SCIE6069037 – PHYSICS II
Oleh Kelompok 2:
1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254
Kelas : ANDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 1 – Newton’s Law
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
1. Explain the Newton’s Law and give 2 examples of its daily application for each of the
law.
Hukum Newton atau Hukum Gerak Newton adalah tiga prinsip dasar yang
menjelaskan perilaku benda dalam gerakan. Hukum-hukum ini dirumuskan oleh Sir Isaac
Newton pada akhir abad ke-17 dan masih banyak digunakan dalam fisika hingga saat ini.
Berikut penjelasan lengkap dan dua contoh aplikasi harian untuk setiap hukum:
1. Hukum Pertama Newton (Hukum Inersia)
Hukum I Newton menyatakan bahwa ”Semua benda cenderung
mempertahankankeadaannya: benda yang diam tetap diam dan benda yang bergerak,
tetap bergerakdengan kecepatan konstant.” Hukum I Newton mendefinisikan adanya
sifat kelembaman benda, yaitu keberadaan besaran yang dinamai massa. Karena sifat
kelembaman ini makabenda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Keadaan
gerak direpresentasikan oleh kecepatan. Jadi, sifat kelembaman mengukur
kecenderungan benda mempertahankan kecepatannya. Makin besar kelembaman
yang dimiliki benda maka makin kuatbenda mempertahankan sifat kelembamannya.
Atau diperlukan pengganggu yang lebih besar untuk mengubah kecepatan benda.
Makin besar massa maka benda makin lembam.Itulah penyebabnya bahwa kita sangat
sulit mendorong benda yang memiliki massa lebih besar darimapa benda yang
memiliki massa lebih kecil.
Singkatnya, hukum newton 1 adalah jika sebuah benda yang diam akan tetap
diam, dan sebuah benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan
dalam garis lurus, kecuali ada gaya eksternal yang bekerja padanya.
Contoh :
a. Ketika kendaraan berhenti mendadak, penumpang di dalamnya cenderung
terdorong ke depan. Ini disebabkan oleh hukum inersia, di mana tubuh cenderung
mempertahankan keadaan diamnya saat kendaraan bergerak dengan kecepatan
konstan.
b. Saat sebuah bus membelok, penumpang di dalamnya terdorong ke sisi yang
berlawanan dari arah belokan. Hal ini disebabkan oleh hukum inersia, di mana
tubuh cenderung mempertahankan kecepatan dan arah geraknya, sehingga
penumpang terdorong ke sisi yang berlawanan saat bus berbelok.
2. Hukum Kedua Newton (Hukum Perubahan Gerak)
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa percepatan suatu benda sebanding
dengan gaya yang diberikan padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Rumus matematika dari hukum kedua Newton adalah
∑F = m x a
di mana,
• F adalah gaya yang diberikan
• m adalah massa benda, dan
• a adalah percepatan benda.
Contoh :
a. Ketika kita mendorong kereta dorong yang berat, semakin besar gaya yang kita
berikan, semakin cepat kereta tersebut bergerak. Hal ini sesuai dengan hukum
kedua Newton, di mana gaya yang diberikan pada benda mempengaruhi
percepatannya.
b. Saat kita memukul bola dengan tenaga yang berbeda, bola tersebut akan memiliki
perubahan kecepatan yang berbeda. Hukum kedua Newton menjelaskan bahwa
semakin besar gaya yang diberikan, semakin besar pula percepatan yang dialami
oleh benda.
Gaya ditinjau dari troli bermassa m2 benda diatas papan luncur digerakkan oleh
beban W = m.g. Troli mengalami pergerakan dan memiliki percepatan tertentu ketika
diberikan beban m1. hukum newton II dan gaya gesek pada trolly bisa di abaikan, rumus
dituliskan sebagai berikut.
∑𝐹𝐹 = 𝑚𝑚 x 𝑎𝑎
m1 .g
Atheory = m1+m2
Dari persamaan ini, dapat diketahui gaya gravitasi berdasarkan penelitian
dengan rumus:
ɑ(m1+m2)
gprac = m1
Dikarena troli tersebut bergerak dengan percepatan a, jika jarak yang ditempuh
dan waktunya diukur maka:
∆𝑉𝑉 𝑣𝑣2−𝑣𝑣1
𝑎𝑎� = = 𝑡𝑡2−𝑡𝑡1
∆𝑡𝑡
Di mana,
• v adalah kecepatan smart cart
• m1 adalah massa smart cart
• m2 adalah massa beban gantung
• g adalah percepatan gravitasi bumi, dan
• t adalah waktu
Pada saat beberapa percobaan dilakukan, smart cart bergerak dengan kecepatan
tidak konstan dengan keadaan awal troli diam. Maka berlaku persamaan GLBB.
Vt = V0 + a.t
S = V0t + (1/2)at2
Di mana,
• S adalah jarak yang ditempuh
• V0 adalah kecepatan awal
• a adalah percepatan, dan
• t adalah waktu
T = (m.g) + (m.a)
Di mana,
• T adalah gaya tegangan pada tali
• m adalah massa muatan smart cart
• g adalah percepatan gravitasi bumi, dan
• a adalah percepatan smart cart
Dalam gerakan smart cart, prinsip gerak lurus berubah beraturan berlaku,
di mana jarak yang ditempuh oleh smart cart dalam setiap satuan waktu tidak sama
besar, tetapi arah gerak tetap.
Dalam percobaan ini, percepatan smart cart ditentukan oleh massa smart
cart, massa beban gantung, dan percepatan gravitasi bumi. Kecepatan smart cart
dihitung berdasarkan persamaan kecepatan yang diberikan, dan gaya pada tali
penghubung dan gaya total pada smart cart dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan massa, percepatan, dan gaya gravitasi yang bekerja.dan gerak
yang terjadi pada troli merupakan gerak lurus yang berubah beraturan. Dimana
jarak yang yang ditempuh tidak sama besarnya, tetapi arah gerak tetap.
3. Explain why m2 was transferred to m1 in experiment 4 related to its total mass and
system’s acceleration.
Pada percobaan pembuktian hukum Newton dengan troli pintar dilakukan
transfer beban dari troli ke beban gantung pada percobaan ke-4. Percobaan ini
dilakukan untuk membuktikan dengan total massa yang sama pada kedua benda akan
mengalami perubahan waktu dan percepatan jika dilakukan perubahan komposisi
massa pada masing-masing beban. Dengan total massa yang sama, jika beban dari troli
dipindahkan ke gantungan secara parsial maka waktu troli untuk melaju akan semakin
kecil dengan nilai percepatan (a) yang semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena beban
pada gantungan yang ditambah dari beban troli akan menambah gaya tarik beban
gantung akan semakin besar sehingga percepatan yang dihasilkan troli akan semakin
besar pula.
Agar dapat menentukan percepatan menjadi sebuah fungsi gaya, Maka
diperlukan massa total yang konstan. Jika ditambahkan massa total sebesar 10g pada
glider dan pada hanger sebesar 2g sampai 8g akan membuat massa total dan percepatan
tali mengalami perubahan. Jika massa awal pada flider adalah 255g, maka berat massa
setelah diberikan tambahan massa adalah 265. Jika masa awal hanger adalah sebesar
10g dan mula mula diberikan 2g masa pada hanger, Maka masa glider akan berubah
menjadi 263g. selanjutnya diberikan kembali massa hanger sebesar 2g(sampai menjadi
8g massa pada hanger) maka massa glider keseluruhan adalah sebesar 257g. Perubahan
massa tersebut mengakibatkan berubahnya juga percepatan yang terjadi. Semakin
banyak massa Hanger yang ditambahkan pada glider tersebut maka semakin tinggi
percepatannya. Sehingga percepatannya akan menjadi lebih besar.
4. Analyze the experiment data result and relate it to the theory for each experiment.
Dalam Hukum II Newton, dinyatakan bahwa percepatan benda berkaitan
langsung dengan gaya yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut. Percobaan yang dilakukan memberikan bukti bahwa Hukum II Newton terjadi
dalam percobaan tersebut. Contohnya, pada percobaan 4, gaya (T) yang dihasilkan oleh
troli meningkat seiring dengan peningkatan percepatan (a) troli. Di sisi lain, pada
percobaan 3, ketika massa troli (m2) ditambahkan, percepatan troli mengalami
penurunan.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) merupakan jenis gerakan di mana
kecepatan benda berubah karena adanya percepatan tetap. Percepatan tetap berarti bahwa
percepatan selalu konstan seiring dengan waktu. Pada percobaan 1, ditemukan bahwa
waktu yang dibutuhkan oleh objek untuk melewati suatu jarak berbanding lurus dengan
jarak yang ditempuh, dan hal ini menghasilkan percepatan yang konstan. Pada percobaan
2, juga diamati bahwa dengan adanya percepatan dan waktu yang konstan, kecepatan
objek meningkat seiring dengan peningkatan panjang lintasan.
• Analisis Hasil Data Percobaan
Table 1.1 Relation between Distance and Time
Pada tabel 1.1 dapat diketahui semakin lama waktu yang terjadi pada system
beban m1 menarik smart cart maka pergerakan smart cart akan semakin jauh. Akan tetapi
percepatan system (a) dan percepatan gravitasi (g) tidak selalu sama, hal tersebut bisa
dikarenakan adanya pengaruh yang sangat kecil antara roda smart cart terhadap jalur
pergerakannya, serta gesekan tali pada katrol penghubung.
Jarak dengan kecepatan adalah laju konstan benda, dirumuskan sebagai berikut.
S = v.t
Jika mengalami percepatan, dirumuskan sebagai berikut.
S = ½ a.t2
Oleh sebab itu, smart chart akan semakin menjauh pergerakannya jika waktu yang terjadi
pada beban m1 menarik smart chart semakin lama.
Table 1.2 Relation Between Velocity and Time.
Pada tabel 1.2 merupakan percobaan hubungan antara velocity dan time, semakin
jauh smart cart bergerak (s), diperlukan waktu yang semakin lama, sehingga kecepatan
gerak juga akan bernilai semakin cepat, ditunjukan pada nilai kecepatan praktikum vs
nilai kecepatan secara teori yang semakin bertambah besar seiring jarak yang ditempuh
yang juga dipengaruhi percepatan yang terjadi pada sistem.
Persamaannya ;
V = a.t + Vo
Kecepatan dan waktu itu berbanding terbalik. Jika suatu benda bergerak lambat
(kecepatan kecil) maka waktu tempuhnya akan semakin lama, begitu juga sebaliknya jika
benda bergerak cepat (kecepatan besar) waktu tempuh akan semakin singkat.
Pada tabel 1.3 pertambahan massa pada beban yang ditarik (m2) akan
memberikan pengaruh berupa terjadinya perlambatan (a-) untuk mencapai jarak
pergerakan sejauh s = 0,8m. Semakin berat beban yang ditarik (m2) menyebabkan waktu
yang diperlukan untuk mencapai s = 0,8 m semakin lama, selain itu pertambahan massa
pada beban m2 menyebabkan gaya tarikan yang dibutuhkan semakin besar sesuai TTheory,
sementara pada perhitungan Tprac terjadi fluktuasi data, hal tersebut bisa disebabkan
diabaikannya nilai friksi gesekan bernilai sangat kecil antara roda smart cart (m2)
terhadap jalurnya, namun gesekan tersebut sedikit mempengaruhi besanya gaya tarik
yang dilakukan benda m1.
Persamaannya ;
W=m.g
Jika resultan gaya yang bekerja pada suatu benda adalah konstan, maka percepatan benda
berbanding terbalik dengan massanya. Semakin besar massa benda, percepatan akan
berkurang jika gaya total adalah tetap.
Pada tabel 1.4 merupakan percobaan hubungan antara acceleration dan force s
= 0.8m, semakin besar nilai m benda dengan kecepatan yang berbeda memiliki nilai T
yang besar, maka berlaku sebaliknya.
Persamaannya ;
A = F/m
Nama
Student Name :
Ariella
Topic : Newton’s Law Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Tanggal
Date : 17-06-2023
Asisten Kelas
Assistant : Class : ANDA
1. Zianur Rahman Agya– TK033
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan
Praktikum Sementara (LPS)Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
Masa Ftegang
Tambahan t (s) aprac (m/s) atheory (m/s) Ttheory (N) Tprac (N) δa(%) tali
(N)
on m2 (g)
20 g 2.23 0.3217438517 0.3438596491 0.09456140351 0.08847955921 6,43% 17,2656
40 g 2.26 0.3132586733 0.3213114754 0.09478688525 0.09241130864 2,51% 36,1008
60 g 2.41 0.2754773506 0.3015384615 0.09498461538 0.08677536544 8,64% 51,2082
80 g 2.48 0.2601456816 0.284057971 0.09515942029 0.08714880333 8,42% 68,2776
Massa
yang
Ditransfe
atheory
r dari Tprac (N) Ttheory (N) t (s) aprac (m/sec2) δT (%) δa (%)
(m/sec2)
glider ke
penahan
beban
Oleh Kelompok 2:
1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254
Kelas : ANDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 2 – Introduction to Electrical Instruments and Concept
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
Analyze each experiment that you have done. In your analysis, give a complete explanation
about:
1. Resistance of a Resistor, Capacitance of a Capacitor, and Inductance of an Inductor
a. Resistence of a Resistor
Resistansi adalah kemampuan suatu benda mencegah dan menghambat aliran
arus listrik. Dengan kata lain resistansi adalah sifat konduktor yang dapat menentukan
jumlah arus dan yang melewatinya ketika beda potensial diterapkan di atasnya. Satuan
dari resistansi adalah Ohm (Ω). Resistansi merupakan perbandingan antara tegangan
(beda potensial) dengan arus yang melewati konduktor.
R = V/I
Semakin besar nilai resistansi pada suatu aliran listrik maka nilai arus juga akan
semakin berkurang karena resistansi tersebut. Resistansi memiliki hubungan dengan
arus dan tegangan tetapi hanya dipengaruhi oleh:
1. Panjang penghantar, semakin panjang penghantar/kawat maka semakin besar
nilai resistansinya.
2. Luas penghantar, semakin luas penampang penghantar maka akan semakin
kecil nilai resistansinya
3. Bahan penghantar, jenis bahan penghantar juga mempengaruhi resistansinya.
Contohnya tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah dibandingkan
baja
4. Suhu, semakin meningkat suhu pada penghantarnya maka semakin tinggi nilai
resistansinya
b. Capacitance of Capacitor
Kapasitansi kapasitor merupakan kemampuan sistem kerja benda atau
komponen (kapasitor) dalam menjalankan penyimpanan arus listrik. Kapasitansi dapat
diartikan sebagai perbandingan tetap antara muatan Q yang biasanya disimpan dalam
kapasitor dengan beda potensial antara kedua konduktornya. Umumnya bentuk dari
piranti penyimpan arus listrik adalah sebuah kapasitor dua lempeng atau plat. Jika
muatan di lempeng adalah +Q dan -Q dengan V adalah tegangan antar lempeng, maka
rumus kapasitansi adalah:
C= Q/V
Keterangan:
• C adalah kapasitansi (Farad);
• Q adalah muatan yang diukur (Coulomb);
• V adalah voltase yang diukur (Volt)
c. Inductance of an Inductor
Induktansi merupakan sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan
timbulnya potensial listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada
rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri, sedangkan apabila
potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian
lain disebut sebagai induktansi bersama. Induktansi memiliki simbol L
v = L(du/dt)
dimana,
• v adalah GGL yang ditimbulkan dalam volt
• i adalah arus listrik dalam ampere
Bentuk paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan
sehingga tidak ada GGL yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan
(linier) sehingga GGL yang dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah).
b. Kapasitor
Kapasitor berfungsi untuk menyimpan dan melepaskan muatan listrik.
Kapasitor terdiri dari dua lempeng konduktor yang dipisahkan oleh bahan dielektrik.
Ketika tegangan diterapkan pada kapasitor, muatan listrik menumpuk di lempeng-
lempeng tersebut. Dalam menghitung Kapasitor, persamaan yang digunakan yaitu Q =
CV, dimana Q adalah muatan listrik, C adalah kapasitas kapasitor dan V adalah
tegangan.
Gambar 2 Capacitor
c. Induktor
Induktor berfungsi untuk menyimpan energi dalam bentuk medan magnet.
Induktor terdiri dari kumparan kawat yang melingkar di sekitar inti feromagnetik.
Ketika arus mengalir melalui kumparan, medan magnet terbentuk di sekitar induktor.
Gambar 3 Inductor
Perbedaan utama antara komponen aktif dan pasif adalah kemampuan komponen
aktif untuk mengendalikan aliran listrik, sedangkan komponen pasif hanya memodifikasi
atau menyimpan energi. Komponen aktif membutuhkan sumber energi tambahan untuk
beroperasi, sementara komponen pasif tidak memerlukannya.
2. Komponen Non-Polar
Komponen non-polar tidak memiliki polaritas, yang berarti muatan listrik
terdistribusi secara merata di seluruh komponen. Ini terjadi ketika muatan listrik dalam
molekul atau komponen terdistribusi secara simetris. Beberapa contoh komponen non-
polar meliputi:
a. Resistor: Komponen ini memiliki muatan listrik yang terdistribusi merata dan
tidak ada perbedaan muatan yang signifikan antara ujungnya.
b. Kapasitor film: Terdiri dari dua elektroda dengan lapisan dielektrik non-polar
seperti film plastik. Muatan listrik terdistribusi secara merata pada kedua
elektroda.
Non-Polar adalah Kapasitor yang nilainya tetap dan tidak berpolaritas. Jika
didasarkan pada bahan pembuatannya maka kapasitor yang nilainya tetap terdiri dari
kapasitor kertas, kapasitor mika, kapasitor polyster dan kapasitor keramik.
a. Kapasitor Keramik (Ceramic Capacitor)
Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari keramik dan berbentuk bulat tipis
ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi
dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai
Kapasitor Keramik berkisar antara 1 pf sampai 0.01µF.
b. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)
Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester
dengan bentuk persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam
rangkaian Elektronika (tidak memiliki polaritas arah)
c. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)
Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan
pada umumnya nilai kapasitor kertas berkisar antara 300pf sampai 4µF. Kapasitor
Kertas tidak memiliki polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam
Rangkaian Elektronika.
d. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)
Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan
Mika. Nilai Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50 pF sampai 0.02µF.
Kapasitor Mika juga dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.
Polar adalah kapasitor yang nilainya Tetap tetapi memiliki Polaritas Positif dan
Negatif, Kapasitor tersebut adalah Kapasitor Elektrolit atau Electrolyte Condensator
(ELCO) dan Kapasitor Tantalum.
1. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)
Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk tabung atau silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat
dengan ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan
Kapasintasi (Capacitance) yang tinggi. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit
berkisar dari 0.47µF hingga ribuan microfarad (µF).
2. Kapasitor Tantalum
Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti
halnya Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit.
Disebut dengan Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan
Logam Tantalum sebagai Terminal Anodanya (+).
Rangkaian Tertutup (Close Circuit) adalah rangkaian listrik atau elektronik yang
memungkin aliran arus mengalir dari sumber energi ke beban yang terhubung atau
komponen lain karena jalur loop tertutup. Menurut para ahli rangkaian tertutup dapat di
gambarkan sebagai sirkuit tanpa adanya jalur terputus atau kita dapat mengatakan
rangkaian sebagai rangkaian tertutuo jika tidak ada pemutus dalam jalur rangkaian aliran
listrik dari sumber ke beban.
Contoh dari rangkaian listrik tertutup sama dengan contoh rangkaian terbuka di
atas. Namun yang membedakannya adalah pada rangkaian tertutup tidak ada jalur yang
terputus.
Dibawah ini merupakan gambar rangkaian listrik tertutup.
Rangkaian tertutup memberikan jalur yang untuk arus listrik, artinya elektron dapat
mengalir dengan lancar dari satu ujung ke ujung lainnya. Hal ini memungkinkan tegangan
dan daya dihasilkan di seluruh terminal beban selama terhubung dengan cara yang benar.
➢ Perbedaan Rangkaian Listrik Terbuka dan Tertutup
1. Perbedaan yang signifikan antara rangkaian terbuka dan rangkaian tertutup
adalah bahwa pada rangkaian tertutup, tidak ada jalur yang terputus, sedangkan
rangkaian terbuka memiliki setidaknya satu jalur yang terputus. Rangkaian
terbuka adalah kerusakan pada jalur aliran arus. Ada dua kemungkinan penyebab
terjadinya rangkaian terbuka – ada kabel yang rusak atau tidak tersambung sama
sekali. Rangkaian tertutup, di sisi lain, tidak memiliki jalur yang putus dan dapat
ditelusurike titik asalnya jika diperlukan. Perbedaan utama lainnya antara kedua
rangkaian terletakpada fungsinya: Dalam rangkaian terbuka, ketika muatan listrik
bergerak melalui kabel, mereka melakukannya hanya sampai titik tertentu dengan
kerusakan; di luar area ini, tidak akan ada yang terjadi (tidak ada pergerakan
muatan). Berbeda dengan perilaku arus yang bergerak tanpa ragu sampai mereka
terhambat sesuatu yang menghalangi mereka keluar dari jalurnya (seperti benda
padat), rangkaian tertutup tidak mengizinkan aliran arus apa pun kecuali melalui
loop tertutup.
2. Pada rangkaian terbuka, arus mengalir dari sumber listrik ke beban, tetapi karena
putusnya kabel, arus tidak mengalir kembali ke sumber listrik. Dalam rangkaian
tertutup, arus mengalir dalam aliran dan kembali ke sumber listrik.
3. Pada rangkaian terbuka, energi listrik tidak mengalir; namun, energi dapat
ditransfer dari sumber ke beban melalui rangkaian tertutup.
4. Rangkaian terbuka memberikan jumlah resistansi tertinggi karena beberapa
faktor. Di sisi lain, rangkaian tertutup memberikan jumlah resistansi minimum.
2. Untuk mengukur tegangan listrik sehingga disebut volt meter. Volt meter juga sebagai
saklar selektor yang berfungsi sebagai batas ukur maksimum sehingga tegangan yang
akan diukur harus diperkirakan dibawah batas ukur multimeter yang digunakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada multimeter. Dapat ditunjukan pada tabel 2.4
dibawah ini.
3. Untuk mengukur nilai resistansi suatu resistor sehingga disebut ohm meter.
Multimeter analog disini berfungsi sebagai multiplier sedangkan pada multimeter
digital berfungsi sebagai batas ukur maksimum suatu resistansi yang dapat dihitung
oleh multimeter tersebut.
3. Pada saat mengukur Hambatan (Ohm), pastikan saklar di posisi tersebut. Lalu pilih
skala yang diukur. Hubungkan Probe ke dalam komponen Resistor dan bacalah
hasilnya di display.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Eksperimen (Open and Close Circuit), dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Dalam rangkaian terbuka, aliran listrik terputus, yang mengakibatkan lampu LED mati.
Sebaliknya, pada eksperimen pembanding dengan rangkaian tertutup, aliran listrik
mengalir dan menyebabkan lampu LED menyala.
2. Pada data eksperimen 2.1:
• Osiloskop adalah alat pengukur yang digunakan untuk menampilkan gelombang
AC dan DC.
• Amplitudo dan frekuensi gelombang yang dihasilkan dipengaruhi oleh sumber
tegangan.
• Semakin besar frekuensi (f), semakin kecil periodenya (T) dan sebaliknya. Hal ini
karena jika frekuensi meningkat, artinya gelombang berulang lebih sering terjadi
dalam satu detik, sehingga periode waktu antara siklus gelombang yang berurutan
menjadi lebih pendek.
3. Pada data eksperimen 2.2:
• Multimeter digunakan untuk mengukur tegangan AC dan DC.
• Jika ingin mengukur tegangan AC, harus menggunakan mode AC dan jika DC
harus menggunakan mode DC.
4. Pada data eksperimen 2.3:
• Multimeter dapat digunakan untuk mengukur resistansi.
• Resistansi akan semakin besar seiring dengan meningkatnya jarak. Saat jaraknya 1
cm, R adalah 324 k Ω dan saat jaraknya 5 cm, Resistansinya adaah 13M Ω.
5. Pada data eksperimen 2.4:
Dalam rangkaian listrik campuran, sifat tegangan pada rangkaian campuran dapat
diamati, seperti:
• Tegangan dapat berbeda pada setiap elemen atau komponen yang terhubung.
Sehingga nilai VR1, VR2, VR3, VR4 dan Vled adalah berbeda.
• Karena R2 dan R3 yang disusun parallel memiliki resistansi yang sama, maka VR2
dan VR3 pun sama.
6. Dalam rangkaian data eksperimen 2.5, aliran arus awalnya adalah AB. Kemudian arus
tersebut dibagi menjadi dua cabang. Di titik CD, cabang arus yang telah dibagi
digunakan untuk menerangi LED dan dihambat sehingga nilainya menjadi rendah. Di
titik EF, cabang arus yang telah dibagi belum digunakan untuk LED dan dihambat
sehingga nilainya lebih besar daripada di titik CD. Dan titik GH adalah tempat di mana
pembagian arus sebelumnya berakhir.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3
Table 2.1
Frequency Period
200 Hz 4,838 ms
1 KHz 996 µs
V Mode AC V Mode DC
3,052 32,5 mV
Distance (cm) R
0 0
1 324 kΩ
2 1.2 MΩ
3 3.9 MΩ
4 6.5 MΩ
5 13 MΩ
6 -
7 -
Oleh Kelompok 2:
1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254
Kelas : ANDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 3 – Series, Parallel Circuit and Ohm’s Law
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
1. Ohm’s Law
Hukum Ohm adalah prinsip dasar dalam elektronika yang menjelaskan hubungan
antara arus listrik, tegangan, dan resistansi dalam sebuah rangkaian listrik. Hukum Ohm
ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Georg Simon Ohm.
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar tegangan listrik pada sebuah
penghantar berbanding lurus dengan arus listrik yang mengaliri penghantar. Sebuah
penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai hambatan tidak bergantung
terhadap besar dan polaritas tegangan yang diberikan terhadap penghantar atau nilai
hambatannya haruslah konstanta tetap. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, dikarenakan adanya penghantar ohmic, dan non-ohmic, tetapi
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm dapat diekspresikan dengan persamaan:
Dimana :
• V = Voltage (Beda potensial atau tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V))
• I = Current (Arus listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A))
• R = Resistance (Hambatan atau resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω))
Hukum Ohm sangat banyak digunakan termasuk Hukum Kirchhoff. Hukum Ohm
menunjukkan hubungan antara Tegangan (V atau E), Arus (I), dan Resistansi (R). Jadi, kita
menambahkan hukum Joule untuk menyempurnakan roda hukum ohm. Hukum Joule
menyatakan bahwa daya adalah perkalian antara tegangan dan arus. Hasilnya, kombinasi
keduanya akan memberi kita 12 rumus dengan 2 variabel yang diketahui. Oleh karena itu,
kita mendapatkan roda hukum ohm di bawah ini bersama dengan unit pengukurannya.
Gambar 2 Roda Hukum Ohm
2. The Relation Between Voltage (V), Current (I), and Resistance (R)
Hubungan antara tegangan (V), arus (I), dan resistansi (R) dalam sebuah rangkaian
listrik dijelaskan oleh Hukum Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa tegangan (V) yang
diterapkan pada suatu konduktor sebanding secara langsung dengan arus (I) yang mengalir
melaluinya, dan berbanding terbalik dengan resistansi (R) dari konduktor tersebut.
Dalam rumus matematika, hubungan ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
V=IxR
Artinya, tegangan (V) pada suatu konduktor adalah hasil dari perkalian antara arus (I) yang
mengalir melalui konduktor tersebut dan resistansi (R) dari konduktor tersebut.
Jumlah arus listrik dalam suatu rangkaian dipengaruhi oleh tegangan yang diberikan
dan resistansi rangkaian. Dalam praktikum 3, sirkuit terdiri dari baterai yang digunakan
untuk menyalakan lampu dan sirkuit ini terhubung dengan kutub baterai. Hubungan antara
tegangan, arus, dan resistansi ini dijelaskan oleh hukum Ohm.
Hubungan antara tegangan, arus, dan resistansi memiliki keterkaitan yang kuat
dalam perhitungan rangkaian listrik. Hukum Ohm menggambarkan pengaruh tegangan
terhadap arus dan resistansi dalam suatu rangkaian. Perubahan nilai salah satu parameter
tersebut akan mempengaruhi nilai komponen lainnya.
1. Voltage (V)
Tegangan listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan muatan
listrik dari satu tempat ke tempat lain.
2. Current (I)
Arus listrik adalah laju aliran muatan listrik melalui suatu titik atau bagian dalam
rangkaian dan diukur dalam Ampere.
3. Resistance (R)
Resistansi atau hambatan listrik mengukur sejauh mana suatu objek atau komponen
dalam rangkaian menentang aliran atau menghambat arus listrik.
Dari data pada tabel 3.2 dibawah ini yang menggambarkan hasil praktikum, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara besar arus listrik
dan resistansi. Dalam situasi ketika tegangan meningkat dengan resistansi yang tetap,
arus listrik juga meningkat. Sebaliknya, jika tegangan tetap dan resistansi meningkat,
arus listrik akan semakin menurun.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terdapat hubungan langsung antara
arus yang mengalir melalui suatu rangkaian dengan tegangan, dan hubungan terbalik
dengan resistansi. Jika tegangan ditingkatkan, maka arus juga akan meningkat (arus
berbanding lurus dengan tegangan). Dalam praktikum yang dilakukan, resistansi terus
meningkat dengan tegangan yang konstan, sehingga arus listrik semakin menurun (arus
berbanding terbalik dengan resistansi).
b. Sirkuit Paralel
1. Distribusi Daya
Sirkuit paralel banyak digunakan dalam sistem distribusi daya. Daya listrik yang
dihasilkan pada suatu sumber, seperti pembangkit listrik, didistribusikan melalui jalur
paralel ke berbagai konsumen. Ini memastikan bahwa setiap konsumen menerima
daya yang dibutuhkan tanpa mempengaruhi yang lain.
2. Pengkabelan Rumah dan Gedung
Pengkabelan outlet listrik, sakelar, dan peralatan di rumah dan gedung biasanya
dilakukan dalam konfigurasi paralel. Ini memungkinkan beberapa perangkat diberi
daya secara mandiri dan bersamaan.
3. Beban Listrik dengan Persyaratan Tegangan Berbeda
Sirkuit paralel berguna saat menghubungkan beban listrik dengan persyaratan
tegangan berbeda. Setiap beban dapat dihubungkan ke cabangnya sendiri di sirkuit
paralel, yang memungkinkannya beroperasi pada level tegangan yang diperlukan.
4. Steker Listrik
Soket listrik yang digunakan di rumah dan kantor memiliki rangkaian paralel, di mana
setiap soket terhubung secara paralel ke sumber daya listrik. Hal ini memungkinkan
penggunaan beberapa perangkat listrik yang terhubung secara bersamaan tanpa
mempengaruhi kinerja satu sama lain.
5. Rangkaian Saklar
Dalam rangkaian saklar, beberapa lampu atau perangkat dapat dikendalikan secara
independen menggunakan saklar yang terhubung secara paralel. Setiap saklar
memberikan jalur terpisah untuk aliran arus menuju perangkat yang terkait.
6. Compare The Result That You Get From The Practicum With The Simulation and
The Theory
Untuk membandingkan antara hasil dari praktikum dan teori dijelaskan sebagai berikut.
Untuk Tabel 3.1 berlaku rumus → I = V / R
c. Jika salah satu cabang tahanan paralel terputus, arus hanya terputus pada cabang
tahanan tersebut. Cabang rangkaian lainnya tetap berfungsi tanpa terganggu oleh
cabang yang terputus.
d. Tegangan pada setiap beban listrik dalam rangkaian paralel sama dengan tegangan
sumber.
7. Kesimpulan :
Berdasarkan data analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Hukum Ohm mempelajari aliran arus listrik dalam suatu rangkaian yang tertutup. Aliran
arus listrik terjadi karena adanya perbedaan potensial antara dua titik pada penghantar.
Peralatan elektronik dapat berfungsi karena arus listrik mengalir dari sumber tegangan
yang terhubung ke peralatan tersebut, sehingga tercipta perbedaan potensial.
2. Pada rangkaian seri, nilai arus akan tetap konstan pada setiap beban. Jumlah tegangan
yang masuk sama dengan jumlah tegangan yang keluar. Dapat dirumuskan dengan
persamaan:
Vtotal = V1 + V2 + V3 + V4 + V5 ...
3. Ketika tegangan memasuki rangkaian seri, itu terbagi di antara jumlah tahanan yang
ada.
4. Ketika arus memasuki rangkaian paralel, itu terbagi secara proporsional sesuai dengan
nilai tahanan atau hambatan. Karakteristik rangkaian paralel adalah bahwa arus pada
setiap cabang akan terbagi sesuai dengan besar kecilnya nilai beban.
Itotal = I1 + I2 + I3 + I4 +I5……
5. Beda potensial atau tegangan pada setiap cabang percabangan tetap konstan, dan besar
tegangan pada setiap cabang sama dengan tegangan total rangkaian.
6. Jika salah satu cabang tahanan paralel terputus, arus hanya terputus pada cabang
tahanan tersebut. Cabang rangkaian lainnya tetap berfungsi tanpa terganggu oleh
cabang yang terputus.
7. Rangkaian seri adalah rangkaian pembagi tegangan dan rangkaian pararel adalah
rangkaian pembagi arus.
FM-BINUS-AA-FPT-89/R3
V I
1V 0.92
2V 1.94
3V 3.07
4V 3.85
5V 5.11
6V 5.85
7V 7.04
8V 8.12
9V 9.29
10 V 10.13
Table 3.3
Voltage Current
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.89 V - - 6 mA - -
B 1.97 V 3.95 V - 2 mA 2 mA -
C 0.978 V 1.931 V 3V 0.98 mA 0.98 mA 0.98 mA
Table 3.4
Voltage Current
Circuit
VR1 VR2 VR3 IAB ICD IEF
A 5.92 V - - 6 mA - -
B 5.92 V 5.92 V - 6 mA 3 mA -
C 6.06 V 6.06 V 6.05 V 6.1 mA 3.04 mA 1.98 mA
Oleh Kelompok 2:
1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254
Kelas : ANDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 4 – Kirchoff Voltage-Current Law and Potentiometer
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
1. Kirchoff Voltage Law and Kirchoff Current Law
Jawab :
1.1 Kirchoff Current Law atau Hukum Kirchoff I
Biasanya digunakan dalam rangkaian yang memiliki multi node dan memiliki
beberapa titik percabangan yang akan membagi arus listrik sehingga sering disebut
sebagai hukum percabangan (junction rule). Kuat arus merupakan jumlah muatan
yang mengalir pada suatu pengantar dalam selang waktu tertentu, sehingga muatan
listrik sifatnya kekal. Hal ini berarti bahwa muatan listrik yang masuk sama dengan
muatan listrik yang keluar.
Hukum Kirchoff I menyatakan bahwa “Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke
titik cabang akan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.” Pada
gambar di bawah bahwa jumlah arus yang masuk sama dengan jumlah arus keluar.
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa total tegangan rangkaian adalah
-Vs1 + V1 + V2 + V3 = 0
berarti tidak ada energi listrik yang hilang dalam rangkaian atau semua
energi listrik akan diserap dan digunakan.
Tipe-tipe Potensiometer
2.2 Resistor
Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain
untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik. Resistor mempunyai nilai
resistansi (tahanan) tertentu yang dapat memproduksi tegangan listrik di antara
kedua pin dimana nilai tegangan terhadap resistansi tersebut dibagi lurus dengan
arus yang mengalir. Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik
dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering
digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam komponen dan film,
bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti
nikel-kromium).
Tipe-tipe Resistor
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang
dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise),
dan induktansi. Resistor dapat diintegrasikan ke dalam sirkuit hibrida dan papan
sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan tempatkan kaki bergantung pada
desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan
kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar. Variabel resistor juga dapat
disesuaikan sesuai kebutuhan. Di dalam tubuhnya, terdapat satu atau dua kontak
logam bergerak yang dapat diatur. Dengan mengubah posisi kontak tersebut,
resistansi antara dua ujung resistor dan kontak dapat diubah sesuai kebutuhan.
Resistansi yang dapat diatur ini memungkinkan pengaturan tegangan dan arus
dalam sirkuit elektronik.
Berikut adalah perbedaan antara potensiometer dan resistor:
1. Fungsi
• Potensiometer: memberikan keluaran tegangan yang dapat diatur
tergantung pada posisi penggeser atau wiper yang dapat diatur.
Potensiometer berperan sebagai pembagi tegangan, memungkinkan
Anda untuk mengatur resistansi antara terminalnya untuk
mengontrol tegangan di sepanjangnya.
• Resistor: untuk mengatur aliran arus dengan nilai resistansi yang
telah ditentukan.
2. Sifat Variabel:
• Potensiometer: memiliki resistansi yang dapat diatur sesuai dengan
posisi wipernya, dapat mengubah nilai resistansi potensiometer
dengan memutar wiper, yang memungkinkan kita untuk mengatur
keluaran tegangan yang diinginkan.
• Resistor: memiliki resistansi tetap yang ditentukan oleh warna kode
pada badannya. Nilai resistansinya tidak dapat diubah atau diatur
setelah diproduksi.
3. Penggunaan
• Potensiometer: digunakan sebagai pengatur level, volume, atau nilai
sinyal dalam berbagai aplikasi elektronik, seperti pada pengendalian
volume pada perangkat audio, kontrol kecerahan pada lampu, atau
sebagai sensor dalam beberapa perangkat.
• Resistor: digunakan untuk membatasi aliran arus, menurunkan
tegangan, mengatur arus pada LED, melindungi komponen lain dari
arus yang berlebihan, dan banyak aplikasi lainnya di dalam dan luar
sirkuit elektronik.
4. Jumlah Terminal
• Potensiometer: memiliki tiga terminal: dua terminal tetap (ujung
resistor) dan satu terminal yang dapat diatur (wiper).
• Resistor: Resistor hanya memiliki dua terminal: satu terminal
masukan dan satu terminal keluaran.
5. Tipe Penyambungan:
• Potensiometer: dapat disambungkan dalam rangkaian baik sebagai
potensiometer variabel atau sebagai resistor tetap, tergantung pada
bagaimana Anda menghubungkan terminalnya.
• Resistor: selalu disambungkan dalam rangkaian untuk memberikan
resistansi tetap sesuai dengan kebutuhan sirkuit.
Cara kerjanya:
1. Konstruksi
Potensiometer umumnya terdiri dari elemen resistif, penggeser, dan tiga
terminal. Elemen resistif adalah pita panjang dari bahan penghantar, sering kali
terbuat dari kawat konduktif atau komposisi karbon. Penggeser adalah titik kontak
yang dapat bergerak dan menggeser sepanjang elemen resistif. Tiga terminal
terhubung ke kedua ujung elemen resistif dan penggeser, masing-masing.
2. Resistansi Variabel
Ketika knob potensiometer diputar, penggeser bergerak sepanjang elemen
resistif, mengubah posisinya di sepanjang pita. Akibatnya, panjang jalur resistif
yang terhubung ke rangkaian berubah, menyebabkan variasi resistansi efektif antara
terminal penggeser dan salah satu terminal tetap.
3. Pembagi Tegangan
Potensiometer beroperasi sebagai pembagi tegangan. Saat posisi penggeser
berubah, rasio resistansi di kedua sisi penggeser juga berubah. Ini mengubah
tegangan jatuh di potensiometer. Ketika penggeser berada lebih dekat ke satu
terminal, resistansi di arah tersebut menjadi lebih kecil, menghasilkan tegangan
yang lebih tinggi di terminal penggeser. Sebaliknya, jika penggeser berada lebih
dekat ke terminal lainnya, resistansi di arah tersebut menjadi lebih besar,
menghasilkan tegangan yang lebih rendah di terminal penggeser.
4. Aplikasi
Potensiometer memiliki berbagai aplikasi dalam elektronika dan sistem listrik.
Salah satu penggunaan umum adalah untuk mengatur volume pada perangkat audio
seperti amplifier dan speaker. Dengan mengatur potensiometer, Anda dapat
mengubah jumlah sinyal yang melewati rangkaian, sehingga mengubah volume
suara. Potensiometer juga digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan, mengatur
kecepatan motor, dan mengontrol berbagai parameter dalam rangkaian elektronik.
Hasil praktikum:
Dari perhitungan diatas, total kuat arus dari A ke B sebesar 21,36 mA. Dari
hasil dari praktikum didapat arus total (IXY) sebesar 20,62 mA. Berdasarkan hasil
tersebut, ada sedikit perbedaan antara teori dan praktikum. Perbedaan inilah yang
diakibatkan oleh toleransi pada resistor. Karena sesuai dengan teori nilai toleransi
pada resistor bisa sebesar 5%, 10%, dan lain-lain.
• Arus pada titik CD dengan menghitung tegangan pada R1 sebesar 2,1 V dan
R2 adalah 2.86 V.
4.3 Potensiometer
Potensiometer adalah suatu komponen elektronika yang digunakan untuk
mengukur atau mengatur potensial listrik atau tegangan. Potensiometer sering juga
disebut sebagai "poten" atau "pote" dalam percakapan sehari-hari. Potensiometer
memiliki berbagai aplikasi, seperti mengatur tingkat volume pada perangkat audio,
mengatur kecerahan layar pada perangkat elektronik, dan sebagai alat pengukur
tegangan atau potensial dalam sirkuit elektronik.
Potensiometer terdiri dari elemen resistif yang panjangnya dapat diubah secara
mekanis dengan memutar porosnya. Elemen resistif ini sering kali berupa kawat
logam atau karbon dengan nilai resistansi tertentu. Poros yang dapat diputar pada
potensiometer dihubungkan ke pengendali, dan dengan memutar pengendali
tersebut, panjang jalur resistif yang terhubung ke sirkuit akan berubah.
Ketika poros potensiometer diputar, nilai resistansi yang terhubung ke sirkuit
akan berubah, sehingga mengubah tegangan keluaran dari potensiometer. Ini
memungkinkan pengguna untuk mengatur tingkat tegangan atau potensial sesuai
kebutuhan. Tegangan keluaran dari potensiometer dapat diukur atau digunakan
dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol berbagai komponen atau fungsi.
Dengan menggunakan potensiometer, kita dapat mengatur dan mengontrol
besaran listrik, seperti volume, kecerahan, atau parameter lain yang memerlukan
pengaturan tegangan secara manual.
Dalam tabel diatas, besar nilai VBC adalah 9,8 V. Jika VAB dan VBC
dijumlahkan, hasilnya adalah VAC. Jadi, kita dapat menghitung 1 sumber dulu
misalnya VAB kemudian VBC, sehingga VAC adalah penjumlahan antara VAB dan
VBC. Dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut.
VAB + VBC = VAC
8.8 mV + 9.8 V = 9.8 V
Ketika berada pada keadaan searah jarum jam (CW), potensiometer diputar
hingga tidak dapat diputar lagi. Wiper yang ada di B menyentuh BC dan seluruh
lintasannya digunakan, sehingga resistansi di AB menjadi sangat besar, yaitu setara
dengan nilai maksimalnya 10 KΩ. Hal ini menyebabkan arus yang ditahan semakin
banyak, sehingga tegangannya menjadi besar pula, yaitu dapat dilihat dari hasil
praktikum bahwa nilai VAB adalah 9,95 V.
Selanjutnya, ketika berada pada keadaan tengah, wiper berada pada titik B,
titik sehingga titik AB dan BC memegang setengah nilai maksimal, yaitu 5KΩ
masing-masing. VAB dan VBC pada keadaan middle mungkin tidak seimbang. Dapat
dilihat dari data praktikum, nilai VBC adalah 2,11 V, yang berbeda jauh dengan nilai
VBC pada keadaan CCW.
Jadi dari rangkaian tersebut dapat kita ketahui bahwa fungsi potensiometer
pada rangkaian tersebut berfungsi sebagai pengatur nilai hambatan yang ada pada
rangkaian tersebut atau tegangan keluaran dari potensiometer dapat diukur atau
digunakan dalam rangkaian elektronik untuk mengontrol berbagai komponen atau
fungsi.
5. Compare the result that you get from the practicum with the theory
Jawab :
5.1 Kirchoff’s Current Law
Untuk mengetahui nilai arus pada rangkaian dan membuktikan perhitungan, kita
cari hambatan dan tegangan terlebih dahulu. Dibawah ini terdapat perhitungan
untuk membuktikan data berdasarkan teori dan praktikum.
• Rs = 100 Ω
• Rparalel
1 1 1 1
= 520 + +
𝑅 1000 220
1 220.000+114.400+520.000
=
𝑅 114.400.00
1
= 0,0074
𝑅
1
𝑅 = 𝑅0,0074
𝑅 = 135 Ω
a. Vps = 5 V
𝑉𝑝𝑠 5
• Itotal = 100+135 = 235 = 0,021 mA
• VR1 = R1 x It
= 100 x 0,021 mA
= 2,1 V
• VRp = 2,86 V
2,86
• ICD = 520 = 0,0055 = 0,006 V
2,86
• IEF = 1000 = 0,0028 = 0,003 V
2,86
• IGH = = 0,013 V
220
4,96
• IXY = = 0,021 V
235
b. Vps = 10 V
𝑉𝑝𝑠 10
• Itotal = 100+135 = 235 = 0,043 mA
• VR1 = R1 x It
= 100 x 0,043 mA
= 4,3 V
• VRp = 5,72 V
5,72
• ICD = 520 = 0,011
5,72
• IEF = 1000 = 0,0057 = 0,006
5,72
• IGH = = 0,026
220
10,02
• IXY = = 0,042
235
Menghitung Tegangan
c. Jika Vps = 5 V
d. Jika Vps = 10 V
Dari data praktikum, Ixy pada saat 5 V dan 10 V adalah 20.62 mA dan 42.754
mA. Berdasarkan perhitungan diatas, Ixy pada 5 V dan 10 V adalah 21.3 mA dan
42.7 mA. Nilai antara teori dan praktikum hampir sama, perbedaan tersebut biasanya
karena adanya toleransi pada resistor dan lainnya.
Dari rangkaian tersebut, setelah mengetahui arah aliran arus dari positif ke
negatif, kita menemukan bahwa arahnya adalah searah jarum jam. Kita dapat
mengetahui arah tersebut searah atau berlawanan arah jarum jam dapat dilihat dari
tanda negatif (-) berada di garis paling bawah, itu menandakan bahwa sumber yang
pertama kali dihubungkan adalah yang bernilai negatif.
Sesuai dengan teori, rangkaian dapat direpresentasikan sebagai berikut.
-Vs + VR1 + VR2 + VR3 + VR4
Kita ketahui bahwa tegangan yang masuk adalah 5V, dan kita buktikan apakah
tegangan yang masuk sama dengan tegangan yang keluar, kita dapat
menjumlahkan tegangan pada setiap resistor (VR1 + VR2 + VR3 + VR4)
VR1 + VR2 + VR3 + VR4 = 5 V
0,287 + 0,623 + 1,233 + 2,935 = 5 V
5,078 V = 5 V (nilai hampir sama)
Perbedaan ini disebabkan oleh ketidakpresisian dalam pengaturan manual
power supply yang digunakan. Pengaturan power supply tidak dapat diatur secara
sempurna hingga tepat 5 V, sehingga terdapat sedikit perbedaan antara tegangan
yang dimaksudkan (5 V) dengan nilai aktual yang diukur oleh multimeter.
b. Vps = 10 V
• Itotal = V/R
= 10/8.170
= 0,00122399
= 1,224 x 10-3 A
•
VR1 = I x R1
= 0,00122399 x 470
= 0,575 V
•
VR2 = I x R2
= 0,00122399 x 1000
= 1,2239 = 1,224 V
•
VR3 = I x R3
= 0,00122399 x 2000
= 2,4479 = 2,448 V
•
VR4 = I x R1
= 0,00122399 x 4.700
= 5,7527 = 5,753 V
Percobaan Nama
Experiment :4 Student Name : Ariella
Cindy
Euglina Meydillahaq
Farhan Rimba Adima
Rahma Wulan
Topik
Topic : Kirchhoff’s
Voltage-Current Law Tanggal
and Potentiometer Date : 14 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
Table 4.1
Table 4.2
VPS I VR1 VR2 VR3 VR4
5V 0.6 mA 0.287 V 0.623 V 1.233 V 2.935 V
10 V 1.224 mA 0.575 V 1.224 V 2.448 V 5.752 V
Table 4.3
Potentiometer I VAB VBC VAC
CCW 9.2872 A 8.8 mV 9.8 V 9.8 V
Middle 1.2398 mA 7.71 V 2.11 V 9.95 V
CW 1.3866 x 10-18 A 9.95 V 0.004 mV 9.95 V
Oleh Kelompok 2:
1. Ariella 2602303885
2. Cindy 2602295750
3. Euglina Meydillahaq 2602301665
4. Farhan Rimba Adima 2602300441
5. Rahma Wulan 2602303254
Kelas : ANDA
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2023
Bab 5 – Load Effect, Maximum Power Transfer, and Superposition
Nama Asisten : Zianur Rahman Agya
Analyze each experiment that you have done. In the analysis, give the explanation
about:
1. The internal resistance of a supply and its effect
Semua sumber tegangan memiliki resistansi diantara terminal yang biasa disebut
sebagai internal resistance. Pengaruh dari hal ini adalah muatan di sirkuit menghilangkan
sebagian energi listrik pada catu daya itu sendiri. Hal tersebut dapat dirasakan dengan catu
daya yang menjadi hangat saat mengalirkan arus.
Resistansi internal pada sumber tegangan (contohnya baterai atau sumber listrik
lainnya) adalah resistansi yang terdapat di dalam sumber tegangan itu sendiri. Setiap
sumber tegangan memiliki resistansi internal yang berbeda-beda tergantung jenis dan
kondisi sumber tersebut.
Resistansi internal ini menyebabkan terjadinya penurunan tegangan atau potensial
ketika arus mengalir melalui sumber tegangan tersebut. Ketika arus melewati sumber
tegangan, sebagian tegangan akan terbuang karena adanya resistansi internal di sumber
tersebut.
Misalnya, ketika kita menghubungkan beban seperti resistor atau perangkat elektronik ke
sumber tegangan, resistansi internal dapat menyebabkan tegangan keluaran dari sumber
menjadi lebih rendah daripada tegangan yang seharusnya.
Contoh :
➔ Jika baterai memiliki tegangan nominal 9 volt dan resistansi internal menyebabkan
penurunan tegangan sebesar 1 volt, maka tegangan yang diterima oleh beban akan
menjadi 8 volt (9 volt - 1 volt).
Selain itu, resistansi internal juga dapat menyebabkan baterai menjadi lebih panas
saat mengalirkan arus yang tinggi, karena terjadi kehilangan energi dalam bentuk panas
akibat resistansi internal.
Berikut adalah beberapa efek dari resistansi internal pada sebuah sumber tegangan (seperti
baterai atau sumber listrik lainnya):
1. Penurunan Tegangan Keluaran
Salah satu efek utama dari resistansi internal adalah penurunan tegangan
keluaran sumber tegangan. Ketika arus mengalir melalui sumber tegangan,
sebagian tegangan akan terbuang akibat resistansi internal. Akibatnya, tegangan
yang diterima oleh beban atau perangkat yang terhubung ke sumber tegangan akan
lebih rendah dari tegangan nominal sumber tersebut.
2. Pengurangan Daya Maksimum
Resistansi internal dapat menyebabkan hilangnya energi dalam bentuk
panas saat arus mengalir melalui sumber tegangan. Ini berarti bahwa sumber
tegangan akan mampu memberikan daya maksimum yang lebih rendah daripada
jika resistansi internalnya lebih rendah.
3. Penurunan Kapasitas
Resistansi internal juga dapat mempengaruhi kapasitas atau daya tahan
sumber tegangan. Semakin tinggi resistansi internal, semakin cepat daya sumber
tegangan akan habis ketika digunakan untuk menyuplai daya pada beban atau
perangkat.
4. Pemanasan
Arus yang mengalir melalui resistansi internal dapat menyebabkan
pemanasan pada sumber tegangan. Jika arus yang mengalir sangat tinggi,
pemanasan ini dapat menjadi lebih signifikan dan bahkan menyebabkan kerusakan
pada sumber tegangan.
5. Tegangan Tidak Stabil
Resistansi internal dapat menyebabkan fluktuasi tegangan keluaran sumber
tegangan, terutama ketika arus yang mengalir melalui sumber berubah-ubah. Ini
dapat mengakibatkan tegangan keluaran yang tidak stabil, yang mungkin tidak
diinginkan dalam beberapa aplikasi elektronik.
6. Mempengaruhi Kinerja Perangkat Elektronik
Beberapa perangkat elektronik sangat sensitif terhadap perubahan
tegangan. Resistansi internal yang tinggi pada sumber tegangan dapat
menyebabkan ketidakstabilan atau kinerja yang buruk pada perangkat-perangkat
tersebut.
2. The relation between the resistance of the load and the voltage of the load
Efek pembebanan adalah akibat dari proses pengukuran oleh alat ukur Ammeter
dan Voltmeter yang menyebabkan berkurangnya nilai arus yang mengalir pada sebuah
rangkaian tersebut karena arus yang mengalir pada rangkaian terbagi oleh nilai hambatan.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:
Hubungan antara hambatan beban dan tegangan beban dijelaskan oleh Hukum
Ohm. Hukum Ohm menyatakan bahwa arus yang mengalir melalui rangkaian akan
berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan di seluruh rangkaian dan berbanding
terbalik dengan hambatan rangkaian.
Dengan kata lain, jika kita meningkatkan hambatan beban, tegangan beban akan
berkurang. Sebaliknya, jika kita mengurangi hambatan beban, tegangan beban akan
meningkat. Artinya, semakin besar hambatan beban, semakin sedikit arus yang mengalir
dan akibatnya tegangan yang diterima oleh beban akan lebih rendah. Sebaliknya, jika
hambatan beban lebih kecil, arus yang mengalir akan lebih besar dan tegangan beban akan
meningkat. Jadi, dalam rangkaian listrik, perubahan nilai hambatan beban akan
mempengaruhi besar tegangan yang diterima oleh beban tersebut.
Pada alat ukur tersebut energi atau arus pada tahanan digunakan untuk
mengoperasikan alat ukur tersebut. Dimana semakin diperbesarnya load effect maka
hambatan dan tegangan akan semakin kecil. Dapat dilihat dari tabel dibawah ini mengenai
load effect hasil praktikum dan perhitungan hasil teori.
Teori tersebut sama dengan hasil pada saat praktikum, dimana semakin besar RL
maka VR1 semakin kecil. Tetapi semakin besar RL, maka VRL akan semakin besar pula.
Jika sebuah suplai diberikan beban, maka tegangan pada beban akan tergantung pada nilai
beban.
- Perubahan nilai yang kita ukur akibat dari alat ukurnya. Misalnya sensitivitas dari
multimeter, toleransi power supply yang sulit diputar.
- Semakin besar nilai sebuah beban, aka tegangan yang jatuh pada beban akan
semakin besar.
- Syarat untuk mendapat tegangan beban yang besar adalah RL > R1.
- Pada saat voltage dinaikan atau meningkat, semakin besar kuat arus dan daya listrik
akan semakin besar.
Daya maksimum (maximum power) terjadi ketika resistansi beban (RL) sama
dengan resistansi internal sumber tegangan (Rd) atau resistansi internal dari sumber daya
itu sendiri. Dalam situasi ketika RL = Rd, daya yang dihabiskan oleh beban mencapai nilai
maksimum yang mungkin dicapai.
Teorema Transfer Daya Maksimum (Maximum Power Transfer Theorem)
menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi daya maksimum, resistansi beban harus sama
dengan resistansi internal sumber tegangan. Ketika RL = Rd, efisiensi transfer daya dari
sumber ke beban mencapai nilai tertinggi, sehingga daya yang dihasilkan oleh beban juga
menjadi maksimum.
Jika RL berbeda dari Rd (RL ≠ Rd), maka daya yang dihabiskan oleh beban akan
lebih rendah dari daya maksimum yang bisa dicapai, dan sebagian daya akan hilang
sebagai kehilangan panas dalam resistansi internal sumber tegangan.
Oleh karena itu, untuk mencapai efisiensi maksimum dan memaksimalkan daya
yang dihabiskan oleh beban, resistansi beban harus disesuaikan agar sama dengan
resistansi internal sumber daya (RL = RD).
Jika berdasarkan grafik diatas, transfer daya maksimum terjadi jika nilai resistansi
beban sama dengan nilai resistansi sumber, RD = RL. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
hasil praktikum berikut ini.
Berdasarkan data tersebut, daya paling maksimum didapat pada hambatan 300
ohm. Hal itu dapat terjadi pada saat hambatan luar sama dengan hambatan luar (RL = RD).
Daya pada Rangkaian Seri
Berdasarkan tabel diatas, daya pada rangkaian parallel lebih besar dibandingkan pada
rangkaian seri.
1. Daya pada Rangkaian Seri
Dalam rangkaian seri, daya pada setiap resistor dihitung menggunakan rumus
P = I2 x R. Karena arus (I) dalam rangkaian seri sama di seluruh resistor, maka daya
pada setiap resistor akan berbeda tergantung pada nilai resistansinya (R). Resistansi
yang lebih tinggi akan menghabiskan lebih banyak daya daripada resistansi yang lebih
rendah.
Daya total dalam rangkaian seri adalah penjumlahan daya pada setiap resistor
dalam rangkaian. Karena nilai resistansi di sirkuit seri ditambahkan, daya totalnya
lebih rendah daripada daya pada rangkaian paralel dengan nilai resistansi yang sama.
Jika kedua syarat ini terpenuhi, langkah-langkah menggunakan metode superposisi adalah
sebagai berikut:
1. Hilangkan salah satu sumber tegangan terlebih dahulu: Misalnya, matikan (anggap nol)
salah satu sumber tegangan, sehingga hanya ada satu sumber yang beroperasi dalam
rangkaian. Hitung arus dalam rangkaian dengan hanya satu sumber tegangan aktif.
2. Hitung arus: Dengan satu sumber tegangan aktif, hitung arus di seluruh rangkaian
menggunakan metode analisis yang sesuai seperti Hukum Ohm, Hukum Kirchoff, atau
metode lainnya.
3. Hitung arus total: Ulangi langkah 1 dan 2 untuk sumber tegangan lainnya. Dalam
langkah ini, sumber tegangan yang pertama dinonaktifkan, dan sumber tegangan yang
kedua menjadi aktif. Hitung arus di seluruh rangkaian sekali lagi.
4. Jumlahkan arus dari setiap sumber: Akhirnya, jumlahkan arus yang dihitung dari
masing-masing sumber tegangan untuk mendapatkan arus total dalam rangkaian ketika
kedua sumber aktif secara bersamaan.
Dari perhitungan teori yang sudah kami lakukan, hasilnya sama dengan hasil
pada saat praktikum, dimana semakin besar RL maka VR1 semakin kecil dan VRL
semakin besar.
Kita ambil contoh RL 560 ohm.
• Dalam perhitungan praktikum
- I = 6.2 x 10-3 A
- VR1 = 6.45 V
- VRL = 3.523 V
Nilai antara perhitungan pada teori dan praktikum hampir sama. Biasanya
perubahan nilai yang kita ukur akibat dari alat ukurnya. Misalnya sensitivitas dari
multimeter, toleransi power supply yang sulit diputar.
Sesuai dengan teori, ketika sumber tegangan (PS) mengalirkan arus, tegangan
keluaran yang terukur akan lebih rendah daripada tegangan tanpa beban. Perbedaan ini
disebabkan oleh penurunan tegangan akibat resistansi internal (dikali dengan arus dan
resistansi). Hasil praktikum memverifikasi bahwa tegangan keluaran yang terukur
memang lebih rendah daripada tegangan tanpa beban.
Semakin besar RL, maka VRL akan semakin besar pula tetapi VR1 akan semakin
kecil. Jika sebuah suplai diberikan beban, maka tegangan pada beban akan tergantung
pada nilai beban.
- Semakin besar nilai sebuah beban, aka tegangan yang jatuh pada beban akan
semakin besar.
- Syarat untuk mendapat tegangan beban yang besar adalah RL > R1.
b. Eksperimen 5.2 – Power Transfer
Teori :
Praktikum :
➔ Vps = 10 V
• Dalam perhitungan praktikum
- I = 10.05 mA
- P = 100.5 mW
• Dalam perhitungan teori
- I = 10 mA
- P = 100 mW
Berdasarkan data tersebut, nilai pada data teori dan praktikum sama dan
perhitungan adalah benar. Semakin besar nilai tegangan dari sumber tegangan (Vps)
dan arus (I), akan semakin besar pula daya pada beban (power load). Hasil praktikum
membuktikan bahwa daya pada beban yang terukur memang semakin tinggi seiring
dengan nilai tegangan (V) dan arus (I) yang meningkat.
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa daya paling maksimum
didapat pada hambatan 300 ohm yaitu 21.7 mW dan pada perhitungan teori hasilnya
adalah 20.83 mW. Hal itu dapat terjadi pada saat hambatan luar sama dengan hambatan
luar (RL = RD).
Berdasarkan teori, mencari nilai resistansi beban (RL) yang menyebabkan
transfer daya maksimum, yaitu ketika RL memiliki nilai yang sama dengan resistansi
internal sumber tegangan (R1). Hasil praktikum memverifikasi bahwa daya yang
dipindahkan maksimum terjadi ketika nilai resistansi beban (RL) sama dengan nilai
resistansi internal (R1), yaitu 300 Ω. Jika resistansi lebih besar dari 300 Ω, daya yang
dipindahkan tidak dapat lebih tinggi. Ini karena situasi ketika RL = Rd, daya yang
dihabiskan oleh beban mencapai nilai maksimum yang mungkin dicapai.
Topik
Topic : Load Effect, Maximum
Power Transfer and Tanggal
Superposition Date : 20 Juli 2023
Asisten Kelas
Assistant : Zianur Rahman Agya Class : ANDA
*Nilai Laporan Akhir Praktikum (LAP) akan dinolkan jika tidak ada paraf asisten pada Laporan Praktikum Sementara (LPS)
Final Report will be zero(0) if no assistant signature on Experiment Sheet
I V P
R1 8 mA 8V 64 mW
R2 8 mA 8V 64 mW
9V 4.5 V 3.33 mA
9V - 2.78 mA
- 4.5 V 0.55 mA