BIOGAS
Diajukan untuk memenuhi tugas besar Pengelolaan Energi Baru Dan Terbarukan
Fakultas Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Asep Anwar Ibrohim (10070114096)
Faishal Luqman (10070112022)
Muhammad Iqbal Abdul Basith (10070114048)
Naufal Faisal (10070114093)
Pandu Putra Nusantara (10070116041)
Zulisman Apriadi (10070114099)
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
MENGENAL ENERGI BIOGAS
2
3
Alat penghasil biogas secara anaerobik dibangun pertama kali pada tahun 1900.
Pada akhir abad ke 19, riset untuk menjadikan gas methan sebagai biogas dilakukan oleh
Jerman dan Perancis pada masa antara 2 perang dunia.
Selama perang dunia kedua berlangsung, banyak petani di Inggris dan negara –
negara di Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas dengan ukuran kecil untuk
menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh bahan bakar minyak dan
harganya yang murah pada tahun 1950, kegiatan pemakaian biogas mulai ditinggalkan
oleh petani Inggris dan Eropa.
Tetapi di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah
tidak selalu tersedia. Oleh karena itu, di negara India kegiatan produksi biogas terus
dilakukan sejak abad ke 19.
Saat ini, negara – negara berkembang seperti Filipina, Taiwan, Papua Nugini,
Korea, dan China juga telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat untuk
mengelola biogas. Selain di negara – negara berkembang, teknologi biogas juga telah
dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
hari ke-14 barulah terbentuk gas methan (CH 4) dan gas CO2 sudah mulai menurun.
Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas telah dapat digunakan.
Biasanya dicapai pada hari ke-14 agar gas yang terbentuk dapat digunakan untuk
menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Sampai tahap ini, maka
kita sudah bisa menghasilkan energi yang terbarukan dan biogas yang dihasilkan
sudah tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
6. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak
kurang lebih 20 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa
lumpur /sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap
kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut
dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik dalam keadaan basah
(cair) maupun kering. (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2009).
Sumber : sinauternak.com
Gambar 2.1
Digester Biogas
5. Temperatur
Produksi biogas akan menurun secara cepat akibat perubahan temperatur yang
mendadak di dalam instalasi pengolahan biogas. Untuk menstabilkan temperatur kita
dapat membuat instalasi biogas di dalam tanah. Temperatur optimal dalam proses biogas
berkisar 35-38 (Mesofilik) dan 55-57 (Termofilik).
6. Starter
Starter diperlukan untuk mempercepat proses perombakan bahan organik hingga
menjadi biogas. Starter merupakan mikroorganisme perombak yang telah dijual komersil
dapat juga digunakan lumpur aktif organik atau cairan rumen. (Simamora, 2006).
7. Pengadukan
Pengadukan dalam proses pembuatan biogas berfungsi untuk mengontrol PH,
menjaga lingkungan agar tetap homogen, pendistribusian larutan starter agar menyebar
pada seluruh digester serta mencegah penumpukan produk metabolisme berkonsentrasi
tinggi yang dapat menghambat bakteri metanogen.
8. Nutrisi
Nutrisi yang dibutuhkan dalam proses biogas adalah nitrogen, fosfor dan unsur-unsur lain
dalam jumlah mikronutrisi. Nutrisi tersebut berfungsi untuk membangun sel-sel dalam
membentuk mikroorganisme dan menghasilkan biogas. Unsur kimia yang membentuk
mikroorganisme antara lain karbon (50%), Oksigen (20%), Nitrogen (12%), Hidrogen
6
(8%), Fosfor (2%), Sulfur (1%) dan Kalium (1%). Proses Pembentukan biogas
membutuhkan rasio C:N = 25:1
BAB III
POTENSI BIOGAS DI INDONESIA
7
Laju pertumbuhan masyarakat juga berkorelasi positif dengan laju timbulan
sampah
8
8
(volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari suatu sumber pada suatu satuan
waktu), khususnya sampah rumah tangga. Semakin banyak jumlah penduduk, jumlah
sampah rumah tangga yang dihasilkan pun semakin meningkat. Menurut Pariatamby &
Fauziah (2013), jenis sampah rumah tangga yang paling dominan ditimbulkan di negara
berkembang adalah sampah organik. Selain sampah organik dari sampah rumah tangga,
sampah organik pun banyak diperoleh dari limbah peternakan. Selama ini, limbah
peternakan sering dibuang begitu saja sehingga memberikan beban untuk tempat
pembuangan akhir, padahal limbah peternakan mempunyai efek negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan (Martinez, Dabert, Barrington, & Burton, 2009). Penanganan
yang tidak tepat akan menyebabkan pencemaran tanah dan air berupa melemahnya daya
dukung tanah dan munculnya patogen (Rachmawati, 2000). Dalam lingkup penelitian
yang lebih besar, sejumlah kerugian dapat ditimbulkan oleh adanya limbah peternakan,
padahal apabila dikelola secara optimal, limbah ini dapat diubah menjadi energi, atau
yang disebut dengan pendekatan Waste to Energy.
Indonesia negara berpenduduk sekitar 250 juta orang memerlukan sumber energi
yang besar untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sumber energi itu diperlukan untuk
penerangan, transportasi, industri, pabrik, perkantoran dan aktivitas rumah
tangga.Cadangan minyak Indonesia tahun 2005 sebesar 8,63 Milyar Baler, namun pada
tahun 2010 hanya 7,76 Milyar Baler (Wahyuni, 2011). Mengingat produksi minyak bumi
Indonesia dari tahun ke tahun semakin menurun maka sudah selayaknya dilakukan segala
upaya untuk mendapatkan energi alternatif seperti energi dari biogas. Indonesia
mempunyai potensi ternak yang cukup banyak antara lain hewan besar seperti sapi
potong dan sapi perah pada tahun 2011 populasinya mencapai 15.421.586 ekor (Statistik
Peternakan, 2012). Mengingat ternak tersebut per ekor setiap hari dapat menghasilkan
kotoran ternak sampai lebih dari 10 kg maka berpotensi menjadi sumber energi alternatif
(biogas) untuk mengurangi ketergantungan masyarakat khusunya keluarga peternak
terhadap bahan bakar minyak (BBM) dan listrik.
Teknologi biogas adalah proses penguraian senyawa organik menjadi gas
(terutama gas metana dan CO2) dalam keadaan tanpa oksigen. Biogas ini menghasilkan
energi yang bersih (tidak mencemari lingkungan) dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas (digester)
yang dirancang kedap udara (anaerob), sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme
dapat berjalan secara optimal. Perlu diadakan suatu upaya untuk lebih meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas.
9
Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui potensi
pro-duksi dan ekonomi pemakaian biogas di tingkat nasional, kabupaten di Indonesia
termasuk di salah satu desa sentra peternakan sapi perah dan dampak limbah ternak yang
tidak diolah terhadap kesehatan manusia, ternak dan lingkungan.
Sebagai salah satu contoh pemanfaatan energi biogas yang ada di Indonesia
adalah pada Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman,
Yogyakarta. Perlu kita ketahui bahwa untuk kasus di Indonesia sebagian besar
pemanfaatan biogas hanya terbatas pada kegiatan untuk memasak dan memanaskan,
padahal biogas mengandung bahan utama CH4 yang dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar dalam pembangkit energi listrik karena mempunyai nilai kalor yang cukup besar
yaitu sebesar 23.880 Btu/lbm.
Hasil produksi biogas Dusun Kaliurang Timur yang merupakan potret umum
kampung di wilayah utara Yogyakarta, dimana sebagian besar penduduknya bekerja pada
sektor peternakan sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit energi
listrik. Sehingga, pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar pembangkit energi lisrtik
dalam skala rumah tangga dapat dijadikan solusi bagi permasalah krisis energi khususnya
energi listrik, dimana rasio kelistrikan pada tahun 2002 hanya sekitar 52% (Widodo,
2007).
BAB IV
ANALISIS TEKNO – EKONOMI PADA ENERGI BIOGAS
= 0,24 m³ x 1.512 kg
= 362,88 m³ biogas
Diketahui bahwa 1 m³ biogas dapat membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,24
kWh, sehingga untuk 362,88 m³ biogas dapat membangkitkan energi sebesar:
=18,75 kW continues
Jadi, secara teoritis potensi biogas di Dusun Kaliurang Timur adalah sebesar
362,88 m³ dengan potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 18,75 kW.
10
11
memiliki reaktor biogas dengan jumlah hewan ternak (sapi) adalah 8 (delapan) ekor.
Hasil perhitungan adalah sebagai berikut (Haripurnomo, 2009):
a. Padatan kering yang diproses (ton) pada awal proses anaerobic = 28 kg x
20% x 8 ekor sapi = 44,8 kg/hari = 0,045 ton/hari,
b. Potensial metana = 200.000 g/ton x 0,045 ton/hari = 9000 g/hari x 14 hari =
126.000 gr,
c. Bahan organik yang terurai oleh mikroorganisme (selama 14 hari) = 61%,
dan
d. Produksi metan = 200.000 g/ton x 61/65 x 0,045 ton/hari = 8446 gr.
4.3 Mesin Penggerak
Berdasarkan pembahasan serta analisa yang telah dilakukan mesin penggerak
yang secara teknis dapat diterapkan di Dusun kaliurang Timur adalah mesin diesel
(Priyambodo, 2010). Pemilihan mesin diesel sebagai mesin penggerak didasarkan atas
alasan kemudahan pengoperasian, ketersediaan di pasaran serta murahnya biaya investasi
jika dibandingkan dengan mesin Stirling dan mesin uap. Gambar di bawah ini adalah
skema sistem konversi biogas menjadi energi listrik dengan menggunakan mesin diesel.
Gambar 4.1
Skema sistem konversi biogas menjadi energi listrik dengan menggunakan mesin diesel
6.1 Kesimpulan
Dari Analisis Tekno Ekonomi Plant Dari Proses Biogas dapat disimpulkan,
bahwa :
1. Biogas adalah gas yang dapat dibakar dan dihasilkan oleh aktifitas anaerobic
(tanpa oksigen) atau fermentasi dari bahan – bahan organik. Bahan –bahan
organik yang dimaksud termasuk kotoran manusia, hewan ternak, limbah
domestik (rumah tangga), limbah pertanian, sampah biodegradable atau setiap
limbah organik biodegradable dalam kondisi anaerobik. Komposisi biogas yang
dihasilkan adalah gas methan (CH4) sekitar 55-75%, gas karbondioksida (CO 2)
sekitar 25-45%, dan gas lain dengan proporsi kecil. Sedangkan teknologi biogas
adalah proses penguraian senyawa organik menjadi gas (terutama gas metana dan
CO2) dalam keadaan tanpa oksigen. Biogas ini menghasilkan energi yang bersih
(tidak mencemari lingkungan) dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas (digester) yang
dirancang kedap udara (anaerob), sehingga proses penguraian oleh
mikroorganisme dapat berjalan secara optimal.
2. Indonesia mempunyai potensi ternak yang cukup banyak antara lain hewan besar
seperti sapi potong dan sapi perah pada tahun 2011 populasinya mencapai
15.421.586 ekor (Statistik Peternakan, 2012). Mengingat ternak tersebut per ekor
setiap hari dapat menghasilkan kotoran ternak sampai lebih dari 10 kg maka
berpotensi menjadi sumber energi alternatif (biogas) untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat khusunya keluarga peternak terhadap bahan bakar
minyak (BBM) dan listrik.
3. Analisis ekonomi pembangkit listrik tenaga biogas dengan mesin penggerak dari
mesin diesel untuk Dusun Kalirang Timur dengan data biaya daya listrik (PLN)
sebesar Rp 445/kwh dan waktu operasional 12 jam/hari menunjukkan
pemanfaatan biogas untuk generator listrik secara ekonomi layak dengan BC
ratio 1,76 serta simple pay back 1,9 tahun.
16
17
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas kami menyampaikan
beberapa saran yang mungkin bisa membantu dalam pengoptimalisasian pemanfaatan
energi terbarukan khususnya biogas, antara lain sebagai berikut :
1. Melihat bahwa biogas memiliki potensi yang cukup besar sebagai bahan bakar
pembangkit energi listrik, sudah selayaknya diadakan proyek percontohan
dengan skala yang lebih besar.
2. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah maupun pihak swasta dengan
peternakan sapi untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penggunaan dan pemodifikasian
mesin penggerak dengan bahan bakar biogas agar lebih aplikatif untuk skala
rumah tangga.
4. Sangat diperlukan peran pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang dapat
mendukung kemajuan program penggantian energi fosil menjadi energi
terbarukan, serta diperlukan monitoring secara langsung di lapangan agar proses
pengaplikasianya dapat terealisasikan tepat guna.
DAFTAR PUSTAKA