PENELITI PENGUSUL
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN KERJA PENANDATANGAN KONTRAK
1. Judul Kegiatan/Penelitian :
2.
Bidang Fokus
3. Peneliti Utama
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Laki-Laki
4. Surat Perjanjian:
5.
Nomor
01/SU/SP/Insf-Dikti/IV/1 0
Tanggal
6 April2010
Rp . 157,455,000 ,-
1,_
~ Dr .
~
Siti Nuramaliati Prijono
NIP. 195804091982022001
Mengetahui,
Deputi ILMU PENGETAHUAN HAYA
1.
ABSTRAK
Pseudomonas fluorescens dan Candida rugosa). Dari proses ini dihasilkan metil
ester yang selanjutnya disebut sebagai biodesel.
PRAKATA
Pencarian sumber energy baru dan terbarukan (new and renewable energy) ada lah
langkah strategis untuk mengatasi keterbatasan minyak bumi dan konsums i minyak
yang terus meningkat dari tahun ke tahun . Salah satu bentuk energy baru dan
terbarukan adalah biodiesel , yaitu bahan bakar yang berasal dari minyak nabati atau
lemak hewani dengan sifat seperti minyak diesel. Biodiesel ini selain berfungsi untuk
melumasi mesin juga berfungsi untuk meningkatkan kinerja mesin kendaraan
dengan emisi kendaraan
yang
cukup
kecil.
Pembuatan
biodiesel umumnya
Pada penelitian yang dibiayai melalui "Program lnsentif Penelit dan Perekayasa LIP/
Penelitian
LAPORAN AKHIR
DAFTAR lSI
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ........................................................................................... ........ 1-2
RINGKASAN ............................................... ....... ........ .....................................................................................3
PRAKATA ................................................................................................... .. .................................. ................. 4
DAFTAR lSI ... ......... ...... ........................... ...... .............................. ............... ......... ... ...... ......... ... ....................... 5
DAFTAR TABEL ...... ............ ............... ............ ...... ...... ... ......... ... ... ............ .......................................... ............. 6
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................................................................................7-10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ... .. .......... .. .... ............ ...... .. ....... ........................ ... ..................... ...... ......... ..... 11-13
BAB Ill TUJUAN DAN MANFAAT .................. ............ ............................................................ .................. .... 14
BAB IV METODOLOGI ........................... ... ... ...... ........................ ............... ............... ...... ... ... .. .......... ... ....... 15-25
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................. ...... ... .. ....... .............................. ..................... ...... ............. 26-36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... ............. 38
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan spesifikasi biodiesel dari LST alga terhadap minyak
diesel.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gam bar 2.
Gam bar 3.
Gam bar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Uji kualitatif awal biakan penghasil lipase (A) dan biakan terpilih
sebagai katalis reaksi transesterifikasi (B).
Gam bar 8.
Gambar 9.
BASI
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dan industri di Indonesia mengakibatkan semakin
besarnya konsumsi masyarakat terhadap bahan bakar minyak (BBM) . Tingkat
konsumsi minyak rata-rata naik 6 % pertahun (Suroso, 2005) . Konsumsi
terbesar adalah minyak diesel. Pada tahun 2002 mencapai 22 juta kiloliter
dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun berikutnya , sehingga
mengakibatkan
persediaan
minyak
bumi
Indonesia
semakin
menipis
biodiesel pada masa yang akan datang, karena masih dikonsumsi okeh
masyarakat Indonesia. Seperti kelapa sawit, walaupun Indonesia merupakan
penghasil kelapa sawit terbesar kedua didunia (setelah Malaysia) , pada tahun
2002 produksinya mencapa i 6,5 juta ton , namun sebagian besar produksinya
masih dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak sayur (Rahayu ,
2005) . Begitu pula dengan kedelai sebagian besar produksinya masih
digunakan sebagai bahan baku tahu , tempe , serta susu kedelai.
Konsep memilih bahan baku biodiesel adalah bukan sebagai pengganti
bahan baku yang telah ada , tetapi untuk memenuhi kekurangan bahan baku
pembuatan biodiesel. Berdasarkan realisasinya nanti dapat dibandingkan dan
dibuat pilihan bahan apa yang lebih efektif untuk dikembangkan dalam skala
besar sebagai bahan baku pembuatan biodiesel (Briggs , 2004). Dari sekian
banyak potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia, alga dapat dicoba untuk
dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan baku pembuatan biodiesel.
Alga mengandung LST yang sangat tinggi, bahkan diantaranya, mempunyai
kandungan LST lebih dari 50 % (Briggs, 2004) . Kandungan LST yang besar
mengidentifikasikan kandungan asam lemak yang besar dalam alga (Cohen,
1999) . Dalam percobaan menggunakan bahan baku minyak sawit dan minyak
jarak, asam lemak inilah yang selanjutnya diproses menjadi biodiesel.
Semakin banyak kandungan asam lemak dalam suatu bahan baku, maka
semakin besar pula biodiesel yang dihasilkan (Zuhdi dkk, 2003).
Alga termasuk tumbuhan autrotof, yang tidak tergantung pada makhluk hidup
lain dan berfotosintesis. Dua hal penting yang dibutuhkan alga untuk
pertumbuhanya adalah sinar matahari yang cukup dan karbondioksida (C0 2 ).
Alga dapat tumbuh dan berkembang pada air asin dan air tawar, tetapi
kebanyakan spesiesnya hidup pada perairan !aut yang dangkal (Graham ,
Linda E, 2000) . Hal ini sangat sesuai dengan kondisi perairan Indonesia
sebagai negara kepulauan yang menyediakan banyak perairan dangkal
dengan sinar matahari yang cukup bagi pertumbuhaan alga .
Alga adalah adalah tumbuhan paling efektif proses fotosintesisnya . Hal ini
karena
alga
mampu
mengoptimalkan
sinar
matahari
dalam
proses
(oksigen) , S (Belerang) , P
Alga
dibagi
menjadi
Phylum
yaitu
Cyanobacteria,
Glaucophyta,
basah
dan
lembab seperti
pegunungan
dan
derah
salju . Alga
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel (Rahayu , 2005 ; Zuhdi , 2004 ; Zuhdi
dkk, 2003 ; Zuhdi , 2002 ; Rahman , 1995 ; La Puppung , 1986).
Alga dapat diproduksi menjadi makanan yang dikonsumsi manusia , makanan
ternak, atau pupuk organik. Alga sangat besar perananya sebagai bagian
penting dari siklus N (nitrogen) , 0 (oksigen), S (belerang), P (fosfat), dan C
(karbon) . Alga memainkan peranan penting dalam bioteknologi, seperti
menyerap polusi dan pencemaran yang berlebihan (Graham dan Wilcox,
2000) . Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang farmasi sebagai bahan
pembuatan obat-obatan (Cohen , 1999), seperti adanya kandungan zat anti
HIV dan anti Herves (Catie , 1998).
:.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Budidaya Alga
Sebagaimana halnya tanaman , alga menggunakan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses biokimia penting dimana
tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri mengubah energi cahaya matahari
menjadi energi kimia. Alga menangkap energi cahaya melalui fotosintesis dan
mengubah bahan anorganik menjadi gula sederhana dengan menggunakan
energi yang diambil.
Suhu :Ada rentang suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan alga
NaN03; MgS04; NaCI; K2HP0 4; KH 2P04; CaCI 2 & trace elements I logam
Contoh nutrisi untuk alga biru hijau:
Fotobioreaktor Alga
dari LST alga akan diproses menggunakan katalis enzimatik yang diekstraksi
dari beberapa jenis biakan mikroba penghasil enzim lipase.
LST dari alga dapat diesterifikasi sehingga memiliki sifat-sifat yang mirip
dengan
minyak fosildiesel
dengan
memakai
senyawa
alkohol
seperti
methanol atau ethanol dalam suatu proses yang disebut (Rahman , 1995).
Esterifikasi merupakan proses untuk mengubah LST menjadi metil ester. Metil
ester inilah yang disebut sebagai biodiesel. Umumnya LST mempunyai
,.__
viskositas yang lebih tinggi dari kisaran neburut National Biodiesel Board
(NBB). Esterifikasi bertujuan untuk menurunkan viskositas dari bahan baku ,
sehingga viskositas biodiesel yang dihasilkan masuk dalam kisaran yang
distandarkan oleh NBB (Adryan , 2002; Pelly, 2000; Kae, 2000 ; Rahayu, 2005;
Zuhdi dkk, 2003; Gabrosky dan Me Carmie, 1998; dan Culshaw, 1993).
BAS Ill
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan dari penelitian
katalisasi alkil ester asam lemak dari biomassa alga secara transesterifikasi
enzimatik , menggunakan etanol atau alkohol. Katalis
yang digunakan
berupa enzim lipase amobil ataupun whole cell yang diekstraksi dari
beberapa
JenJs
biakan
mikroba
(Bacillus
subtilis,
Actinomycetes,
BAB IV
METODOLOGI
Media Produksi Alga
Sekitar 1 cm
0.1%
KH2P04
pada
pH
netral
diinkubasikan diatas shaker pada suhu 25oC pada kecepatan 150 rpm selama
4-5 hari . Selanjutnya biakan dihomogenkan pad a kecepatan tinggi selama 10
detik, sebanyak 5 ml biakan yang telah homogen diinokulasikan pada 45 ml
media dalam erlenmeyer 250 mi.
Selanjutnya biakan divakum filter menggunakan kertas saring Whatman No.1
guna memisahkan biomassa dan cairan. Biomassa dikering bekukan pada 40oc dan 0.15 Mbar hingga diperoleh berat konstan . Cairan kultur tanpa
biomassa selanjutnya digunakan untuk penentuan COD dan kadar gula
reduksi. COD ditentukan berdasarkan metode APHA (1995) dan penentuan
gula reduksi berdasarkan metode DNS (Mandels , 1976).
Pemanenan Alga
Pengumpulan
alga
terdiri
dari
pemisahan
alga
dari
media
tumbuh,
produksi
dan
produksi
diluar
musim
bisa , bagaimanapun,
Sentrifugasi
Sentrifugasi
adalah
metode
memisahkan
alga
dari
med ia
dengan
Sentrifus adalah alat yang bermanfaat baik untuk ekstraksi LST dari alga
maupun pemisahan bahan-bahan kimia dalam biodiesel . Jika digabungkan
dengan homogenizer, kemungkinan dapat memisahkan LST dan bahan yang
bermanfaat lainnya dari alga sekaligus .
Sentrifus adalah sebuah peralatan, umumnya digerakkan oleh motor, yang
menempatkan objek diatas putaran sumbu rotasi yang tetap, menerapkan
gaya tegak lurus dengan sumbu. Sentrifus bekerja menggunakan prinsip
----
Flokulasi
Flokulasi adalah metode untuk memisahkan alga dari media menggunakan
bahan kimia untuk memaksa alga membentuk gumpalan . Kelemahan utama
dari metode pemisahan cara ini adalah kesulitan dalam memisahkan bahan
kimia yang ditambahkan dari alga yang telah dipisahkan , sehingga mungkin
membuatnya tidak ekonomis dan tidak efisien untuk penggunaan komersial,
meskipun mungkin lebih praktis jika untuk tujuan penelitian. Biaya untuk
memisahkan bahan kimia dianggap terlalu mahal untuk tujuan komersial.
Flokulasi
Flokulan, atau agen penggumpal, adalah bahan kimia untuk meningkatkan
flokulasi, sehingga menyebabkan koloid dan partikel tersuspensi lainnya
dalam cairan beragregasi, membentuk gumpalan . Alum dan besi klorida
adalah jenis flokulan kimiawi yang digunakan untuk memanen alga. Suatu
produk komersial yang disebut "Chitosan", yang biasanya digunakan untuk
penjernihan air, juga dapat digunakan sebagai flokulan, namun jauh lebih
mahal. Air payau atau air laut membutuhkan flokulan kimia tambahan untuk
menginduksi terjadinya flokulasi. Pemanenan cara flokulasi kimia merupakan
metode yang terlalu mahal untuk pekerjaan besar. Mengganggu pasokan C02
kedalam media juga dapat menyebabkan alga berflokulasi sendiri yang
disebut "autoflokulasi".
sikloheksan , dan pulpnya dapat difiltrasi dari larutan . LST dan sikloheksan
dipisahkan dengan cara penyulingan.
Laarhoven dkk (2005) menggunakan sikloheksan untuk menyerap LST yang
masih bercampur dengan
karbohidrat.
Kemudian
pada
tabung
lainnya
dan
dievaporasi
hingga
kering
menggunakan arus I aliran udara nitrogen diatas penangas air pada suhu
45C. Berat kering residu ditentukan sebagai berat total LST alga .
Kedutan Osmotik
Kedutan osmotik - adalah penurunan tekanan osmotik secara tiba-tiba ,
sehingga menyebabkan sel dalam larutan pecah. Kedutan osmotik kadangkadang digunakan untuk mengeluarkan komponen selular, termasuk LST.
Ekstraksi Ultrasonik
Ekstraksi ultrasonik dapat lebih mempercepat proses ekstraksi . Menggunakan
reaktor ultrasonik , gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk membuat
Dari campuran ini dihasilkan dua zat yang mempunya1 masa jenis yang
berbeda, yaitu metil ester
dengan proses sentrifugasi . Metil ester kemudian dicuci dengan air hangat,
untuk membersihkan sisa katalis dan sabun. Tidak ada bahan yang terbuang
dari proses pengolahan biodiesel ini (National Biodiesel Board).
Sebagai
bahan
bakar,
biodiesel
harus
memenuhi
persyaratan
yang
ditetapkan oleh ASTM . Salah satu parameter yang penting untuk menentukan
kualitas bahan bakar adalah cetane number. Cetane number merupakan
ukuran yang menyatakan kualitas pembakaran bahan bakar, dalam ruang
bakar motor diesel . Cetane number adalah fungsi dari banyaknya CH3 dan
CH 2 dalam komposisi bahan bakar (Connemann dan Fischer, 1998).
Kisaran Bilangan Setana adalah 1 sampai 100 . bah an bakar dengan nilai
bilangan setana 100 adalah setana (heksadeka) , bah an bakar dengan nilai
bilangan setana terendah adalah 2.2.4.4.6.8.8 heptametilnonana , dengan nilai
bilangan setana 15 (O 'Conner, Forester dan Scurel, 1992)
Bilangan setana dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik bahan bakar, seperti
densitas dan viskositas kinematik (Henein , Fragoulis , 1985), tetapi penentuan
cetane number berdasarkan sifat kimianya dianggap lebih baik. Salah satu
formula yang dapat digunakan untuk menghitung bilangan setana adalah
yang diajukan oleh Gautier (1998), yaitu:
Bilangan Setana
H3 adalah semua metil hydrogen kecuali yang terikat langsung pada gugus
aromatik. H2 adalah semua metilen dan hidrogen metilen kecuali yang terikat
langsung pada gugus aromatik. H1 adalah semua hidrokarbon atau gugus
karbon yang terikat pada gugus aromatik . HA adalah semua hydrogen mono
aromatik. HD adalah semua hidrogen poli aromatik.
Pembuatan biodisel tidak hanya memerlukan bahan baku saja, tetapi juga
memerlukan alkohol (methanol atau ethanol), yang jumlahnya sekitar 10 %
dari campuran (Briggs , 2004). Alkohol berguna untuk menurunkan viskositas
minyak nabati dengan proses esterifikasi, sehingga biodiesel mempunyai
sifat-sifat yang mirip dengan minyak diesel (Rahman, 1995). Alkohol dapat
diperoleh dengan cara fermentasi karbohidrat yang terkandung dalam alga ,
setelah diambil LSTnya (Sheehan, 1998). Menurut Sheehan dkk (1998) ada
beberapa tahapan untuk mendapatkan biodiesel alga, yaitu: (1 ). Pengeringan;
(2). Ekstraksi Alga menjadi minyak nabati; (3). Esterifikasi LST menjadi metil
ester, menggunakan katalis asam. basa, maupun enzim.
Transesterifikasi Enzimatik
Lipase (gliserol ester hydrolase EC 3.1.1 .3) adalah enzim yang mengkatalisis
hidrolisis asilgliserol asam lemak, gliserol diasil, gliserol monoasil dan gliserol
(transesterifikasi atau alkoholisis) . Enzim-enzim tersebut diproduksi secara
intra dan ekstraselular pada beberapa jenis mikroba , misalnya, Candida
antarctica,
Bukholdeira
Alcaligenes,
Pseudomonas
bakteri
mendocina,
Chromobacterium viscosum .
Tak terhitung banyaknya penelitian tentang hal ini terutama ditujukan untuk
penggunaan secara praktis dalam industri, untuk menghidrolisis lemak, untuk
memproduksi asam lemak, pangan aditif, sintesis ester dan peptida , membuat
campuran rasemik, deterjen , dan lain sebagainya . Dalam pustaka ada revisi
yang menarik mel iputi produksi, pemurnian , pem isahan dan karakterisasi .
Watanabe et al. (2001) menggunakan minyak bekas dan lipase dari Candida
antarctica yang difiksasi didalam kolom dengan berbagai proporsi metanol,
mengamati bahwa aktivitas enzim bertahan selama 100 hari reaksi tanpa
mengalami penurunan aktivitasnya .
Namun, ada beberapa penelitian yang ditujukan untuk mengurangi biaya
enzim murni dan mengenai penerapan langsung mikroba dalam reaksi
transesterifikasi .
Produksi lipase
Produksi lipase ekstraseluler dari biakan mikroba dilakukan dalam gelas
Erlenmeyer 250 ml , masing-masing berisi 50 ml media terdiri dari pepton
(0 ,5%) , yeast extract (0 ,3%) , NaCI (0 ,25%), MgS04 (0,05%) dan minyak
kelapa (3 ,0%) pada pH 7.0. Medium disterilkan dan diinokulasi dengan 3,5 ml
(4
x 108
oc
diatas shaker pada 200 rpm. Pada akhir masa inkubasi, supernatan dari
media fermentasi disentrifugasi pad a 6987g selama 10 men it. Supernatan
diberi perlakuan dengan a seton (1 :4 v/v) selama 1 jam pad a 4
oc, dilanjutkan
lmobilisasi Lipase
Lipase dari biakan mikroba terpilih diimobilisasi dengan silika yang diaktivasi
dengan etanolamin, dilanjutkan dengan pengikatan dengan glutaraldehida .
Sintesis metil ester asam lemak dianalisis dengan menyuntikan cairan dari
campuran reaksi yang diencerkan pada gas kromatografi . Suhu kolom dijaga
pada 150C selama 0,5 menit, meningkat sampai 250 oc pada 15oC/menit dan
dipertahankan pada suhu ini selama 6 menit. Suhu dari injektor dan detektor
ditetapkan masing-masing pada 245 dan 350 C. Persentase molar konversi
produk, diidentifikasi dengan membandingkan daerah puncak standar metil
ester pada retensi waktu tertentu. Kuantifikasi produk akhir (metil ester asam
lemak) dilakukan berdasarkan kalibrasi kurva dari metil ester asam lemak
murni (metil oleat, metillinoleate , metil stearat dan metil palmitat) .
BABV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mikroalga sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku biofue/.
Mengingat mikroalga dapat tumbuh dengan sangat cepat, bahkan dapat dipanen dalam
waktu sing kat yakni sekitar 7-10 hari (Lardon , eta/, 2009) .
Sela in, Chiarella dan Scenedesmus yang telah diteliti dan cukup banyak ditemukan
di perairan Indonesia , ada empat kelompok mikroalga potensiallainnya yang dapat
ditemukan diseluruh kawasan perairan dunia . Yaitu , kelompok diatom (Bacillariophyceae) ,
alga hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) , dan alga biru (Cyanophyceae) .
Keempat kelompok alga tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku bahan bakar
hayati. Berdasarkan penelitian sebelumnya , setidaknya ada tiga jenis mikroalga yang ideal
untuk dijadikan sumber bahan bakar hayati, yaitu Chiarella , Scenedesmus dan Dunaliella.
Gambar 1.
Gam bar 1, menunj ukkan hasil penelusuran pustaka kandungan minyak alga yang
berasa l dari Chiarella mencapai 15-55 persen , Snenedesmus mencapa i 16-40 persen
(A)
Gambar2.
(B)
"',.,......
,---.,.
~
.....-..
5,91 0.00 8
.....-..
"
"'
~
:- - --
10.0
;j
.l1l-l-~_j~-"---.---.-:-.-.--., -.~--;:-:----;-------:---:--~-----~-~
; ;-> .
20.0
30.0
40.0
50.0
T!C*J.OO
59.0
min
3
4
5
6
7
R.Time
3.972
5.95 1
25.081
26.414
27.467
27.671
29.364
32 .637
Gambar 3.
Area
1067442
9842605
636346
303308
1739587
14958854
439373
4034219
33021734
Cone%
3.23
29.81
1.93
0. 92
5.27
45.30
1.33
12.22
100.00
Name
TRID EUTEROACETONITRILE
Acetic acid (CAS) Ethylic acid
Pentadecane (CAS) n-Pentadecane
Tetradecane (CAS) n-Tetradecane
Heptadec-8-ene
Heptadecane (CAS) n-Heptadecane
2-Hexadecen-1-ol, 3,7, 11, 15-tetramethyl-, [R-[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
2-Hexadecen- 1-ol, 3,7,11,15-tetramethyl-, (R-[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
I ,611,367
r--
'"'
:<;
;;
~
,.-.
T
~
g:
TIC' I .00
10 0
20 0
30 0
40.0
59.0
min
R.Time
3.822
26.353
27.674
29.368
29.482
29.677
29.875
30.406
32.643
34.788
38 .075
42.770
Gam bar 4.
Area
372379
310447
375273
4821511
1242969
1007600
1598533
144745
1657588
247372
2627874
208653
14614944
Cone%
2.55
2.12
2.57
32.99
8.50
6.89
10.94
0.99
11 .34
1.69
17.98
1.43
100.00
Name
Methane, tetranitro- (CAS) Tetranitromethane
2(4H)-Benzofuranone, 5,6, 7, 7a-tetrahydro-4,4,7a-trimethyl- (CAS) DIHYDRC
Tetradecane (CAS) n-Tetradecane
2-Hexadecen-1-ol, 3,7, 11, 15-tetramethyl- , [R-[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
2-Pentadecanone, 6.1 0, 14-trimethyl- (CAS} 6,1 0. 14-Trimethyl-2-pentadecan
2-Hexadecen-1-ol, 3,7, 11 ,15-tetramethyl-, [R -[R*,R*-(E)]]- (CAS) Phytol
5.7-D IMETHYLOCTAHYDROCOUMARIN 4
2-Hexadecen-1-ol, 3,7, 11 , 15-tetramethyl-, [R-[R*,R*(E)]]- (CAS) Phytol
Octadecane, 1, 1'-[1 ,3-propanediylbis(oxy)]bis- (CAS) 1,3-DIOCTADECYLOX
1-TRICOSENE
DIMETHOXYGL YCEROL DOCOSYL ETHER
Chromatogram
An ...641-2- .chlorclla C:\GCMSsolmioniOuta\Project
641-2- .ch
. -- ..
- ----- I\An.
..
---lorella.QGD
- '
j6,621 ,548
-~
~
0
10.0
Peak#
1
2
3
4
5
6
7
R.Time
20 .732
29.374
29497
29 .883
32 .654
33.574
39.783
47.820
Gam bar 5.
TIC*l.OO
~---------
20.0
Area
475964
1472891
312669
1118867
21226698
405624
1035231
727012
26774956
300
. Cone%
1.78
5.50
1.17
4.18
79.28
1.51
3.87
2.72
100.00
40.0
50.0
59.0
min
Gambar 3,4 dan 5 adalah hasil kromatogram GC-MS hasil pirolisis LST alga yang
diekstraksi dari biakan Spirulina fusiformis , Scenedesmus dimorphus , Chlorellavulgaris,
LST yang dihasilkan dari budidaya skala laboratorium dengan kapasitas 50 liter hanya
15 % karena permukaan akuarium kurang Iebar.
Proses pembuatan biodiesel dari LST alga meliputi tiga tahapan, yaitu (1)
Pengeringan , (2) Ekstraksi lemak sel tunggal (LST) alga, dan (3) Esterifikasi LST
menjadi BBH (biodiesel) , secara transesterifikasi menggunakan katalis enzimatik yang
berasal dari biakan mikroba penghasil enzim lipase.
Gambar 6 : Katalis enzimatik yang berasal dari biakan mikroba Candida rugosa
Gambar 6 adalah katalis enzim penghasil lipase dari Candida rugosa yang akan
digunakan untuk reaksi transesterifikasi enzimatik. Reaksi ini dilakukan pada suhu
40-65C dalam botol bertutup diatas shaker. Campuran reaksi terdiri dari minyak
nabati : metanol (1 :2) , lipase dari biakan (+) uji lipolitik 20-25% , dirotasi pada 150
rpm , 24 jam . Sampel disentrifugasi pada 7000xg selama 10 menit pada 4C untuk
menghilangkan bahan pembawa, dilanjutkan pengenceran 100 kali dengan nheksana . Analisis metil ester asam lemak dilakukan dengan menggunakan GC.
lsolat yang dipilih untuk penguj ian aktivitas lipase adalah isolat bakteri dari sampel
pangan terfermentasi , termasuk terasi udang . Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa dari beberapa isolat yang telah diidentifikasi, mampu menghasilkan enzim lipase,
antara lain Actinomycetes , B. subtilis P. f/uorescens, dan C. rugosa , menunjukkan aktivitas
lipolitik, antara 2,20 U/ml hingga 3,9 U/ml setelah biakan-biakan tersebut diprakulturkan
pad a substrat mengandung tributirin 1% dan pada suhu ruang .
(B)
(A)
Gam bar 7.
Uji kualitatif awal biakan penghasil lipase (A) dan biakan terpilih
sebagai katalis reaksi transesterifikasi (B).
Gambar 7 dan 8, masing-masing menunjukkan hasil uji kualitatif dan uji kuantitatif
beberapa biakan penghasil enzim lipase pada media BYPTA (Mourey and Kilbertus , 1975)
yang mengandung minyak trybutirin sebagai bahan penginduksinya . Reaksi positif ditandai
adanya lingkaran bening disekeliling koloni, sedangkan reaksi negatif tidak menunjukkan
perubahan pada media pengujian , sehingga mampu mendeteksi keberadaan asam lemak
yang terbentuk akibat hidrolisis lemak yang ditunjukkan dengan adanya lingkaran jernih
disekitar koloni biakan .
Hasil uji kuantitatif aktivitas enzim lipase dari biakan terpilih menunjukkan bahwa pH
dan suhu optimal berpengaruh terhadap aktivitas enzim lipase dari Actinomycetes , B.
subtilis P. fluorescens, dan C. rugosa , sehingga menunjukkan aktivitas tertingg i, masing -
U/~t mol)
UJ ~ mol) .
---+---B . subtilis
_..._ Actinomycetes
............. P. fluorescence
---+--- C. rugosa
:g-3
E
::I
Q)
1/)
C'O
.!2- 2
....J
1/)
C'O
>
:;:;
~ 1
0
0
lnkubasi (Hari)
Gam bar 8.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sumber enzim lipase dan volume enzim yang
ditambahkan berpengaruh terhadap proses transesterifikasi. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa enzim lipase dari biakan tertentu dapat bekerja secara efektif dan efisien sebagai
biokatalisator pada proses transesterifikasi , karena kondisi media yang sesuai , aktivitas
enzimatik juga menunjukkan hasil yang optimal , sehingga terjadi proses penguraian
trigliserida menjadi asam lemak yang diperlukan untuk sintesis ester asam lemak.
Terjadinya reaksi transesterifikasi dapat dianalisis berdasarkan perbandingan jumlah gugus
hidroksil pada substrat sebelum dan sesudah reaksi enzimatik, sehingga volume enzim
lipase yang ditambahkan berpengaruh terhadap penurunan asam lemak bebas (ALB) .
-e....
~
30
25
.lll::
ns
E
Qj
o C.
vulgaris
S. dimorphus
o S. fusiform is
20
...J
15
ns
Ill
<...
ns
"0
ns
10
5
0.
J .Jl
...., n ~ [
l [n
Gam bar 9.
Hasil analisis kimia metil ester hasil reaksi transesterifikasi LST alga dari
C. vulgaris, S. dimorphus dan S. fusiformis.
BABVI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bahan bakar hayati berbasis lemak sel tunggal (LST) , khususnya LST yang
berasal dari biakan alga adalah bahan bakar bersifat terbarukan , memiliki prospek
dan potensi sebagai alternatif bahan bakar diesel (solar) . Biodiesel mempunyai sifatsifat yang mirip dengan minyak diesel. Biodiesel juga menawarkan konsumsi bahan
bakar, tenaga , dan torsi yang hampir sama dengan minyak diesel konvensional.
Namun , studi tentang potensi alga sebagai sumber bahan bakar hayati masih
minim di Indonesia . Bahkan penelitian tentang potensi alga sebagai penghasil
biodiesel berbasis LST masih sangat terbatas. Diharapkan setelah terlaksananya
penelitian ini pengenalan secara luas mengenai budidaya alga dapat dikembangkan
sebagai komoditi baru industri bioenergi berbasis keanekaragaman hayati Indonesia.
Penelitian dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan teknik
pengolahan yang tepat untuk dikembangkan sebagai salah satu alternatif bahan
baku pembuatan bahan bakar hayati yang potensial untuk diimplementasikan.
Proses pembuatan biodiesel dari LST alga melibatkan tiga tahapan, yaitu (1)
Pengeringan , (2) Ekstraksi lemak sel tunggal (LST) alga, dan (3) Esterifikasi LST
menjadi bahan bakar hayati (biodiesel) , secara esterifikasi menggunakan katalis
kimiawi atau transesterifikasi menggunakan biokatalis enzimatik. Dengan demikian
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan LST dari
berbagai jenis alga yang ada di Indonesia, serta teknologi pengolahannya untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas biodiesel yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LST alga sangat memungkinkan untuk
dimetanolisis menggunakan katalis enzimatik pada ketersediaan alkohol secara
transesterifikasi. Enzim lipase hasil ekstraksi dari biakan mikroba yang positif pada
uji lipolitik secara kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya diimobilisasi untuk digunakan
sebagai katalisis pada reaksi transesterifikasi. Sintesis biodiesel dari LST alga
sangat dipengaruhi oleh suhu inkubasi dan kadar enzim lipase yang ditambahkan
kedalam campuran reaksi. Konversi meningkat seiring peningkatan suhu hingga
mencapai 55C , mendekati titik didih campuran reaksi . Sekitar 90% biodiesel dapat
disintesis melalui penambahan sebanyak 50 U enzim lipase amobil pada campuran
reaksi LST dan metanol pada perbandingan 1:4 rasio molar, pada 55 C selama 48 h.
Stabilitas lipase amobil yang tinggi juga menunjukkan efisiensi proses yang terjadi .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metanolisis dari LST alga secara efektif dapat
dilakukan dengan cara ini , menggunakan enzim lipase amobil dengan stabilitas yang
tinggi . Namun, penelitian dan pengembangan lebih lanjut mengenai sifat-sifatnya
sebagai bahan bakar hayati perlu dianalisis dan dikaji lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Bruton , T. , H. Lyons , Y. Lerat, M. Stanley , M.B. Rasmussen . 2009 . A Review
of the Potential of Marine Algae as a Source of Biofuel in Ireland .
Seambiotic.
De Boer, A.J ., and J. van Doorn . 1998. Combined production of chemicals
and biomass with microalgae in a closed photobioreactor. ECN
Contribution to the 1Oth European Conference: Biomass for energy and
industry. ECN RX-98-003, pp . 27-29 .
La Puppung, P. 1986. Penggunan Minyak Kelapa sebagai Bahan Bakar Motor
Diesel. Lembaran Publikasi Lemigas. No . 1/86.
Lardon , L., A. Helias , B. Sialve , J-P Steyer, and 0 Bernard . 2009. Life-Cycle
Assessment of Biodiesel Production from Microalgae . Environ. Sci. and
Tech. July.
Masojfdek, J., S. Pap1kek, S. M. Ergejevova , V. Jirka, J. Cerveny, J. Kunc, J.
Korecko, 0 . Verbovikova , J. Kopecky, D. ' Tys , and G. Torzillo, , 2003.
A closed solar photobioreactor for cultivation of microalgae under suprahigh irradiance : basic design and performance . Journal of Applied
Phycology, Vol. 15, pp. 239-248.
Novakovic, G.V., Y.Kim , X. Wu, I.Berzin , and J.C. Merchuk. 2005 . Air-Lift
Bioreactors for Algal Growth on Flue Gas : Mathematical Modeling and
Pilot-Plant Studies. Ind. Eng. Chern. Res . (44) : 6154-6163 .
Rahman , M. 1995. Biodiesel , Alternatif Substitusi Solar yang Menjanjikan
bagi Indonesia. Lembaran Publikasi Lemigas. No . 1/95.
Reith , J.H ., van J. Doorn , L.R. Mur, R. Kalwij , G. Bakema and G. van der Lee .
2000. Sustainable co-production of natural fine chemicals and biofuels
from microalgae. Conference Biomass for Energy and Industry. Sevilla .
Sheehan , J., T. Dunahay, J. Benemann , P. Roessler. 1998. A look Back at
The U.S . Department of Energy's Aquatic Species Program : Biodiesel
Research . 1 :20-43 .
Zuhd i, M.F.A. 2003. Biodiesel Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil
Pada Motor Diesel. Laporan Riset, RUT VIII Bida ng Teknologi , LIP! ,
Kementerian Riset dan Teknologi Rl .