Anda di halaman 1dari 16

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN BIJI KELOR

DENGAN METODE ABSORPSI

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Untuk Memenuhi Persyaratan Penilaian Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Metode Penelitian

AYUANDA PUTRI NURLAYLIA


102320024

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2023

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam proposal tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, 28 Januari 2023

Ayuanda Putri Nurlaylia


NIM. 102320024

ii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... v

BAB I .................................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................. 4

2.1. Biji Kelor .............................................................................................. 4


2.1. Bentonite .............................................................................................. 5
BAB III................................................................................................................ 7

3.1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 7


3.2. Alat dan bahan penelitian.................................................................... 7
3.3. Identifikasi variabel penelitian ............................................................ 7
3.4. Cara kerja penelitian ........................................................................... 8
3.5. Teknik analisis data ............................................................................. 9
3.6. Jadwal Penelitian ................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Biji Kelor ......................................................................................... 4

Gambar 2.2. Struktur Asam Amino ...................................................................... 5

Gambar 2.3. Bentonite ......................................................................................... 6

iv
DAFTAR SINGKATAN

B : bentonite
BK : biji Kelor
CC : alkena
CO : carbonil
FFA : Free Fatty Acid
FTIR : Fourier Transform Infrared Specroscopy
NH : amida
NO2 : nitro
OH : hidroksil
pH : power of H
PP : fenolftalein
RPM : Revolution Per Minute
SNI : Standar Nasional Indonesia

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Minyak goreng merupakan salah satu barang terpenting yang semakin
mendapat perhatian dari pemerintah, karena dapat dikatakan merupakan bagian
terpenting dari konsumen lebih dari 266,91 juta orang di Indonesia.
Berdasarkan data Survei Soisal Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun
2018, konsumsi minyak goreng per kapita sebesar 10.72 liter per orang pada
tahun 2017 dan meningkat menjadi 10.87 liter per orang pada tahun 2018.
Industri minyak goreng sendiri memiliki peluang yang baik untuk terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan konsumsi per kapita,
mengingat rata-rata konsumsi minyak nabati dunia sebesar 25 Kg/tahun per
kapita. Seiring meningkatnya permintaan produksi minyak goreng, maka stok
minyak goreng bekas juga meningkat. (Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian, 2017)
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah merupakan hasil limbah dari
penggunaan minyak goreng yang aman telah digunakan berulang-ulang kali dan
menyebabkan mutu dari minyak tersebut mengalami penurunan.
Pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak Kesehatan
manusia, menimbulkan penyakit kanker, pengendapan lemak pada pembuluh
darah dan akibat lainnya yaitu dapat mengurangi kecerdasan otak. Selain
berdampak pada kesehatan apabila dikonsumsi terus menerus, banyaknya
minyak jelantah yang dihasilkan selama ini juga berdampak buruk pada
lingkungan karena pada umumnya hanya dibuang begitu saja. Dengan
banyaknya produksi minyak jelantah tersebut, maka diperlukan upaya
penanggulanagan dampak dari limbah tersebut. Salah satu alternatif dari
pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode absorpsi.
Dalam ilmu kimia, absorpsi atau penyerapan adalah fenomena fisika atau kimia
dalam suatu proses diaman atom, molekul, atau ion memasuki fase ruah – bahan

1
cair atau padat. Absorpsi berbeda dengan adsorpsi, karena molekul-molekul
yang mengalami absorpsi memasuki volume, tidak hanya dipermukaan saja.
Metode adsorpsi merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk
memperbaiki kualitas minyak jelantah, yaitu dengan mengontakkan minyak
jelantah dengan suatu adsorben. Absorpsi adalah pemisahan suatu gas tertentu
dari campuran gas-gas dengan cara pemindahan massa ke dalam suatu liquid.
Hal ini dilakukan dengan cara mengantarkan aliran gas dengan liquid yang
mempunyai selektivitas pelarut yang berbeda dari gas yang akan dipisahkannya.
(Wikipedia.id)
Pada penelitian sebelumnya oleh Fitriani (2018) yaitu adsorpsi minyak jelantah
dengan menggunakan adsorben biji alpukat tanpa karbonisasi yang mana jauh
sebelumnya juga telah ada adsorpsi minyak jelantah tersebut menggunakan biji
alpukat terkarbonisasi, sama halnya dengan serbuk biji kelor untuk penelitian
ini. Hasil yang didapatkan pada penelitian Fitriani tersebut bahwa adsorben biji
alpukat tanpa karbonisasi mampu memurnikan minyak jelantah sehingga dapat
digunakannya kembali maupun dan sesuai dengan SNI.
Penelitian Taufiq (2007) tentang pemurnian minyak goreng bekas
menggunakan arang biji kelor yang dapat digunakan untuk menurunkan nilai
Free Fatty Acid (FFA) pada minyak jelantah. Penelitian Muallifah (2009)
tentang penentuan angka asam pada minyak jelantah dengan menggunakan biji
kelor terkarbonisasi yang mana hasilnya menunjukkan bahwa karbon aktif
memiliki kemampuan yang baik untuk mengadsorpsi minyak jelantah.
Setelah dilakukan proses adsorpsi pada penelitian ini, minyak jelantah yang
telah diolah dengan baik tersebut dapat memiliki nilai jual tinggi untuk
didistribusikan ke industri yang membutuhkan. Salah satu industri yang akan
dituju adalah Industri Biodiesel yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku
di industry biodiesel tersebut. Proses pemurnian minyak jelantah ini yang
disebut dengan proses deasidifikasi. Tujuan nya adalah untuk menghilangkan
kandungan dari asam lemak bebas yang terbentuk dari reaksi hidrolisa, oksidasi,
dan lain sebagainya yang mana dapat menyebabkan ketengikan dan tentunya

2
mempengaruhi produk olahan. Hasil adsorpsi dapat langsung digunakan pada
proses transesterifikasi di industri biodiesel.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh biji kelor dalam pemurnian minyak jelantah?
2. Apakah minyak goreng bekas yang telah dimurnikan dapat memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI)?
3. Apakah karbon aktif yang dihasilkan oleh biji kelor sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI)?

1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh biji kelor dalam pemurnian minyak jelantah.
2. Mengetahui kualitas karbon aktif yang dihasilkan berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI).
3. Mengetahui kualitas minyak goreng bekas yang telah dimurnikan
dengan biji kelor berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biji Kelor


Kelor (Moringa oleifera L.) adalah sejenis tumbuhan dari suku moringaceae.
Tumbuhan kelor asli berasal dari India yang dikenal dengan nama sohanjna.
Tumbuhan ini dapat tumbuh banyak diberbagai negara semi-tropis dan tropis
salah satunya negara indonesia. Biji kelor memiliki sifat penukar ion sehingga
cocok untuk dijadikan adsorben.
Biji kelor merupakan salah satu bagian tanaman kelor yang memiliki banyak
manfaat bagi kesehatan. Manfaat biji kelor didapatkan dari kemampuannya
dalam menurunkan kolesterol, memiliki efek antioksidan, serta agen antiradang.
Khasiat biji kelor tersebut juga tidak lepas dari kandungan gizi di dalamnya.
Faktanya, biji kelor mengandung vitamin C 7 kali lipat lebih banyak dari jeruk,
vitamin A 10 kali lipat lebih banyak dari wortel, dan zat besi 25 kali lipat lebih
banyak dari bayam. Tidak hanya itu, biji kelor juga kaya akan serat, kalium,
magnesium, protein, dan kalsium. (Klik Dokter, 2021)

Gambar 2.1. Biji Kelor

Pada Analisa FTIR (Fourier Transform Infrared Specroscopy), biji kelor


memiliki 5 gugus fungsional utama, yaitu gugus karbonil (C=O), gugus
hiidroksil (O-H), gugus amida (N-H), gugus alkena (C=C), dan gugus nitro
(NO2). Gugus fungsional ini diduga banyak terkandung dalam protein yang

4
tersusun atas atas asam amino, yang utamanya terdapat pada gugus samping
atau -R dari protein, sehingga dapat membuat permukaan protein tersebut
bermuatan. Asam amino yang terkandung dalam protein saling berikatan
melalui ikatan peptide antara gugus karboksilatnya dengan gugus amin. Dalam
larutannya, asam amino dapat melepaskan ion H+ dari gugus karboksilatnya
ketika berada didalam air, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+,
sehingga kedua gugus tersebut akan bermuatan seperti ditunjukkan pada
gambar 2.2

Gambar 2.1. Struktur Asam Amino

2.2.Bentonite
Bentonit dalam ilmu mineralogi tergolong ke dalam kelompok besar tanah
lempung. Nama bentonit pertama kali digunakan pada tahun 1890 untuk
mengidentifikasi mineral yang bersifat plastis yang ditemukan di Fort Benton,
Wyoming, Amerika Serikat. Bentonit terbentuk dari transformasi hidrotermal
abu vulkanik yang mayoritas komponennya tergolong ke dalam kelas mineral
smektit (struktur lembaran), yaitu montmotillonit. Mineral lain yang tergolong
ke dalam smektit adalah hektorit, saponit, beidelit, dan nontronite.
(Wikipedia.id)
Di alam, bentonit terbagi menjadi dua jenis, yaitu Na bentonit dan Ca bentonit.
Kedua jenis bentonit tersebut mempunyai fungsi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Adapun perbedaan natrium bentonit dengan kalsium
bentonit terletak pada tingkat perkembangan volumenya. Natrium bentonit
memiliki kemampuan berkembang volume yang tinggi saat bersentuhan
langsung dengan air, sedangkan kalsium bentonit memiliki kemampuan
berkembang volume yang lebih rendah secara keseluruhan. Meskipun

5
demikian, kalsium bentonit memiliki jumlah cadangan yang lebih besar
dibandingkan dengan natrium bentonit. (Bentonit Alam Indonesia, 2022)
Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, Indonesia diketahui
memiliki cadangan bentonit yang cukup besar dan tersebar di hampir seluruh
daerah. Namun penambangan dan pemanfaatan bentonit di Indonesia belum
maksimal. Pada industri pertambangan minyak bumi, bentonit bermanfaat
untuk penyulingan. Sedangkan, di industri energi listrik melalui pembangkit
listrik tenaga panas bumi, bentonit bermanfaat untuk bahan pengeboran potensi
panas bumi (geotermal).
Endapan bentonit banyak ditemukan dekat dengan permukaan tanah sampai
endapan yang sudah tersingkap dipermukaan akibat proses pelapukan, sehingga
sistem penambangan bentonit dilakukan dengan metode tambang terbuka dan
sistem jenjang. Sedangkan, pengolahan endapan bentonit yang telah ditambang
dalam bentuk berupa bongkah - bongkah (raw material) diangkut dengan truk
ke pabrik untuk diolah melalui beberapa tahapan proses, yaitu penghancuran,
pemanasan, penggilingan, dan pengayakan. (Konstruksi Besar, 2022)

Gambar 2.3. Biji Bentonite Clay

6
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Laboratorium Sains dan Teknologi, Universitas
Pertamina.

3.2.Alat dan bahan penelitian


Pada penelitian kali ini diperlukan beberapa alat dan bahan. Alat-alat yang
digunakan pada penelitian ini antara lain adalah neraca analitis, ayakan standar
ukuran 100 mesh, oven, hot plate, magnetic stirrer, Erlenmeyer, gelas ukur,
beaker glass, statif dan klem, piknometer, viscometer Ostwald, thermometer,
buret digital, bulp, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, stopwatch, blender,
cawan dan mortar, aluminium foil, indicator universal, kertas saring, dan corong
pemisah. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara
lain adalah minyak jelantah, biji kelor, bentonite, HCL 1 N, KHC8H4O4,
indicator PP, aquadest, etanol pro analisis, kloroform, dan aseton.

3.3.Identifikasi variabel penelitian


Tabel 3.1. Variabel control, variabel bebas, dan variabel terikat yang digunakan
Variabel control Variabel bebas Variabel terikat
Jumlah komposisi Konsentrasi minyak  Suhu saat
bahan atau sediaan jelantah dipanaskan
pembuatan minyak
jelantah
Jumlah komposisi biji Ratio absorben  Tingkat serapan
kelor  Nilai absorbansi
Jumlah komposisi Ratio absorben  Nilai absorbansi
bentonite  Tingkat serapan
 Nilai pH

7
3.4.Cara kerja penelitian
Prosedur percobaan kali ini terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan minyak
jelantah, preparasi biji kelor dan bentonite, aktivasi biji kelor dan bentonite, dan
proses absorpsi minyak jelantah dengan menggunakan absorben BK dan B.

3.4.1. Persiapan Minyak Jelantah


Minyak jelantah disaring menggunakan kain tipis untuk dihilangkan
kotoran yang berupa padatan atau sisa rempah-rempah. Kotoran yang
tidak ikut tersaring di endapkan dengan menggunakan wadah tinggi dan
di diamkan selama 1 hari. Minyak bagian atas yang telah bebas dari
kotoran dipisahkan sebagai umpan pada proses absorpsi serta dilakukan
analisa angka asam.
3.4.2. Preparasi Biji Kelor dan Bentonit
Biji kelor yang sudah tua dan kering atau berwarna coklat dikupas dari
kulitnya yang kemudian biji tersebut di hancurkan hingga halus dengan
dengan blender dan diayak dengan ayakan 100 mesh. Bentonite
dihancurkan dan diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh juga.
3.4.3. Aktivasi Biji Kelor
Biji kelor yang sudah diayak menggunakan ayakan 100 mesh
dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan NaOH 1 M dan
dilakukan pemanasan. Pemanasan dilakukan selama 2 jam pada suhu ±
90℃ sambal terus diaduk dengan kecepatan 100 rpm. Kemudian biji
kelor disaring dan dicuci dengan aquadest hingga pH air pencuci ≥ 6.
Setelah dicuci biji kelor dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan
dengan suhu 104℃ selama 4 jam. Setelah kerning, biji kelor dihaluskan
dan diayak Kembali hingga berukuran 100 mesh.
3.4.4. Aktivasi Bentonite
Bentonite berukuran 100 mesh dimasukkan ke dalam gelas kimia yang
berisi HCL 1 M dan dipanaskan selama 2 jam pada suhu ± 90℃ sambal
terus diaduk dengan kecepatan 100 rpm. Bentonite kemudian disaring
dan dicuci dengan aquadest hingga pH air cucian sebesar ≥ 4. Setelah

8
dicuci bentonite dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan dengan
suhu 105℃ selama 4 jam. Bentonite yang telah kering dihaluskan dan
diayak Kembali hingga berukurqan 100 mesh.
3.4.5. Proses Absorpsi Minyak Jelantah
Sebanyak 50 ml sampel minyak jelantah dipanaskan hingga mencapai
suhu 70℃ dan dipertahankan panasnya, kemudian sebanyak 25 gram
absorben biji kelor dan bentonit dengan rasio 100:0; 75:25; 50:50;
25:75; dan 0:100 ditambahkan ke dalam masing masing sampel minyak
jelantah yang telah dipersiapkan. Kemudian diaduk masing - masing
selama 30 menit, 60 menit, 90 menit, 12 menit, dan 100 menit denganh
kecepatan pengadukan 200 rpm. Kemudian minyal hasil absorpsi
disaring dan diambil sampel untuk dianalisa.

3.5.Teknik analisis data


Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa angka asam,
viskositas, densitas, konsentrasi akhir, dan kapasitas absorpsi.

3.6.Jadwal Penelitian
No. Jenis Kegiatan Januari
1 2 3 4
1. Melakukan Studi Pustaka
2. Melakukan Penyusunan
Proposal
3. Melakukan persiapan sampel
minyak jelantah
4. Melakukan aktivasi biji kelor
5. Melakukan aktivasi bentonite
6. Melakukan proses absorpsi
pada minyak jelantah
7. Analisa data angka asam

9
8. Analisa data dengan viskositas
dan densitas
9. Analisa data dengan
konsentrasi akhir
10. Analisa data dengan kapasitas
absorpsi

10
DAFTAR PUSTAKA

(“Bentonit” 2022)
(“Sederet Manfaat Biji Kelor Untuk Kesehatan Tubuh Anda” n.d.)
(“Absorpsi (kimia)” 2022)
(“Mengenal Bentonite | Foundry Bentonite | Bentonit Alam Indonesia” 2022)
(“Jenis Dan Manfaat Bentonit Bagi Industri” 2022)
(“Pusdatin -” n.d.)

11

Anda mungkin juga menyukai