5 kΩ. Selanjutnya, menghitung
tegangan (V) menggunakan rumus V = I x R, dengan nilai arus (I) sebesar 8 mA, maka
diperoleh nilai tegangan V = 8V. Terakhir, untuk menghitung daya (P), digunakan
rumus P = V x I, dengan hasil P = 64 mW. Hasil praktikum sesuai dengan perhitungan
teori.
Dalam rangkaian parallel, daya total dalam rangkaian paralel dihitung dengan
menambahkan daya pada setiap resistor. Karena resistansi di rangkaian paralel terbagi
dan tegangan yang sama diberikan pada setiap resistor, daya totalnya lebih besar
daripada daya pada rangkaian seri dengan nilai resistansi yang sama.

f. Dalam eksperimen 5.6 – Superposition


Teori:
Praktikum :

Berdasarkan teori, metode superposisi memungkinkan kita untuk menganalisis


respon (tegangan atau arus) pada setiap titik dalam rangkaian linier dengan lebih
mudah. Metode ini memungkinkan kita untuk memperlakukan setiap sumber tegangan
atau arus secara terpisah dan mengabaikan sumber lainnya untuk mencari kontribusi
masing-masing sumber terhadap respon total. Hasil praktikum membuktikan bahwa
menggunakan metode superposisi mempermudah analisis pada rangkaian linier yang
kompleks dengan banyak sumber masukan. Dengan cara ini, perhitungan dapat
dipermudah dan dipahami dengan lebih baik. Selain untuk memudahkan analisis,
dengan metode superposition dapat menyelesaikan masalah linier, dapat memprediksi
hasil eksperimen dengan akurasi lebih tinggi. Dengan memahami kontribusi berbagai
sumber, kita dapat menghitung efek keseluruhan dan membandingkannya dengan data
eksperimental untuk memvalidasi teori atau eksperimen yang ada.
Pembuktian:
• Dalam perhitungan praktikum
- I (jika Vps2 tidak dihitung) = 2.78 mA
- I (jika Vps1 tidak dihitung) = 0.55 mA
- I total = 3.33 mA
• Dalam perhitungan teori
- I (jika Vps2 tidak dihitung) = 2.74 mA
- I (jika Vps1 tidak dihitung) = 0.538 mA
- I total = 3.279 mA
Berdasarkan data tersebut, hasil praktikum sesuai dengan data praktikum.
9. Write the conclusion for this experiment (at least 3)
Setelah melakukan percobaan mengenai Load Effect, Maximum Power Transfer,
and Superposition, dapat kami tarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Load effect dalam rangkaian listrik mempengaruhi kinerja dan efisiensi keseluruhan
rangkaian. Bergantung pada sifat beban, distribusi tegangan dan arus di seluruh elemen
rangkaian dapat bervariasi secara signifikan, menyebabkan potensi hilangnya daya
atau perubahan perilaku rangkaian.
2. Transfer Daya Maksimum menunjukkan bahwa terdapat impedansi beban tertentu di
mana daya maksimum ditransfer dari sumber ke beban.
3. Dalam rangkaian linear akibat dari beberapa sumber dapat ditentukan dengan
menjumlahkan respons individu dari setiap sumber pada metode superposition, dengan
mempertimbangkan satu sumber pada satu waktu sambil mematikan sumber lainnya.
Prinsip ini menyederhanakan analisis rangkaian dan memberikan wawasan berharga
tentang perilaku rangkaian kompleks.
4. Semakin besar nilai sebuah beban, maka tegangan yang jatuh pada beban akan semakin
besar. Syarat untuk mendapat tegangan beban yang besar adalah RL > R1.
5. Daya total dalam rangkaian parallel akan lebih besar daripada daya total dalam
rangkaian seri dengan resistansi yang sama.
6. Ketika tegangan diberikan ke seluruh rangkaian, arus yang mengalir melalui rangkaian
akan meningkat seiring dengan peningkatan tegangan, dan akan berkurang seiring
dengan bertambahnya hambatan rangkaian.
7. Beban dalam rangkaian berfungsi sebagai hambatan yang mengonsumsi daya. Ketika
beban meningkat, arus yang mengalir dalam rangkaian juga meningkat, dan akibatnya,
daya yang dikonsumsi oleh rangkaian juga meningkat.
8. Transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban sama dengan nilai resistansi
sumber, yaitu RD = RL.
9. Resistansi di rangkaian paralel terbagi dan tegangan yang sama diberikan pada setiap
resistor, daya totalnya lebih besar daripada daya pada rangkaian seri dengan nilai
resistansi yang sama.
10. Superposisi memiliki batasan, yaitu hanya dapat digunakan dalam rangkaian yang
bersifat linier dan memiliki sumber daya independen. Metode superposisi tidak dapat
digunakan untuk menghitung daya dalam rangkaian.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Laporan Praktikum Sementara


Computer Engineering Laboratory
Experiment Sheet

Praktikum NIM : 2602303885 Paraf


Practicum : Physics II Student ID
Asisten*
2602295750
Assistant
2602301665 Sign
2602300441
2602303254

Percobaan Nama : Ariella


Experiment :5 Student Name Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan

Topik
Topic : Load Effect, Maximum
Power Transfer and Tanggal
Superposition Date : 20 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet

Table 5.1 Load Effect


Load I VR1 VRL
With RL = 560 6,2.10-3 A 6.45 V 3.523 V
With RL = 1K2 4.5.
5,4.10-3 A 4.56 V 5.43 V
With RL = 2K 3,3.10-3 A 3.354 V 6.65 V
With RL = 10K 9,08.10-4 A 0.894 V 9.08 V

Table 5.2 Power on Resistor


Power Load
Vps I
(V. I)
2V 1.98 mA 3.96 mW
4V 3.95 mA 15.8 mW
6V 5.94 mA 35.64 mW
8V 7.94 mA 63.52 mW
10V 10.05 mA 100.5 mW
Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.
Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3

Table 5.3 Maximum Power from Supply


RL 100 220 300 470 560 1K
VRL 1.275 V 2.155 V 2.526 V 3.088 V 3.306 V 3.91 V
IXY 12.83 mA 9.83 mA 8.59 mA 6.62 mA 5.95 mA 3.89 mA
PRL 16.36 mW 21.18 mW 21.7 mW 20.44 mW 19.67 mW 15.21 mW

Table 5.4 Series Power


I V P
R1 4 mA 4V 16 mW
R2 4 mA 4V 16 mW

Table 5.5 Parallel Power

I V P
R1 8 mA 8V 64 mW
R2 8 mA 8V 64 mW

Table 5.6 Superposition


VPS1 VPS2 I

9V 4.5 V 3.33 mA
9V - 2.78 mA
- 4.5 V 0.55 mA

Jl. K.H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah, Jakarta 11480.


Telp. (62-21) 53696930. Fax. (62-21) 5300244. Homepage: http://www.comp-eng.binus.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai