Anda di halaman 1dari 6

MODUL III

PESAWAT ATWOOD

Nama Praktikan : Ayuanda Putri Nurlaylia


NIM : 102320024
Kelas : Teknik Kimia (CE-1B)
Tanggal Praktikum : 17 November 2020
Pemimpin Praktikum : Diva Addini
I. INTISARI
II. PENDAHULUAN
2.1.Tujuan
Setelah dilakukannya praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu.
1. Memahami peristiwa GLB (Gerak Lurus Beraturan) dan GLBB (Gerak Lurus
Berubah Beraturan) pada pesawat atwood.
2. Menentukan percepatan gerak benda pada gerak lurus berubah beraturan.
3. Menentukan momen inersia katrol secara teori dan eksperimen.
4. Memahami gerak lurus berdasarkan besaran-besaran kinematisnya.
2.2.Dasar Teori
Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) dengan ada dan tidak adanya percepatan.
Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini
kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak
lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu.[1] Secara sistematis GLB dapat ditulis
sebagai berikut :

𝑡
v= (3.1)
𝑠

Hal ini sesuai dengan Hukum Newton I yang berbunyi :


Sebuah benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan terus
bergerak dengan laju dan arah tetap jika tidak ada gaya luar yang bekerja padanya.
(∑ 𝐹 = 0)
Secara umum, pengalaman kita menunjukkan bahwa benda yang digerakkan tidak
akan terus bergerak, melainkan berhenti setelah beberapa saat. Hal ini disebabkan oleh
adanya gaya gesekan. Agar benda dapat bergerak maka dibutuhkan gaya yang
besarnya sama atau melebihi gaya gesekan. Gerak lurus beraturan pada pesawat
Atwood dapat diperoleh dengan cara menambahkan beban bercelah pada salah satu
beban silinder kemudian beban tersebut ditahan menggunakan penahan beban
berlubang sehingga selanjutnya beban silinder bergerak dengan kecepatan tetap.[2]
Pengukuran waktu untuk GLB dapat dilakukan dengan 2 mode Pewaktu Pencacah
yang berbeda, yaitu TIMING I dan TIMING II yang akan dilakukan pada percobaan
ini.
Sementara itu Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu
obyek, dimana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang
tetap. Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II (∑ 𝐹 = m.a). [3]
percepatan dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan dalam suatu waktu
vt = v0 + a.t (3.2)
Keterangan :
v0 = Kecepatan awal benda saat t = 0
vt = Kecepatan gerak benda saat waktu t
a = percepatan tetap

Perubahan kecepatan sebagai fungsi jarak dengan percepatan tetap dapat dirumuskan
dengan :
𝑣𝑡2 = 𝑣02 + 2.a.∆s (3.3)
Keterangan :
v0 = Kecepatan awal benda saat s =0
vt = kecepatan gerak benda pada jarak s
∆s = Jarak yang ditempuh benda
a = Percepatan tetap

Sedangkan perubahan jarak sebagai fungsi jarak dengan percepatan tetap dapat
dirumuskan dengan :
1
st = s0 + v0 + a.t2 (3.4)
2
Keterangan :
s0 = Jarak benda saat t = 0
st = Jarak yang ditempuh benda saat waktu t
v0 = Kecepatan benda saat t = 0
a = Percepatan tetap
Momen inersia katrol, Pesawat Atwood yang ideal memiliki katrol yang tidak
bermassa dan berputar tanpa gesekan. Akan tetapi, pada kenyataannya pesawat
Atwood yang digunakan biasanya memiliki katrol dengan massa mk yang dapat
menahan percepatan dan mengurangi gaya tarik benda. Oleh karena itu, momen dan
inersia katrol harus diperhitungkan dalam percobaan.[2]
Pada pesawat Atwood terdapat momen gaya yang bekerja antara katrol dan tali
yang menyebabkan katrol berotasi dengan percepatan sudut tertentu. Hubungan antara
momen gaya 𝜏 dan inersia l, dan persamaan sudut a dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut :
∑ 𝜏 = I.a (3.5)

Persamaan ini identik dengan Hukum Newton II yang telah dibahas pada percobaan
sebelumnya

Gambar 3.1. Gaya-gaya yang bekerja pada m1 dan m2

Gaya yang bekerja pada M1 :

∑ 𝐹 = T1 – M1.g = M1 atau T1 = M1.a + M1.g (3.6)

Sedangkan pada beban silinder M2 :

∑ 𝐹 = (M2 + m)g – T2 = (M2 + m)a atau T2 = (M2 + m)g – (M2 + m)a (3.7)
Resultan momen gaya sistem adalah selisih gaya tegangan tali T2 dan T1 dikali jari-
jari katrol :

(T2 – T1) R = I.a (3.8)

[(M2 + m)g – (M2 + m)a – M1.a – M1.g]R = I.a (3.9)

Percepatan sudut 𝛼 dapat didefinisikan dengan :

𝑎
𝛼=
𝑅

Maka :

𝐼.𝑎
(M2 + m + M1)g – (M2 + m + M1)a = (3.10)
𝑅2

Sehingga percepatan 𝛼 menjadi :

(𝑀1+𝑚− 𝑀1 )𝑔
𝛼= 𝐼 (3.11)
(𝑀2 +𝑚+ 𝑀1 + 2
𝑅

Perhitungan waktu untuk menentukan percepatan dapat ditentukan dengan 2 fungsi


Pewaktu Pencacah, yaitu TIMING I dan TIMING II. TIMING I menghitung waktu selama
gerbang cahaya terhalang oleh suatu objek. Dalam hal ini, data waktu yang diperoleh
merupakan waktu saat beban silinder melewati gerbang cahaya 1 dan 2, yaitu E1 dan E2.
Sedangkan data yang diperoleh dari percobaan dengan fungsi TIMING II adalah waktu
tempuh dari gerbang 1 ke-2 dengan variasi jarak dari kedua gerbang cahaya.[2]

3.3.Alat dan Bahan


1. Atwood bertiang ganda.
Tinggi tiang : 150 cm
Katrol : Diameter 12 cm; bahan plexiglass
2. Tali penggantung berbahan nilon yang digunakan untuk menghubungkan 2 buah
beban silinder, panjang 185 cm.
3. Dua buah beban berbentuk silinder M1 dan M2 yang masanya sama (100 gram)
diikatkan pada ujung-ujung tali penggantung; terbuat dari bahan kuningan.
4. Beban tambahan bercelah berjumlah 5 buah, masing-masing memiliki massa 5
gram. Beban dapat diletakkan di atas beban silinder. Bahan aluminium.
5. Penghenti beban dengan lubang (diameter 3,64 cm), digunakan untuk menahan
beban bercelah untuk percobaan GLB. Bahan baja.
6. Penghenti beban tanpa lubang, digunakan untuk menahan beban silinder, bahan
baja. Posisi penghenti beban dengan dan tanpa lubang dapat diatur dengan mudah
disepanjang tiang.
7. Pemegang beban dengan pegas (pelepas beban) yang digunakan untuk menahan
dan melepas beban silinder.
8. Pewaktu Pencacah (Time Counter) AT-01 yang digunakan untuk menghitung
waktu perpindahan silinder.
9. Gerbang cahaya.

Gambar 3.2. Pesawat Atwood

3.4.Prosedur Percobaan
III. DATA DAN PENGOLAHAN DATA
IV. PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
VI. REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai