PRESENTASI KELOMPOK 7
NAMA
: MUH.RAIHAN ADE ANUGRAH
: MOCHAMMAD ADYATMA NUR
: MOCHAMMAD HARDIYAGUS F.R
: MOH AWALUDDDING
Kami sangat sangat berharap semoga makalah kami ini dapat menambah pengetahun dan
pengalaman bagi membaca, bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dan penyusun
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
1.1LatarBelakang .................................................................................................1
1.2RumusanMasalah ............................................................................................3
1.4Manfaat ............................................................................................................3
3.1Kesimpulan ....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Biofuel saat ini telah berkembang menjadi salah satu energi alternatif dari bahan bakar fosil.
Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, biofuel adalah alternatif yang tepat untuk
menggantikan bahan bakar fosil yang tak terbarukan dan mulai menipis persediaannya. Selain
karena ketersediaannya, perolehan dan penggunaan bahan bakar fosil yang tidak ramah
lingkungan juga menjadi alasan dijadikannya biofuel sebagai salah satu sumber energi yang
paling dicari dan diteliti saat ini.
Bomani dkk. (2009) berpendapat bahwa penggunaan biofuel mulai menjadi populer karena
kemampuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Di Indonesia
sendiri, industri biofuel secara formal telah dimulai sejak tahun 2006 (Silviati, 2008; Slette dan
Wiyono, 2013). Akan tetapi, Indonesia telah menjadi pengimpor minyak sawit (Crude Palm
Oil/CPO) untuk biodiesel pada tahun-tahun sebelumnya (Haryanto, 2002).
Menurut Silviati (2008), di Indonesia ada 60 tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan
baku biofuel termasuk kelapa sawit, jarak pagar, tebu, sorgum, dan ketela. Oleh karena itu,
potensi Indonesia dalam industri biofuel sesungguhnya cukup besar. Ada berbagai perusahaan
yang bergerak dalam industri biofuel yang berdiri di Indonesia, baik dengan perusahaan dari
luar negeri maupun dari dalam negeri. Sejak 2006, luas areal kelapa sawit di Indonesia selalu
2 meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Ditjen Perkebunan (2014), tanaman kelapa sawit saat ini sudah tersebar di hampir
seluruh provinsi Indonesia. Pada tahun 2014, provinsi Riau menjadi provinsi dengan areal
perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia dengan luasnya yang mencapai 2,30 juta Ha. Pada
tahun 2014, total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 10,97 juta Ha
dengan kapasitas produksi CPO sebesar 29,34 juta ton. Kelapa sawit sebagai tanaman utama
penghasil biofuel dalam bentuk biodiesel di Indonesia saat ini, serta kebanyakan tanaman yang
telah digunakan sebagai penghasil biofuel di Indonesia, dalam
Menurut Hütz-Adams (2011), dalam lembar fakta yang dikeluarkan Brot für die Welt, industri
biofuel di Indonesia telah menyebabkan terjadinya deforestasi hutan. Scragg (2009)
menambahkan bahwa penggunaan tanaman pangan untuk menghasilkan biofuel telah
mengancam ketersediaan bahan pangan dunia. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan suatu
sistem alternatif yang ramah lingkungan dan dapat memproduksi tanaman untuk bahan baku
biofuel pada lahan terbatas, serta tanaman alternatif sebagai bahan baku biofuel yang dapat
diproduksi melalui sistem tersebut. Kultur jaringan adalah suatu metode perbanyakan tanaman
secara in vitro yang juga digunakan untuk menghasilkan metabolit sekunder dari tanaman
(Thorpe, 3 2006).
Haryanto (2002) menjelaskan secara sederhana bahwa produksi biofuel dalam bentuk biodiesel
dapat dilakukan dengan mengkonversi trigliserida (asam lemak) dari sumber nabati menjadi
metil/alkil ester asam lemak melalui proses metanolosis/(trans)esterifikasi dengan katalis.
Ginseng Jawa (Talinum paniculatum) merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang juga
telah berhasil di kultur secara in vitro baik untuk organogenesis dalam pembentukan tanaman
baru (Jokopriyambodo dkk., 1999) maupun untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder
yaitu saponin (Wardani dkk., 2004; Ikhtimami, 2012).
Menurut Zhang dkk. (2013) beberapa tahun terakhir, asam lemak yang secara tradisional
dianggap sebagai sumber energi kelompok tanaman ginseng, telah menarik perhatian peneliti.
Di Indonesia, ginseng Jawa juga sudah diproduksi minyaknya, tetapi penggunannya hanya
sebatas sebagai obat. Oleh karena itu, ginseng Jawa memiliki prospek baik untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku biodiesel jika dapat menghasilkan asam lemak dalam jumlah memadai
melalui teknik kultur jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baik secara kualitatif
maupun kuantitatif kandungan asam lemak dalam rhizoma ginseng Jawa (Talinum
paniculatum) yang diperoleh dalam bentuk bubuk. Minyak nabati tersebut selanjutnya diubah
menjadi biodiesel dan tingkat konversinya diukur. Kedua informasi ini diharapkan dapat
memberi gambaran mengenai potensi rhizoma Talinum paniculatum untuk dimanfaatkan
sebagai biodiesel.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang pengertian
tentang bio-fuel
2. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang manfaat bahan
bakar bio-fuel
3. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang karakterisik
atau sifat bahan bakar bio-fuel
4. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang jenis-jenis bio-fuel
5. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang manfaat keuntungan
pemakaian bio-fuel
2. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang keuntungan dan
kerugian bio-fuel
3. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang potensi EBT
(Biofuel) di Indonesia
4. Agar para pembaca dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang sumber daya
alam yang termasuk dalam bio-fuel
BAB II
PEMBAHASAN
Bahan bakar hayati atau Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari
tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau
pertanian..Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung
dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan
biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri
dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk
menghasilkan biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung
untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman
yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara
teori dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang
diperlukan perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil.
Uni Eropa merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau
jagung ditambahkan pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar
seperempat bahan bakar transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol.
Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam
tanaman yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis [2]) atau tanaman yang
mengandung pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk
memproduksi
etil alkohol. Strategi kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak
sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit, kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka
keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan bisa langsung dibakar di dalam mesin diesel,
atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk menghasilkan bahan bakar seperti
biodiesel. Kayu dan produk- produk sampingannya bisa dikonversi menjadi biofuel seperti gas
kayu, metanol atau bahan bakar etanol.
2.2 ManfaatBahanBakarBio-fuel
Manfaat dari bio-fuel,sebagai salah satu sumber energy yang dapat diperbaharui,mengurangi
ketergantungan Negara terhadap impor BBM,dapat memperpanjang umur mesin,mengurangi
emisi polutan,meningkatkan perekonomian petani dan merupakan bahan bakar yang lebih
bersih karena emisi CO2-nya di anggap nol.
1. Sebagai bahan bakar cair, biodiesel sangat mudah digunakan dan dapat langsung
dimasukkan ke dalam mesin diesel tanpa perlu memodifikasi mesin. Selain itu, dapat dicampur
dengan solar untuk menghasilkan campuran biodiesel yang ber-cetane lebih tinggi.
Menggunakan biodiesel dapat menjadi solusi bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan
pada impor bahan bakar solar sebesar 39,7 persen. Biodiesel pun sudah terbukti ramah
lingkungan karena tidak mengandung sulfur.
• Pengurangan kebutuhan impor bahan bakar minyak secara nyata akan dapat
• Berpotensi memberikan pendapatan kepada
• masyarakatdan berpeluang menyerap tenaga kerja di pedesaan
• Penanaman tanaman penghasil biofuel untuk menghasilkan biodiesel dan bietanol
• mampu memperbaiki areal lahan kritis menjadi lahan yang produktif.
• Berpotensi mengurangi emisi karbon sebanyak 2.636 gram CO2 equivalent untuk setiap
pembakaran 1 liter biodiesel, dengan demikian secara global berpotensi untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca.
1. Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan –bahan
organik termasuk diantaranya : kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga),
sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi
anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah Metana dan Karbon Dioksida. Biogas dapat
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas diolah
kembali menjadi bahan bakar minyak yang lebih spesifik. Komposisi jenis gas dan jumlahnya
pada suatu unit biogas dipaparkan pada tabel berikut.
Table 2.1 Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas
2. Biotanol
Biotenalo dibuat dengan teknik fermentasi biomassa seperti umbi-umbian, jagung atau tebu,
dan dilanjutkan dengan destilasi. Jenis bioetanol ini dapat digunakan secara langsung maupun
tidak langsung sebagai bahan bakar.
Tabel 1. Konversi Bahan Baku Tanaman Yang Mengandung Pati Atau Karbohidrat Dan Tetes
Menjadi Bio-Ethanol
3.Biodiesel
Biodiesel adalah minyak dari tumbuham atau hewan yang sudah dipakai sebagai alternatif atau
digabung dnegan minyak solar untuk mobil dan armada industri dengan mesin diesel. Biodiesel
menggunakan bahan baku minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak
jarak, minyak kelapa, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan minyak ikan. Bodiesel dapat
digunakan pada mesin diesel tanpa modifikasi.
Beberapa tanaman yang potensial untuk bahan baku biodiesel dapat dilihat pada Tabel di
bawah.
2.5 Manfaat Keuntungan Pemakaian Bio-fuel
1. Dihasilkan dari sumber daya energy terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin.
2. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar
berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin).
3. Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar
sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
4. Dapat diproduksi secara lokal
5. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
6. Menurunkan tingkat opasiti asap
7. Menurunkan emisi gas buang
8. Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan biodegradibility
petroleum diesel sampai 500 %
Proses pembuatan biodesel mempunyai Senyawa utamanya adalah ester. Ester mempunyai
rumus bangun sebagai berikut :
Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak.Asam lemak dari minyak lemak
nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan produk samping berupa gliserin
yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Keuntungan dari biofuel, misalnya, sebagai salah satu sumber energi yang dapat
diperbaharui, mengurangi ketergantungan negara-negara terhadap impor BBM, dapat
memperpanjang umur mesin, mengurangi emisi polutan, meningkatkan perekonomian para
petani, dan merupakan bahan bakar yang lebih bersih karena emisi CO2-nya dianggap nol. Pro
dan kontra tentang biofuel terus berkembang sampai saat ini. Banyak juga orang yang
mengajukan beberapa solusi dalam mengurangi dampak dari biofuel. Di antar anya adalah
peran utama pemerintah sebagai regulator sangat penting agar tidak terjadi pemakaian lahan
pangan bagi penanaman tanaman bahan baku biofuel. Pemerintah mengupayakan agar lahan
yang dipakai sebagai lahan kebun biofuel adalah lahan kritis,
bukan hutan atau lahan kebun. Dan jenis tanaman yang dipakai sebagai
bahan biofuel adalah bukan tanaman untuk kepentingan pangan.
Biofuel juga memiliki kekurangan. Biofuel secara umum memang jauh lebih ramah
lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil, tetapi ini tidak berarti bahwa biofuel tidak
menyebabkan masalah pada lingkungan. Misalnya beberapa ahli lingkungan khawatir bahwa
produksi biofuel akan menciptakan masalah pada keanekaragaman hayati, karena
banyak binatang akan kehilangan habitatnya akibat lahan yang semakin banyak digunakan
untuk memproduksi biofuel. Biofuel juga bisa menyebabkan masalah deforestasi yang
lebih hebat di beberapa negara berkembang karena hutan terus dibuka untuk membuat jalan
bagi produksi biofuel.
Saat ini biofuel telah digunakan di berbagai negara, industri biofuel tersebar di Eropa, Amerika
dan Asia. India, misalnya mengembangkan biodiesel dari tanaman jarak pagar (Jatropha).
Kebanyakan biofuel dipakai untuk transportasi otomotif. India mentargetkan penggunaan 5%
bioetanol sebagai bahan bakar transportasi, sementara cina sebagai prodesen utama etanol di
Asia mentargetkan 15% bioetanol sebagai bahan bakar transportasinya pada tahun 2010.
Biofuel dapat diproduksi dari sumber-sumber karbon dan
dapat diproduksi dengan cepat dari biomassa. Sebagai Negara agraris Indonesia sangat
potensial mengembangkan industri biofuel nya sendiri. Pertama, bahan baku berupa tanaman
energi tersebar di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Produksi tanaman
energi dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat sehingga kita tidak perlu kawatir
kekurangan sumber energi nabati ini. Sebagai contoh luas perkebunan tebu dan ubi kayu dari
tahu ketahun meningkat dengan tajam. Kedua jenis tanaman tersebut merupakan bahan baku
pembuatan bioetanol.
Tabel 1. Potensi EBT (Biofuel) di Indonesia
(diolah dari Blue Print Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025, Lampiran B, Jakarta, 2005)
Minyak nabati, lemak hewani, etanol, metanol, dan terpenting dari kayu adalah sumber-
sumber energi yang digunakan manusia untuk penerangan, penghangat, memasak, hingga
transportasi. Pada masa awal revolusi industri, biofuel mulai banyak digunakan.
3.1 Kesimpulan
Biofuel saat ini telah berkembang menjadi salah satu energi alternatif dari bahan bakar fosil.
Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, biofuel adalah alternatif yang tepat untuk
menggantikan bahan bakar fosil yang tak terbarukan dan mulai menipis persediaannya. Selain
karena ketersediaannya, perolehan dan penggunaan bahan bakar fosil yang tidak ramah
lingkungan juga menjadi alasan dijadikannya biofuel sebagai salah satu sumber energi yang
paling dicari dan diteliti saat ini. Bomani dkk. (2009) berpendapat bahwa penggunaan biofuel
mulai menjadi populer karena kemampuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil.
Di Indonesia sendiri, industri biofuel secara formal telah dimulai sejak tahun 2006 (Silviati,
2008; Slette dan Wiyono, 2013). Akan tetapi, Indonesia telah menjadi pengimpor minyak sawit
(Crude Palm Oil/CPO) untuk biodiesel pada tahun-tahun sebelumnya (Haryanto, 2002).
Menurut Silviati (2008), di Indonesia ada 60 tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan
baku biofuel termasuk kelapa sawit, jarak pagar, tebu, sorgum, dan ketela. Oleh karena itu,
potensi Indonesia dalam industri biofuel sesungguhnya cukup besar.
3.2 Saran
Kami sebagai penulis di dalam makalah ini berharap makalah ini dapat menjadi sumber
informasi dan menambah wawasan pembaca mengenai materi TEKNOLOGI MOTOR
OTOMOTIF. Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
meminta kritik dan saran yang membangun untuk membantu kami membuat makalah yang
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gurupendidikan.co.id/energi-biofuel/
Kardono “Teknologi Road Map Teknologi Rekayasa Atmosfir (Global Warming) 2007-2014”
Rapat Koordinasi BPPT 2008.
Mulyani, A. Dan I. Las. 2008. Potensi Sumber Daya Lahan dan Optimalisasi Pengembangan
Rayes, M . L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya lahan, Penerbit Andi Yogyakarta .
Unggul, Priyanto (Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi BPPT), “Bahan Bakar Nabati
Alternatif Pengganti Bbm Untuk Meningkatkan Ketahanan Suplai Energi Nasional”.
Unggul, Priyanto, “Teknologi Road Map Energi Untuk Bahan Bakar 2007-2014” Rapat
Koordinasi BPPT 2008.