BIODIESEL
Dosen Pengampu:
Dosen pengempu:
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
i
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : 2
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Memahami Tentang Biodiesel“ dalam meningkatkan
hasil belajar Kimia Industri (Pembelajaran pada mahasiswa semester 3
Universitas Pgri Ronggolawe Tuban).
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biodiesel
2.2 Sumber Biodiesel
2.3 Penggunaan Biodiesel sebagai sumber EBT
2.4 Proses Pengelolahan Miyak Nabati
2.5 Produk Hasil Pengelolahan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I PENDAHULUAN
v
1.2 Rumus Masalah
a. Memahami Biodiesel
b. Memahami Sumber Biodiesel
c. Memahami Penggunaan Biodiesel sebagai sumber EBT
d. Memahami Proses Pengelolahan Miyak Nabati
c. Memahami Produk Hasil Pengelolahan
vi
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang terbuat dari sumber
daya hayati terbarukan seperti minyak nabati atau lemak hewani. Minyak
nabati memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar yang terbarukan,
sekaligus sebagai alternatif bahan bakar minyak yang berbasis petroleum
(petrodiesel). Biodiesel mempunyai sifat yang sangat mirip dengan petrodiesel
ataupun minyak diesel sintesis, yaitu memiliki energi pembakaran dan angka
setana yang lebih tinggi dari 60 sehingga selain pembakarannya lebih efisiensi
dapat juga melumasi piston besi.
vii
Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut
transesterifikasi dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini
menghasilkan dua produk yaitu metil ester (biodiesel) dan gliserin yang
merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel
antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang.
Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan
zat pengotor. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol dan
katalis.
viii
2.2 Sumber Biodiesel
Biodiesel dapat dibuat dari minyak nabati, lemak binatang dan ganggang.
Minyak nabati adalah bahan baku yang umum digunakan didunia untuk
menghasilkan biodiesel. Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati dapat diperoleh,
proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat serta tingginya
tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel. Minyak nabati memiliki
komposisi asam lemak berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat
penyusun utama minyak-lemak (nabati-hewani) adalah trigliserida, yaitu triester
gliserol dengan asam-asam lemak (C28-C24). Komposisi asam lemak dalam
minyak nabati menentukan sifat fisiko-kimia.
ix
18 Gmelina asiatica Bulangan Biji - NP
19 Hernandia peltata Kampis Biji - NP
20 Hevea brasiliensis Karet Biji 40-50 NP
21 Hibiscus cannabinus Kenaf Biji 18-20 NP
22 Hibiscus esculentus Kopi arab Biji 16-22 NP
23 Hibiscus sabdarifffa Rosela Biji 17 NP
24 Hodgsonia mocrocarpa Akar kepayang Biji 65 P
x
48 Xanthophyllum lanceatum Siur Biji 35-40 P
49 Ximenia Americana Bidaro Inti biji 49-61 NP
50 Zea mays Jagung Germ 33 P
Keterangan :
kr= kering, P= minyak/lemak pangan(edible fat/oil); NP= minyak/lemak
Non Pangan (non-edible fat/oil).
Sumber : Tatang H.Soerawidjaja, Torto P. Brodjonegoro dan Imam K.
Rekso Wardojo, Prospek, Satus dan Tantangan Penegakan Industri di
Indonesia, Kelompok Riset Biodiesel, ITB, 25 Juli 2005.
Biodiesel menjadi salah satu sumber energi transisi dalam peningkatan bauran
energi terbarukan di Indonesia. Pemerintah memiliki target bauran energi baru
terbarukan (EBT) mencapai 23 persen pada 2025. Sampai akhir 2020, capaiannya
sebesar 11,5 persen.
Peran dari biodiesel kurang lebih 35 persen dari capaian tersebut (bauran EBT
11,5 persen di 2020), itu berasal dari biodiesel. Dengan meningkatkan blending
(pencampuran), diharapkan peran biodiesel bisa terus meningkat dalam pencapaian
EBT," terang Andriah Feby Misna awal tahun 2021 lalu, saat masih menjabat
sebagai Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pada
2020 juga penyerapan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) yang merupakan
campuran solar untuk membentuk biodiesel 30 persen (B30), mencapai 8,4 juta
xi
kiloliter (kl) dan berperan pada pengehematan devisa mencapai Rp 38,04 triliun.
Targetnya, pada 2025 pemanfaatan biodiesel bisa mencapai 13,8 juta kl.
petroleum didasarkan pada bahan bakar transportasi dengan bahan bakar alternatif
dan pereduksian emisi karbon dioksida dalam jangka panjang. Berbagai sumber
Contohnya, makanan, serat dan kayu sebagai residu dari sektor industri, energi
dan rotasi pendek tanaman dan limbah pertanian, dan hutan dan hutan pertanian
digunakan untuk menghasilkan listrik, panas, gabungan panas dan tenaga, dan
yang efisien untuk aplikasi skala rumah tangga, usaha kecil, dan industri. Input
biomassa padat atau cair dapat diproses untuk menjadi energi yang lebih nyaman.
xii
Ini termasuk biofuel yang solid (misalnya kayu bakar, serpihan kayu, pellet,
arang, dan briket), biofuel gas (biogas, gas sintesis, hidrogen), dan biofuel cair
(misalnya bioetanol, biodiesel) (GBEP, 2007) yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Minyak nabati merupakan minyak yang diperoleh dari hasil pengolahan bagian
tanaman seperti batang, daun, buah, biji, kulit buah maupun bunga yang telah
melalui suatu proses ekstraksi (Mahandri dkk., 2011). Minyak nabati merupakan
salah satu komoditas penting di dunia, karena banyak dimanfaatkan dalam beberapa
bidang seperti pangan dan kosmetik (Dewi dkk., 2014). Di dalam
perkembangannya, kebutuhan akan suplai minyak nabati terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2011 hingga 2012 tercatat konsumsi dari minyak nabati
xiii
mencapai ±150 juta ton dengan rincian: 114,2 juta ton pada sektor pangan dan 35,8
juta ton pada sektor non pangan (Gunstone, 2013). Senada dengan pernyataan
tersebut berdasarkan data Oil World, total produksi dari 17 jenis minyak nabati dan
lemak dunia pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 236 juta ton (Amri, 2013).
xiv
penelitian mengenai minyak bijinya masih kurang. Beberapa penelitian mengenai
ekstraksi minyak biji gambas sudah dilaporkan, namun umumnya digunakan
minyak kasar, sehingga dirasa perlu untuk dilakukan pemurnian guna memperoleh
data minyak biji gambas murni.
Bahan baku dalam proses pembuatan minyak Nabati ini adalah biji gambas
varietas F1 Prima yang diperoleh dari PT. East West Seed Indonesia, Purwakarta,
Jawa Barat, Indonesia. Bahan dan pelarut kimia yang digunakan dengan derajat pro
analysis dari Smart lab, Indonesia adalah n-heksana, etanol, kloroform, asam asetat
glasial, asam klorida, natrium tiosulfat, indikator fenolftalein, natrium hidroksida,
kalium iodida (pra kristal), dan kalium hidroksida.
Peralatan yang digunakan antara lain neraca analitis dengan ketelitian 0,0001
gram (Ohaus PA124, USA), neraca analitis dengan ketelitian 0,01 gram (Ohaus
TAJ602, USA), moisture balance (Ohaus MB25, USA), rotary evaporator (Buchi
R114, Swiss), grinder (Maspion, Indonesia), Gas Chromatrography-Mass
Spectrometry (GC-MS), dan berbagai peralatan gelas (pyrex).
Biji gambas yang sudah dicuci dikeringkan dalam drying cabinet, selanjutnya
dihaluskan dengan grinder untuk mendapatkan serbuk biji gambas.
Sebanyak 200 gram biji gambas yang telah dihaluskan, dimaserasi dengan
pelarut heksana sebanyak 500 mL pada suhu ruang selama 24 jam. Kemudian
maserat dibilas dua kali dengan masing-masing 200 mL pelarut dan diaduk selama
30 menit. Semua filtrat digabung kemudian diuapkan dengan rotary evaporator
pada suhu 70oC.
xv
Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia Minyak Aroma dan Warna
Kadar Air
Sebanyak 0,500 gram minyak biji gambas ditimbang dan diukur kadar airnya
menggunakan moisture balance. Kadar air dinyatakan dalam persen berat kering.
Perhitungan:
Keterangan:
xvi
Bilangan Peroksida ( SNI 01-3555-1998)
Perhitungan:
Keterangan:
Sebanyak 2,0000 gram minyak biji gambas ditambah dengan 25 mL KOH 0,5
M berlebih lalu direfluks selama satu jam. Ditambahkan sebanyak 0,5-1 mL
indikator fenolftalein. Jumlah KOH yang tidak bereaksi dititrasi dengan HCl 0,5 N.
xvii
Perhitungan:
Bilangan Penyabunan =
Keterangan:
Proses degumming
Minyak hasil ekstraksi ditimbang lalu dipanaskan hingga suhu mencapai 70-
75°C. Setelah itu, ditambahkan asam fosfat 20% sebanyak 0,3% (v/b) dari berat
minyak. Sampel diaduk selama 10 menit pada suhu yang konstan. Selanjutnya,
minyak dimasukkan ke dalam corong pisah untuk memisahkan minyak dengan
gum. Kemudian minyak dibilas dengan air suhu 60°C tiga kali, cek pH. Selanjutnya
minyak siap dinetralisasi.
Proses netralisasi
xviii
Minyak biji gambas yang telah melalui tahap netralisasi dihitung kadar air,
bilangan asam, bilangan peroksida, bilangan penyabunan, pH, massa jenis, warna,
dan aromanya .
minyak biji gambas sebelum dan sesudah pemurnian dilakukan secara deskriptif,
diulang sebanyak enam kali.
xix
2.5 Produk Hasil Pengelolahan
Sebagai catatan, ada dua pembagian bahan-bahan olahan diesel. Pembagian itu
berdasarkan dari macam lemak/minyaknya, yakni lemak pangan (editable fatty
oil) atau lemak non-pangan (non editable fatty oil). Sumber olahan biodiesel dari
bahan pangan di antaranya kacang, sawit, kelapa, kacang, kelor, saga utan,
kasumba/kembang pulu, dan lain sebagainya.
Penggunaan bahan baku dari tumbuhan lebih dominan dan sudah digunakan
untuk skala industri. Biodiesel dari minyak kelapa sawit menjadi salah satu bahan
baku yang cukup produktif.
Biodiesel B20
xx
Biodiesel B30 merupakan produk hasil pencampuran 30% biodiesel dengan
70% bahan bakar minyak jenis solar. Program ini aktif berjalan di Januari 2020
sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12
tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM nomor 32
tahun 2008. Sejak Desember 2022 hingga Januari 2023, pemerintah Indonesia
mulai gencar menyuarakan transisi B30 menjadi B35 untuk digunakan masyarakat
luas.
Komposisi B35 terdiri dari 35% BBN/biodiesel dan 65% solar. B35 sendiri
akan mulai bisa digunakan masyarakat umum per 1 Februari 2023.
Biodiesel B100
Biodiesel B100 merupakan bahan bakar nabati untuk aplikasi mesin diesel
berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester atau FAME) yang terbuat
dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi atau
transesterifikasi.
xxi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar yang dapat menggantikan peran
dari diesel atau solar untuk jangka waktu ke depannya. Sehingga, penggunaan
sumber daya alam dapat terkontrol dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Tantangan utamanya adalah dari faktor penghematan dan penggunaan teknologi
dan bijak dan tepat guna.
3.2 Saran
xxii
DAFTAR PUSTAKA
Soerawidjaja, Tatang H., (2003a), Biodiesel: Mengapa Mesti Menjadi Bagian dari
Liquid Fuel Mix Indonesia, Materi Presentasidi Komisi Vlll DPR RI,
Jakarta, 6 Februari 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., (2003b), Biodiesel dari Minyak-Lemak Nabati: Implikasi-
lmplikasi Lingkungan, Teknologi, dan Ekonomi, disampaikan pada
international Seminar on Appropriate Technology for Biomass Derived
Fuel Production, Yogyakarta, 1-3 Oktober 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., dan Adrisman Tahar, (2003a), Bagaimana Cara
Menambal Kurangnya Solar, Majalah Listrik-Energi, Edisi Maret dan April,
Tahun V.
Soerawidjaja, Tatang H., dan Adrisman Tahar (2003b), Ulasan Pengembangan
Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Terbarukan Bebas Beierang Yang
Berpotensi Menjadi Komponen Blending Pereduksi Emisi Minyak Solar,
disampaikan pada Lokakarya 'Penyempumaan PPNo.41-44 Menyambut
Era Gjobalisasidan Perdagangan Bebas: Jakarta, 16 Juli 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., dan Adrisman Tahar, (2003~)~ Hubungan Antara
Komposisi Minyak Nabati Bahan Mentah dengan Kualitas Bahan Bakar
Biodiesel, Prosiding Seminar Rekayasa dan Proses Kimia 2003, UNDIP,
Semarang, 23-24 Juli 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., dan Adrisman Tahar, (2003d), Pengembangan lndustri
Berbasis Sumberdaya Hayati di Indonesia: Kasus Biodiesel dan Bioetanol,
disampaikan pada Seminar Nasionai Bidang //mu ffayati "Pengelolaan dan
Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dalam Kerangka Pembangunan
Berkelanjutan': I PB, Bogor, 4 September 2003.
Soerawidjaja, Tatang H., Adrisman Tahar, iman K. Reksowardojo, dan Tirto
Prakoso, (2003), Tantangan-Tantangan terhadap Pengembangan Biodiesel
di lndonesia dan AIur Tentatif Penyisihannya, disampaikan pada Diskusi
Terbatas 'Upaya Perumusan Kebijakan Nasional Pengembangan Biodiesei
di Indonesia: Bandung, 15Agustus 2003.
xxiii