Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH BAHAN BAKAR PELUMAS

ANALISA PEMBAKARAN BAHAN BAKAR BIO-FUEL

KELOMPOK 9

PRESENTER

MUH.ASNAN MUSTARI / 210203501029


MUH.RIFQAL AL’FAJRYL DINJUS / 210203501028
MUHAMMAD ANIS FAUZAN / 210203501018
MUHAMMAD AZHARI / 210203501026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama dan yang paling utama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya yang diberikan
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah bahan bakar pelumas, sekaligus untuk menambah serta memperluas wawasan
bagi kami serta pembacanya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen dan semua pihak yang terlibat pada mata
kuliah ini yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini agar tugas kedepannya bisa kami selesaikan dengan baik

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
1.2 TUJUAN ......................................................................................................................... 2
1.3 MANFAAT ...................................................................................................................... 2
BAB 2 ............................................................................................................................................. 3
ISI DAN PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
A. Pengertian biofuel ......................................................................................................... 3
B. Bentuk Biofuel ............................................................................................................... 4
C. Bagaimana biofuel dihasilkan ....................................................................................... 4
D. Penggunaan biofuel ...................................................................................................... 5
E. Jenis-jenis biofuel .......................................................................................................... 6
F. Karakteristik Biofuel ...................................................................................................... 9
G. Pembangkit Listrik Biodiesel ....................................................................................... 10
H. Pembangkit Listrik Bioetanol ...................................................................................... 12
I. Karakteristik Pembakaran Difusi Biosolar dengan Penambahan Biodiesel Minyak
Jelantah ................................................................................................................................... 13
J. Karakteristik Pembakaran Biosolar dengan Penambahan Biodiesel Kepuh (Sterculia
Feotida) ................................................................................................................................... 14
K. Penggunaan bietanol pada genset kapasitas 5 Kva ....................................................15

BAB 3 ........................................................................................................................................... 18
PENUTUP ..................................................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 18
B. SARAN ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Biofuel saat ini telah berkembang menjadi salah satu energi alternatif dari bahan
bakar fosil. Sebagai salah satu sumber energi terbaru, biofuel adalah alternatif yang
tepat untuk menggantikan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan dan mulai
menipis persediannya. Selain karena ketersediannya, perolehan dan penggunaan
bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan juga menjadi alasan dijadikannya
biofuel sebagai salah satu sumber energi yang paling dicari dan diteliti saat ini.
Penggunaan biofuel mulai menjadi populer karena kemampuannya untuk
mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil
Di Indonesia sendiri, industri biofuel secara formal telah dimulai sejak tahun
2006. Akan tetapi, Indonesia telah menjadi pengimpor minyak sawit untuk biodiesel
pada tahun-tahun sebelumnya. Di Indonesia ada 60 tanaman yang dapat digunakan
sebagai bahan baku biofuel termasuk kelapa sawit, jarak pagar, tebu, sorgum, dan
ketela. Oleh karena itu potensi Indonesia dalam industri biofuel sesungguhnya
cukup besar.
Ada Berbagai Perusahaan yang bergerak dalam industri biofuel yang berdiri di
Indonesia, baik perusahaan dari luar negeri maupun di dalam negeri. Sejak 2006,
luas area kelapa sawit di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tanaman
kelapa sawit ini sudah tersebar di hampir seluruh provinsi Indonesia.. Pada tahun
2014, total luas areal kelapa sawit mencapai 2,30 Ha. Pada tahun 2014 total areal
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 10,97 juta Ha dengan kapasitas
produksi CPO sebesar 29,34 juta ton.
Kelapa sawit sebagai tanaman utama penghasil biofuel dalam bentuk biodiesel di
Indonesia saat ini, serta kebanyakan tanaman yang telah digunakan sebagai
penghasil biofuel di Indonesia, dalam produksinya memiliki sistem manajemen
ekosistem perkebunan. Beberapa hal berpotensi menjadi kendala dalam
homogenisasi tersebut misalnya saja keterbatasan lahan. Dalam lembar fakta yang
dikeluarkan Brot fur die Welt, industri biofuel di indonesia telah menyebabkan
terjadinya deforestasi hutan. Penggunaan tanaman pangan untuk menghasilkan
biofuel telah mengancam ketersediaan bahan pangan dunia.
1
Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu sistem alternatif yang ramah
lingkungan dan dapat memproduksi tanaman untuk bahan baku biofuel pada lahan
terbatas, serta tanaman alternatif sebagai bahan baku biofuel yang dapat diproduksi
melalui sistem tersebut. Kultur jaringan adalah suatu metode perbanyakan tanaman
secara in vitro yang juga digunnakan untuk menghasilkan metabolit sekunder dari
tanaman.
Dijelaskan secara sederhana bahwa produksi biofuel dalam bentuk biodiesel dapat
dilakukan dengan mengkonversi triliserida (asam lemak) dari sumber nabati menjadi
metil/alkil ester asam lemak melalui proses metanolosis/(trans) esterifikasi dengan
katalis.
Ginseng Jawa ( Talinum paniculatum) merupakan salah satu tanaman Indonesia
yang juga telah berhasil di kultur secara in vitro baik untuk organogenesis dalam
pembentukan tanaman baru maupun untuk menghasilkan senyawa metabolit
sekunder yaitu saponin. Beberapa tahun terakhir, asam lemak yang secara
tradisional dianggap sebagai sumber energi kelompok tanaman ginseng, telah
menarik perhatian peneliti. Di Indonesia, ginseng Jawa juga sudah diproduksi
minyaknya, Tetapi penggunannya hanya sebatas sebagai obat. Oleh karena itu,
ginseng Jawa memiliki prospek baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
biodiesel jika dapat menghasilkan asam lemak dalam jumlah memadai melalui
teknik kultur jaringan

1.2 TUJUAN

1. Untuk mengetahui penggunaan biofuel


2. Jenis-jenis biofuel
3. Karakteristik biofuel

1.3 MANFAAT

1. Kita dapat mengetahui penggunaan biofuel


2. Mengetahui jenis-jenis biofuel
3. Kita dapat mengetahui karakteristik biofuel

2
BAB 2

ISI DAN PEMBAHASAN

Bayangkan jika di dunia tidak ada lagi bahan bakar fosil. Apa yang akan digunakan
untuk menyalakan mesin kendaraan anda? Bagaimana memasak makanan sehari-
hari? Apa yang membuat pembangkit listrik dan industri dapat berjalan dengan
baik? Kita membutuhkan biofuel, sumber energi alternatf yang terbuat dari minyak
kelapa sawit.

A. Pengertian biofuel

Apa itu biofuel? Biofuel secara umum adalah bahan bakar dari biomassa
(materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan). Bahan bakar biofuel adalah
setiap bahan bakar baik padatan, cairan maupun gas yang dihasilkan dari bahan-
bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau
secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.
Setiap produk biofuel diproduksi secara berbeda. Misalnya ethanol diproduksi
dengan cara fermentasi jagung atau tebu, sedangkan biodiesel diproduksi dengan
cara menghancurkan lemak hewani atau tumbuhan dengan adanya methanol.
Minyak sawit mentah melalui proses transesterifikasi, dimana secara kimia
bereaksi dengan alkohol seperti methanol atau ethanol untuk memproduksi
biodiesel.
Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel: pembakaran limbah organik
kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian),
fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas, atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan
alkohol dan ester, dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang
cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester.
Bahan-bahan ini secara teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar
fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan perubahan besar pada mesin,
biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa merencanakan
5,75% etanol yang dihasilkan dari gandum, kentang atau jagung ditambahkan

3
pada bahan bakar fosil pada tahun 2020. Sekitar seperempat bahan bakar
transportasi di Brazil 2002 adalah etanol.
Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa
meningkatkan kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang
digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di
atmosfer, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang
tersimpan dibawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan
begitu biofuel lebih bersifat carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi
gas-gas rumah kaca di atmosfer. Penggunaan biofuel mengurangi pula
ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi.
Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama
adalah menanam tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula dan sorgum
manis) atau tanaman yang mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu
menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi kedua
adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi
seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka
keviskotisakan minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di
dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk
menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produk-produk
sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau
bahan bakar etanol.

B. Bentuk Biofuel

Biofuel dapat berbentuk padat (solid), cair (liquid), atau gas. Dalam setiap
kelompok dapat dibagi lagi menjadi beberapa tipe, dan dalam beberapa kasus
terdapat interaksi atau inter-prosessing dari tipe-tipe biofuel tersebut.

C. Bagaimana biofuel dihasilkan

Ada dua jenis utama bahan baku biofuel:


 Dapat dikonsumsi
 Tidak dapat dikonsumsi
Poduk makanan manusia seperti gula, pati, atau minyak sayur dijadikan biofuel
melalui metode konvensional yakni transesterifikasi. Biofuel juga dapat

4
dihasilkan dari tanaman non pangan, limbah pertanian dan residu yang tidak
dapat dikonsumsi manusia dengan menggunakan teknologi maju seperti
hydrocracking. Pada proses ini bahan baku dipecah dengan adanya hidrogen
dalam menghasilkan biofuel. Yang menarik adalah bahan baku seperti minyak
kelapa sawit dapat digunakan untuk menghasilkan biofuel melalui metode
konvensional dan tergantung dari keadaannya.

D. Penggunaan biofuel

Biofuel sering menjadi alternatif untuk bahan bakar konvensional yang


digunakan untuk menyalakan mesin kendaraan kita. Namun sebenarnya biofuel
dapat dimanfaatkan untuk semua kebutuhan energi manusia. Penggunaan biofuel
meliputi:

 Transportasi meliputi mobil, bus, sepeda motor, kereta api, pesawat


terbang, dan kendaraan air
 Pembangkit listrik meliputi peralatan listrik
 Pemanas meliputi kompor dan peralatan memasak lainnya
Apakah biofuel merupakan alternatif energi yang tepat?
Dunia telah mengalami mencairnya permukaan es, meningkatnya suhu
udara dan terjadinya bencana alam. Ilmuan mengemukakan bahwa salah satu
alasan utama perubahan iklim yang drastis adalah akibat konsumsi bahan bakar
fosil yang berlebihan dan terlepasnya gas rumah kaca ke atmosfir yang menipis.

5
Menurut Departemen Amerika Serikat, biofuel seperti ethanol
menghasilkan karbon dioksida hingga 48% lebih sedikit daripada bensin
konvensional sementara pengguna biodiesel hanya melepaskan seperempat
jumlah karbon dioksida yang dikeluarkan diesel konvensional. Hal ini menjadi
pilihan yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar
fosil.
Tidak seperti bahan lain yang tak terbaharui, biofuel dapat diproduksi
terus-menerus karena kita selalu dapat menanam lebih banyak tanaman untuk
menjadi bahan bakar. Terlebih lagi komunitas ilmuan telah menunjukkan tingkat
produktifitas tanaman nabati yang lebih tinggi dapat menangani beberapa
masalah deforestasi yang erat kaitannya dengan biofuel. Oleh karena itu minyak
kelapa sawit yang memiliki hasil panen tertinggi di antara tanaman nabati
lainnya diyakini menjadi bahan baku paling ekonomis untuk biodiesel. Siklus
hidup pohon kelapa sawit 30 tahun juga berarti nilai penyerapan karbon yang
dilepaskan ke atmosfer tinggi.
Pada masa yang akan datang mungkin tak ada lagi bahan bakar fosil dan
kita dapat menggunakan biofuel sebagai sumber energi alternatif yang aman dan
terbarukan.

E. Jenis-jenis biofuel

Biofuel termasuk bahan bakar yang ramah lingkungan. Biofuel dibagi menjadi
beberpa jenis, yakni bioetanol, biodiesel, dan biogas.
1. Bioetanol
Bioetanol adalah alkohol yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan seperti
gandum, tebu, jagung, singkong, ubi, buah-buahan hingga limbah sayuran.
Untuk mendapatkan alkohol, tumbuhan diatas harus melewati fermentasi
terlebih dahulu.
Bioetanol memiliki karakteristik mudah menguap, mudah terbakar, dan
tidak berdampak negatif pada lingkungan. Bioetanol mempunyai manfaat
untuk dikonsumsi manusia sebagai alkohol.
Bioetanol pada prinsipnya adalah etanol yang diperoleh melalui
fermentasi sehingga dinamakan bioetanol. Bioetanol dihasilkan dari distilasi
bir hasil fermentasi. Bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang relatif

6
mudah dan murah diproduksi sehingga industri rumahan sederhana pun
mampu membuatnya. Bioetanol dapat digunakan secara langsung maupun
tidak langsung sebagai bahan bakar. Untuk bahan bakar kendaraan bermotor
terlebuh dahulu bioetanol harus bercampur dengan premium dengan
perbandingan tertentu. Hasil pencampuran ini kemudian disebut Gasohol
(Gasoline Alcohol). Gasohol memiliki perforrma yang lebih baik daripada
premium karena angka oktan etanol lebih tinggi daripada premium.
Selain itu gasohol juga lebih ramah lingkungan daripada premium.
Penguapan bioetanol dari cair ke gas juga tidak secepat bensin. Karena itu
pemakaian bioetanol murni pada kendaraan dapat menimbulkan masalah.
Tetapi masalah dapat diatasi dengan mengubah desain mesin dari
reformulasi bahan bakar
Bagaimana Cara Membuat Bioetanol?. Berdasarkan kadar alkoholnya,
etanol dibagi menjadi tiga jenis. Jika kadar alkoholnya 90-94%, termasuk
alkohol industri. Alkohol jennis netral memeliki kadar etanol 96-99,5%. Jika
kadar etanolnya di atas 99,5-100%, termasuk jenis bahan bakar.
Cara membuat bioetanol dari singkong didasarkan pada data bahwa
singkong merupakan salah satu sumber pasti-suatu senyawa karbohidrat
kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa-karbohidrat
yang lebih sederhana. Proses pembuatan Bioetanol, awalnya seperti produksi
taploka yaitu singkong diparut menjadi bubur, Jika pada tapioka dilakukan
ekstraksi, pada bioetanol dilakukan proses hidrolis (pengubahan kadungan
pati menjadi glukosa). Untuk menguraikan pati diperlukan bantuan
Cendawan Aspergilius sp. Cemdawan itu menghasilkam\n enzim alfamilase
dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa (gula
sederhana).
Setelah menjadi gula, bahan tersebut difermentasi menjadi etanol dnegan
cara memasukkan gula ke tangki fermentasi, glukosa diubah menjadi etanol
dan karbondioksida. Hasil fermentasi itu adalah etanol berkadar 8-11%
2. Biodiesel
Bahan bakar yang terbuat dari minyak kedelai, minyak rapessed (sejenis
bunga), minyak buah jarak, hingga minyak bunga matahari. Di Hawai,
biodiesel terbuat dari minyak goreng bekas. Kalau di Jepang, biodieselnya

7
terbuat dari minyak bekas dari restoran. Kalau Indonesia membuatnya dari
minyak kelapa sawit mentah. Biodiesel juga bisa dibuat dari minyak hewan,
tapi kebanyakan negara di dunia membuatnya dari tumbuh-tumbuhan. Bahan
bakar ini lebih ramah lingkungan daripada solar karena tidak memberi
kontribusi kepada pemanasan global, mudah didegradasi, mengandung
sekitar 10% oksigen alamiah yang bermanfaat dalam pembakaran dan dapat
melumasi mesin. Keuntungan – keuntungan lain pada penggunaan biodiesel
adalah mudah dibuat sekalipun dalam sekala rumah tangga (home industry)
dan menghemat sumber energi yang tidak terbarukan (bahan bakar fosil)
serta dapat mengurangi biaya biaya kesehatan akibat pencemaran udara.
Pemanfaatan sumber-sumber nabati seperti minya kelapa dan CPO (Crude
Palm Oil) baik minyak seger maupun bekas (jelantah) sebagai bahan baku
produksi biodiesel juga merupakan keuntungan karena dapat membuka
peluang usaha bagi petani dan pelaku usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM)
3. Biogas
Biogas adalah bahan bakar yang berasal dari hasil fermentasi sampah
tumbuhan atau kotoran. Saat difermentasi sampah atau kotoran itu
mengeluarkan gas. Gas itulah yang disebut dengan biogas.
Biogas biasanya digunakan untuk menyalakan listrik atau kompor. Biogas
jauh lebih bersih daripada batu bara. Selain itu, energi yang dihasilkan lebih
besar dan karbon dioksida yang dihasilkan juga lebih sedikit. Kandungan
utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan
listrik. Metana yang terkandung di dalam biogas, bila terbakar akan relatif
lebih bersih daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar
dengan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Pemanfaatan biogas
memegang peranan penting dalam manajemen limbah karena metana
merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam pemanasan global
bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Saat ini, banyak negara maju
mulai meningkatkan penggunaan biogas yang dihasilkan baik dari limbah
cair, padat atau yang dihasilkan dari sistem pengolahan limbah. Komposisi
gas di dalam biogas yang dihasilkan bervariasi tergantung dengan asal

8
proses anaerobik yang terjadi. Rata-rata biogas memiliki konsentrasi metana
sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah modern dapat
menghasilkan biogas dengan kadar metana berkisar dari 55-75%.
Biofuel dalam waktu dekat mungkin tidak dapat menggantikan
sepenuhnya energi fosil, namun biofuel tetap akan menjadi sumber energi
alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Pengembangan biofuel melalui penggunaan produk samping industri
pertanian atau sampah menjadi energi melalui pembakaran langsung atau
dikonversi menjadi biofuel tidak saja menyediakan energi alternatif
terbarukan namun juga dapat membuka lapangan kerja baru.
Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik
yang terjadi. Gas landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%,
sedangkan sistem pengolahan limbah maju dapat mengahasilkan biogas
dengan 55-75% CH4.
KOMPONEN %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5

F. Karakteristik Biofuel

Biofuel merupakan bahan bakar yang berasal dari minyak nabati, baik berupa
biodiesel, bioetanol, maupun bio-oil. Biodiesel dalam unsur kimianya
merupakan alkil ester (metil, etil, isoprophyl dan sejenisnya) berasal dari asam-
asam lemak, biasanya biodiesel dihasilkan dari minyak kelapa sawit, minyak biji
jarak, dan sebagainya. Biodiesel umumnya dibuat melalui reaksi metabolisis
atau etanolisis minyak lemak nabati atau hewani dengan alkohol
(metanol/etanol). Karena memiliki sifat fisika dan kimia yang mirip dengan
BBM alternatif yang memiliki potensi besar untuk memenuhi sebagian
kebutuhan BBM Diesel.

9
Mengapa Biofuel Tergolong Ramah Lingkungan dan Sangat Bermanfaat?

Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan


kadar karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk
memproduksi biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer, tidak sepert
bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan di bawah
permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dngan begitu biofuel bersifat
carbon neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer. Penggunaan biofuel mengurangi pula ketergantungan pada minyak
bumi serta meningkatkan keamanan energi. Penggunaan limbah biomassa
sebagai sumber untuk memproduksi energi (biofuel) mampu mengurangi
berbagai permasalahan manajemen polusi dan pembuangan, mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.

G. Pembangkit Listrik Biodiesel

Terminologi pembangkit listrik berbahan bakar minyak pada umumnya


diidentikkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Walau pada
kenyataannya bahan bakar minyak juga terkadang digunakan pada PLTG.
Prinsip kerja PLTD adalah dengan menggunakan mesin diesel yang berbahan
bakar High Speed Diesel Oil (HSDO). Mesin diesel berkerja berdasarkan siklus
diesel. Mukanya udara dikompresi ke dalam piston, yang kemudian diinjeksi
dengan bahan bakar kedalam tempat yang sama. Kemudian pada tekanan
tertentu campuran bahan bakar dan udara akan terbakar dengan sendirinya.
Proses pembakaran seperti ini pada kenyataannya terkadang tidak menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Hal inilah yang menyebabkan efisiensi pembangkit
jenis ini rendah, lebih kecil 50%. Namun apabila dibandingkan dengan mesin
bensin (otto), mesin diesel pada kapasitas daya yang besar masih memiliki
efsiensi yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan rasio kompresi pada mesin diesel
jauh lebih besar daripada mesin bensin.
1. Mesin Diesel
Keuntungan utama penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak
atau sering disebut dengan PLTD adalah dapat beroperasi sepanjang waktu
selama masih tersedianya bahan bakar. Keandalan pembangkit ini tinggi karena
dalam operasinya tidak bergantung pada alam seperti halnya PLTA. Mengingat
10
waktu start nta yang cepat namun ongkos bahan bakarnya tergolong mahal dan
bergantung dengan perubahan harga minyak dunia yang cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, PLTD disarankan hanya dipakai untuk melayani konsumen
pada saat beban puncak.
Investasi awal pembangunan PLTD yang relatif murah, kebutuhan energi di
daerah-daerah terisolasi yang mendesak dan kebutuhan energi daerah-daerah
yang belum terlalu besar, pemerintah Indonesia berinisiatif membangun PLTD
yang berfungsi sebagai basc-suply untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah-
daerah ini, untuk mengurangi biaya transmisi dan rugo-rugi jaringan dalam
menyalurkan energi listrik dari kota terdekat.
Dengan digunakan nya bahan bakar konvensional maka adanya kemungkinan
pembangkit ini akan sulit dioperasikan di masa depan karena persediaan minyak
bumi dunia yang semakin menipis. Harga minyak yang terus meningkat menjadi
pertimbangan utama dalam menggunakan pembangkit ini. Harga minyak yang
mahal diakibatkan karena pasar minyak dunia yang tidak stabil dan ongkos
transportasi untuk membawa minyak tersebut ke daerah yang dituju. Padahal di
sisi beban, PLN dipaksa menjual dengan harga murah. Inilah yang menyebabkan
PLN rugi besar.

a. Komponen PLTD
Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah pembangkit listrik yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mulia (prime mover), prime
mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkanenergi
mekanis yang dperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin diesel sebagai
penggerak mula PLTD berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang
dipergunakan untuk memutar rotor generator.
Bahan bakar di dalam tangki penyimpanan bahan bakar dipompakan ke dalam
tanki penyimpanan sementara namun sebelumnya disaring terlebih dahulu.
Kemudian disimpan di dalam tangki penyimpanan sementara (daily tank). Jika
bahan bakar adalah bahan bakar minyak (BBM) maka bahan bakar dari daily
tank dipompakan ke pengabut (nozzel), di sini bahan bakar dinaikkan
temperaturnya hingga menjadi kabut. Sedangkan jika bahan bakar adalah bahan
bakar gas (BBG) maka dari daily tank dipompakan ke convertion kit (pengatur

11
tekanan gas) untuk diatur tekanannya. Menggunakan kompresor udara bersih
dimasukkan ke dalam tangki udara start melalui saluran masuk ( intake
manifold) kemudian dialirkan ke turbocharger. Di dalam turbocharger tekanan
dan temperatur udara dinaikkan terlebih dahulu. Udara yang dialirkan pada
umumnya sebesar 500 psi dengan suhu mencapai ±600°C.
Udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi dimasukkan ke dalam ruang
bakar (combustion chamber). Bahan bakar dari convertion kit (untuk BBG) atau
nozzel (untuk BBM) kemudian diinjeksikan ke dalam ruang bakar (combustion
chamber).
Di dalam mesin diesel tejadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya
berdasarkan udara murni yang dimanfaatkan di dalam silinder pada tekanan
yang tinggi (35-30 atm), sehingga temperatur di dalam silinder naik. Dan pada
saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder yang bertemperatur dan
bertekanan tinggi melenihi titik nyala bahan bakarr sehingga akan menyala
secara otomatisyang menimbulkan ledakan bahan bakar. Ledakan pada ruang
bakar tersebut menggerak torak/piston yang kemudian pada poros engkol
dirubah menjadi energi mekanis. Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar
dan udara akan mendorong torak yang dihubungkan dengan poros engkol
menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak bolak-balik
(reciprocating). Gerak bolak-balik akan diubah menjadi gerak rotasi oleh poros
engkol (crank shaft). Dan sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah
menjadi gerak bolak-balik torak pada langkah kompresi.
Poros engkol mesin diesel digunakan untuk menggerakkan poros rotor
generator. Oleh generator energi mekanis ini dirubah menjadi energi listrik
sehingga terjadi gaya gerak listrik (ggl).

H. Pembangkit Listrik Bioetanol

Pada dasarnya pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar bioetahanol


sama dengan pembangkit listrik yang menggunakan biodiesel, disini kita akan
mengambil contoh pada genset yang menggunakan bahan bakar biofuel yaitu
bioethanol.
Agar bioethanol (dengan kadar ethanol 85%) dapat digunakan untuk
menggerakkan mesin (awalnya bahan bakar bensin) diperlukan alat yang

12
dosebut Konverter Kit Bioethanol. Alat konversi ini dipasang pada mesin
berbahan bakar bensin sehingga bisa menggunakan bahan bakar bioethanol.
Konverter kit Bioethanol terdiri dari tangki bioethanol dan sebuat reaktor
bioethanol. Konverter Kit Bioethanol ini dapat dipasang pada banyak mesin
dengan bahan bakar bensin atau pertamax. Misalnya pada Genset (generator
listrik), pompa air, mesin tempel (perahu), mobil, sepeda motor, mesin parut
kelapa, padi, jagung, dan banyak lagi.

I. Karakteristik Pembakaran Difusi Biosolar dengan Penambahan Biodiesel


Minyak Jelantah

Biofuel merupakan salah satu pemanfaatan energi terbarukan berupa bahan


bakar untuk mengurangi peningkatan konsumsi energi fosil di Indonesia.
Biodiesel adalah salah satu biofuel yang ramah lingkungan serta dapat
menggantikan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia. Minyak Jelantah
adalah salah satu bahan baku yang berpotensi sebagai bahan pembuatan
biodiesel karena mengandung trigliserida, bersifat limbah, mudah didapatkan
dan bukan merupakan kebutuhan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mutu biodesel minyak jelantah yang sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) agar bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar
industri di Indonesia serta untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada
pembakaran difusi solar dengan penambahan biodiesel minyak jelantah.
Fenomena yang diteliti adalah tinggi dan sudut nyala api, kecepatan
pembakaran, dan distribusi temperatur nyala api difusi dari masing-masing
komposisi bahan bakar BO (100% biosolar, 30% biodiesel) dan B100 (100%
biodiesel). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pembakaran difusi
pada mini glasstube dengan 3 variasi debit yaitu 2 ml/h, 4 ml/h dan 6 ml/h. Alat
utama yang digunakan adalah termokepel yang menangkap temperatur api dan
kamera untuk mengambil gambar visual nyala api. Distribusi temperatur diteliti
pada 4 titik zona api yang ditangkap termokopel. Pengambilan gambar visual
digunakan sebagai data tinggi dan sudut nyala api yang diukur menggunakan
software imageJ yang kemudian dilakukan perhitungan untuk menentukan
kecepatan pembakaran. Hasil dari penelitian ini adalah semakin besar
kandungan biodiesel dalam campuran bahan bakar semakin tinggi nyala api

13
yang dihasilkan, hal tersebut juga berbanding lurus dengan meningkatnya debit
bahan bakar dimana api tertinggi adalah sebesar 5,488 cm pada debit 6 ml/h.
Tinggi nyala api berbanding terbalik dengan sudut nyala api, semakin
bertambahnya biodiesel dalam komposisi bahan bakar semakin kecil sudut yang
dihasilkan pada debit yang sama dan semakin besar debit bahan bakar semakin
kecil sudut yang dihasilkan senilai 4,075o pada debit 6 ml/h dan sudut terbesar
berada pada debit 2 ml/h sebesar 19,522o. Semakin besar kandungan biodiesel
dalam campuran bahan bakar, semakin rendah kecepatan pembakaran yang
dihasilkan pada debit yang sama, dan semakin meningkatnnya debit aliran bahan
bakar, kecepatan pembakaran terbesar adalah pada biosolar senilai 17,7991 m/hr
pada debit 2 ml/h. Zona temperatur dengan suhu rata-rata paling tinggi adalah
titik 2 yang terletak pada bagian tengah nyala api (reaction zone) sebesar
812,32oC pada biodiesel debit 4 ml/h. Temperatur nyala api berbanding lurus
dengan nilai kalor dan kestabilan nyala api. Total distribus temperatur nyala api
rata-rata tertinggi untuk campuran bahan bakar adalah B10 sebesar 445,685oC
pada debit 6 ml/h dan temperatur terendah adalah B30 sebesar 288,615oC pada
debit 4 ml/h.

J. Karakteristik Pembakaran Biosolar dengan Penambahan Biodiesel Kepuh


(Sterculia Feotida)

Biodiesel meruapakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat


menjawab kebutuhan masyarakat terhadapa kebutuhan energi. Biodiesel
merupakan bahan bakar yang berasal dari lemak tumbuh-tumbuhan atau hewan.
Penelitian ini fokus pada karakteristik api pada bahan bakar biosolar dengan
penambahan biodiesel kepuh dengan memvariasikan komposisi bahan bakar dan
ekivalon ratio (φ). Tujuannya adalah untuk mengetahi pengaruh penambahan
biodiesel kepuh terhadap laju pembakaran laminer dan tinggi api. Variasi
komposisi penambahan biodiesel adalah biosolar yang digunakan pada saat
penelitian sebanyak B0% biodiesel, B20% biodiesel, B30% biodiesel, B40%
biodiesel dan B100% biodiesel dengan ekivalen ratio (φ) 0,8 , 1,2. Penelitian ini
dilakukan di laboratorium Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Jamber untuk membuat biodiesel dan pengujian karakterisik
pembakaran, sedangkan pengujian nilai kalor, densitas dan viskositas dilakukan

14
di laboratorium Motor Bakar Teknik Mesin Universitas Brawijaya Malang.
Hasil Penelitian bahan bakar B100% biodiesel memliki karakteristik terbaik
sebagai berikut : nilai kalor 10.0080,40 cal/g, densitas 0,869 g/ml dan
viskoasitas 5,34 cst. Dari hasil penelitian menghasilkan data yang menunjukkan
nilai tertinggi lpada laju pembakaran laminar (SL) dengan nilai tertinggi laju
pembakaran laminer pada (φ) = 0,8 dengan komposisi bahan bakar B10%
biodiesel dengan nilai 22,227 cm/s dan nilai terendah pada komposisi
pencampuran B40% biodiesel dengan nilai 24,035 cm/s sedangkan nilai
terendah pada komposisi B100% biodiesel dengan nilai 8,578 cm/s pada (φ)
=1,2. Peningkatan persentase biodiesel dan rendahnya ekivalen ratio
menyebabkan penurunan sudut nyala api sehingga nilai laju pembakaran laminer
menurun. Hasil penelitian tinggi api biosolar dengan penambahan biodiesel
kepuh menunjukkan nilai tertinggi pada tinggi api saat proses pembakaran
terdapat pada φ = 1,2 pada komposisi B40% biodiesel dengan nilai 24,330 mm
dan nilai terendah pada komposisi B10% biodiesel dengan nilai 19,096 mm pada
φ = 0,8 . Namun, nilai laju pembakaran laminer secara total terdapat pada φ =
1,2 pada komposisi bahan bakar tanpa penyampuran, B100% biodiesel
memiliki nilai tertinggi dengan nilai 25,561 mm sedangkan nilai terendah pada
komposisi B0% biodesel dengan nilai 18,177 mm pada φ = 0,8 . Peningkatan
persentase biodiesel dan akivalen ratio menyebabkan peningkatan tinggi api.
K. Penggunaan bioetanol pada genset kapasitas 5 Kva
Genset yang digunakan pada pengujian ini adalah mesin internal
combution engine otto yang dikopel dengan generator berkapasitas 5 Kva. Pada
saluran masuk udara dan bahan bakar dimodifikasi menggunakan penukar kalor.
Pemakaian bahan bakar per satuan waktu diukur menggunakan gelas ukur yang
tersambung langsung di saluran masuk bahan bakar.
Proses pembakaran pada motor bakar menggunakan bioetanol juga
membutuhkan udara seperti halnya pembakaran menggunakan bensin.
Persamaan pembakaran bioetanol adalah sebagai berikut:
C2H5OH + 3(02 + 3.76N2) 3CO2 + 3H2O + 3.76N2
Untuk mengetahui laju udara masuk sistem pembakaran pada pengujian
ini digunakan flowmeter tipe AM-4204HA. Proses pembakaran juga dapat
digambarkan sebagai aliran massa bahan bakar yang digunakan untuk

15
menggerakkan silinder pada spark ignition engine. Untuk mengetahui perubahan
kinerja mesin pada berbagai variasi beban, digunakan lood bank atau dummy
lood untuk membebani generator sampai kapasitas maksimalnya. Lood bank
disusun dari pemanas air kapasitas 1 Kw dengan total beban keseluruhan 5 Kw.
Kualitas gas buang menjadi parameter kunci untuk mengetahui kinerja mesin.
Nilai CO2 dan CO pada gas buang menjadi dasar analisa kerja motor bakar yang
menggunakan bahan bakar bioetanol. Hal ini terkait dengan tingkat konversi dari
campuran udara bahan bakar ke dalam produk pembakaran, yang mencirikan
tingkat pelepasan energi. Untuk mengukur kualitas gas buang digunakan flue
gas analyzer TPI yang terpasang di exhaust genset.
a. Hasil dan pembahasan
Sifat fisika-kimia bahan bakar sangat berpengaruh langsung pada awal
penyalaan mesin, dimana genset konvensional menggunakan bahan bakar
bensin dapat dihidupkan pada temperatur lingkungan bahkan sampai dengan
temperatur -40OC. Sedangkan menggunakan bahan bakar bioetanol hanya
dapat digunakan pada temperatur lingkungan lebih dari 13OC. Modifikasi
saluran suplai udara dan bahan bakar diperlukan untuk mendapatkan
temperatur bioetanol yang optimal untuk pembakaran genset. Proses
modifikasi dilakukan pada pemasukan bahan bakar dan udara bertujuan
untuk meningkatkan temperatur evaporasi dari bioetanol. Temperatur
evaporasi bioetanol berbeda dengan bensin, dimana untuk bioetanol adalah
78oC sedangkan bensin mulai mengalami evaporasi pada 40oC.
Penggunaan bioetanol pada genset dengan modifikasi pada temperatur
saluran suplai udara dan bahan bakar memiliki efisiensi termal lebih tinggi
dibandingkan bensin. Efisiensi termal maksimum penggunaan bioetanol
mencapai 20,6% pada beban genset 5000 watt dibandingkan menggunakan
bensin pada beban yang sama. Hal ini disebabkan terdapat oksigen dalam
komposisi bioetanol memungkinkan produk pembakaran yang lebih baik,
hasil pembakaran yang sempurna pada temperatur tinggi dan tekanan di
dalam silinder sehingga menghasilkan keluaran daya yang lebih tinggi.
Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar pada genset berhasil
dilakukan dengan menaikkan temperatur masuk ruang bakar sampai dengan
62oC. Hasil uji menunjukkan genset mampu menghasilkan daya hingga 5000

16
watt dengan konsumsi bahan bakar 2721,2 gr/kWh bioetanol, sedangkan
efisiensi yang dihasilkan mencapai 20,6%. Penggunaan bioetanol mampu
menekan emisi CO hingga mencapai 0,011%.

17
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahan bakar biofuel adalah setiap bahan bakar bai padatan, cairan maupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung
dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik, atau
pertanian.

Pemanfaatan biofuel perlu dikembangkan dan digunakan dengan semaksimal


mungkin jumlah biofuel yang terdapat di Indonesia sangatlah berlimpah, apabila setiap
daerah yang memiliki biomassa dapat memanfaatkan biomassa tersebut, maka Indonesia
akan menjadi negara yang hemat energi dan potensi untuk menimbulkan polusi dari
pemanfaatan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik dapat dikurangi.

Biofuel dapat digunakan untuk penggerak diesel pembangkit tenaga listrik.


Penggunaan dan pemanfaatan biofuel adalah solusi untuk mengurangi polusi udara yang
ada untuk terus mengolah sumber daya yang ada menjadi bahan bakar organik atau
biofuel.

B. SARAN

Pemanfaatan biofuel masih banyak memerlukan penelitian dan pengembangan


diharapkan pemerintah ikut berperan aktif agar perkembangan energi alternatif dan
terbarukan dapat ditingkatkan setiap tahunnya. Penggunaan energi biofuel merupakan
langkah yang mungkin untuk melakukan dan menindak lanjuti konservasi energi di
Indonesia kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/embeds/94172061/content?start_page=1&view_mode=
scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://www.scribd.com/embeds/250342772/content?start_page=1&view_mode
=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92657
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/101463
https://www.gurupendidikan.co.id/energi-biofuel/
http://ketjurnal.p3tkebt.esdm.go.id/index.php/ket/article/view/152/144
https://id.wikipedia.org/wiki/Biogas

19

Anda mungkin juga menyukai