Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BIOREMEDIASI

“LIMBAH MINYAK BUMI”

Disusun Oleh:
Nurhakiki Inda Kumala Putri (1807124749)
Umi Sovia (1807195442)
Vini Alvia Sari (1707122955)
Yola Afrilia (1807124799)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Adrianto Ahmad, MT

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kami jalani akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini maupun kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kami capai menjadi lebih
mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada orang tua serta
dosen sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal yang pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik maupun saran dari dosen maupun teman-teman
sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan
apa yang kami susun memberikan manfaat baik untuk pribadi, teman-teman, serta
orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah
dari judul ini (Limbah Minyak Bumi) sebagai tambahan dalam referensi yang telah
ada.

Pekanbaru, 19 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 ........................................................................................................ Lat
ar Belakang..................................................................................................1
1.2 ........................................................................................................ Per
umusan Masalah ..........................................................................................3
1.3 ........................................................................................................ Tu
juan Pembelajaran .......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Minyak Bumi .................................................................................4
2.2 Sumber Limbah Minyak Bumi ...................................................................4
2.3 Dampak Pencemaran Minyak Bumi ...........................................................5
2.4 Bakteri Pada Proses Bioremediasi ..............................................................6
2.5 Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Biodegradasi .......................................7
2.6 Penaggulangan Pencemaran Limbah Minyak Bumi ...................................8
2.7 Bioremediasi dengan Berbagai Metode ......................................................9
2.7.1 Biopile ................................................................................................9
2.7.2 Bulking Agent dan Isolaso Bakteri Petrofilik .....................................10
2.7.3 Konsorsium Bakteri ...........................................................................10
2.7.4 Bioremediasi Ex-Situ .........................................................................11
2.7.5 Land Farming ....................................................................................11
2.7.6 Bioremediasi In-Vitro ........................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan minyak bumi yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan
akan merugikan manusia dan mengakibatkan pencemaran lingkungan, sehingga perlu
dilakukan penanggulangan melalui pengelolaan dan pemanfaatan limbah dengan cara
bioremediasi. Bioremediasi merupakan suatu proses pemulihan lahan yang tercemar
dengan mengeksploitasi kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa-
senyawa organik. Pemilihan mikroorganisme bioremediasi sangat berpengaruh
terhadap proses degradasi minyak bumi. Hal tersebut dikarenakan setiap spesies
mikroorganisme membutuhkan substrat yang spesifik untuk mendegradasi
keseluruhan komponen penyusun minyak bumi.
Limbah lumpur minyak bumi terdiri dari senyawa hidrokarbon yang merupakan
polialifatik hidrokarbon seperti alkana (n-normal, iso dan siklo) dan poliaromatik
hidrokarbon (PAH) seperti naftaeno, benzena, naftalena, benzo(a)pirena, air, unsur
logam (As, Cd, Cr, Hg, Pb, Zn, Ni, Cu) serta non hidrokarbon seperti senyawa
nitrogen, sulfur, oksigen dan aspal (Connell & Miller, 1995). Limbah tersebut,
termasuk dalam kategori limbah B3 yaitu Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Oleh karena itu sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu
Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), tertera bahwa limbah lumpur minyak termasuk
kedalam daftar limbah B3 dari sumber spesifik dengan kode kegiatan 2320, maka
pengelolaannya diperlukan penanganan secara baik sehingga tidak mencemari
lingkungan (BAPEDAL, 2001). Hal inilah yang dibahas dalam makalah ini yaitu
bagaimana mengolah limbah minyak bumi baik melalui pendekatan secara biologis
atau dikenal dengan istilah bioremediasi. melalui pendekatan secara kimiawi maupun
dengan cara lain yang bermanfaat dalam menangani masalah pencemaran akibat
limbah minyak bumi. Bioremediasi merupakan suatu proses pemulihan lahan yang

1
2

tercemar dengan mengeksploitasi kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi


senyawa-senyawa organik. Pemilihan mikroorganisme bioremediasi sangat
berpengaruh terhadap proses degradasi minyak bumi. Hal tersebut dikarenakan setiap
spesies mikroorganisme membutuhkan substrat yang spesifik untuk mendegradasi
keseluruhan komponen penyusun minyak bumi.
Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak mengakibatkan peningkatan
eksplorasi dan pengolahannya. Eksplorasi dan pengolahan minyak bumi selain
memberikan keuntungan juga memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan,
yaitu berupa limbah (residu). Limbah hasil pengolahan minyak bumi memiliki
komposisi berupa aspal, lilin, logam berat, lumpur bercampur minyak sisa
pengilangan (oil sludge) dan hidrokarbon (Anonimus, 1994). Pada umumnya limbah
minyak bumi belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimum. Banyak limbah yang
langsung dibuang ke lingkungan, sehingga akan mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan, seperti pencemaran tanah. Tanah yang tercemar limbah
hidrokarbon akan membahayakan organisme-organisme yang terdapat padanya.
Karena senyawa-senyawa hidrokarbon bersifat toksik dan karsinogenik, sehingga
dapat menyebabkan kematian terhadap organisme-organisme tersebut.
Oleh karena itu pencemaran tersebut perlu ditanggulangi. Pada umumnya
remediasi cemaran limbah minyak bumi diolah secara fisika dengan penyaringan,
penyerapan, pembakaran atau secara kimia dengan menggunakan pengemulsi. Cara-
cara ini memang dapat menghilangkan limbah minyak bumi dengan cepat, akan tetapi
biayanya mahal dan tidak ramah lingkungan. Sebagai contoh, pembakaran dapat
menghancurkan hidrokarbon dengan cepat, tetapi pada saat yang bersamaan
menyebabkan polusi udara dan meninggalkan sisa pembakaran yang memerlukan
penanganan yang lebih lanjut. Sementara itu penggunaan bahan kimia sintetis selain
lebih mahal juga dapat menimbulkan resiko pencemaran baru, sehingga diperlukan
suatu cara pengolahan limbah minyak bumi yang lebih ekonomis dan lebih ramah
lingkungan (Clark, 1986).
3

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud limbah minyak bumi?
2. Apa saja sumber- sumber limbah minyak bumi yang terdapat dilingkungan?
3. Apa saja dampak pencemaran limbah minyak bumi?
4. Jelaskan bakteri yang digunakan pada proses bioremediasi?
5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi biodegradasi?
6. Bagaimana penanggulangan pencemaran limbah minyak bumi?
7. Jelaskan bioremediasi dengan berbagai metode?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui tentang limbah minyak bumi
2. Untuk mengetahui sumber-sumber minyak bumi yang terdapat dilingkungan
3. Untuk mengetahui dampak pencemaran limbah minyak bumi
4. Untuk mengetahui bakteri yang digunakan pada proses bioremediasi
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biodegradasi
6. Untuk mengetahui penanggulangan pencemaran limbah minyak bumi
7. Untuk mengetahui bioremediasi dengan berbagai metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Minyak Bumi


Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai
dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan limbah
berupa lumpur minyak bumi (Oily Sludge). Salah satu kontaminan minyak bumi yang
sulit diurai adalah senyawaan hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut mencemari
permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun. Akibatnya, ekosistem dan siklus
air juga ikut terganggu (Karwati, 2009).
Secara alamiah lingkungan memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawa-
senyawa pencemar yang masuk ke dalamnya melalui proses biologis dan kimiawi.
Namun, sering kali beban pencemaran di lingkungan lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan proses degradasi zat pencemar tersebut secara alami. Akibatnya,
zat pencemar akan terakumulasi sehingga dibutuhkan campur tangan manusia dengan
teknologi yang ada untuk mengatasi pencemaran tersebut (Nugroho, 2006).
Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai
dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan limbah
berupa lumpur minyak bumi (oily sludge). Tumpahan tersebut merupakan polutan
yang dapat mengganggu ekosistem pada wilayah yang terkontaminasi. Tanah yang
tercemar limbah hidrokarbon akan membahayakan karena senyawa hidrokarbon
bersifat toksik dan karsinogenik (Zam, 2011) sehingga dapat mematikan organisme-
organisme yang terdapat di wilayah tersebut (Priadie, 2012).

2.2 Sumber Limbah Minyak Bumi


Berdasarkan buku Pertamina (2001), sumber limbah cair minyak bumi berasal
dari kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.

4
5

2. Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.


3. Air sisa dari lumpur pembocoran.
4. Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran
minyak di tempat kerja.
5. Air hujan.
Perusahaan minyak menghasilkan limbah minyak dalam bentuk lumpur dari
berbagai lapangan produksi. Menurut Damanhuri (1996), lumpur adalah bahan
berfase solid yang bercampur dengan media air (liquid), namun tidak dapat disebut
atau disamakan dengan air. Sedangkan limbah lumpur minyak (oil sludge) adalah
kotoran minyak yang terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan
kontaminan minyak yang tidak dapat digunakan atau diproses kembali dalam proses
produksi. Kandungan terbesar dalam oil sludge adalah petroleum hydrocarbon
(Pertamina, 2001). yang dapat diolah dengan proses bioremediasi.

2.3 Dampak Pencemaran Limbah Minyak Bumi


Akibat-akibat jangka pendek dari pencemaran minyak bumi sudah banyak
dilaporkan (Connel dan Miller 1981). Molekul-molekul hidrokarbon minyak bumi
dapat merusak membran sel yang berakibat pada keluarnya cairan sel dan
berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ikan-ikan yang hidup di lingkungan
yang tercemar oleh minyak dan senyawa hidrokarbon akan mengalami berbagai
gangguan struktur dan fungsi tubuh. Berbagai jenis udang dan ikan akan beraroma
dan berbau minyak, sehingga berkurang mutunya (Soesanto, 1973). Secara langsung
minyak dapat menimbulkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan oleh kekurangan
oksigen, keracunan karbondioksida dan keracunan langsung oleh bahan beracun yang
terdapat dalam minyak.
Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan
beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda. Satu kasus yang
menarik adalah usaha perikanan di Santa Barbara, California, yang mengalami
penurunan hasil perikanan setiap bulannya dari tahun 1965-1969. Penurunan yang
paling rendah terjadi ketika pelabuhan Santa Barbara dicemari oleh minyak buangan.
6

Kasus limbah minyak yang menyebabkan bau ikan tidak enak terjadi pada ikan-ikan
yang diolah di pelabuhan Osaka. Hal ini juga terjadi pada ikan-ikan belanak yang
berasal dari suatu tambak yang diisi air yang mengandung limbah minyak dari
lapangan terbang Iwakuni. Ikan belut dan ikan sebelah yang ditangkap beberapa
kilometer dari pelabuhan Yokkaichi juga berbau minyak karena masuknya limbah
minyak dari pabrik minyak. Hasil penelitian terhadap kedua jenis ikan tersebut dapat
diketahui bahwa batas toleransi minyak pada air laut berada antara 0,001-0,01 ppm.
Apabila batas tertinggi kadar tersebut sudah terlewati maka bau minyak mulai timbul.
Di beberapa tempat di Australia telah ditemukan bahwa zat hidrokarbon dari minyak
tanah terdapat pada ikan belanak yang diduga berasal dari air limbah pabrik
penggilingan minyak yang dibuang ke laut.
Seperti yang diungkapkan di atas bahwa senyawa hidrokarbon aromatik ini
bersifat racun, salah satunya adalah PAH yakni senyawa aromatik dengan dua atau
lebih cincin benzen. PAH yang larut pada konsentrasi 0,1-0,5 ppm dapat
menyebabkan keracunan pada makhluk hidup ( Connel dan Miller, 1981), sedangkan
PAH dalam kadar rendah dapat menurunkan laju pertumbuhan, perkembangan, dan
makan makhluk perairan (Neff, 1979). Keadaan ini telah diungkapkan oleh (Connel
dan Miller, 1981) untuk ikan, hewan berkulit keras dan moluska.

2.4 Bakteri pada Proses Bioremediasi


Salah satu cara untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah dilakukan dengan
menggunakan agen biologi yang disebut bioremediasi. Bioremediasi merupakan
suatu proses pemulihan (remediasi) lahan yang tercemar limbah organik maupun
limbah anorganik dengan memanfaatkan organisme. Pengelolaan dengan
menggunakan organisme merupakan alternatif penanggulangan limbah minyak bumi
yang murah, efektif, ramah lingkungan dan menyebabkan terjadinya degradasi limbah
yang menghasilkan senyawa akhir yang stabil dan tidak beracun, namun metode ini
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cara fisika atau kimia
(Atlas dan Bartha, 1992).
7

Bakteri yang umum digunakan dalam proses bioremidiasi limbah pengilangan


minyak buni adalah bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini memiliki kemampuan
mendegradasi senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam limbah tersebut (Davids,
1967). Secara alami mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk mengikat,
mengemulsi, mentranspor, dan mendegradasi hidrokarbon. Bakteri ini mendegradasi
senyawa hidrokarbon dengan cara memotong rantai hidrokarbon tersebut menjadi
lebih pendek dengan melibatkan berbagai enzim. Sintesis enzim-enzim tersebut
dikode oleh kromosom atau plasmid, tergantung pada jenis bakterinya (Ashok et al.,
1995). Bakteri hidrokarbonoklastik telah memiliki potensi genetik untuk mengikat,
mengemulsi, dan mendegradasi hidrokarbon. Karakteristik mikroorganisme
hidrokarbonoklastik adalah (Rosenberg et al., 1992) :
1. Menghasilkan enzim oksigenase yang terikat membran.
2. Memiliki mekanisme untuk mengoptimumkan kontak antara permukaan sel
mikroorganisme dengan hidrokarbon yang tidak larut dalam air.
Kriteria bakteri hidrokarbonoklastik yang digunakan dalam proses bioremediasi
menurut Atlas (1976, dalam Leahy dan Colwell, 1990) :
a. Mampu mendegradasi komponen-komponen penyusun minyak bumi.
b. Stabil secara genetis.
c. Memiliki viabilitas yang tinggi selama penyimpanan.
d. Masih memiliki laju pertumbuhan yang tinggi selama penyimpanan.
e. Memiliki aktivitas enzimatik dan pertumbuhan yang tinggi di lapangan.
f. Tidak bersifat patogen.
g. Tidak menghasilkan senyawa toksik.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biodegradasi


Biodegradasi senyawa hidrokarbon yang terdapat pada limbah pengilangan
minyak bumi dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika-kimia
yang berpengaruh terhadap biodegradasi hidrokarbon antara lain komposisi dan
struktur kimia hidrokarbon, konsentrasi hidrokarbon, suhu, oksigen, salinitas, pH,
nutrisi, cahaya dan tekanan osmotik. Umumnya kecepatan degradasi minyak bumi
8

oleh bakteri aerob berlangsung optimum pada suhu berkisar antara 15–30°C (Englert,
1993). Suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan kecepatan degradasi hidrokarbon
secara maksimum, biasanya pada kisaran 30–40°C. Suhu yang melebihi titik ini dapat
meningkatkan toksisitas membran mikroorganisme (Bossert dan Bartha, 1984).
Faktor biologis meliputi mikroorganisme yang ada, karakter, jumlah sel, serta
enzim yang dimiliki oleh organisme tersebut (Atlas, 1981; Atlas & Bartha, 1992;
Leahy & Colwell, 1990; Udiharto, 1992).

2.6 Penaggulangan Pencemaran Limbah Minyak Bumi


Penanggulangan pencemaran limbah minyak bumi dapat dilakukan secara fisik,
kimia dan biologi. Penanggulangan secara fisik umumnya digunakan pada langkah
awal penanganan, terutama apabila minyak belum tersebar ke mana-mana. Namun
cara fisika memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengangkutan dan pengadaan
energi guna membakar materi yang tercemar. Penanggulangan secara kimia dapat
dilakukan dengan bahan kimia yang mempunyai kemampuan mendispersi minyak,
sehingga minyak tersebut dapat terdispersi. Terutama ketika zat pencemar tersebut
dalam konsentrasi tinggi. Namun cara ini memiliki kelemahan, yaitu mahal
pengoprasiannya karena memakan biaya yang cukup besar dan metode kimia
memerlukan teknologi dan peralatan canggih untuk menarik kembali bahan kimia
dari lingkungan agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lain. Mengingat
dampak pencemaran minyak bumi baik dalam konsentrasi rendah maupun tinggi
cukup serius, maka manusia terus berusaha mencari teknologi yang paling mudah,
murah dan tidak menimbulkan dampak lanjutan (Nugroho, 2006).
Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah
dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan, efektif dan
ekonomis dengan memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri. Melalui teknnologi
ini diharapkan dapat mereduksi minyak buangan yang ada dan mendapatkan produk
samping dari aktivitas tersebut (Udiharto et al., 1995). Bioremediasi merupakan salah
satu teknologi inovatif untuk mengolah kontaminan, yaitu dengan memanfaatkan
mikroba, tanaman, enzim tanaman atau enzim mikroba (Gunalan, 1996).
9

2.7 Bioremediasi dengan Berbagai Metode


Upaya yang dapat dilakukan untuk menganggulangi lingkungan yang tercemar
minyak adalah dengan teknik bioremediasi, yaitu proses pemulihan lahan yang
tercemar dengan mengeksploitasi kemampuan mikroorganisme untuk mendegradasi
senyawa-senyawa organik (Marsandi dan Estuningsih, 2016). Pemilihan
mikroorganisme bioremediasi sangat berpengaruh terhadap proses degradasi minyak
bumi. Hal tersebut dikarenakan setiap spesies mikroorganisme membutuhkan substrat
yang spesifik untuk mendegradasi keseluruhan komponen penyusun minyak bumi
(Marsandi dan Estuningsih, 2016). Kesesuaian metode dan spesies mikroorganisme
dapat meningkatkan degradasi minyak bumi sehingga menurunkan toksisitas limbah
minyak bumi. Dalam makalah ini akan dikaji beberapa metode yang digunakan
dalam bioremediasi, diantaranya biopile, bulking agent, ex-situ, konsorsium bakteri
dan teknik land treatment sehingga dapat disimpulkan metode paling efektif dalam
bioremediasi minyak bumi.
Ada beberapa metode dalam bioremediasi minyak bumi yaitu biopile, bulking
agent, ex-situ, konsorsium bakteri dan teknik land treatment.

2.7.1 Biopile
Biopile merupakan salah satu teknik bioremediasi tanah tercemar minyak bumi
dengan biaya pengolahan relatif rendah dan ramah lingkungan (Arifudin et al., 2016).
Kelebihan teknik biopile antara lain tidak memerlukan lahan yang luas dan dapat
dilakukan proses aerasi sehingga pertumbuhan dan aktivitas bakteri agen
bioremediasi dapat terjaga (Diplock et al., 2010). Tipe ini dilakukan dengan
mengalirkan oksigen untuk aerasi melalui pipa. Oksigen digunakan bakteri untuk
proses metabolisme hidrokarbon. Distribusi oksigen dalam biopile akan terhambat
bila tanah yang diolah bertekstur lumpur. Pada kelembaban tinggi tanah bertekstur
lumpur sulit mengalirkan udara sehingga distribusi nutrisi dalam tanah tidak merata
dan berdampak pada pertumbuhan dan aktivitas bakteri pendegradasi (Charlena et al.,
2010) sedangkan tekstur tanah berubah kering ketika kelembaban berkurang
(Arifudin et al., 2016). Penambahan pasir dapat meningkatkan porositas dan aerasi
tanah. Untuk meningkatkan kegemburan dan kemampuan tanah dalam menahan air
10

dapat ditambahankan kompos. Metode ini memiliki kelemahan berupa laju aliran
yang terbatas melalui tanah (Arifudin et al., 2016). Berdasarkan penelitian Arifudin et
al (2016), tipe biopile mampu menurunkan TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) dari
4,22% menjadi 1% dalam 63 hari serta meningkatkan populasi bakteri dari 1x106
menjadi 1,43x1011 CFU/g.

2.7.2 Bulking Agent dan Isolasi Bakteri Petrofilik


Menurut Imaddudin (2011) penggunaan bulking agent dalam sistem
pengolahan tanah bertujuan untuk menjaga porositas tanah, kelembaban, dan
merupakan sumber nutrisi di dalam tanah. Bahan dasar untuk bahan bulking agent
yang mudah ditemukan di alam adalah limbah sekam padi, kompos dan serbuk
gergaji. Hasil isolasi dari lokasi limbah sludge minyak sudah teradaptasi dengan
kondisi lingkungan dan karakteristik limbah sludge sehingga potensi kinerja
biodegradasinya lebih efektif jika dibandingkan dengan agen biologis komersial yang
belum sesuai dengan lingkungan limbah yang diolah (Thouand et al., 1999; Zhu et
al., 2004). Hasil penelitian Munawar dan Zaidan (2016) menyatakan terjadi
penurunan TPH sebesar 91,04% selama enam minggu. Bakteri total selama broses
bioremediasi berkisar 103 hingg 108 CFU/g tanah. Selain itu pada akhir pengamatan
menunjukkan bahwa senyawa aromatik toksik BTEX sudah menunjukkan konsentrasi
di bawah baku mutu lingkungan yang berlaku.

2.7.3 Konsorsium Bakteri


Penggunaan konsorsium bakteri pada proses bioremediasi minyak bumi dapat
mempengaruhi proses degradasi minyak bumi. Hal tersebut disebabkan setiap spesies
bakteri membutuhkan substrat yang spesifik untuk mendegradasi keseluruhan
komponen penyusun minyak bumi (Marsandi dan Estuningsih, 2016). Menurut
Yeung et al (1997) bahwa tanaman-tanaman dapat meningkatkan proses degradasi
oleh mikroba dengan memberikan oksigen dalam area akar sepanjang saluran akar
dan memperbesar pori-pori tanah. Inokulasi bakteri Micrococus luteus dan
Pseudomonas pseudoalcaligenes dan penanaman lamtoro menghasilkan rata-rata
jumlah sel bakteri tertinggi setiap minggunya, pertambahan berat basah tertinggi
11

mencapai 9,67 ± 2,357 dan penurunan rata-rata nilai TPH tertinggi yaitu sebesar
2,85%.

2.7.4 Bioremediasi Ex-Situ


Pengambangan metode ex situ dengan slurry bioreactor berhasil diterapkan
oleh (Ayotamuno dkk., 2007; Maria, 2017) pada degradasi lumpur minyak. Maria
(2017) selama 56 hari total degradasi terbaik pada bioreaktor dengan penambahan
17,5% Pseudomonas putida yang menghasilkan 97,5% total degradasi dimana kadar
akhir BTX diperoleh 6,4338 μg/g.

2.7.5 Land Farming


Teknik land farming memiliki keunggulan dibandingkan teknik ex situ
lainnya yaitu proses yang digunakan lebih sederhana dan murah, dengan tingkat
penghilangan yang tinggi. Namun teknik ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan
lahan yang luas (Maila dan Cloete, 2004). Kondisi lingkungan untuk mendukung
proses degradasi senyawa hidrokarbon oleh mikroba eksogen dalam teknik
landfarming perlu diatur sedemikian sehingga cemaran minyak dapat dihilangkan
dengan efektif. Hasil percobaan tanpa bahan organik menghasilkan penurunan nilai
TPH dari 5,8 menjadi 2,8-3,2% setelah 12 minggu. Hal ini menyatakan bahwa
pemberian konsorsium dan dosis konsorsium bakteri tidak berpengaruh nyata
terhadap penurunan nilai TPH maupun populasi mikroba tanah. Pada percobaan
menggunakan bahan organik, kedua konsoesium bakteri dapat menurunkan TPH di
bawah 1% setelah 5 minggu percobaan.

2.7.6 Bioremediasi In-Vitro


Secara alami mikroorganisme memiliki kemampuan untuk mengikat,
mengemulsi, menstrasnpor, dan mendegradasi senyawa hidrokarbon menjadi lebih
pendek dengan melibatkan enzim. Bakteri hidrokarbonoklastik memiliki potensi
genetik untuk mengikat, mengemulsi, dan mendgradasi hidrokarbon. Konsentrasi pH
7,5 memberikan hasil bioremediasi terbaik dengan melihat tingkat dgradasi TPH
73,241% dan penurunan COD 86,283% serta memiliki laju pertumbuhan 0,0446/jam
(Zam, 2011).
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
1. Limbah minyak bumi dapat terjadi di semua lini aktivitas perminyakan mulai
dari eksplorasi sampai ke proses pengilangan dan berpotensi menghasilkan
limbah berupa lumpur minyak bumi (oily sludge).
2. Bakteri yang umum digunakan dalam proses bioremidiasi limbah pengilangan
minyak buni adalah bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini memiliki
kemampuan mendegradasi senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam limbah
tersebut.
3. Faktor fisika-kimia yang berpengaruh terhadap biodegradasi hidrokarbon antara
lain komposisi dan struktur kimia hidrokarbon, konsentrasi hidrokarbon, suhu,
oksigen, salinitas, pH, nutrisi, cahaya dan tekanan osmotik. Faktor biologis
meliputi mikroorganisme yang ada, karakter, jumlah sel, serta enzim yang
dimiliki oleh organisme tersebut.
4. Salah satu alternatif penanggulangan lingkungan tercemar minyak adalah
dengan teknik bioremediasi, yaitu suatu teknologi yang ramah lingkungan,
efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan aktivitas mikroba seperti bakteri.
5. Ada beberapa metode dalam bioremediasi minyak bumi yaitu biopile, bulking
agent dan isolasi bakteri petrofilik, konsorsium bakteri, bioremediasi ex-situ,
land farming, dan bioremediasi in-vitro.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia : Sumber, Pengendalian


dan Baku Mutu. Project of the Ministry of State For the Environment RI,
Jakarta.

Arifudin, A., Yani, M., & Murtilaksono, K. 2016. Bioremediasi Tanah Bertekstur
Klei Terkontaminasi Minyak Bumi: Aplikasi Teknik Biopile Dengan
Penambahan Pasir. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
(Journal of Natural Resources and Environmental Management), 6(1), 13.

Ashok, B. T., Saxena, S., & Susarrat, J. 1995. Isolation and Characterization of Four
Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Degrading Bacteria From Soil Near on Oil
Refinery. Letter in Applied Microbiology. The Society for Aplied Bacteriology.
21, 246 – 248.

Assegaf, 1993. Nilai Normal Faal Paru Orang Indonesia Pada Usia Sekolah dan
Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society
(ATS) 1987, Airlangga University Press. Surabaya.

Atlas, R. M., & Bartha, R. 1992. Microbial Ecology. Benyamin Cummings Science,
California. Bossert, I., and Bartha, R. 1984. The Fate of Petroleum Soil
Ecosystems. Petroleum Microbiology. Mcmillan, New York.

BAPEDAL, 2001. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999


tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Badan
Pengendali Dampak Lingkungan. Jakarta.

Charlena, Z. M. Alim, I. Anas, Y. Setiadi, & Yani. M. 2010. Produksi gas karbon
dioksida selama proses bioremediasi limbah heavy oil dengan teknik
landfarming. Chem. Prog. 3(1), pp. 1-5.

Clark, R. B. 1986. Marine Polution. Oxford: Clarendon Press,


Connel, D.W. & G.J. Miller. 1981. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta.
UI Press.

Connel, D.W. & G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta.
UI Press.

Damanhuri, E. 1996. Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Bandung: Teknik


Lingkungan-ITB.

Davids, J.B. 1967. Petroleum Microbiology. Amsterdam: Elsevier Publishing Co.

13
14

Diplock, E., E, Mardlin, D., P., Killham, K., S., & Paton, G., I. 2010. The Role of
Decision Support for Bioremediation Strategies, Exempli fi ed by
Hydrocarbons for In Site and Ex Situ Procedures. Pp 201–217 in Cummings
SP (ed) Bioremediation Methods and Protocols. New York: Humana Press

Gunalan. 1996. Penerapan Bioremediasi pada Pengelohan Limbah dan Pemulihan


Lingkungan Tercemar Hidrokarbon Petroleum. Majalah Sriwijaya. Vol. 32,
No 1.

Imaddudin, F. 2011. Hubungan Antara Laju Konsentrasi Oil and Grease dan Bulking
Agent (Sekam Padi dan Bintaro) pada proses Bioremediasi. Teknik Sipil dan
Lingkungan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Karwati. 2009. Degradasi Hidrokarbon Pada Tanah Tercemari Minyak Bumi Dengan
Isolat A10 Dan D8. Skripsi. IPB. Bogor.

Maila, M., P., & Cloete, T., E. 2004. Bioremediation of petroleum hydrocarbons
through landfarming: Are simplicity and costeffectiveness the only advantages.
Rev. Environ. Sci. Biotechnol. 3: 349-360.

Marsandi, F., & Estuningsih, S., P. 2016. Asosiasi Konsorsium Bakteri Pseudomonas
Pseudoalcaligenes dan Micrococus Luteus dengan Lamtoro (Leucaena
Leucocephala (Lamk.) De Wit) dalam Upaya Meningkatkan Bioremediasi
Minyak Bumi. In Prosiding Seminar Biologi. Vol. 13, No. 1, pp. 807- 813.

Munawar, M., & Zaidan, Z. 2016. Bioremediasi Limbah Minyak Bumi dengan
Teknik Biopile di Lapangan Klamono Papua. Jurnal Sains & Matematika, 1(2).
Nugroho, A. 2006. Biodegradasi ‘Sludge’ Minyak Bumi Dalam Skala Mikrokosmos.
Makara Teknologi. 10 (2): 82-89.

Pertamina. 2001. Pedoman Pengelolaan Limbah Sludge Minyak Pada Kegiatan


Operasi Pertamina. Jakarta: Pertamina.
Rosenberg, E., Legmann, R., Kushmaro, A., Taube, R., Adler, E., & Ron, E. Z. 1992.
Petroleum Bioremediation – A Multiphase Problem. Biodeg. 3, 213 – 226.

Soesanto, V, dan W. Pollution. 1973. Corespondence-course Central. Jakarta.

Thouand, G., Bauda, P., Oudot, J., Kirsch, G., Sutton, C., & Vidalie, J., F. 1999.
Laboratory evaluation of crude oil biodegradation with commercial or natural
microbial inocula. Can. Jurnal. Microbiol. 45: 106–115.

Udiharto, M., S., A., Rahayu, A. Haris & Zulkifliani. 1995. Peran bakteri dalam
degradasi minyak dan pemanfaatannya dalam penanggulangan minyak bumi
buangan. Jakarta: Lemigas
15

Zam, S., I. 2011. Bioremediasi Tanah Yang Tercemar Limbah Pengilangan Minyak
Bumi Secara In Vitro Pada Konsentrasi pH Berbeda. Jurnal Agroteknologi.
1(2), 1-8.

Anda mungkin juga menyukai